Вы находитесь на странице: 1из 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu teori luar biasa tentang materi adalah teori kinetika gas, karena dari
model yang sederhana kita dapat menentukan persamaan keadaan gas sempurna dan
menurunkan pendekatan yang masuk akal tentang sifat fisikanya. Kita akan
menyajikan teorinya sebagai contoh pembentukkan model dalam ilmu pengetahuan,
dengan model keadaan materi diajukan, dinyatakan secara kuantitatif, dan akhirnya
dibandingkan dengan eksperimen. Selain persamaan keadaan yang akan kita
turunkan, kita juga akan menjelaskan beberapa sifat gas sempurna yang berhubungan
dengan transfer energi dan materi dari satu lokasi ke lokasi lain.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan tekanan gas ?
2. Apa yang dimaksud dengan Distribusi Velositas Molekul ?
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa yang dimaksud dengan Tumbukan antarmolekul ?


Apa yang dimaksud dengan tumbukan dengan dinding dan permukaan ?
Apa yang dimaksud dengan laju efusi ?
Apa yang dimaksud dengan fluks ?
Apa yang dimaksud dengan difusi ?
Apa yang dimaksud dengan konduktivitas termal ?
Apa yang dimaksud dengan viskositas ?

BAB II
1

PEMBAHASAN
24.1 Tekanan Gas
Teori kinetika gas menjelaskan tentang tekanan tetap yang diberikan oleh gas
berkenan dengan tumbukan antara molekul dengan dinding wadah. Tumbukan ini sangat
banyak jumlahnya, sehingga dinding sebenarnya mengalami gaya konstan, atau tekan tetap
(karena tekanan adalah gaya per satuan luas).
Gaya Tumbukan
Perhatikan sistem dalam gambar 24.1 . Jika partikel dengan massa m bertumbukan
dengan dinding di sebelah dari mvx menjadi -mv x, sedangkan komponen lainya tidak
berubah. Oleh karena itu, pada setiap tumbukan, momentumnya berubah sebesar 2mIv xI.
Jumlah tumbukan dalam selang waktu

t sama dengan jumlah partikel yang dapat

mencapai dinding pada selang waktu tersebut. Karena partikel deengan komponen kecepatan
vx dapat menempuh jarak lvxl t

dalam selang waktu

t , maka semua partikel

bergerak ke arah dinding tersebut. Jika luas dinding A, maka semua partikel dalam volume
Alvxl t

akan mencapai dinding (jika partikel itu bergerak ke arahnya), Jika rapatan

jumlah, atau jumlah partikel persatuan volume adalah


volume Alvxl t

adalah

N , maka jumlah dalam dalam

Alvxl t .

Secara rata-rata, setengah bagian partikel bergerak ke kanan, dan setengahnya lagi bergerak
ke kiri. Oleh karena itu, jumlah rata-rata tumbukan dengan dinding dalam selang waktu
t ,

adalah

1
N
A Alvxl t . Perubahan momentum total dalam selang waktu itu
2

merupakan hasil kali jumlah itu dengan perubahan 2mlvxl.


Perubahan momentum =

1
N
A Alvxl t
2

x 2mlvxl =

N Amv2 t
x

Laju perubahan momentum adalah perubahan momentum adalah perubahan momentum


dibagi dengan selang waktu t
Laju perubahan momentum =

selama terjadinya perubahan :

N Amv2
x

Laju perubahan momentum sama dengan gaya (menurut hukum kedua Newton tentang
gerakan), sehingga gaya yang diberikan oleh gas pada dinding, juga

N Amv2 Dengan
x.

demikian, tekanan atau gaya per satuan luas, adalah:


Tekanan =

N Amv2
x

Tekanan rata-rata
Tidak semua partikel bergerak dengan kecepatan yang sama, sehingga tekanan p yang
terdeteksi merupakan rata-rata (diberi notasi <.....> dari kuantitas yang baru dihitung.
P =

N Amv2
x

Akar rata-rata kuadrat kecepatan c, dari partikel adalah :


vx 2>+ vy 2> 1/2
2=
C=
v 2> 1/
Akan tetapi, karena partikel bergerak secara acak (dan tidak ada aliran neto dalam arah
tertentu), maka rata-rata vx2 yang sama dengan rata-rata kuantitas yang analog dalam arah y
dan z. karena

vx 2> vy 2>dan< v z 2> sama, maka:


2
C = (3

vx 2>

1
3

vx 2>1/ sehingga

Oleh karena itu:

1
N nc 2
P= 3
Persamaan 1 merupakam hasil kunci dari teori kinetik 1.
1. Ketentuan yang digunakan dalam bagian 1 dan 2 adalah superskip pada persamaan,
menunjukkan tentang gas sempurna : sekarang ketentuan itu di perluas untuk hasil
yang berasal dari teori kinetika.

