Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.
PENDAHULUAN
104
lanjut terkait dengan permasalahan kecacatan produk pada pabrik Wire Rod Mill
PT. Krakatau Steel yang menyebabkan produk reject.
Pada makalah ini juga akan membahas cara mengukur level sigma yang
ada pada pabrik kawat baja (Wire Rod Mill) PT. Krakatau Steel, mencari
penyebeb cacat pada kawat baja dan memberikan solusi dari masalah kecacatan
yang terjadi pada pabrik kawat baja tersebut.
2.
METODOLOGI
Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil
tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau
dibutuhkan (Assouri, 1969).
Kualitas merupakan kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan
konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan (Turner, 2003).
Kualitas adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan
variasi karakteristik dari suatu produk, baik barang maupun jasa yang dihasilkan
agar
dapat
memenuhi
kebutuhan
yang
telah
dispesifikasikan,
guna
105
= Filosofi
= Kapabilitas Proses
= Standar Deviasi
Management
1. Melihat proses dari
sudut pandang
kemampuan proses
yunani yang
pelanggan
memenuhi
menyatakan nilai
pelanggan/Critical to
simpangan baku
Quality (CTQ)
2. Perbaikan
berkelanjutan
3. Meciptakan budaya
kualitas di setiap
proses yang
aktifitas
4. Memberikan kepuasan
kepada pelanggan
106
data tersebut, data akan diolah menggunakan metode DMAIC (define, measure,
analyze, improve, dan control) untuk pengendalian kualitas berdasarkan pada
konsep Six Sigma dan melakukan perbaikan dengan menggunakan metode
5W+1H berdasarkan pada konsep Kaizen.
3.
Define (mendefinisikan)
Tahap define (mendefinisikan) merupakan tahap pertama dalam proses Six
Sigma, tahap ini bertujuan untuk mengetahui proses mana yang memiliki
pengaruh besar terhadap terjadinya cacat produk kawat baja pada pabrik WRM.
Tabel 2. Tabel Prosentase Cacat
Kode
Defect
Jumlah
(ton)
Cacat
Kumulatif
CCT0
Couble (ton)
CCT2
23,49
3,59%
89,31%
CCT6
13,79
2,11%
91,42%
CCT7
Scrappy (ton)
13,57
2,07%
93,50%
CCT5
Laps (ton)
12,54
1,92%
95,41%
CCT1
Kusut (ton)
12,38
1,89%
97,31%
CCT4
8,04
1,23%
98,54%
CCT8
6,81
1,04%
99,58%
CCT9
Jeber (ton)
1,15
0,18%
99,75%
CCT3
0,92
0,14%
99,89%
0,71
0,11%
100,00%
654,07
100%
560,69 85,72%
85,72%
Dari tabel prosentase diatas, maka dapat dibuat diagram pareto untuk
mengetahui jenis cacat yang yang paling sering terjadi. Diagram tersebut sebagai
berikut:
107
Measure (mengukur)
Measure (mengukur) adalah langkah yang kedua dalam tahapan
2)
108
akan didapatkan level sigma yang ada pada divisi WRM. Berikut
perhitungannya :
= 0,008597515 ton
e.
= 0,000859751 ton
Defect per million opportunities (DPMO)
= DPO x 1000000
= 0,0471894 x 1000000
= 859,7514618 ton
f.
Dari hasil perhitungan diatas, diketahui level sigma pada pabrik batang
kawat baja PT Krakatau Steel sebesar 4,634835862
(tahun
2002). Namun pabrik batang kawat baja PT Krakatau Steel perlu menaikan level
Sigmanya manjadi 5
dan 6
Analyze (menganalisis)
Data yang dikumpulkan di fase measure dianalisa dan diselidiki akar
permasalahan yang menjadi penyebabnya di tahap ini. Hal ini dilakukan untuk
menemukan penyebab masalah dan penyebab terjadinya defect.
Untuk menemukan penyebab masalah dalam hal ini adalah cacat perlu dianalisa
dengan fishbone diagram (ishikawa) sebagai berikut :
109
4)
Improve (Memperbaiki)
Setelah diketahui penyebab dari masalah yang terjadi dalam hal ini adalah
Penyebab
Pemecahan Masalah
SOP
Tidak adanya penjadwalan
pergantian Roll
Metode
Membuat penjadwalan
preventive maintanance pada
Roll
Perlu mengadakan pelatihan
Kurang koordinasi
Kurang pengalaman
110
penanggung jawab
lingkungan panas
Material
keropos
bengkok
Menghitam
Melakukan penjadwalan
mesin
5)
perawatan
Mesin
Control (mengendalikan)
Sebagai bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya pengawasan
untuk meyakinkan bahwa hasil yang diiginkan sedang dalam proses pencapaian.
Maka pada tahap pengendalian ini harus dilakukan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Praktek-praktek
terbaik
yang
sukses
dalam
meningkatkan
proses
111
4.
5.
Perlu tanggung jawab tinggi dari semua elemen yang bertugas, dengan ini
diperlukan pula peraturan-peraturan yang ketat sehingga setiap orang
berpedoman pada standar-standar yang sudah ditetapkan perusahaan.
112
melakukan perbaikan agar level kualiatas produk sampai pada level yang
sempurna.
4.
KESIMPULAN
Prosentase penyebab cacat yang terjadi pada pabrik batang kawat baja
(WRM) adalah CCT0 (couble) dengan prosentase cacat 86%, CCT2 (creep
speed) dengan prosentase cacat 4%, CCT6 (other defect) dengan
prosentase cacat 2%, CCT7 (scrappy) dengan prosentase cacat 2%, CCT5
(laps)
cacat 2%, CCT4 (roll mark) dengan prosentase cacat 1%, CCT8 (over fill)
dengan prosentase cacat 1%, CCT9 (jeber) 0% dengan prosentase cacat
0%, CCT3 (coil banyak potong) dengan prosentase cacat 0%, CCT10
(under fill) dengan prosentase cacat 0%. Dari hasil prosentase diatas,
maka didapatlah cacat jenis couble yang memiliki prosentase cacat
terbesar yaitu sebesar 86%.
2.
Diketahui DPMO 859,7514618 ton, dan level sigma pada pabrik batang
kawat baja PT Krakatau Steel sebesar 4,634835862
. Jumlah tersebut
4.
dirawat,
membuat
metode
yang
terkoordinasi,
melakukan
113
5.
Assouri, Sofjan, 1996. Manajemen Produk dan Operasi, Edisi Keempat. Penerbit
FEUI, Jakarta.
Gaspersz, Vincent., 2003. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit
PT. Gramedia Pustaka utama, Jakarta.
Imai, Masaaki, 2001. Kaizen (Kyzen): Kunci sukses Jepang Dalam Persaingan,
(Alih Bahasa: Dra. Mariani Gandamiharja). Penerbit PT Pustaka
Binaman Presindo, Jakarta
Kato, Isao & Smalley, Art. 2011, Toyota Kaizen Method, Penerbit PT. Gradien
Mediatama, Yogyakarta.
Turner, Wayne C. 2003. Pengantar Teknik dan Sistem Industri. Penerbit PT.
Guna Widya. Jakarta.