Вы находитесь на странице: 1из 102

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

Pengamatan Alat Kelamin Betina Makro dan Mikro

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Alfin Oktarian(1302101010010)
Dara Meliana (1302101010115)
Diana (1302101010158)
Heni Risky Yunamora Harahap (1302101010181)
Muhammad Nafis (1302101010026)
Nurlita (1302101010143)
Oky Ardiansyah (1302101010119)
Rina Ismaya (1302101010145)
Windian Tajuk Masmah Bengi (1302101010210)
Zea Octavia (1302101010069)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014

Kata Pengantar

Segala puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk
mewujudkan laporan praktikum embriologi ini serta shalawat
beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah

membawa

seluruh

umat

merasakan

indahnya

ilmu

pengetahuan.
Laporan praktikum embriologi ini diajukan setelah semua
praktikum yang telah dijalani. InsyaAllah berkah dan rahmat Allah
tercurahkan kepada kita semua. Semoga apa yang telah kami
temui, ilmu yang begitu luasanya dapat diterapkan di kehidupan
bermasyarakat. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan bisa
menjadi bekal menjalani profesi dokter hewan yang memiliki
integritas dan profesionalisme.
Selesainya laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak,terimakasih banyak kami haturkan kepada Ibu Drh.

Dian Masyhita, M.P selaku koordinator laboratorium embriologi


dan kepada seluruh asisten laboratorium yang sudah mengajarkan
kami hususnya kepada kakanda Yandi Syahputra. Karena dalam
penyelesaian laporan ini banyak

menemukan

kendala dan

kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak. Sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum
embriologi ini dengan baik.
Disadari bahwa laporan praktikum embriologi ini jauh dari
kata sempurna, sesuai pepatah yang menyebutkan tidak ada gading
yang tak retak. Begitupula kami yang masih di tingkat belajar.
Semoga laporan ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua
khususnya kami mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas
syiah kuala angkatan 2013 untuk belajar lebih giat lagi. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih dan mohon untuk memberikan kritik
dan saran.

Banda Aceh , Mei 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara yang kaya akan fauna dan flora
yang tersebar di seluruh nusantara. Begitu banyak spesies hewan di
dalamnya. Hewan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat
karena hewan memegang peranan penting dalam ekosistem dan
mengatur rantai makanan. Tanpa kita sadari kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan sebenarnya saling berhubungan dan
membutuhkan satu sama lain
Hewan atau disebut juga dengan binatang adalah kelompok
makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animali,
adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Hewan
atau binatang ini setiap hari bisa kita temui di lingkungan sekitar
kita.
Data yang tertulis dalam atlas flora dan fauna Indonesia
bahwa kawwasan Indonesia tercatat ditempati 2.827 jenis sata
vertebrata non ikan. Dari jumlah tersebut 848 diantaranya
merupakan jenis endemik yang hanya terdapat di Indonesia.

Indoesia merupakan negara kexua yang memiliki keanekaragaman


hayati setelah Brasillia.
Hewan

Ternak

di

Indonesia

juga

sudah

mulai

berkembang.Salah satu ciri-ciri makhluk hidup yaitu berkembang


biak. Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di
Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan
sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan
fungsi dan proses.
Proses reproduksi hewan betina umumnya melibatkan sel
kelamin

atau

gamet,yaitu

gamet

betina

(ovum

atau

sel

telur).Adapun alat kelamin primer berupa ovarium dan saluransalurannya

seperti

oviduct

yang

terdiri

dari

fimbrae

infundibulum , ampulla , isthmus , kemudian kea rah kaudal seperti


uterus, vagina , vulva . Dalam kondisi normal,pembuahan telur
oleh sperma (fertilisasi) akan memunculkan suatu individu baru.
Sistem reproduksi makhluk hidup tidak hanya terbatas pada
alat-alat

reproduksi

lainnya.Misalnya,tentang

tetapi
proses

juga

banyak

hal

pembentukan

sel

kelamin,hormone-hormon yang mempengaruhi system reproduksi.

Seluruh komponen alat reproduksi dan hasil sekresi


hormone

ini

berfungsi

menghasilkan

individu

baru

dan

melestarikan spesiesnya. Pada laporan praktikum embriologi


makro dan mikro pada hewan betina akan dijelaskan mikroskopis
dari ovarium, oviduct dan uterus. Dari makroskopis akan
dijelaskan alat reproduksi, pintu-pintu dan sistem hormonal dari
sistem reproduksi.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina
secara makroskopis dan mikroskopis.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat praktikum embriologi ini adalah mahasiswa dapat
mengenal

bagian-bagian

dan

susunan

reproduksi

,serta

funsinya.Dan mahasiswa dapat mengidentifikasi mikroskopis dari


alat kelamin betina.Selain itu mahasiswa juga dapat membedakan
system reproduksi pada setiap species yang berbeda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis:

Fungsi reproduksi wanita dapat dibagi menjadi dua tahapan utama:


pertama, persiapan tubuh wanita untuk menerima pembuahan dan
kehamilan, dan kedua masa kehamilan itu sendiri. Alat kelamin betina
terdiri dari (1)Ovarium dan Saluran-salurannya, yaitu Oviduct (tuba
fallopii = tuba uterina) , Uterus, Vagina, Vulva.
Ovarium merupakan alat kelamin primer (utama) dari sistem
reproduksi betina. Ovarium berfungsi ganda, yaitu sebagai eksokrin
dan endokrin; sebagai eksokrin karena menghasilkan ovum dan sel
telur, sebagai endokrin karena menghasilkan hormone estrogen dan
progesteron. Penggantung ovarium disebut mesovarium. Jaringan
dasar ovarium disebut stroma. Dalam stroma cortex banyak sekali selsel folikel. Ada tiga macam folikel:
Folikel primordial; berada di pinggir cortex
Folikel tumbuh; berada di kedalaman cortex, menempuh tiga
tahap, yaitu : primer (I), sukender (II) dan tertier (III).
Folikel matang; folikel tertier yang telah mengalami pematangan,
disebut juga folikel de Graff.

Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam


ovarium. Satu ovum di keluarkan dari folikel ovarium masuk ke dalam
rongga abdomen pada pertengahan daur seksual setiap bulan. Ovum
ini kemudian berjalan melewati salah satu tuba fallopii menuju uterus,
dan jika sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam dalam uterus,
tempat dimana ovum akan perkembang menjadi janin, plasenta, dan
membrane janin. (Guyton & Hall, 2002).
Selama masa kehidupan janin, permukaan luar ovarium ditutupi
oleh epitel germinativum, yang secara embriologis berasal langsung
dari epitel Krista germinativum. Ketika janin berkembang, ovum
primordial akan berdiferensiasi dari epitel germinativum dan
bermigrasi ke dalam substansi korteks ovarian. Masing-masing ovum
kemudian berkumpul pada satu sel berbentuk kumparan dari stroma
ovarium (jaringan penyongkong ovarium) dan menyebabkan ovum
memliki karakteristik epitel; yaitu sel granulose. Ovum dikelilingin
oleh satu lapis sel-sel granulose yang disebut folikel primordial. Pada
tahap ini, ovum sendiri masih belum matang, membutuhkan dua
pembagian sel lagi untuk mencapai kematangan, dan disebut sebagai
oosit primer. (Guyton & Hall, 2002).

Pada kehamilan minggu ke-30, jumlah ovum telah mencapai kirakira 6 juta, jumlah ovum antaranya segera berdegenerasi, sehingga
kira-kira hanya terdapat 2 juta ovum di dalam kedua ovarium pada saat
melahirkan, dan hanya 300.000 sampai 400.000 ovum pada pubertas.
Kemudian, sepanjang masa reproduktif dari seorang wanita, antara
umur 13 dan 46 tahun, kira-kira 400 folikel ini akan berkembang
sehingga cukup untuk dapat mengeluarkan ovum-satu ovum setiap
bulan; sisanya bergenerasi (menjadi atresia). Pada akhir kapasitas
reproduksi, yaitu pada masa menopause, hanya beberapa folikel
primordial yang tetap berada di dalam ovarium, dan bahkan folikel ini
pun juga segera berdegenerasi sesudahnya. (Guyton & Hall, 2002).
Oviduct adalah saluran yang menampung ovum pada saat ovulasi
dan meneruskannya ke uterus. Oviduct disebut juga Tuba Fallopii.
Penggantungnya disebut mesosalphinx. Lumen oviduct berisi cairan
yang dihasilkan oleh sel-sel epitel silindris bersilia mukosanya. Cairan
ini berperan member lingkungan yang sesuai untuk proses pembuahan
dan perkembangan dari zigot. Oviduct terdiri dari Infundibulum,
Ampula dan Isthmus. Fungsi dari oviduct adalah tempat penampungan
dan penyaluran ovum masuk kedalam uterus, tempat pembuhan,
tempat kapasitas spermatozoa, pembuahan awal zigot.