Akar rata-rata kuadrat kecepatan molekul


Rapatan jumlah sama dengan N/V, dengan N merupakan jumlah total partikel yang
ada dalam volume V. Karena N = nNA , dengan NA merupakan konstanta avogadro, maka:
1
nN A mc 2
pV= P= 3
Gas sempurna memenuhi persamaan keadaan, maka
pV = nRT = nNAkT
dengan k merupakam konstanta Bolzmann. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa:

c=

3 kT
m

1/ 2

( )

(2a)

24.2 Distribusi Velositas Molekul


Kita sudah melihat bahwa teori kinetika gas memungkinkan kita menghitung nilai
rata-rata dari sifat. Selain itu, teori ini juga memungkinkan kita membahas rentangan nilai
disekitar nilai rata-rata dan menghitung fraksi molekul yang mempunyai kecepatan dalam
jarak tertentu.
Beberapa Sifat Nilai Rata-Rata
Secara singkat nilai rata-rata sifat X mempunyai nilai berapapun dari suatu jarak nilai
kontinu (seperti kecepatan) adalah :

x> xf ( x ) dx

(3)

Fungsi f (V) yang disebut distribusi sifat X, menyatakan peluang terletaknya sifat itu
dalam jarak X sampai X + dX . Contohnya, f (v) dv adlah peluang terletaknya kecepatan itu
dalam jarak v sampai v + dv.
Sifat kedua dari nilai rata-rata yang akan kita gunakan, bersangkutan dengan peluang
bahwa dua sifat mempunyai nilai khusus sura bersamaan. Jika peluang terletaknya sebuah
sifat dalam jarak X sampai X + dX adalah f(X) dX, dan peluang terletaknya sifat bebas Y
dalam jarak Y sampai Y + dY adalah f(Y) dY, maka peluang terletaknya X dan Y secara
bersamaan dalam jarak ini, merupakan hasil kali peluang individualnya.
f ( X,Y) dX dY = f (X) f(Y) dX dY

Contohnya, komponen velositas vx dan vy dari molekul dalam gas saling tak
bergantung, dan peluang bahwa molekul mempunyai nilai khusus vx dan vy secara bersamaan,
merupakan hasil kali peluang individualnya. Dalam hal seperti ini, distribusi gabungan
f (X, Y) merupakan hasil kali distribusi individualnya :
f ( X,Y) = f (X) f(Y)

Distribusi Maxwell-Boltzmann

(4)

Sekarang kita sudah mempunyai latar belakang yang cukup untuk mencari distribusi
komponen velositas molekul dalam gas sempurna. Hasil yang akan kita turunkan, ternyata
berguna ketika kita melakukan perhitungan yang berhubungan dengan laju reaksi dan dengan
sifat berkas molekul.
Ketika komponen velositas molekul vx, vy, dan vz tidak bergantung satu sama lain
sehingga peluang f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz bahwa molekul mempunyai velositas dengan
komponen dalam jarak vx sampai vx + dvx, vy + dvy, dan sampai vz + dvz merupakan kali
peluang individualnya.
f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz = f (vx) f( vy) f( vz) dvx, dvy dvz
distribusi gabungan merupakan hasil kali dari distribusi individualnya :
f (vx,, vy, vz) = f (vx) f( vy) f( vz)
Sekarang kita mengasumsikan bahwa peluang molekul mempunyai jarak komponen
velositas khusus, tidak bergantung pada arah alirannya. Jadi, kita mengasumsikan bahwa f
bergantung pada kecepatan v, dengan v2 = v2x + v2y + v2z, tetapi komponen individualnya tidak.
Contohnya, peluang molekul mempunyai velositas dengan komponen ( 1,0 km s -1, 2,0 km s-2,
3,0 km s-3 ) dan karenanya kecepatan kecepatan 3,7 km s-1 sama dengan peluang molekul
mempunyai velositas dengan komponen ( 2,0 km s -1, 1,0 km s-1, 3,0 km s-1 ) atau set lain
manapun yang sesuai dengan kecepatan 3,7 km s -1. Dengan demikian, f hanya bergantung
pada v2x + v2y + v2z, dan kita menyatakan dengan f (v2x + v2y + v2z). Kemudian persamaan
terakhir menjadi :
f (v2x + v2y + v2z) = f (vx) f( vy) f( vz)
Hanya fungsi eksponensial yang memenuhi hubungan sejenis ini, karena
ea+b+c = eaebec
Konsekuensinya,
2
vx

