Вы находитесь на странице: 1из 11

FORMULASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI CAMPURAN AMPAS TAHU

DAN DAUN LAMTORO MENGGUNAKAN EM4 METODE FERMENTASI


SERTA MEDIA TANAM MENGGUNAKAN AMPAS TEBU DAN ARANG
SEKAM PADI TERHADAP JUMLAH DAUN Brassica juncea L.
Nining Nurnaningsih, Putri Deviyan N., Rieza Novrianggita, Silmy Kaffah, Dr.
Agus Dharmawan M.Si, Dr. Sueb M.Kes
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang
E-mail: Niningmerli@gmail.com, agus.dharmawan.fmipa@um.ac.id,
sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK
Pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam bidang pertanian. Pupuk
organik memiliki keunggulan dari segi pemenuhan bahan bakunya, biaya produksi,
dan kandungan senyawa organiknya. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk organik adalah limbah tahu, dan daun lamtoro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman sawi menggunakan
formulasi pupuk organik cair dari campuran ampas tahu dan daun lamtoro
menggunakan EM4 metode fermentasi serta media tanam menggunakan ampas tebu
dan arang sekam padi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Kata kunci: pupuk organik, ampas tahu, limbah cair, daun lamtoro
ABSTRACT
Fertilizer is one of the main requirement of agriculture. Organic fertilizers
have advantages in terms of fulfillment of their raw materials, production costs, and
the content of organic compounds. One of the materials that can be used as raw
material for organic fertilizer is waste out, and lamtoro leaves. This study aims to

determine the growth of mustard plants using organic fertilizer liquid formulation of
a mixture of pulp and lamtoro leaves using EM4 fermentation methods as well as the
planting medium using bagasse and rice husk. The method used is the method of
experimental research using completely randomized design (CRD).
Keywords: organic fertilizer, waste of tofu, liquid waste, lamtoro leaves
PENDAHULUAN
Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan pemanfaatan lahan
pertanian menjadi berkurang akibat peralihan fungsi lahan menjadi perumahan.
Dengan semakin terbatasnya lahan yang diperuntukkan sebagai media tumbuh
tanaman maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan tanaman.Salah
satu solusi untuk menyiasati dan memanfaatkan keterbatasan lahan di perkotaan
secara efektif dan efisien yaitu melalui sistem hidroponik. Hidroponik adalah lahan
budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah sehingga hidroponik merupakan
aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk
menggantikan tanah.Prinsip dasar hidroponik dibagi menjadi dua yaitu hidroponik
substrat dan NFT (Nutrient Film Technique). Dimana Hidroponik substrat tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah)
yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen sertamendukung
akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Sehingga sistem hidroponik yang paling
tepat untuk model usaha pertanian sebagai salah satu solusi yang patut
dipertimbangkan untuk mengatasi masalah lahan (Roidah, 2014).
Salah satu tanaman yang sesuai untuk media hidroponik adalah sawi
(Brassica juncea L.). Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi
sebagaipenyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai
gizinya tinggi. Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya guna
dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam
sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita (Margiyanto, 2007).

Pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan, petani
biasa menggunakan pupuk cair kimia untuk mendapatkan pertumbuhan yang
maksimal dan cepat, tetapi efek dari penggunaan pupuk kimia ini adalah pada
kesehatan sehingga diperlukan pupuk yang sesuai dan tidak memiliki efek bagi
kesehatan, salah satu alternatif tersebut adalah dengan menggunakan pupuk organik.
Pemanfaatan pupuk cair organik lebih menguntungkan bagi petani sebagai
penyedia unsur hara bagi tanaman serta mudah terserap oleh akar tanaman (Jusuf,
2006). Formulasi yang sesuai sangat diperlukan untuk menyediakan unsur yang
diperlukan tanaman yaitu unsur Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) bagi tanaman.
Bahan yang dapat digunakan sebagai penyedia kandungan unsur hara NPK adalah
limbah tahu dan daun lamtoro.
Menurut Asmoro (2008) limbah cair tahu memiliki kandungan barbagai bahan
organik seperti N 0,27%, P2O5 228,85%, K2O 0,29%, protein 1,68%. Hal ini
dibuktikan oleh penellitian (Fitriyah, 2011) bahwa di dalam limbah cair tahu 500 ml
terdapat N sebesar 164,9 ppm, P sebesar 15,66 ppm, dan K sebesar 625 ppm.
Sedangkan dari 100 gr bahan basah daun lamtoro dihasilkan bahan kering sebesar
85% dengan kandungan protein 20 - 25%, nitrogen bebas 20-30%, lemak 5-10%,
energi 3,89%, tanin 1,5-2,5%, kalsium 0,8-1,8%, dan fosfor sebesar 0,23-0,27%
(Purwantoro, 2007). Dhani, Wardati dan Rosmimi (2013) menyatakan bahwa
pembentukan daun oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersedian unsure hara
nitrogen dan fosfor pada medium dan yang tersedia bagi tanaman. Kedua unsure ini
berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa
organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP
(Rahmah, Munifatul dan Sarjana 2014). Sedangkan unsur K berperan dalam
pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata (mengatur pernapasan
dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel,
mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap
kekeringan, penyakit selain itu juga berperan dalam perkembangan akar (Agustina,
1990).