Infundibulum dengan fimbriaenya. Gerbang infundibulum disebut


osteum tubae abdominal. Ujung anteriornya berbentuk corong disebut
infundibulum tubae yang mengandung fimbriae. Fimbriae adalah
jaringan erektil dan mengandung pebuluh-pembuluh darah yang
melingkarinya. Sifat yang eriktil membuat fimbriae aktif membantu
masuknya sel telur yang diovulasikan masuk ke dalam oviduct, yaitu
dengan cara memperluas permukaannya; bahkan fimbriae dapat
mengambil sel telur yang dilontarkan dari ovarium sebelahnya.
Dindingnya terdiri atas tiga lapisan yaitu mukosa: berlipat-lipat
dan bercabang-cabang membentuk lumen, otot: melingkar atau spiral,
serosa: jaringan pengikat. Ampula meliputi kira-kira setengah dari
oviduct. Ujung ampula berhubungan dengan isthmus, sedangkan
isthmus berhubungan dengan uterus melalui osteum tubae uterine. Di
ampula terjadinya fertilisasi dan tempat menunggunya spermatozoa.
Isthmus berhubungan dengan uterus melalui osteum tubae uterine..
Uterus berfungsi untuk menerima ovarium dari ovulasi. Apabila terjadi
pembuahan unterus berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio
pada masa prenatal. Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan:
Endometrium: adalah lapis epitel silindris selapis, jaringan ikat
longgar serta kelenjar. Pada ruminansia, endometriumnya mempunyai

tonjolan-tonjolan yang disebut carunculae; pada keadaan bunting


diameter karunkulanya membersar. Karunkula tidak mengandung
kelenjar. Jumlah karunkula bervariasi 70-120 buah.
Miometrium: adalah lapisan otot polos yang tersusun secara sirkuler
dan longitudinal. Diantara serabut-serabut otot banyak terdapat
pembulih darah.
Perimetrium: Adalah lapisan jaringan ikat serosa. Penerusan
peritoneum.
Uterus terdiri dari tiga bagian, yaitu: Kornua uteri (tanduk):
Tempat implantasi zigot pada rumenansia. Persimpangannya disebut
Bifurcatio cornualis.. Serviks uteri (leher): Terletak di antara uterus
dan vagina, berfungsi sebagai penutup atau pengunci pintu pada waktu
kebuntungan, tetapi dapat terbuka pada waktu kelahiran atau pada
waktu esterusFungsi sebagai pengunci terlaksana karena serviks
mengandung otot spinter yang terletak antara korpus uteri dengan
vagina serta adanya lender penutup (mucous plug) yang mengental
yang dihasilkan oleh kelenjar uterus.. Korpus uteri (badan): Berfungsi
sebagai transport spermatozoa ke oviduct, member makan blastosis,
pembentukan plasenta dan kelahiran anak.

Berdasarkan bentuknya uterus dibagi menjadi:


a. Uterus simplek, yaitu mempunyai satu uterus, satu servik,
tidak ada koruna. Terdapat pada primate.
b. Uterus duplek, yaitu mempunyai dua uterus yang terpisah dan
masing-masing mempunyai satu servik, tidak ada korpus.
Terdapat pada rodensia.
c. Uterus bipartitus, yaitu mempunyai satu serviks, dua koruna
yang panjang yang bersatu di daerah isthmus dekat serviks.
Terdapat pada karnivora dan babi.
d. Uterus bikornus, yaitu mempunyai dua koruna kiri dan kanan
yang bersatu agak jauh dari serviks; serviks hanya satu.
Terdapat pada ruminansia, kuda dan tapir.
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam
pelvis di antar uterus (arah cranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga
berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan
pada saat kopulasi (Frandson, 1992). Vagina merupakan buluh
berotot yang menjulur dari serviks sampai vestibulum (Dellman
dan Brown : 1992).
Vagina memliki membrane mukosa disebut epitel squamosa
berstrata

namun

tidak

berkelenjar.Vestibulum

yang

berkelenjar,
letaknya

tapi
dengan

pada

sapi

vulva

yang

merupakan saluran reproduksi dan tempat saluran keluarnya urin.


Portio vaginalis cervixis yang letaknya dari batas keduanya hingga
cervix. Antara keduanya dibatasi oleh himen.
Fungsi vagina adalah sebagai alat kopulasi dan alat-alat tempat
sperma dideposisikan., saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan
oviduct, sebagai jalan peranakan pada saat beranak, kelenjar
bartholini mengahasilkan lender ketika kopulasi sebagai pelican
Vulva merupakan alat kelamin luar yang terdiri dari labia
mayora, labia minora, commisura dorsalis dan ventral dan clitoris.
Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh muara
uretra externa, orificium uretra externa, dan sering pula oleh lereng
hymen. Psterior dari muara uretra pada lantai vestibulum terdapat
suatu kantong buntu, diverticulum sub uretralis, yang ditemukan
pada

sapi,

domba

dan

babi

(Feradis:

2010).

Pada vulva dapat ditemui:Labia mayor: berlapisan lemak,


serabut elastic dan sedikit otot polos, berwarna hitam dan di tutupi
oleh rambut. Labia mayor homolog dengan skrotum pada hewan
jantan. Dan labia minor: yaitu sepasang lipatan kecil berupa kulit
yang halus dan tipis yang tidak dilapisi lemak dan berwarna merah

muda dan tidak ditutupi oleh rambut. Labia minor homolog dengan
preputium pada hewan jantan.
Klitoris homolog dengan penis pada jantan, jadi merupakan
sisa pertumbuhan alat kelamin jantan pada betina. Klitoris
mengandung jaringan erektil, epitek pipih banyak lapis, banyak
saraf sensoris.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum Alat Kelmin Betina Secara Makroskopis

Pembahasan Alat Kelamin Sapi Betina Secara Makroskopis


Ovarium
Kuda mempunyai 2 buah ovaria berbentuk kacang dengan
ukuran jauh lebih kecil dari testis pada hewan jantan. Besarnya
ovarium tergantung dari bermacam-macam factor. Hewan-hewan
muda mempunyai ovarium yang lebih besar dari pada hewan tua.
(Chamisah: 2003)
Ovarium mempunyai facies medialis, facies lateralis yang
masing-masing merupakan permukaan yang licin dan bulat. Bagian
yang ditautkan dengan mesovarium dinamakan margo mesovaricus
berbentuk convex. Pembuluh darah dan syaraf yang pergike
ovarium berjalan di dalam mesovarium dan masuk kedalam
ovarium melalui margo mesovaricus ini. Margo liber adalah margo
yang bebas dan ditandai dengan adanya suatu lekukan yang
menuju ke suatu lekuk sempit yaitu fossa ovarii. (Chamisah: 2003)
Ovarium sapi lebih kecil daripada kuda. Dan ovarium
kanan biasanya lebih besar daripada yang kiri. Berbentuk oval,
tidak mempunyai fossa ovarii. Terletak kurang lebih 40-45 cm

dari pintu vulva sebelah luar. Apabila ada corpus luteum, maka
letaknya superficial, sehingga menonjol dan dapat dilihat dari
permukaan luar. Corpus luteum berwarna kuning coklat. Ovarium
babi terdapat di dalam bursa ovarii, yang terbentuk dari
penjuluran mesosalphinx. Berbentuk bulat dan mempunyai hilus
yang jelas. (Chamisah:2003)

Hewan

Panjang Ovarium

Sapi

0,8-5 cm

Kuda

5.0-10 cm

Kambing/domba

10-12 mm

Anjing

1,5-3 cm

(Embriologi. Erdiansyah Rahmi. 2007).


Tuba fallopii (Oviduct)
Tuba uterine merupakan saluran yang berkelok-kelok yang
terpancanang dari ujung cranial cornua uteri sampai ke ovarium.
Di bagian caudal, saluran ini menyempit, tetapi makin melebar ke
cranial membentuk ampulla tubae uterinae. Kedua tuba uterine
terdapat di dalam alat penggantungnya, yaitu mesosalphinx yang
dibentuk oleh lipatan peritoneum. Mesosalphinx membentuk

suatu kantong dibagian lateral ovarium yang disebut bursa


ovarica. (Chamisah: 2003)
Bagian ujung caudal dari tuba uterine yang berhubungan dengan
cornua uteri dinamakan extremitas uterine. Pintu menuju ke
cornua uteri sangat sempit dan disebut ostium uterinum tubae.
Ujung cranial dari tuba uterine yang menghadap ke ovarium
dinamakan extremitas ovarica berbentuk corong dan disebut
infundibulum tubae uterinae. Tepi dari infundibulum tuba uterinae
ini membentuk penjuluran-penjuluran yang tidak rata yang
dinamakan fimbrae tubae. Sabagian dari fimbrae ini bertaut pada
fossa ovarii. Dan bagian ini dinamakan fimbrae ovarica. Di sentral
dari infundibulum tubae uterine didapatkan suatu pintu yang
sempit, dan disebut ustium abdonale tubae uterinae, yang
menghubungkan lumen tuba uterine dengan cavum peritonalis dan
juga merupakan pintu masuk ovum ke dalam uterus. (Chamisah:
2003)
Dibandingkan dengan tubae uterine kuda, sapi mempunyai tubae
uterine yang tidak begitu berbelit. Fimbrianya bertaut pada bagian
yang bebas dari kantong yang dibentuk oleh mesosalphinx, dan
tidak subur, dibandingkan dengan kuda. (Chamisah: 2003)

Uterus
Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen.
Corpus uterinya sangat pendek (kurang lebih 3-4cm), tetapi
mempunyai cornus uteri yang panjang (30-40 cm). Tidak seperti
pada kuda, extremitas abdominalis dari cornua uteri berbentuk
corong, dan corong ini berhubungan dengan tuba uterine. Cornua
uteri mula-mula melengkung ke ventral, kemudian berjalan ke
carnio lateral, dan kemudian kembali ke caudo-dorsal, seolah-olah
membentuk spiral, atau berbentuk huruf S. (Chamisah: 2003)
Miometriumnya sangat tebal, lebih tebal dari pada kuda. Ia
terdiri dari selapis otot longitudinal yang terletak di superficial dan
2 lapis otot sirkuler yang terletak di profundal. Lapis sirkuler yang
paling profundal menebal di cervix uteri, sedangkan lapis yang lain
dilanjutkan ke vagina. (Chamisah: 2003)
Endometrium uterus sapi mempunyai cotyledone uterinae
(carunculae uterinae), yaitu: suatu penonjolan dari selaput mucosa
uterus yang berbentuk oval, berjumlah kurang lebih 100 buah yang
terletak di dalam baris-baris diseluruh permukaan endometrium.
Cotyledone ini merupakan tempat pertautan plasenta fetalis pada
hewan yang bunting. Cotyledone terdapat pada hewan pemamah

biak

lainnya.

(Chamisah

2003)

Ligamentum lata uteri pada sapi bertaut di dorsal legok lapar


(fossa paralumbalis) kurang lebih tinggi satu telapak tangan di
bawah tuber coxae. Ligamentum tere uterinya sangat subur.
Pertautan kedua ligamentum tersebut terdapat di facies ventralis
dari uterus sapi.