f (vx) = Ke
dengan K dan konstanta. Kedua konstanta itu sama untuk f ( vy) dan f( vz) karena distribusi
dalam setiap arah sama. Oleh karena itu :
x+ 2 v 2y v 2z
(
)
v

= f (v 2x) f( v 2y) f( v 2z)

f (vx + vy + vz) = Ke

seperti yang diperlukan. Kita dapat memecahkan kerancuan pada dasar fisika. Peluang
velositas sangat tinggi, harus sangat kecil; oleh karena itu tanda negatifnya harus diambil.
6

Kemudian kita menentukan K. karena molekul harus mempunyai suatu velositas


dalam jarak - vx , maka peluang total komponen x velositas berada dalam jarak itu
adalah 1 :
f ( v x ) d v x =1

Penggantian ungkapan di atas, menghasilkan :

f ( v x ) d v x =K e v

2
x

()

dvx = K

1/ 2

Oleh karena itu, K = ( / )

1/ 2

dan
f (v x )=K

1 /2

()

v 2x

Akhirnya, kita menentukan dengan menghitung sifat yang sudah kita ketahui. Nilai rata-rata
v 2x adalah :
2

v x f ( v x ) d v x

v =
2
x

1 /2

( )

v 2x e v

2
x

dvx

Integral di sebelah kanan merupakan standar (kotak 24.1) dan sama dengan
1 /2

( / 3 )

1
2

. Dengan demikian maka

v 2x

Dan kecepatan kuadrat rata-rata

1
2

1/ 2

( )

()

c2 =

1 /2

1
2

3/2 . Kita sudah menentukan nilai untuk c

(persamaan 2a); maka kita menyimpulkan bahwa :


7

m
2 kT

Oleh karena itu, bentuk lengkap distribusi velositas adalah :


1/ 2

m
f ( v x )=
2 kT

( )

m v 2x /2 kT

(5)

Persamaan 6 dikenal sebagai distribusi Maxwell-Boltzmann untuk velositas


molekul, yang merepresentasikan kontribusi Maxwell (mulanya Maxwell yang
menurunkannya) dan Boltzmann (yang membuktikannya dengan teliti).

Distribusi Kecepatan Maxwell


Sekarang kita dapat menurunkan distribusi kecepatan molekul, terlepas dari arah
gerakannya. Peluang bahwa molekul mempunyai komponen velositas dalam jarak vx sampai
vx + dvx, vy sampai vy + dvy, dan vz sampai vz + dvz,adalah :

f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz = f (vx) f( vy) f( vz) dvx, dvy dvz
m
2 kT

3/2

( )

m v 2x /kT

dvx dvy dvz

Peluang f(v)dv bahwa molekul mempunyai kecepatan dalam jarak v sampai v + dv


merupakan jumlah peluang terletaknya molekul itu dalam setiap unsur volume dvx dvy dvz
dalam kulit berbentuk bola dengan radius v (gambar 24.2). jumlah unsur di sisi kanan
umgkapan terakhir itu, merupakan volume kulit ini, yaitu 4v2dv. Oleh karena itu,
f(v) = 4

m
2 kT

1 /2

( )

v 2 em v / 2 kT

(6)

yang merupakan Distibusi Kecepatan Maxwell.