Campuran dalam pembuatan pupuk organik menggunakan EM4 merupakan


campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10
Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan
coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme aerob dan anaerob (Diver,
1998). Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple effect yang secara dramatis
meningkatkan mikroflora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida,
alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Kandungan EM terdiri dari bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi (Indriani,
2007). Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam
amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan
berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk
fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik,lignin
dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan
bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat antibiotik, menghasilkan enzim dan
hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme efektif bakteri asam
laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara
cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk,
mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan. Fungsi EM 4
untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah
lactobacillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam
amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis
meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah media padat organik sebagai tempat
penanaman. Media padat organik merupakan komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Media digunakan untuk menjaga kelembapan daerah sekitar akar,
menyediakan cukup udara, dan dapat menyediakan unsur hara. Media tanam yang
baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya tidak terlalu padat,
sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu,
juga mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai aerase yang

baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah didapat dengan harga yang relatif
murah.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan adalah dengan pemberian arang (charcoal) dan ampas tebu. Arang
merupakan jenis-jenis bahan organik yang berasal dari berbagai sumber. Sumber dan
komposisi bahan yang berbeda akan menyebabkan kemampuan mempengaruhi
penyediaan fosfor dan kalium pada tanah berbeda pula (Nurhayati et al., 1986). Arang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas unsur hara
(pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan yang besar
dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang aktif mempunyai daya serap
(adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap (Pohan et al.,
2002). Arang sekam padi, dapat memiliki luas permukaan dalam antara 3002000m2/g (Hsieh and C.F. Hsieh, 1990) sehingga semakin luas permukaan arang
sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus (Pohan, 2002).
Keunggulan arang sekam padi adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,
serta melindungi tanaman. Sedangkan ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian
batang tebu dalam proses ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%,
kadar serat 43- 52% dan padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu
meliputi: zat arang atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O) 20%, air
(H2O) 50% dan gula 3%. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dapat
berpotensi untuk menjadi media tanam yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
(Andriyanti, 2011).Sedangkan komposisi kimiawi arang sekam adalah SiO2 dengan
kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3,
K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa bahan
organik lainnya.
Tanaman Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi sebagai
penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai gizinya
tinggi. Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam

upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam sampai
kini menjadi masalah di kalangan anak balita (Margiyanto, 2007).
Pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan,
petani biasa menggunakan pupuk cair kimia untuk mendapatkan pertumbuhan yang
maksimal dan cepat, tetapi efek dari penggunaan pupuk kimia ini adalah pada
kesehatan sehingga diperlukan pupuk yang sesuai dan tidak memiliki efek bagi
kesehatan, salah satu alternatif tersebut adalah dengan menggunakan pupuk organik.
Pada sebuah artikel penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Kompos
Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea canephora pierre) Di
Bawah Naungan Tanaman Kelapa Sawit menyatakan bahwa pertambahan jumlah
daun bibit kopi pada pemberian kompos ampas tahu 300 g berbeda nyata terhadap
pemberian kompos ampas tahu 225 g, 150 g, 75 g dan tanpa pemberian kompos
ampas tahu. Hal ini memperlihatkan semakin tinggi dosis kompos ampas tahu yang
diberikan, semakin meningkat pertambahan jumlah daun.Hal ini dikarenakan kompos
ampas tahu menyediakan unsur hara terutama N bagi pertambahan jumlah daun.
Menurut Hardjadi (1986) Unsur N dapat meningkatkan fotosintesa dan hasilnya dapat
diakumulasikan ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan, termasuk untuk
membentuk daun. Banyaknya jumlah N yang tersedia dalam tanah mempengaruhi
produksi biomassa tanaman. Persediaan N yang cukup dengan pemberian kompos
ampas tahu menjadikan pertumbuhan bibit kopi lebih baik.
Pada penelitian yang berjudul Analisis N Dan P Pupuk Organik Cair
Kombinasi Daun Lamtoro Limbah Tahu Dan Feses Sapi menyatakan bahwa
Tingginya kandungan nitrogen pada pupuk organik cair kombinasi daun lamtoro,
limbah tahu, dan feses sapi berdasarkan hasil pengujian dikarenakan dalam daun
lamtoro mengandung makronutrien seperti nitrogen, fosfor, magnesium, kalium, dan
kalsium. Dalam 100 gr daun lamtoro terdapat nitrogen sebesar 2,15 %, fosfor 0,3%,
dan kalium 2,8% (Parnata, 2004). Hal ini dibuktikan dalam penelitian (Wahyudi,
2009) menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano dan pupuk hijau lamtoro dengan