Vagina
Vagina terletak horizontal di ruang pelvis, dimulai dari cervix
uteri sampai vulva. Berbentuk tubulus sepanjang 15-20 cm dengan
diameter 10-12 cm, apabila diregang. Dinding vagina terutama
terbentuk oleh tunica muscularis dan selaput lendir. Selaput
lendirnya sangat elastis dan tidak mempunyai kelenjar lendir.
(Chamisah: 2003)
Di bagian cranial vagina, terdapat fornix vagiane yang
merupakan kantong yang dibentuk oleh portio vaginalis uriteri.
Dan bagian caudal, vagiana berhubungan dengan vulva, tempat di
posterior muara urethra pada vagina (orificium urethrae externum),
terdapat lipatan selaput lendir yang berarah transversal yang
disebut hymen. Hymen ini merupakan batas antara vagina dan
vulva. (Chamisah: 2003)

Vagina sapi lebih panjang dari vagina kuda, juga dindingnya


lebih tebal. Panjang 20-35 cm. Di dinding ventral, diantara tunica
muscularis dan selaput lendir, terdapat 2 buah saluran Gartner yang
bermuara di posterior orificium urethrae externum. Saluran Gartner
adalah sisa emberional dari ductus Wolfii. (Chamisah: 2003)

Vulva
Vulva sapi mempunyai labia yang tebal pada commissural
ventralis nya terdapat sejumlah rambut yang panjang. Orificium
urethrae externum terletak kurang lebih 10 cm dan commissural
ventralis. Diantara orificium itu dengan commissural ventralis
didapatkan suatu kantong buntu sepanjang 3,5 cm yang disebut
dengan diverticulum suburethrale. Kantong terletak tepat di
posterior dari orificium urethrae externum, sehingga kadangkadang menyulitkan catherisasi ke vesica urinaria. (Chamisah:
2003)

Clitoris
Clitoris adalah suatu organ yang homolog dengan penis,
terdiri dari corpus clitoridis yang bertaut pada arcus ischiadicus
melalui crura clitoridis. Di ujung corpus clitoridis terdapat glans
clitotidis terdapat did ala selubung yang disebut dengan preputium
clitoris.

Hasil Praktikum Alat Betina Sapi Secara Mikroskopis:

Pembahasan Praktikum Alat


Mikroskopis

Kelamin

Betina

Secara

Ovarium
Ovarium memiliki dwifungsi , yaitu untuk produksi sel
germinal dan biosintesis hormone steroid.penunjang sel
germinal terdapat pada struktur mikroskopis yang disebut
folikel ovarium. Masing-masing folikel yang berada dalam
keadaan istirahat mengandung oosit primordial atau primitive

yang dikelilingi oleh selapis sel, yaitu sel granulosa.disekitar


sel-sel granulosa terdapat kelompok sel yang disebut sel teka.
Sel teka memproduksi androgen yang kemudian dikonversi
menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa. Hormon steroid yang
diproduksi oleh ovarium bekerja di dalam folikel untuk
menunjang oosit yang sedang berkembang dan di luar ovarium
pada jaringan target.
Folikel-folikel primordial tersebar sedikit di bawah kapsul
jaringan ikat yang membungkus ovarium . Tanda awal
pertumbuhan folikel adalah (i) penambahan ukuran oosit
(ii)perubahan bentuk sel granulosa yang mengelilingi dari
bentuk datar menjadi kuboid (iii) peningkatan jumlah sel
granulosa dan (iv) terdapatnya zona pelusida di sekitar oosit.
Zona pelusida merupakan matriks protein

gelatinosa yang

mengelilingi oosit.setelah pertumbuhan sel granulosa

telah

memproduksi 3-4 lapis sel,cairan mulai mengumpul di antara


sel. Cairan masuk ke dalam plasma darah yang mengandung
konsentrasi tinggi beberapa protein dan hormon steroid.saat
cairan folikel ini berakumulasi di sekitar oosit , folikel ini
disebut folikel de graaf dan mendekati ovulasi.walaupun

terdapat 20 folikel yang matang pada setiap siklus, tetapi hanya


satu yang berhasil mengalami ovulasi.
Stigma dapat dilihat dengan mata telanjang menyerupai
lepuhan pada permukaan ovarium. Setelah oosit dilepas , folikel
menjadi kolaps dan sel granulosa berfloriferasi untuk mengisi
celah yang tersisa akibbat oosit dan cairan folikel yang
dilepaskan.

Folikel-folikel ini mengalami

perubahan yang

hebat menjadi sel yang padat dan aktif secara endrokinologis


yang disebut sebagai sel lutein. Sel lutein ini menghasilkan
pigmen berwarna kuning dan struktur yang mengandung sel-sel
ini disebut sebagai korpus luteum atau badan kuning.

Tuba Fallopii
Lumen tuba falopii dibungkus oleh epitel kolumnar dengan
sillia yang panjang pada permukaan selnya. Silia secara
konsisten menyapu kea rah uterus , yang berfungsi untuk
memfasilitasi pergerakan zigot nonmotil kea rah rongga uterus
untuk berimplantasi . Ketika sillia mengalami kerusakan atau
tidak mampu bergerak , embrio dapat berimplanasi di tuba
palopii itu senditi(kehamilan ektopik).

Sel cumulus berperan selam pertumbuhan dan maturasi


oosit

(Gilchrist

dkk:

2008)

yang

ditunjukkan

dengan

signifikansi antara tingkat ekspansi sel cumulus dengan kualitas


maturasi oosit (Widjiati,: 2007). Sel cumulus merupakan
mediator penyedia transport energy ( Sutton dkk:2003)
mikronutrisi, dan atau molekul pembawa untuk perkembangan
oosit ( Buccione dkk: 1990; Cecconi dkk: 2008 ) dan menjadi
mediasi pengaruh hormon pada kompleks cumulus-oosit.
(Suzuki dkk: 2000)

Uterus
Sebagian besar dinding uterus terdiri atas otot polos yang
disebut myometrium. Sel-sel otot polos myometrium (miosit)
saling menempel oleh persambungan celah (gap junction) yang
yang memungkinkan komunikasi yang cepat antara sel yang
bertetangga

dan

gerakkan

seluruh

massa

otot

yang

terkoordinasi.Rongga uterus dibatasi oleh epitel kelenjar , yaitu


endometrium. Endometrium mengalami perubahan mikroskopik
yang bermakna pada struktur dan fungsi kelenjarnya. Tanda dari
endometrium yang berproliferasi adalah seringnya proses mitosis
di dalam epithelium. Endometrium dan kelenjar vesikula seminalis

merupakan sumber prostaglandin F2(PGF2) dan kedua organ


tersebut dilaporkan dapat dibiakkan melalui monolayer cell. Pada
biakan sel endometrium sapi dilaporkan bahwa sel epitel dan sel
stroma paling berperan dalam memprodduksi prostaglandin baik
PGF2

maupun prostaglandin E2 (PG E2)(Woclawek Potocka

dkk: 2005). Produksi PGF2 pada endometrium sangat bergantung


pada spesies, yang berkaitan dengan panjang pendeknya siklus
estrus.
Dengan terjadinya ovulasi, suasana hormonal dari uterus
berubah dominan estrogen menjadi dominan progesterone. Dalam
dua hari ovulasi,vakuola subnuklear yang berukuran kecil
terbentuk di dalam sitoplasma sel kolumnar. Vakuola sekretorik ini
banyak mengandung glikogen dan lipid, dan empat hari setelah
ovulasi , vakuola bermigrasi ke sisi lumen sel.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada praktikum organ kelamin betina yang dapat diamati
secara makroskopis adalah ovarium, tuba falopiii, uterus, vagina
dan vulva. Ovarium merupakan organ yang memiliki fungsi ganda
sebagai

penghasil

ovum

dan

hormone

estrogen,

secara

mikroskopis, estrogen dihasilkan oleh kinerja yang disebut dengan


teori dua sel oleh sel teka dan sel granulosa. Pada bagian medulla
ovarium banyak tersebar folikel pertumbuhan sampai folikel
matang, folikel yang matang ini akan ditangkap oleh fimbrae pada
infundibulum dari tuba falopii, pintu dari ovarium menuju ke tuba
falopii adalah osteum tubae abdominale, sedangkan folikel-folikel
yang tidak sempat terbuahi akan mengalami atresia menjadi corpus
luteum

menghasilkan

progesterone.setelah

rangkaian

pembentukkan sel telur, terjadilah ovulasi yang selanjutnya akan


terjadi pembuahan di sepertiga tuba falopii tepatnya di ampulla.
Setelah terjadi fertilisasi maka telur akan menuju uterus
melalui pintu antara ishmus dan uterus yaitu osteum tubae uterine.
Terjadilah penebalan endometrium untuk mempersiapkan masa
kebuntingan, implantasi terjadi pada dinding endometrium. Secara

mikroskopis uterus terdiri dari tiga lapisan dari terluar yaitu lapisan
peritoneum berupa penerusan peritoneum, lapisan myometrium
yaitu lapisan otot polos , dan yang paling terdalam lapisan
endometrium berupa lapisan mukosa. Pada masa gestasi vagina
menghasilkan cairan berupa vagina plug yang berfungsi untuk
melindungi foetus didalamnya. Setelah masa gestasi berakhir akan
terjadi partus yang melewati vagina dan vulva.

Saran
Perlu pergantian preparat yang sudah tidak layak pakai lagi
agar praktikan lebih mampu membedakan organ-organnya secara
makroskopis. Dan praktikan dapat melakukan perbandingan alat
reproduksi betina pada hewan sapi dan hewan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan
koordinasi
survei
nasional(
barkosutanal).2011.Atlas
Indonesia.Grasindo:Bandung

dan
Flora

pemetaan
dan
Fauna

Baszary, Chomsa Dintasari Umi , Sutiman Bambang Sumitro,


Mochammad Sasmito Djati dan Edi Widjajanto.2012.Pengaruh
Induksi Epidermal Growth Factor (EGF) Terhadap Protein Cx43
Selama Ekspansi Sel Kumulus. Jurnal Kedokteran Hewan.6(1)/36
Buccione, R., A.C. Schroeder, dan J.J Eppig. 1990. Interaction
between somatic cells and germ cells throughtout mammalian
oogenesis. J. Biol. Reprod. 43:543-547.
Cecconi, S.A.Mauro, G. Capacchietti, P. Berardileni, N. Bernabo,
A.R. Di Vincenza, M.Mattioli , dan B. Barboni.2008. Meotic
maturation of incompetent prepubertal sheep oocyte is induced br
paracrine fartors releas by gonadrotropin-stimulate oocytecumullus cell complex and involves mitogen activated protein
kinase activation. Endocrinology 149:100-107.
Chamisah.2003.Anatomi Veteriner Apparatus Urogenetalis.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala : Darussalam
Banda Aceh.
Cyntia
Desfariza.2013.
http://laboratorium-embriologi-fkh
unsyiah.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-alat-kelaminbetina_9.html
Frandson, R.D.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi
Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Gilchrist, R.B., M, Lane,dan J.G. Thompson.2008. Oocytesecreted factors:regulation of cumulus cell function and oocyte
quality. Human Reproduction 14(2):159-177.