Gambar 24.3 yang meringkaskan ciri utama distribusi Maxwell, menunjukkan bahwa
distribusi kecepatan melebar dengan pertambahan temperature. Gambar ini juga
8

menunjukkan bahwa kecepatan yang paling mungkin c*, kecepatan yang sesuai dengan
distribusi maksimum (yang diperoleh dengan penurunan f(v) terhadap v dan menunjukkan
kecepatan dengan kemiringan nol), bergeser ke nilai yang lebih tinggi :
C*=

1 /2

2 kT
m

( )

(7a)
Kecepatan rata-rata c

dihitung dari distribusi Maxwell seperti di jelaskan dalam contoh

24.3:
c

8 kT
m

1/ 2

( )

(7b)

Kecepatan rata-rata ini sedikit berbeda dengan akar kecepatan kuadrat rata-rata

3 kT
m

1/ 2

( )

c=
(7c)

(Dalam kedua kasus itu, kita dapat mengganti m dengan massa molar M, jika pada waktu
yang sama kita mengganti k dengan R). Secara numerik, c = 1,225 c* dan c = 1,128c*.
Molekul ringan mempunyai kecepatan rata-rata lebih tinggi dari pada molekul berat (tabel
24.1).
Distribusi Maxwell sudah dibuktikan secara eksperimen. Contohnya, kecepatan
molekul dapat diukur secara langsung dengan pemilih velositas, seperti yang terlihat dalam
Gambar 24.4 (alat sejenis seperti yang digunakan pada berkas molekul, subbab 22.5).
Piringan berputar mempunyai celah, yang hanya melewatkan molekul yang bergerak dengan
kecepatan yang sesuai, dan jumlah molekul dapat ditentukan dengan mengumpilkannya pada
detektor. Metoda tak langsung untuk pengukuran kecepatan, memenfaatkan efek Doppler
pada panjang gelombang sinar yang dipancarkan, seperti yang sudah kita bahas dakam
subbab 16.3.

Tumbukan
Skala waktu peristiwa dalam gas, seperti laju reaksi kimia, ditentukan dengan
frekuensi tumbukan, yaitu jumlah tumbukan yang dilakukan oleh molekul per satuan waktu.

24.3 Tumbukan antarmolekul


Kita menganggap terjadi Tumbukan, bila mana pusat dua molekul berjarak d satu
sama lain, dengan d, diameter tumbukan, dalam orde diameter molekul sebenarnya (untuk
bola keras, d merupakan diameternya). Pendekatan paling sederhana untuk menghitung
frekuensi tumbukan dengan membekukan posisi semua, kecuali satu molekul. Kemudian kita
memperhatikan apa yang terjadi saat molekul mobil itu berjalan melewati gas dengan
kecepatan rata-rata

selama

dengan luas penampang lintang


c t (Gambar 24.5). Luas

t . Ternyata molekul itu mejelajahi pipa tumbukan

d 2

dan panjang

c t .

sehingga volumenya

disebut penampang lintang tumbukan. Beberapa

penampang lintang tumbukan yang biasanya dicantumkan dalam table 24.2 (Nilai itu
diperoleh dengan mengukur berbagai sifat transport, seperti yang akan kita lihat dalam
subbab 24.7 sampai 24.9 ).
10

Gambar 24.5 Penampang lintang tumbukan dan pipa tumbukan. Tumbukan dihitung jika
dua partikel berada pada jarak yang sama dengan diameternya.
Tabel 24.2 Penampang lintang tumbukan /nm 2

C6H6

0,88

CO2

0,52

He

0,21

N2

0,43

Frekuensi Tumbukan
Jumlah molekul diam dengan pusat yang berada dalam pipa tumbukan,
dinyatakan dengan volume pipa dkalikan dengan rapatan jumlah = N/V yaitu
jumlah tumbukan yang dihitung dalam selang waktu

c t

t sama dengan jumlah ini, sehingga

frekuensi tumbukan z, atau jumlah tumbukan persatuan waktu adalah,

. Akan tetapi,

molekul itu tidak diam, sehingga kita harus menggunakan kecepatan relative molekul yang
bertumbukan. Untuk tumbukan antar jenis molekul yang berbeda, maka kecepatan relative
rata :
c Rel =

8 kT

11

mA mB
mA mB

(8)

Dengan

merupakan massa tereduksi. (sudah kita lihat dalam subbab informasi lanjutan

1, Bab 13 bahwa massa tereduksi terjadi jika gerakan relative partikel diperhitungkan. Untuk

molekul identik m =

1
m,
sehingga
2
c Rel = 21/2 c

Oleh karena itu, frekuensi tumbukan adalah


Z=

2 1/2 c N
V

2 1/2 c p
kT

(Karena N/V =p/kT).

Rapatan Tumbukan
Frekuensi tumbukan z menyatakan jumlah tumbukan yang dilakukan oleh satu
molekul. Kita dapat memperoleh frekuensi tumbukan total, yaitu laju tumbukan antara semua
1
2

molekul dalam gas, dengan mengalikan z dengan

tumbukan A. . .