dosis 20ton/ha mampu meningkatkan ph tanah, serapan N tanaman, N-total tanah,


bobot kering tanaman, dan menurunkan kadar Air di tanah.
Tingginya kandungan fosfor pupuk organik cair kombinasi daun lamtoro,
limbah tahu, dan feses sapi berdasarkan hasil pengujian disebabkan karena ekstrak
daun lamtoro mengandung makronutrien seperti nitrogen, fosfor, magnesium, besi,
kalium, dan kalsium. Dalam daun lamtoro mengandung mineral protein kasar 27%,
lemak 3,5%, Ca 1,7%, dan P 0,3% (Rukmana, 2005). Hal ini di perkuat oleh
penelitian (Munir, 2013) bahwa pupuk hijau organik dari daun trembesi, daun
lamtoro, dan daun dan daun paitan terdapat kandungan unsur fosfor. Uji lab
membuktikan bahwa daun lamtoro memiliki kandungan fosfor sebanyak 0,31%,
nitrogen 3,37%, dan kalium 0,37%. Selain itu limbah tahu juga dapat menyebabkan
kandungan fosfor pada pupuk organik cair tinggi karena di dalam limbah tahu
mengandung kandungan makronutrien seperti nitrogen, fosfor, magnesium, besi, dan
kalium. Hal ini dibuktikan oleh penellitian (Fitriyah, 2011) bahwa di dalam limbah
cair tahu 500 ml terdapat N sebesar 164,9 ppm, P sebesar 15,66 ppm, dan K sebesar
625 ppm.. Hal tersebut di perkuat oleh penelitian (Desiana, 2013) tentang pengaruh
pupuk organik cair urin sapi, dan limbah tahu terhadap pertumbuhan bibit kakao
bahwa pada hasil analisis limbah cair tahu mengandung N sebesar 0,12%, P sebesar
15 ppm, dan K sebesar 2,44 ppm
Artikel penelitian yang berjudul Kadar Protein Jamur Tiram Putih Pada
Media Campuran Serbuk Gergaji, Ampas Tebu, dan Arang Sekam menyatakan
bahwa kandungan protein jamur tiram putih yang ditanam pada media campuran
arang sekam, ampas tebu dan serbuk gergaji kayu dengan kosentrasi bahan yang
berbeda memperlihatkan hasil yang berbeda. Kandungan protein tertinggi terdapat
pada perlakuan 11 yaitu campuran ampas tebu 900 g, arang sekam 300 g, dan serbuk
gergaji 300 g dengan kadar protein sebesar 10,35% dan kandungan protein terendah
terdapat pada perlakuan 1 yaitu campuran ampas tebu 0 g, arang sekam 0 g, dan
serbuk gergaji 1500 g, media ini sebagai media kontrol dengan kadar protein sebesar
4,10%. Dengan demikian Kandungan protein pada jamur tiram menunjukan bahwa

dengan penambahan media ampas tebu dan arang sekam dapat meningkatkan kadar
protein jamur tiram putih.
Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan tanaman sawi menggunakan
formulasi pupuk organik cair dari campuran ampas tahu dan daun lamtoro
menggunakan EM4 metode fermentasi serta media tanam menggunakan ampas tebu
dan arang sekam padi sudah banyak di lakukan, namun demikian hasil penelitian
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, hal ini terkait dengan nutrisi, waktu
dilakukannya penelitian, serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Berdasarkan
uraian tersebut di atas dipandang perlu dilakukannya penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman sawi menggunakan formulasi pupuk organik cair
dari campuran ampas tahu dan daun lamtoro menggunakan EM4 metode fermentasi
serta media tanam menggunakan ampas tebu dan arang sekam padi.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dirumah kaca Universitas Negeri Malang dan pengujian
sampel pupuk cair untuk mengetahui kandungan makronutrien nitrogen (N) dan
Fosfor (P), dan Kalium (K) dilakukan di laboratorium kimia dan Tanah Universitas
Brawijaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai pada bulan
November 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan
perlakuan arang sekam yang berasal dari daerah berbeda yaitu Jember dan
Tulungagung.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi, arang
sekam padi, ampas tebu, limbah cair tahu, daun lamtoro, EM-4, air.Sedangkan Alat
yang digunakan yaitu talang, toples, alat pengaduk, blender, pipa paralon.dop, keni,
pipa T, klem, gunting rumput, lem paralon, dripper, selang, timbangan, alat tulis,
meteran.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari proses pembuatan serbuk daun
lamtoro, dan fermentasi limbah tahu selama 7 hari yang dicampur dengan EM-4
dengan perbandingan 5 liter limbah tahu : 50 ml EM-4, kemudian dilanjutkan dengan
pencampuran limbah tahu dan ektrak daun lamtoro dengan perbandingan 200 mL