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.


Edisi 9.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Heffner, Linda J. dan Schust, Danny J. 2008.Sistem Reproduksi
Ed. II.Erlangga:Jakarta.

Pemayun, T. G. O., Laba Mahaputra , Ismudiono dan Soetjipto .


2012.Kadar Prostaglandin F2 pada Produk Biakan Sel
Monolayer Vesikula Seminalis dan Endometrium Sapi Bali dengan
Penambahan Hipotaurin.Jurnal Kedokteran Hewan .6(1) /11.
Rahmi, Erdiansyah.2007.Embriologi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala : Darussalam Banda Aceh.
Sutton, C.D., L.J. Marshall, N.Williams, D.P. Berry, W.M. Thomas,
dan M.J. Kelly.2003.Colo-rectal anastomotic leakage often
masqueredes as a cardiac complication. Colorectal Disease 6(1) :
21-22.
Suzuki, H., B.S.Jeong, dan X. Yang.2000. Dynamic changes of
cumulus oocyte cell communication during in vitro maturation of
porcine oocytes.Biol.Reprod. 63:723-729.
Widjiati.2007. Induksi Maturasi Oosit Secara In Vitro oleh
Transforming Growth Factor Asal Oosit
Kumulus
Komplek.Penerbit Universitas Brawijaya: Malang.
Wocklawek-Potocka, J.A. Tomas, K.Anna, M.B. Mamadou, S.
Masami, O. Kiyoshi, dan J.S. Dariusz. 2005. Pytoestrogens
modulate prostaglandin production in bovine endometrium : Cell
type specificity and intracellular mechanism. Experimental
Biology and Medicine.230:326-333.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM EMBRIOLOGI


Pengamatan Alat Kelamin Jantan Makro dan Mikro

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Alfin Oktarian(1302101010010)
Dara Meliana (1302101010115)
Diana (1302101010158)
Heni Risky Yunamora Harahap (1302101010181)
Muhammad Nafis (1302101010026)
Nurlita (1302101010143)
Oky Ardiansyah (1302101010119)
Rina Ismaya (1302101010145)
Windian Tajuk Masmah Bengi (1302101010210)
Zea Octavia (1302101010069)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014

Kata Pengantar

Segala puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk
mewujudkan laporan praktikum embriologi ini serta shalawat
beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah

membawa

seluruh

umat

merasakan

indahnya

ilmu

pengetahuan.
Laporan praktikum embriologi ini diajukan setelah semua
praktikum yang telah dijalani. InsyaAllah berkah dan rahmat Allah
tercurahkan kepada kita semua. Semoga apa yang telah kami
temui, ilmu yang begitu luasanya dapat diterapkan di kehidupan
bermasyarakat. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan bisa
menjadi bekal menjalani profesi dokter hewan yang memiliki
integritas dan profesionalisme.
Selesainya laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak,terimakasih banyak kami haturkan kepada Ibu Drh.

Dian Masyhita, M.P selaku koordinator laboratorium embriologi


dan kepada seluruh asisten laboratorium yang sudah mengajarkan
kami hususnya kepada kakanda Yandi Syahputra. Karena dalam
penyelesaian laporan ini banyak

menemukan

kendala dan

kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak. Sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum
embriologi ini dengan baik.
Disadari bahwa laporan praktikum embriologi ini jauh dari
kata sempurna, sesuai pepatah yang menyebutkan tidak ada gading
yang tak retak. Begitupula kami yang masih di tingkat belajar.
Semoga laporan ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua
khususnya kami mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas
syiah kuala angkatan 2013 untuk belajar lebih giat lagi. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih dan mohon untuk memberikan kritik
dan saran.

Banda Aceh , Mei 2014

BAB l
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen;
(a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis
testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis
didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap
kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan saluransaluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat
kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis.
Alat kelamin jantan terdiri dari :
1.
2.
3.
4.

Testes
Saluran-saluran
Kelenjar-kelenjar
Penis
Testis terbagi atas lobules-lobulus. Setiap lobules terdiri dari

banyak tubulus seminiferus yang menghasilkan sperma. Diantara


tubulus seminiferus terdapat sel-sel berbentuk polygonal yaitu sel
leydig ( sel interstisial ) yang menghasilkan hormone testosteron.
Di atas membrane basal tubulus seminiferus terdapat sel sertoli
yang berfungsi memberi makan spermatozoa.

1.2

Tujuan
Untuk mengidentifikasi bentuk susunan alat kelamin jantan dan
fungsinya secara makroskopis dan mikroskopis.

1.3

Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasi bagianbagian alat kelamin jantan beserta fungsinya secara makroskopis
dan mikroskopis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi
menghasilkan

merupakan

keturunan

kemampuan makhluk

yang

baru.

Tujuannya

hidup untuk
adalah

untuk

mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Hal ini
juga bertujuan agar keseimbangan alam tetap terjaga (Lestari, 2013).
Kemudian Yusuf

(2013)

menjelaskan

kemampuan

hewan

untuk

mereproduksi secara efisien merupakan komponen integral dari usaha


peternakan.
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen;
(a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus
(jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b)
sekelompok

kelenjar-kelenjar

kelamin

pelengkap

kelenjar-kelenjar

vesikularis, prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari


epididimis dan vas deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ
kopulatoris yaitu penis (Tim Pengajar Embriologi, 2014).
Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan akan
menghasilkan sel-sel sperma serta hormone testosterone. Dalam testis
banyak terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus (Toelihere
1979).
Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan
pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh
syaraf dan darah. b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan
tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari
Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis
dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk
suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada

ujung proximal testis; g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke


bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir
melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke atas; h)
Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian
bawah testis yang membelok ke atas Vasdeferens, terentang dari ekor
epididimis sampai urethra (Toelihere 1979).
Epididimis suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis
berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor
(Salisbury, 1985).

Kepala

(caput

epididymis)

membentuk

suatu

penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung
proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya
dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis. Corpus
epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah,
sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati
testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda
epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak
pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup
cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes
dan dapat diraba (Salisbury, 1985).
Vas deferens ductus deferens mengangkut sperma dari ekor
epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere
1979).
Vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah
testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin
inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari

pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali
spermaticus tersebut (Toelihere 1979).
Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis.
Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan
urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput
peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan
bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf,
membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis
ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah
menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar
membentuk ampullae ductus efferentis. Ampula pada sapi panjangnya 10
sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15
sampai 24 cm dan diameternya 2 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan
kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Toelihere 1979).
Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan
gerakan

peristaltik

vas

deferens.

Kelenjar-kelenjar

vesikularis

mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara


manual untuk memperoleh semen (Yusuf, 2013).
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor
epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum,
untuk

mengamati

gambaran

eksternal

dari

testis

dinding

yang

mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai testis terlihat dan vas
deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke
atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan
di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah
arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas

deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel


yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang
membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum (Sayuti,
2012).
Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersamasama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf,
membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis
ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah
menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar
membentuk ampullae ductus efferentis. Ampula pada sapi panjangnya 10
sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15
sampai 24 cm dan diameternya 2 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan
kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Eroschenko, 2010).

BAB III
ISI

3.1 Hasil
Pengamatan makroskopis alat kelamin jantan :

\
Gambaran makroskopis alat kelamin jantan

Pengamatan mikroskopis alat kelamin jantan :

Gambaran mikroskopis tubulus seminiferus

Gambaran mikroskopis ductus epididimis

3.2 Pembahasan
Pengamatan makroskopis alat kelamin jantan :
Alat kelamin jantan terdiri dari :
1.

Testes

Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu :


a) sebagai system endokrin menghasilkan hormon testosterone.
b) sebagai system eksokrin menghasilkan spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan didalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH
(Folikel Stimulating Hormon), sedangkan testosterone dihasilkan oleh selsel interstitial dari leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormon).
Testes dibungkus oleh scrotum yang fungsinya sebagai termoregulator.
Scrotum terdiri dari :
a. kulit,

b. tunica dartos,
c. tunica vaginalis, dan
d. tunica albugenia.
2. Epididymis
Merupakan suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testes.
Epididymis dapat dibagi atas caput epididymis, corpus epididymis, dan
cauda epididymis. Fungsi dari epdidymis yaitu sebagai tempat melalukan
sperma, sebagai konsentrasi, sebagai tempat pematangan sperma, dan
sebagai tempat penyimpanan sperma.
3. Ductus defferent
Merupakan suatu saluran yang membentang dari cauda epididymis ke
urethrae pars pelvina. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi.
4. Penis
Penis mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin dan peletakan semen
kedalam saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri atas :
a) gland penis
b) corpus penis, dan
c) radix penis.
Dan musculus retractor penis adalah suatu otot licin yang bertaut pada
vertebrae coccygea pertama dan kedua. Ia berfungsi menarik kembali
penis kedalam preputium sesudah ejakulasi dan mempertahankan posisi
ini pada keadaan tidak ereksi. Penis ini termasuk dalam tipe fibro elastis
dan bersifat agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian
besar badan penis dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S (flexura
sigmoidea) yang berada di sebelah dorsocaudal scrotum. Dan penggantung
penis adalah suspensorium penis.

5. Urethrae masculine
Urethrae masculine atau canalis urogenitalis adalah saluran ekskretoris
bersama untuk urine dan semen.
6. Glandula accessories
Merupakan kelenjar yang menghasilkan sekresi yang penting untuk
metabolisme spermatozoa. Kelenjar kelamin accessoria yaitu :
a) glandula vesicularis
b) glandula prostate
c) glandula bulbourethralis (glandula cowper).