A`

dan

A`

N (factor

1
2

memastikan bahwa

. . .A dihitung sebagai satu tumbukan). Oleh karena itu,

rapatan tumbukan Z, yaitu jumlah total tumbukan per satuan waktu volume adalah :

ZAA =

1
zN
2
V

c
N
1 (
2
2
V )
2

Kecepatan rata-rata dinyatakan oleh persamaan 7b, dan konsentrasi molar A dihubungkan
dengan rapatan jumlah, dengan konstanta Avogadro:

[A]NA =

12

N
V

Jadi

ZAA =

( 4mkT )

1/2

N2A[A]2

(10)

Rapatan tumbukan mungkin sangat besar. Contohnnya nitrogen pada temperature dan
tekanan kamar dengan d = 280 pm, Z = 5 x 1034 s-1 m-3.

Untuk tumbukan antar jenis molekul yang berbeda, kecepatan relative rata-rata dinyatakan
oleh persamaan 8, dan penampang lintang tumbukan oleh
1
( dA+ dB ) .
2

=d 2

, tetapi dengan d =

Jumlah tumbukan yang dilakukan oleh molekul A per satuan waktu, dengan

semua molekul N B yang ada

c N/V. Terdapat N A molekul, sehingga jumlah total

tumbukan AB persatuan waktu adalah ( c N/V)N. Rapatan tumbukan ZAB atau jumlah
total tumbukan AB persatuan wakru volume.
ZAB = (

8 kT
1/2
) X

NN '
V2

8 kT
)

1/2

N2A [A][B]

(11)

Jalan bebas rata-rata


Setelah kita mengetahui frekuensi tumbukan, kita dapat menghitung jalan bebas rata-rata
, atau jarak rata-rata perjalanan molekul antara tumbukan. Jika molekul yang bergerak
dengan kecepatan rata-rata

c ,

bertumbukan dengan frekuensi z, maka molekul itu

melewatkan jarak (1/z) dalam aliran bebas ammtara tumbukan, dan karenanya menjalani
jarak (1/z) c . Oleh karena itu jalan bebas rata-rata :
c
= z
13

Perhatikanlah karena z sebanding dengan tekanan, maka lamda berbanding terbalik dengan
tekanan. Penduakalian tekanan, mengurangi setengah jalan bebas rata-rata.
Karena pV = nRT, maka persamaan 12b ekuivalen dengan :

V
1
2 N
2

1
1
= 2 NA [ A]
2

(12c)

Hubungan ini menunjukkan bahwa pada volume konstan, jalan bebas rata-rata dalam sampel
gas, tidak tergantung pada temp[eratur. Jarak abtara tumbukan ditentukan dengan jumlah
molekul yang ada dalam volume tertentu, tidak pada laju perjalanannya.

24.4 Tumbukan Dengan Dinding Dan Permukaan


Perhatikan dinding dengan luas A yang tegak lurus sumbu x. Jika molekul mempunyai
v x>
0, maka molekul itu akan membentur dinding dalam selang waktu t , jika
v x< 0

molekul tersebut berada pada jarak

vx

dari ( Jika

vx

dinding). Oleh karena itu, semua molekul dalam volume A


positif, akan membentur dinding dalam selang waktu

< 0, molekul menjauh dari


t

dan dengan velositas

t . Jumlah rata rata tumbukan

total dalam selang waktu ini merupakan rata- rata dari kuantitas ini dikalikan dengan rapatan
jumlah molekul :

vx f ( v x ) d v x
Jumlah tumbukan = A t
0
( perhatikanlah bahwa integrasi hanyalah terhadap velositas positif). Kita dapat
mengevaluasikan integral itu dengan mudah, mnggunakan distribusi velositi :

v x f ( v x ) d v x =
0

m
v x em v
2 kT
0

2
x/skT

vx

( 2kTm )

Jadi, jumlah tumbukan per satuan waktu per satuan luas adalah :
Zw
(13a)
Karena N/V = p/kT, maka
14

( 2kTm )

N
V

cN
4N

Zw

pc
4 kT

p
(2 mkT )

(13b)
Jika p = 1 atm dan T = 300 K, maka wadah menerima sekitar 3 X
detik c m

ketergantungan

Zw

23

10

tumbukan per

pada tekanan dan massa molekul, sangat penting untuk

membahas proses yang terjadi pada permukan padat.