pupuk induk : 9 g daun lamtorodan di fermentasi kembali selama 4 hari, setelah itu
pupuk baru diujikan di laboratorium.
Uji kandungan nitrogen dilakukan di laboratorium kimia tanah Universitas
Brawijaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (anava), bila
perlakuan berpengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut dengan beda nyata jujur
(BNJ). Hasil perlakuan nyata atau tidak nyata dapat diketahui dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta.
Andriyanti, Wiwien. 2011. Optimasi Pembuatan Selulosa dari Ampas Tebu sebagai
Dasar Pembuatan Polimer Superabsorben. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia Press.
Asmoro, Yuliadi. 2008. Pemanfaatan Limbah Tahu Untuk Hasil Tanaman Petsai
(Brassica chinensis). Surakarta: Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Atikah Rahmah, Munifatul Izzati, dan Sarjana Parman. 2014. Pengaruh Pupuk
Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica chinensis L.)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var.
Saccharata).Universitas Diponegoro: Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume
XXII, Nomor 1, Maret 2014
Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A. Oktober. 2004. Analisis Resiko
Lingkungan Dari Pengolahan Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu Apu (Pistia
Stratiotes L.). Jurnal Purifikasi, Vol.5, No.4,: 151-156.
Dhani, H., Wardati, dan Rosmimi. 2013. Pengaruh Pupuk Vermikompos Pada Tanah
Inceptisol Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica juncea L.).
Riau: Universitas Riau.Jurnal Sains dan Teknologi 18 (2), 2013, ISSN:
1412:2391.
Fitriyah, N. R. 2011.Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk Cair
Tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran).Skripsi. Surabaya: Jurusan
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November.
Hamli, Fitriani, Lapanjang M. Isandar, Yusuf, Ramal.2013.Respon Pertumbuhan
Tanaman Sawi (Bassica juncea L.) Secara Hidroponik Terhadap Komposisi

Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair.JurnalAgrotekbis 3 (3) :


290-296
Handajani, Hany. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Alternatif
Pada Kultur Mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein Vol.13, No.2,: 188-193.
Hsieh, S.C. and C. F. Hsieh, 1990.The Of Organic Matter In Crop Production.
PaperPresented at Seminar On The Organic Fertilizer In Crop Production. At
Suweon,South Korea 18-24 June 1990.
Jusuf, L. 2006. Potensi Daun Gamal Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Melalui
Perlakuan Fermentasi. Gowa: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).
Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1 ISSN 1858-4330.
Lakitan, B. 2011.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press
Mackentum, KM, 1969. The Practice of Water Pollution Biology.United State
Departemen of The Interior.Federal Water Pollution Controll Administration.
Devision of The Technikal Support.
Margiyanto, E. 2007.Hortikultura. Bantul:Cahaya Tani
Nurhayati et al., 1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung:Universitas
Lampung Press.
Pardosi, A. H., Irianto dan Mukhsin. 2014. Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk
Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol. Jambi: Universitas
Jambi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27
September 2014 ISBN : 979-587-529-9.
Pohan et al., 2002.Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Natrium Kidroksida
PadaPembuatan Karbon Aktif dan Sekam Padi.Jakarta: Balai Besar Penelitian
dan Pengambangan Industri Hasil Pertanian Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.
Prihandini dan Purwanto. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan
Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminose. Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.
Rahmah, A., Munifatul, I., dan Sarjana, P. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair
Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica chinensis L.) Terhadap
Pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays L. Var. Saccharata). Semarang:
Universitas Diponegoro. Jurnal Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 1,
Maret 2014.

Roidah, SyamsuIda. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem


Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1.No.2 Tahun
2014
Seni, I. A.Y., I Wayan, D.A., dan Ni Wayan, S.S. 2013. Analisis Kualitas Larutan
MOL (Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia Sepium).
Denpasar: Universitas Udayana. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN:
2301-6515 Vol. 2, No. 2, April 2013.
Triawati, A. 2010.Kualitas Ligkungan Sekitar Pabrik Tahu dan Pemanfaatan Limbah
Tahu Sebagai Pupuk Cair Organik dengan Penambahan EM4 (Effective
Microoganism).Surabaya. Tugas Akhir, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
UNAIR
WestermanP.W., Bicudo J.R. 2003. Management considerations for
organic waste use in agriculture. USA: The 10th International
Conference on Recycling of Agricultural, Municipal and
Industrial Residues in Agriculture.

Вам также может понравиться