Pengamatan mikroskopis alat kelamin jantan


Pada pengamatan mikroskopis alat kelamin jantan bisa di amati
yaitu bagian dari tubulus seminiferus dan ductus epididimis.
a. Tubulus Seminiferus
Tubulus seminiferus merpakan tempat terjadinyaproses spermatogenesis
atau pembentukkan sperma yang terdiri dari bagian bagian :
1. Membran basal
2. Sel leydig, sebagai sel yang berfungsi memberikan nutrisi untuk sel
spermatid yang berada di sekitar atau di dekat sel spermatid yang
berbentuk segitiga atau oval.
3. Sel sertoli, sebagai sel penghasil hormon testosteron, berada di luar dari
membran basal antar sel yang satu dengan yang lain.
4. Spermatogonium, bakal awal untuk menjadi sperma yang berada di
dekat membran basal.
5. Spermatosit primer, perkembangan dari spermatogonium yang berada
hampir ke tengah atau menjauhi membran basal.
6. Spermatosit sekunder, dari spermatosit primer namun tidak dapat di
lihat pada preparat karena perkembangan spermatosit perkembangan
spermatoit sekunder cukup cepat atau tidak berlangsung lama

7. Spermatid, sel sperma yang sebenarnya


b. Ductus Epididimis
Sebagai saluran sperma yang terdiri atas bagian bagian :
1. Membran basal
2. Sel epitel, berbentuk silendris banyak garis bersilia. Semua ssel
mencapai membran basal tetapi tidak semua sel mencapai ruang bebas
3. Lumen, ruang kosong di dalam sel

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Alat kelamin jantan terdiri dari testes, epididymis, ductus defferent,
penis, urethrae masculine, glandulae accessories, dan scrotum.

4.2 Saran
Perlu dilakukan perbandingan alat reproduksi jantan pada hewan
sapi dan hewan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Jakarta; EGC.
Guyton, Arthur C dan John E.hall. 2006. Fisiologi Kedokteran. Jakarta;
EGC.
Lestari, Lari A.P. 2013. Struktur Anatomi Dan Histologi Organ
Reproduksi Alat Kelamin. Jurnal Skripsi. Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.
Sayuti, Arman. 2012. Gambaran Klinis Sapi Piometra Sebelum dan
Setelah
Terapi Dengan Antibiotik dan Prostagladin Secara Intra Uteri. Jurnal
Skripsi. 6 (2).
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta; EGC.
Tim Pengajar Embriologi, 2014. Diktat Kuliah Embriologi. Banda Aceh;
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas unsyiah kuala.
Toelihere, Mozes R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung
Angkasa.
Yusuf, Muhammad. 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Makassar;
Fakultas Peternakan Universitas Hassanudin.

http://www.academia.edu/5281617/Anatomi_Organ_Reproduksi_Jantan
http://ithapuspitasari.blogspot.com/2012/04/organ-reproduksi-ternakjantan.html

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM EMBRIOLOGI


Pengamatan Foetus

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Alfin Oktarian(1302101010010)
Dara Meliana (1302101010115)
Diana (1302101010158)
Heni Risky Yunamora Harahap (1302101010181)
Muhammad Nafis (1302101010026)
Nurlita (1302101010143)

Oky Ardiansyah (1302101010119)


Rina Ismaya (1302101010145)
Windian Tajuk Masmah Bengi (1302101010210)
Zea Octavia (1302101010069)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014

Kata Pengantar

Segala puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk
mewujudkan laporan praktikum embriologi ini serta shalawat
beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah

membawa

seluruh

umat

merasakan

indahnya

ilmu

pengetahuan.
Laporan praktikum embriologi ini diajukan setelah semua
praktikum yang telah dijalani. InsyaAllah berkah dan rahmat Allah

tercurahkan kepada kita semua. Semoga apa yang telah kami


temui, ilmu yang begitu luasanya dapat diterapkan di kehidupan
bermasyarakat. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan bisa
menjadi bekal menjalani profesi dokter hewan yang memiliki
integritas dan profesionalisme.
Selesainya laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak,terimakasih banyak kami haturkan kepada Ibu Drh.
Dian Masyhita, M.P selaku koordinator laboratorium embriologi
dan kepada seluruh asisten laboratorium yang sudah mengajarkan
kami hususnya kepada kakanda Yandi Syahputra. Karena dalam
penyelesaian laporan ini banyak

menemukan

kendala dan

kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak. Sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum
embriologi ini dengan baik.
Disadari bahwa laporan praktikum embriologi ini jauh dari
kata sempurna, sesuai pepatah yang menyebutkan tidak ada gading
yang tak retak. Begitupula kami yang masih di tingkat belajar.
Semoga laporan ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua
khususnya kami mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas
syiah kuala angkatan 2013 untuk belajar lebih giat lagi. Akhir kata

kami ucapkan terimakasih dan mohon untuk memberikan kritik


dan saran.

Banda Aceh , Mei 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dimulai sejak terjadinya konsepsi, yakni saat
bertemunya sel telur betina dan sel jantan. Pada saat itulah titik tolak
kehidupan dan sekaligus pertumbuhan dimulai. Pertumbuhan ini terus
berlangsung didalam kandungan induknya sampai saat dilahirkan.
Bersatunya sel jantan dan sel telur tadi menghasilkan calon makhluk
baru dalam kandungan yang disebut embrio atau foetus.
Lalu perkembangan fetus juga dipengaruhi oleh faktor genetik
(spesies, bangsa, ukuran tubuh, dan genotip), faktor lingkungan (induk
dan plasenta) serta faktor hormonal.Perkiraan umur foetus dapat
didapatkan dari hasil pengukuran panjang tubuh foetus melalui dua
cara:

1. Curve crown-Rump (CC-R)


Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang
saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk
garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.
2. Straight crown-Rump (SC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang
tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus
sampai forehead. Cara inilah yang sering digunakan.

Namun dengan seiring berkembangnya teknologi yang makin


modern, maka perkiraan umur foetus dan bentuk fisiknya dapat terlihat
dengan batuan berbagai macam alat canggih seperti:

B. Tujuan

1.

Roentgenografi,

2.

Computed Tomography (CATscan),

3.

Magnetic Resonance Imaging (MRI),

4.

Fluoroscopy,

5.

Biopsi, dan

6.

Ultrasonography (USG)

Praktikum ini bertujuan untuk, :


1.
Mengetahui panjang foetus pada masa kandungan.
2.
Mengetahui berat foetus pada masa kandungan.
3.
Mengetahui umur foetus pada masa kandungan.

C. Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus
berdasarkan usia kebuntingan, dan umur cara mengetahui umur foetus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan dengan sangat
lambat. Foetus ini terbungkus oleh suatu cairan dan jaringan yang terdapat
di dalam uterus. Cairan ini merupakan tilam yang berfungsi untuk
melindungi foetus terhadap bahaya dari luar berupa benturan atau pukulan.
Pada akhir kebuntingan pertumbuhan foetus berlangsung sangat cepat.
Proses pertumbuhan foetus berlangsung sangat cepat. Proses pertumbuhan
terakhir menjelang kelahiran ini hampir 2/3 bagian pertumbuhan hanya
berlangsung selama 1/3 dari seluruh waktu yang digunakan di dalam
kebuntingan (A.S. Sudarmono dan Y. Bambang Sugeng. 2008).
Menurut Salisbury (1985), perbedaan bentuk dan perubahanperubahan yang terjadi pada anak sapi dalam kandungan pada periode
foetus sampai lahir dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Fetus (46-280 hari)

46-54

Bila diperbandingkan ukuran hati


mengecil,
bagian-bagian
lain
memanjang

60

Kelopak mata menutup

70

Pengerasan tulang-tulang

90

Timbul kelenjar rambut-rambut

100

Celah tanduk Nampak

110

Mulai tumbuh gigi

150

Tumbuh rambut sekitar mata dan


hidung

180

Pengerasan tulang menyeluruh

230

Tumbuh rambut sekujur tubuh

280

Lahir

Kelenjar hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus


luteum, plasenta, folikel, hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin
yang lain, misalnya thyroid, adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar
endokrin yang menunjang ke lima kelenjar endokrin yang disebutkan
terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar endokrin yang disebut ini, kelenjar
hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan kelenjar pengatur, sedang
yang memegang peran utama adalah korpus luteum sebagai penghasil
progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan estrogen dan
folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai penghasil
estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas
pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya
sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982).

Estimasi umur foetus dalam hari = 2,5 x (CRL cm + 21) atau


Estimasi umur foetus dalam bulan = 2xCRL inches. Penentuan umur
fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut
Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut:

Keterangan : BCVRT = panjang keseluruhan fetus


C-R

= kepala- pangkal ekor

CVR

= curva kepala-pangkal ekor

VR

= panjang columna vertebralis

VRT = panjang columna vertebralis dan ekor

Perkiraan umur fetus menurut metode pengukuran CRL


Sapi

Domba

No

Panjang
(cm)

C-R Umur
(bulan)

Fetus Panjang
(cm)

C-R Umur Fetus

0,9

3 minggu

6-8

5 minggu

14-17

6 minggu

20

3,5

2 bulan

26

16

3 bulan

30

4,5

25

4 bulan

30-37

40-53

5 bulan

45

60

10

70-75

n 11

80-100

Embriogenesis adalah

proses

pembentukan

dan

perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel


setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan
menjadi 2 tahap yaitu :
a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi
sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum da
n
akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cle
avage).(D ,Afri)
Sesudah dimulai organogenesis terdapat suatu periode peningkatan
dimensi fetus secara cepat. Hal ini dapat terjadi dari pertambahan jumlah

sel dan pembesaran ukuran sel melalui pertambahan subtansi protoplasma.