24.5 Laju Efusi


Jika gas pada tekanan p dan temperature T dipisahkan dari ruang vakum dengan
lubang yang sangat kecil, maka laju keluarnya molekul sama dengan laju pembentukan
A0
molekul pada luas lubang itu ( persamaan 13b ). Jadi, jika luar lubang :
, jumlah
molekul yang keluar per satuan waktu adalah:
Zw A0

p A0
(2 mkT )

(14)

Kenyataan bahwa sisi sebelah kanan sebanding dengan 1/ m

1/ 2

merupakan asal- usul

hukum efusi Graham, yaitu bahwa laju efusi berbanding terbalik dengan kuadrat akar masa
molar.
Rumus dalam dalam persamaan 14 merupakan dasar metoda Knudsen untuk penentuan
massa molar, atau jika massa molar diketahui, maka yang ditentukan adalah tekanan uap
padatan adalah p, dan padatan itu terdapat dalam rongga dengan lubang kecil, maka laju
kehilangan massa dai wadah itu, sebanding dengan p. metoda ini dapat diandalkan jika jalan
bebas rata-rata atom, panjang dibandingkan dengan diameter lubang.

Sifat Transport
Sifat transport zat adalah kemampuan zat itu untuk memindahkan materi, energy atau
sifat tertentu lainnya dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya, molekul-molekul ( dalam
gas, cairan, dan padatan) berdisfusi menuruti suatu gradient konsentrasi, sampai
komposisinya seragam. Laju difusi ini merupakan sifat transpor. Laju konduksi termal,
transpor energy menuruti gradient temperature,merupakan sifat transpor lainnya yang
merupakan sifat umum zat dan keadaannya. Konduksi listrik merupakan transport muatan
( oleh ion atau electron) dalam gradient potensial, dan konduktivitas listrik

zat juga

merupakan sifat transport. Viskositas, seperti akan kita lihat adalah ukuran laju
15

ditransportasikan momentum linear melalui fluida dan karenanya inipun merupakan sifat
transport.
Mula mula kita akan meninjau beberapa aspek umum transport, dan kemudian menghitung
bebearapa sifat transport dengan teori kinetika gas. Dalam bab selanjutnya, kita akan kembali
pada subyek ini untuk membahas transport dalam fluida secara lebih umum.

24.6 Fluks
Laju imigrasi sebuah sifat di ukur dengan fluks J, yaitu kuantitas sifat yang melewati
satuan luas per satuan waktu. Jika massa mengalir ( seperti dalam difusi), maka kita
2 1

menyatakan fluks massa dengan besaran kg/ m s

jika sifat itu adalah energy ( seperti

dalam konduksi termal), maka kita menyatakan fluks energy dengan J

m2 s1 , dan

seterusnya.
Pengamatan eksperimen pada sifat transport menunjukkan bahwa fluks sifat biasanya
sebanding dengan gradient sifat yang yang berhubungan dari system itu. Contohnya fluks
J
yang berdifusi sejajar dengan suatu sumbu z ternyata sebanding dengan gradient
konsentrasi sepnjang sumbu itu :
J

(materi)

d
d

Sebandingnya aliran materi dengan gradient konsentrasi kadang-kadang disebut hukum


pertama difusi Fick. Demikian pula, laju difusi termal ( aliran energy gerakan termal)
ternyata sebanding dengan gradient temperature.
J

Fluks

(energy)

dT
d

merupakan komponen sebuah vector. Jika

besar ( ke kanan); jika

> 0, fluksnya menuju makin

< 0, fluksnya ke arah kiri. Aliran materi terjadi menurut gradient

konsentrasi. Jadi, jika dNd < 0 (yang menunjukkan bahwa makin ke kanan konsentrasi
makin berkurang. Oleh karena itu, koefisien perbandingan dalam ungkapan fluks materi
harus negative, dan kita menyatakannya dengan D, dengan konstanta D merupakan
koefisien difusi. Jadi :
J

(materi) = -D

16

d
d

(15)

Energy gerakan termal mengalir menurut gradient temperature , dan dengan alasan yang
sama, menghasilkan :
J