Pertumbuhan dapat diuraikan sebagai mutlak dan relatif. Pertumbuhan
mutlak adalah perubahan volume panjang kepala-pangkal ekor, atau berat
fetus perunit waktu. Pertumbuhan relatif adalah pertumbuhan mutlak
perdimensi permulaan interval yang diukur. Pertumbuhan mutlak fetus
tidak bersikfat liunear tetapiu bertambah secara eksponensial sampai
kelahiran, mencapai maksimum selama akhir kebuntingan, sedangkan
pertumbuhan relatif menurun kira-kira pada pertengahan kebuntingan.
Pada sapi lebih dari setengah pertambahan berat fetus terjadi selama 2
bulan berakhir kebuntingan. Pada waktu partus berat fetus mencapai 60%
berat total konseptus (A,Andi)
Berat badan adalah parameter penting untuk mengetahui pengaruh
senyawa penting terhadap foetus, ditunjukkan dengan penurunan berat
foetus. Laju pertumbuhan dan perkembangan foetus menentukan variasi
ukuran anakan. rerata panjang fetus berbeda nyata antara kontrol dengan
perlakuan sementara antar dosis perlakuan tidak berbeda nyata. Penurunan
berat dan panjang tubuh adalah bentuk teringan efek agnesia terotogenik
dan merupakan parameter yang sensitive. Gangguan perkembangan
individu dalam uterus menyebabkan kelainan antara lain berat badan tidak
normal. Berkurangnya berat badan dan panjang foetus adalah idikasi
adanya hambatan pertumbuhan foetus. Hambatan pertumbuhan terjadi bila

agen mempengaruhi proliferasi sel, interaksi sel dan pengurangan laju


biosintesis berkaitan dengan hambatan sintesis asam nukleat, protein, atau
mukopolisakarida. ( Iriani S. 2009).
Keberhasilan produksi in vitro biasanya dinilai dari jumlah embrio
yang mencapai tahap morula atau blastosis. Mengingat tahapan tersebut
tahan terhadap pembekuan dan layak untuk ditransfer ke resipien. Disisi
lain faktor keberhasilan produksi embrio seperti kualitas oosit,
kemampuan fertilisasi spermatozoa, serta sistem kultur yang digunakan.
Embrio sapi mengalami aktivasi genomnya dimulai pada stadium 8-16 sel,
sehingga perkembangan embrio pada tahap 8 sel tergantung pada genom
maternal yang dibawa oleh oosit. Lebih lanjut dinyatakan kegagalan
perkembangan embrio invitro terjadi antara dua sel dan tahap blastosis.
(Agus dan Wayan. 2007).
Embrio dapat mengalami pencemaran

atau infeksi oleh

mikroorganisme pada saat masih berbentuk ovum karena berkontak


dengan jaringan atau cairan folikel ovarium yang mengalami infeksi.
Infeksi dapat juga terjadi setelah ovulasi karena dibuahi oleh spermatozoa
yang tercemari atau oviduknya mengalami infeksi. Penelitian-penelitian
mendalam yang telah dilakukan menunjukkan bahwa zona pelusida
merupakan barier yang efektif guna menahan penetrasi beberapa patogen

hewan, dan ada bakteri maupun virus yang mampu melekat erat
kepermukaan zona pelusida. ( Wayan., Arief., dkk. 2007).
Fetus dalam kandungan dilindungi oleh plasenta dan selaput
ketuban, namun tidak lepas dari pengaruh buruk zat yang dikonsumsi
induk. Kecepatan zat menembus barier plasenta tergantung besarnya
molekul, kelarutan dalam lemak, dan derajat ionisasinya efek teratogenik
paling lazim ialah abortus spontan, malformasi konginenital perlambatan,
pertumbuhan janin dan perkembangan mental, karsinogenesis dan
mutagenesis. Marformasi kongenita atau cacat bawaan adalah kelainan
struktur atau anatomi yang terdapat pada saat lahir, kebanyakan
disebabkan oleh factor genetic dan lingkungan atau gabungan keduanya
yang terjadi selama perkembangan dalam rahim. (Iriani S. dan Dwi A.
2007)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengukuran foetus sapi maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Metode CC-R

Metode SC-R

Tabel Hasil Pengukuran


Metode

Umur

CC-R

120

Berat (gr)
500-800

Panjang

Panjang

Tubuh

28,5

10

20,5

Rasio

1:2,05

Panjang

Rasio

KD

KB

14

14,5 1:0,5

SC-R

120

500-800

Keterangan

25

: Kepala

: Badan

KD

: Kaki Depan

KB

: Kaki Belakang

20

1:3,3

9,5

Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 58 cm dengan tekhnik


CC-R dan 51cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat
menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :

11

1:1,2

UMUR
(BULAN)

PANJANG
FOETUS
(cm)

BERAT (g)

SIFAT FETAI / PLASENTA

0,8-1

0,3 0,5

Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta


belem bertaut

6-8

10 30

Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta


terpaut

13-17

200 400

Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak


mata, skrotum pada jantan

27-32

1000
2000

Teracak, berkembang warna kuning, ada


legok bakal tanduk

30-45

3000
4000

Rambut pada alis, bibir, testes dalam


skrotum, puting susu

40-60

5000
10000

55-25

8000
18000

75-85

15000
25000

20-100

20000
50000

Rambut panjang sempurna diseluruh


tubuh, gigi seri normal, foetus besar

Rambut
dibagian
dalam
telinga,
sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan
moncong
Rambut pada meta tarsal, meta carpal
phalanx dan punggung, rambut panjang
pada ekor
Rambut pendek, halus diseluruh tubuh

BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu CC-R dan SCR
2. Foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari
panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut
berumur 120 hari ( 3bulan) dengan berat 500-800 gram.

Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu dalam pengukuran foetus
adalah dengan ditambahkan alat yang modern sehingga pengukuran foetus
lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press.
Iriani S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus Musculus L) Setelah
Pemberian

Ekstrak

Daun

Sambiloto

(Andographis

Paniculata

Nees).Jurnal Biologi XIII (2) 41-42. Universitas Udayana.


I Wayan B., Arief B., dkk. 2007. Perlakuan Tipsin Dan Pronase Terhadap
Perkembangan Embrio Mencit Yang Dicemari Dengan Escherichia Coli
K99. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Iriani S. dan Dwi A .2011. Penampilan Reproduksi Dan Perkembangan
Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstak Buah Nanas Muda.
Jurnal Veteriner September 2011 Vol. 12 No. 3 : 192-199. Universitas
Udayana.
Mohammad Agus dan Ni Wayan K. 2007. Tingkat Perkembangan Awal
Embrio Sapi Invitro Menggunakan Media Tunggal Berbahan Dasar

Tissue Culture Medium (ICM) 199. Jurnal kedokteran hewan vol. 7 no. 2,
September 2013. Universitas Udayana.
Setijanto,H.2008. Mikroanatomi Testis Fetus Sapi. Bogor: IPB Press.
Sudarmono, A.

dan Bambang, S. 2008 . Sapi Potong . Semarang :

Penebar Swadaya.
Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapi dan Kerbau.
Jakarta: Universitas Indonesia.
A,

andi.

(http://duniaaalifabdussalam.blogspot.com/2012/05/perkembangan-fetushingga-partus-pada.html). (diakses pada 15 mei 2014).


D, Afri. (http://daniandasarpemuliaanternak.blogspot.com/2012/05/tahapperkembangan-embrio.html). (diakses pada 14 mei 2014).

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM EMBRIOLOGI


Pengamatan Embrio Ayam

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Alfin Oktarian(1302101010010)
Dara Meliana (1302101010115)
Diana (1302101010158)
Heni Risky Yunamora Harahap (1302101010181)
Muhammad Nafis (1302101010026)
Nurlita (1302101010143)
Oky Ardiansyah (1302101010119)
Rina Ismaya (1302101010145)

Windian Tajuk Masmah Bengi (1302101010210)


Zea Octavia (1302101010069)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014

Kata Pengantar

Segala puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk
mewujudkan laporan praktikum embriologi ini serta shalawat
beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah

membawa

seluruh

umat

merasakan

indahnya

ilmu

pengetahuan.
Laporan praktikum embriologi ini diajukan setelah semua
praktikum yang telah dijalani. InsyaAllah berkah dan rahmat Allah
tercurahkan kepada kita semua. Semoga apa yang telah kami
temui, ilmu yang begitu luasanya dapat diterapkan di kehidupan

bermasyarakat. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan bisa


menjadi bekal menjalani profesi dokter hewan yang memiliki
integritas dan profesionalisme.
Selesainya laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak,terimakasih banyak kami haturkan kepada Ibu Drh.
Dian Masyhita, M.P selaku koordinator laboratorium embriologi
dan kepada seluruh asisten laboratorium yang sudah mengajarkan
kami hususnya kepada kakanda Yandi Syahputra. Karena dalam
penyelesaian laporan ini banyak

menemukan

kendala dan

kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak. Sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum
embriologi ini dengan baik.
Disadari bahwa laporan praktikum embriologi ini jauh dari
kata sempurna, sesuai pepatah yang menyebutkan tidak ada gading
yang tak retak. Begitupula kami yang masih di tingkat belajar.
Semoga laporan ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua
khususnya kami mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas
syiah kuala angkatan 2013 untuk belajar lebih giat lagi. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih dan mohon untuk memberikan kritik
dan saran.

Banda Aceh , Mei 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pola dasar perkembangan embrio aves sama dengan embrio


katak, yaitu melalui tahapan pemebelahan, blastula, grastula,
neurula,
dan
organogenesis.
Pembelahan
aves
merupakan pembelahan meroblastik, artinya pembelahan hanya
berlangsung di keeping lembaga saja. Darihasil pembelahan
diperoleh blastoderm sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam
memiliki epiblast,hipoblast, dan blastocoels. Epiblast bagian
tengah yang lebih terang disebut area pellusida, bagiantepi yang
lebih gelap disebut daerah opaka. Hipoblast merupakan bakal
lapisan ekstra embrio(Adnan, 2011).
Grastrula ayam ditandai dengan adanya penebalan didaerah
posterior blastoderm di area pellusida, penebalan ini kemudian
memanjang kea rah anterior sehingga membentuk parit
dengan pematangan disebut daerah primitive. Neurula mirip
dengan embrio katak yaitu melalui tahapankeeping neural, lipatan
neural dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses
lanjutansetelah terbentuk neurula, proses ini meliputi pembentukan
bakal organ dari lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm.
Perkembangan embrio ayam pada berbagai umur inkubasi
merupakanmedia yang jelas untuk memperlihatkan organogenesis
(Adnan, 2008).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi

pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada


embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui
beberapa fase, antara lain:
1. Sel tunggal (yang telah dibuahi)
2. Blastomer
3. Blastula
4. Gastrula
5. Neurula
6. Embrio / Janin

Pada ayam dan burung-burung lain, sel telur yang


sebenarnya hanya terdiri atas kuning telur dan di sisi satunya lagi
sebuah daerah sitoplasma tipis dan sebuah nucleus. Fertilisasi
terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumim serta cangkang
disekresikan sebagai lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar
khusus saat telur bergerak menuruni oviduk, tahapan-tahapan
blastula dan grastula terjadisaat telur masih berada dalm oviduk.
Blastodisk selapis sel yang berasal dari nucleus dansitoplasma telur
yang difertilisasi, mengalami delaminasi hingga menghasilkan
sebuah cakram berlapis dua yang mengelilingi blastocoels (Fried,
2002).

Ayam betina terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum


mengalami atropis (mengecil dantidak bekerja lagi). Dari ovary
menjulur oviduk panjang berkelok-kelok, berlibang pada
bagiancranial dengan suatu bentuk corong, lubang oviduk itu
disebut
ostium abdominalis.

Dinding tubuh oviduk selanjutnya tersusun atas musculus


dan ephiitelium yang bersifat glandular, yang member sekresi yang
kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur,
membrane tipis disebelahluar albumen, dan cangkok yang
berbahan zat kapur yang disebut oleh kelenjar disebelah
caudal.Uterus yang sebenarnya belum ada. Fertilisasi terjadi
didalam tubuh dengan jalan melakukankopulasi (Jasin, 1992).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

Gbr. Pengamatan hari ke-1

Gbr.Pengamatan hari ke-2

Gbr. Pengamatan Hari ke-3

Gbr.Pengamatan Hari ke-4

Gbr.Pengamatan Hari ke-5

Gbr.Pengamatan hari ke-7

Gbr. Pengamatan Hari ke-9

Gbr. Pengamatan Hari ke-11

Gbr.Pengamatan Hari ke-12

Gbr. Pengamatan Hari ke-14

Gbr.Pengamatan Hari ke-18

Gbr.Pengamatan Hari ke-20

3.2 Pembahasan
Pada hari ke 1 :

Bentuk awal embrio pada hari pertama masih belum jelas


terlihat.
Baru terlihat peta takdir (bakal terbentuknya jantung).
Terdapat area (bakal terbentuk tulang belakang )
Area fellusida (bakal pembuluh darah & saraf )
Bagian tengahnya juga merupakan sel benih betina yang
sudah dibuahi yang dinamakan zigot blastoderm.
Pada hari ke 2 :

Bentuk awal embrio mulai terlihat


Jantung sudah mulai terlihat
Pembuluh darah mulai berkembang
Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang
merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah
Pada hari ke 3 :

Jantung mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio


sudah mulai tampak.
Pembuluh darah sudah terlihat jelas
Jika dilihat dengan mikroskop, gelembung dapat dilihat
gelembung bening, kantung amnion, dan awal
perkembangan alantois gelembung-gelembung bening
tersebut nantinya akan menjadi otak .
Kantung amnion yang berwarna cairan warna putih
berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangan dan
membuat embrio bergerak bebas.
Pada hari ke 4:

Mata sudah mulai terlihat sebagai bintik gelap yang terletak


disebelah kanan jantung
Otak sudah dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop
Pada hari ke 5:

Sudah tampak kuncup-kuncup anggota badan


Sudah mulai terbentuk mata
Dan sudah terdapat pula arteri umbilicalis (penyumplai
makanan)

Pada hari ke 7:

Paruh sudah terlihat seperti bintik gelap pada dasar mata


Bulu asli yang halus mulai tampak
Ekornya sudah mulai terlihat
Lidahnya sudah terbentuk
Pembuluh darah menyuplai nutrisi
Membran vitalin terus berkembang dan mengelilingi lebih
dari separuh kuning telur
Ekor dan kepala sudah mulai berdekatan seperti huruf c
Perkembangan alat reproduksi dan terbentuk jenis kelamin
Amnion dan alantois sudah terlihat.

Pada hari ke 9 :

Paruh mulai mengeras.


Pembuluh darah mulai banyak.
Anggota gerak kaki mulai tumbuh.
Embrionya berputar mengatur posisi sejajar bentuk telur.
Dan ukuran Alantaoisnya pun mencapai maksimum.
Pada hari ke 11:

Embrio sudah semakin besar


Dan yolk akan semakin menyusut.
Paruhnya pun akan mulai jelas terlihat
Pada hari ke 12:

Folikel rambut mulai menumbuh.


Anggota gerak dan paruh sudah mulai mengeras.

Pada hari ke 14 :

Semakin besar lingkaran embriio maka semakin besar


rongga udaranya.
Bulu-bulu halus hampir menutupi tubuh.
Punggungnya sudah mulai melengkung.
Sudah ada kaki.
Sudah terbayang anak ayam.
Organnya sudah terbentuk normal.
Posisinya sudah sejajar.
Pada hari ke 18:

Internalisasi vitelin (vitelin sudah masuk kerongga


abdomen
Terjadi penguragan amnion
Bulu embrio sudah lengkap
Kepala embrio sudah mengarah ke kantong udara
Pada hari ke-18 ini sudah bisa dilakukan vaksinasi in ovo
Kuku embrio sudah terlihat jelas
Sudah bisa dipindahkan dari inkubator ke penetesan.
Pada hari ke 20:

Paruh embrio sudah menembus lapisan kulit bagian dalam


untuk bernafas melalui kantung udara
Kerabang mulai rapuh,mempersiapkan embrio menetas
Embrio sudah memenuhi kerabang
Paruparu sudah berfungsi sebagaimana fungsinya
Amnion sudah tidak ada.
Posisi embrio Lipping ( posisi anak ayam) & umbilikus
sudah tertutup

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1.

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan


embrio.

2. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di


tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik.
3. Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang
melalui beberapa fase, antara lain:

Sel tunggal (yang telah dibuahi)


Blastomer
Blastula
Gastrula
Neurula
Embrio / Janin

4. sel telur yang sebenarnya hanya terdiri atas kuning


telur dan di sisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis
dan sebuah nucleus.
5. Fertilisasi terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumim serta
cangkang disekresikan sebagai lapisan tambahan oleh
kelenjar-kelenjar khusus saat telur bergerak menuruni
oviduk, tahapan-tahapan blastula dan grastula terjadisaat
telur masih berada dalm oviduk.
6. Embrio ayam menetas pada umur 21 hari
7. Pertumbuhan embrio didalam kerabang telur terjadi melalui
beberapa tahap pertumbuhan organ , mulai dari jantung ,
pembuluh darah, mata
8. Peta takdir, merupakan bagian yang akan terbentuk menjadi
jantung embrio.
9. Pada hari ke 2 bentuk awal embrio mulai terlihat.
10. Pada hari ke 3 jantung mulai terbentuk dan berdenyut serta
bentuk embrio sudah mulai tampak.
11. Pada hari ke-18 sudah bisa dilakukan vaksinasi in ovo

12. Dan pada hari ke 20 sudah mulai mempersiapkan tandatanda untuk menetas, *kerabang mulai
rapuh,mempersiapkan embrio menetas
*Embrio sudah memenuhi kerabang
*Paruparu sudah berfungsi sebagaimana fungsinya.
13. Dan kemudian siap untuk menetas pada hari ke 21.

4.2 Saran
1. Harapan kami Preparat yang digunakan (penyediaan telur)
lebih lengkap pada hari pertama sampai hari ke 21,
sehingga dalam melakukan praktikum tidak sulit bisa lebih
mengenal dan bisa lebih tau perkembangan embrio pada
hari ke 1 sampai hari ke 21.
2. Dalam melakukan praktikum ini seharusnya mikroskop
dipakai untuk melihat gelembung bening, kantung amnion,
dan awal perkembangan alantois gelembung-gelembung
bening tersebut nantinya akan menjadi otak .

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pesonaunggas.com/2013/07/tahapanperkembangan-embrio-ayam.html, diakses 14 mei 2014


(http://trenggiling.wordpress.com/2011/01/29/perkembanga
n-embrio,diakses 14 mei 2014 )
Wikipedia.2014.embriogenesis
(http://id.wikipedia.org/wiki/Embriogenesis,diakses 15 mei
2014)
Mito,johan .2011.usaha penetasan telur itik.PT.agromedia
pustaka

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM EMBRIOLOGI


Pengamatan Spermatozoa

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Alfin Oktarian(1302101010010)
Dara Meliana (1302101010115)
Diana (1302101010158)
Heni Risky Yunamora Harahap (1302101010181)
Muhammad Nafis (1302101010026)
Nurlita (1302101010143)
Oky Ardiansyah (1302101010119)
Rina Ismaya (1302101010145)
Windian Tajuk Masmah Bengi (1302101010210)
Zea Octavia (1302101010069)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014

Kata Pengantar

Segala puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya untuk
mewujudkan laporan praktikum embriologi ini serta shalawat
beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah

membawa

seluruh

umat

merasakan

indahnya

ilmu

pengetahuan.
Laporan praktikum embriologi ini diajukan setelah semua
praktikum yang telah dijalani. InsyaAllah berkah dan rahmat Allah
tercurahkan kepada kita semua. Semoga apa yang telah kami
temui, ilmu yang begitu luasanya dapat diterapkan di kehidupan
bermasyarakat. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan bisa
menjadi bekal menjalani profesi dokter hewan yang memiliki
integritas dan profesionalisme.
Selesainya laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak,terimakasih banyak kami haturkan kepada Ibu Drh.
Dian Masyhita, M.P selaku koordinator laboratorium embriologi
dan kepada seluruh asisten laboratorium yang sudah mengajarkan

kami hususnya kepada kakanda Yandi Syahputra. Karena dalam


penyelesaian laporan ini banyak

menemukan

kendala dan

kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari


berbagai pihak. Sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum
embriologi ini dengan baik.
Disadari bahwa laporan praktikum embriologi ini jauh dari
kata sempurna, sesuai pepatah yang menyebutkan tidak ada gading
yang tak retak. Begitupula kami yang masih di tingkat belajar.
Semoga laporan ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua
khususnya kami mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas
syiah kuala angkatan 2013 untuk belajar lebih giat lagi. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih dan mohon untuk memberikan kritik
dan saran.