(energy ) = -K

dT
d

(16)
dengan K merupakan koefisien konduktivitas termal
untuk melihat hubungan antara fluks momentum dengan viskositas, anggaplah fluida berada
dalam keadaan aliran Newtonion, aliran yang terjadinya dapat dibayangkan sebagai satu seri
lapisan . lapisan yang berada di dekat dinding tabung diam, dan velositas lapisan berikutnya
bervariasi secara linear dengan jarak dari dinding. Molekul terus-menerus bergerak diantara
lapisan itu dan membawa komponen x dari momentum, yang dimiliki oleh lapisan asalnya.
Sebuah lapisan diperlambat oleh molekul yang datang dari arah kiri (dari lapisan yang
bergerak lebih lambat), karena molekul itu mempunyai yang momentum arah x yang rendah.
Lapisan dipercepat oleh molekul yang datang dari arah kanan ( dari lapisan yang bergerak
lebih cepat). Karena lapisan yang cepat diperlambat dan lapisan yang lambat dipercepat oleh
molekul yang datang, maka lapisan itu akan menuju velositas yang seragam, dan kita
menafsirkan efek perlambatan lapisan lambat pada lapisan cepat sebagai viskositas fluida.
Karena efeknya bergantung pada transfer momentum x ke dalam lapisan yang diminati,
maka viskositas bergantung pada fluks momentum x dalam arah . Fluks momentum x
v
sebanding dengan d x / d karena jika semua lapisan bergerak dengan velositas yang sama,
maka tidak terdapat fluks neto. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan :
J

(momentum sepanjang

d vx
= - d

d vx
x )
d

Atau
(17)

merupakan koefisien viskositas ( atau viskositas saja )

24.7 Difusi
Sekarang kita akan menunjukkan asal-usul Hukum Pertama Fick berkenaan dengan
teori kinetika, dan mencari ungkapan untuk koefisien difusi gas sempurna. Tugas kita
membuktikan bahwa fluks molekul sebanding dengan gradient konsentrasinya.
Perhatikanlah susunan yang dilukiskan dalam gambar. Secara rata-rata, molekul yang
melewati luas A pada = 0 sudah menjalani sekitar satu jalan bebas rata-rata . Oleh
17

karena itu ,rapatan jumlah ditempat berasalnya molekul itu: (), yang dievaluasikan pada
= - . Rapatan jumlah ini kira-kira:
(- ) = (0) -

dengan subkrip 0 menunjukkan bahwa gradient itu harus dievaluasikan pada = 0. Dari
persamaan 13, jumlah rata-rata benturan pada jendela bayangan dari arah kiri, selama selang
t

waktu

adalah

1
4

A t ,
(- )c 0

maka fluks dari kiri ke kanan

J (L

R)yang berasal dari persediaan molekul di sebelah kiri adalah :


1
4

J (L R) =

(- )c

Dari kanan ke kiri juga ada fluks molekul. Secara rata-rata, molekul yang mengalir itu
berasal dari = + , dengan rapatan jumlah : ( ). Jadi,
1
)c
4 (

J (L R) =
Rapatan jumlah rata-rata pada = +
( ) = (0) +

, kira-kira:

( dd )

Aliran dari daerah yang lebih pekat di sebelah kiri mendominasi aliran kembali, sehingga
fluks neto adalah :
J

= J (L R) J (L R)

1
4

=-

1
2

(0)-

d
dz

( )

(ddz )

- (0)+

d
dz

( )

Persamaan 18 membuktikan bahwa fluks itu sebanding dengan gradient konsentrasi, sesuai
dengan hukum Fick.

18

Pada tahap ini, tampaknya kita dapat memperoleh nilai koefisien difusi dengan
membandingkan persamaan 18 dengan persamaan 15:
D=

2 c

Walaupun demikian, harus diingat bahwa perhitungan ini cukup kasar dan hanya merupakan
penilaian dari orde besaran D. Satu aspek yang belum diperhitungkan terdapat dalam gambar
24.9, yang menunjukkan bahwa walaupun molekul memulai perjalanannya dari dekat
jendela, tetapi mungkin molekul itu sudah mengalir jauh, sebelum sampai ditempat itu.
Karena jalannya panjang, mungkin molekul itu sudah bertumbukan sebelum mencapai
jendela, sehingga molekul itu disatukan dengan molekul lain yang sudah bertumbukan.
Perhitungan efek ini menimbulkan banyak pekerjaan, tetapi hasil akhirnya timbul factor