Banda Aceh , Mei 2014

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Metode oles ini yaitu suatu metode pembuatan preparat dengan
cara mengoles atau membuat selaput setipis mungkin dari bahan yang
berupa cairan atau bukan di atas objek glass. Metode ini dipakai untuk
pembuatan sediaan darah, spermatoazoa, cairan hemolimf belalang,
protozoa, mukosa mulut dan mukosa vagina.
Terdapat dua cara fiksasi yaitu, sebelum kering dan setelah kering.
Spermatozoa

berasal

dari

hasil

gametogenesis

yaitu

proses

spermatogenesis yang dihasilkan pada organ kelamin jantan. Spermatozoa


masing-masing hewan memiliki bentuk yang berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor.Spermatozoa memiliki struktur tubuh
yang terdiiri dari kepala, leher dan ekor.
Tujuan
Mahasiswa/i mengidentifikasi, mengetahui dan menentukan bentuk
dan struktur dari spermatozoa masing-masing hewan.

Manfaat

Setelah praktikum dilakukan, diharapkan mahasiswa/i dapat


mengidentifikasi, mengetahui dan menjelaskan bentuk dan struktur dari
masing-masing spermatozoa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Semen terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu


campuran sekret dari epididimis, duktus deferen, vesikula seminalis,
prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Volume ejakulat berkisar 3-4 ml,
jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan minimal sekitar 100 juta /ml.
Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil selama 3 jam
pertama setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 m/detik.
Spermatozoa yang normal harus memiliki kepala bulat lonjong (oval),
leher, dan ekor tunggal (Geneser 1994)
Sruktur Spermatozoa
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang
tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan,berasal dari gonosit
yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan
selanjut nya berubah menjadi spermatid dan akhir nya berubah menjadi
spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting
yaitu kepala dan ekor ( hafez.2000)
Kepala spermatozoa berbentuk bulat telur dengan panjang 5
mikron,diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama di bentuk
oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurun ayah nya. Pada bagian

anteriorkepala

spermatozoa

terdapat

akrosom,suatu

struktur

yang

berbentuk topi yang menutupi dua pertigaan bagian anterior kepala dan
melindungi beberapa enzim hidrolitik. ( yanagimachi,1994)
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi
oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis.secara molekuler
susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda,membran akrosom
luar bersatu dengan plasma membran pada saat terjadinya reaksi akrosom
sedangkan membran akrosom dalam menghilang. Spermatozoa terdiri atas
dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor ( Hafez,2000).
Pengamatan tudung akrosom utuh dilakukan dengan memakai
larutan Nacl fisiologis yang mengandung formalin 1%.tudung akrosom
yang utuh ditandai dengan ujung kepala spermatozoa yang berwarna hitam
tebal.pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah spermatozoa
yang memiliki tudung akrosom utuh dari 100 spermatozoa yang diamati
( Jurnal Natural Vol.10,No.2.2010)
Spermatozoa yang diproduksi di dalam tubulus seminiferi akan
dialirkan kedalam epididimis untuk menjalani proses pematangan akhir
sebelum

memiliki

kemampuan

bergerak

(motil)

dan

membuahi

oosit.proses terjadi adalah perpindahannya lokasi butiran sitoplasma dari


daerah proximal kearah distal ekor atau hilang sama sekali dari arah ekor

spermatozoa yang berlangsung dicaput dan corpus epididimis dan


selanjutnya dinyatakan bahwa cauda epididimis merupakan tempat
penyimpanan sementara spermatozoa yang sudah matang sebelum
diejakulasi ( Jurnal Wartazoa Vol,14.No. 1 th.2004)
Spermatozoa mati akan terlihat merah setelah pewarnaan hal ini
sesuai dengan partodiharjo (1992) yang menyatakan bahwa membrane
pada spermatozoa yang mati tidak permeable ( tidak selektif) tehadap zat
warna atau memiliki afinitas yang rendah sehingga menyebabkan
spermatozoa yang mati berwarna merah
Semen segar yang digunakan adalah semen hasil penampungan
dari kambing PE yang dipelihara .Evaluasi semen segar dilakukan untuk
melihat kelayakan kualitas dari semen guna dilakukan prpses pengenceran
selanjutnya. Penentuan kualitas semen perlu dilakukan untuk mennetukan
kadar pengenceran semen.Kuantitas dan kualitas semen yang didapatkan
dalam penelitian ini tergolong normal. ( Jurnal Ternak Tropikal Vol.9.No,2
:72-80,2008)
Motilitas adalah unsure yang sangat penting dalam fertilasi,karena
motilitas merupakan salah satu factor yang menentukan gambaran
spermatozoa yang sehat. Motilitas membantu transport spermatozoauntuk
mencapai terjadinya fertilitas .sifat motolitas spermatozoa akan tampak

setelah bercampur dangan sekresi dan kelenjar kelamin aksesoria pada


saat ejakulasi
Tubulus seminiferus dengan sperma yang
matang.Spermatogenesis adalah proses di mana sel-sel germinal
primordial pria yang disebut spermatogonium menjalani meiosis, dan
menghasilkan sejumlah sel yang disebut spermatozoa. Salah satu sel awal
dalam jalur ini disebut spermatosit primer. Setiap spermatosit primer
membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing
spermatosit sekunder menjadi dua spermatid atau spermatozoa muda. Sel
ini berkembang menjadi spermatozoa matang, yang disebut sel sperma.
Dengan demikian, spermatosit primer menghasilkan dua sel, spermatosit
sekunder, dengan subdivisi yang menghasilkan empat spermatozoa.
Anonimus.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Pembentukan_Sperma_(Spermatogen
esis) . (diakses pada15 mei 2014).
Perkembangan secara seksual pada Babi jantan dipicu oleh
kromosom Y dan androgen yang dimilikinya. Babi jantan membutuhkan
lima minggu untuk memiliki kembali sperma dan dua minggu untuk

mematangkannya. Izzaniskala (http://uniknya.com/2012/06/5-hewan-yangmemiliki-spermatozoa-terbanyak/) Diakses pada ( 15 Mei 2014)


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

A.SPERMATOZOA TIKUS

Spermatozoa
Mati
Spermatozoa
Mati

Spermatozoa
Hidup

B.SPERMATOZOA SAPI

PEMBAHASAN
Morfologi spermatozoa :
- Spermatozoa Normal : Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval,
reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar
dengan panjang 45 um.
- Spermatozoa Abnormal

: Spermatozoa disebut

abnormal

bilamana

terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoa yang abnormal.Jadi


meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal,
maka dikatakan abnormal.

Pada

sperma sapi, koleksi

spermatozoanya

dari

tubulus

seminiferus. Dibandingkan dengan sperma kambing, sperma sapi lebih


besar tetapi ekor sperma sapi tidak sepanjang sperma kambing.
Sperma tikus didapatkan langsung dengan memotong testis tikus
dimana dapat diambil dari bagian duktus epididimisnya. Pada sperma tikus
ini juga mempunyai ekor yang panjang dan pada kepalanya dapat dilihat
seperti menyerupai kail.
Abnormalitas kepala :
- Kepala oval besar : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih
besar dari normal. Panjang kepala >5 dan lebar >3
- Kepala oval kecil : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih
kecil dari normal. Panjang kepala <3>2 .
- Kepala pipih (tapering head = lepto) : Kepala spermatozoaberbentuk
seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak
panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head) :Kepalanya nyata atau bahkan
lebih menyolok berbentuk

sebagai

berhubungan dengan bagian tengah.

tetesan

air,

bagian

runcing

- Kepala dua (duplicated head) : Spermatozoa dengan memiliki dua


kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato) : Bentuk kepala yang tak menentu
atau sangat besar dengan struktur yang aneh.

Abnormalitas bagian tengah


- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah

Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Struktur sperma terdiri atas :


Kepala sperma ,terdiri atas akrosom,nucleus,dan sentriol.akrosom
mengandung enzim hialuronidase dan protease yang berfungsi menembus
ovum
Leher sperma
Bagian tengah badan sperma,banyak terdapat mitokondria yang
berfungsi menghasilkan enegi untuk pergerakan sperma.
Ekor sperma,yang berfungsi untuk pergerakan sperma.

Saran
Adapun saran praktikum embriologi spermatozoa pada saat
praktikum dilaksanakan praktikan melaksanakn praktikum perkelompok
dan didampingi asisten masing-masing guna untuk praktikan memahami
sepenuhnya tentang materi spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA

Arington,L.R,1965. Introductory laboratory animals science. The


interstreet printers and publishere,inc.Daville,illionis
Anonymous, Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan
Semen Manusia dan Interaksi Semen Getah Serviks, Balai
Penerbit

FKUI,

Perkumpulan

Indonesia,Perkumpulan Kontrasepsi

Andrologi

Indonesia, Jakarta,

1988 hal 1-504.


Brawijaya ,1982 . penyakit kelinci. Faculty of animal 4.9
Demers LM, In Vitro Fertilization and Assisted Reproductive
Technologies, Biotech Lab International,

March-April

2000
Rizal.2004.Pemanfaatan spermatozoa epididimis dalam teknologi
reproduksi, Jurnal Wartazoa.vol.4 No.1
Sanocka, D. And Kurpiz, M., 2004,Reactive Oxygen Spesies and
Sperm

Cells,

Endocrinol,Vol,2,12

Journal

Reproduction,Biol,

Winarto A. dan nurul I. 2008. Pengaruh tingkat pengenceran terhadap


kualitas spermatozoa kambing PE setelah penyimpanan
pada suhu kamar.jurnal Ternak Tropika Vol.9.No.2:72-80.
Irawan

Cahyo.Tanpa

Tahun.Perbedaan

kualitas

spermatozoa pada berbagai penampungan kambing PE


suplemen kamblok. Universitas brawijaya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Pembentukan_Sperma_(Spermato
genesis)
http://uniknya.com/2012/06/5-hewan-yang-memiliki-spermatozoaterbanyak/

Вам также может понравиться