2
3

yang merepresentasikan fluks lebih rendah. Modifikasi ini menghasilkan


D=

3 c

(19)

Untuk koedisin difusi gas sempurna ( Tabel 24.3)


Jalan bebas rata-rata

makin pendek jika tekanan dinaikkan. Dengan demikian maka D

berkurang dengan bertambahnya tekanan, dan molekul berdifusi lebih lambat. Karena
kecepatan rata-rata c bertambah dengan dengan naiknya temperature, maka D juga bertambah
dengan naiknya temperature. Molekul dalam sampel dingin ( untuk gradient konsentrasi
T 1 /2 . Karena jalan
tertentu). Dari persamaan 12c dan 2, pada volume konstan: D
bebas rata-rata berkurang jika diameter tumbukan molekul bertambah, maka koefisien difusi
lebih besar untuk mlekul kecil, dari pada untuk molekul besar.
Tabel 24.3 Sifat transport gas sempurna
Sifat

Difusi
Konduktivitas
termal

Kuantitas yang Teori kinetika


ditransportasika sederhana
n
1
Materi

D= 3
c
Energy

1
3

2 1

m s
J
1

1 1

K m s

c C v [ X ]
=

19

Satuan

c Cv
(3 2) N A
Viskositas

Momentum

1
3

1 1
Kg m s

cmN
=
mc
(3 2)

24.8 Konduktivitas termal


Dalam konduksi termal, fluks yang diperhatikan adalah fluks energi. Tugas kita
sekarang adalah menjelaskan tentang sebandingnya fluks dengan gardien temperatur, dan
kemudian mencari ungkapan untuk koefisien

konduktivitas termal

K.

Beberapa nilai

eksperimen, dicantumkan dalam tabel 24.4. konduktivitas termal dimanfaatkan dalam alat
ukur pirani, yang pengukuran tekanan dilakukan dengan memonitor temperatur kawat yang
dipanaskan; dan dalam detektor katarometer dalam krometografi yang dipanaskan (GCL),
yang perubahan komposisi didekteksi dengan cara yang serupa. Dalam katarometer,
perubahan konduktivitas termal gas pembawa di sekitar kawat platina atau wolfarm yang
dipanaskan, dimonitor dan dibandingkan dengan kawat rujukan yang dikelilingi oleh gas
murni.
Andaikan setiap molekul membawa energi rata-rata = vkT, dengan v merupakan
bilangan yang mendekati 1 yang dapat diperoleh dari teori ekuipartisi (subbab 11.1). Untuk

partikel beratom tunggal, v =

3
2

. Jika satu molekul melewati jendela bayangan, molekul

ini mentransportasikan energi rata-rata itu. Kita akan mengandaikan bahwa rapatan jumlah
seragam (sehingga tidak ada difusi massa), tetapi temperatur tidak. Secara rata-rata, molekul
datang dari sebelah kiri setelah menjalani jalan bebas rata-rata dari daerah yang lebih panas,
dan dengan energi yang

lebih tinggi. Molekul juga datang dari sebelah kanan setelah

menjalani jalan bebas rata-rata dari daerah yang lebih dingin. Oleh karena itu fluks enegi
dalam dua arah adalah :
J (L R) =

1
4

N ( )

( ) = vk

20

dT
dz

1
4

J (L R) =

N( )

( )= T+

dT
dz

dan fluks energi neto :


1
2

JZ = J (L R) J (L R) =

v c k N

Seperti sebelumnya, kita mengalikannya dengan

3
2

dT
dz

untuk memperhitungkan jalan aliran

yang panjang, sehingga kita sampai pada :


1
3

JZ =

v c k N

dT
dz

Fluks energi sebanding dengan gradien temperatur, seperti yang ingin kita buktikan.
Perbandingan persamaan ini dengan persamaan 16, membuktikan bahwa :
k=

1
3

v c k N

( 20a )

karena untuk gas sempurna Cv = vkNA, maka kita dapat menyatakan persamaan ini sebagai
berikut :
k=

1
3

v c

Cv A

( 20b )

dengan A merupakan konsentrasi molar2.


Dalam kedua kasus itu, ketahuilah bahwa karena
maka k

1/ A ( persamaan 12c),

Cv dan konduktivitas termal tidak bergantung pada tekanan gas. Alasan

fisiknya adalah : konduktivitas termal besar jika banyak molekul yang tersedia untuk
mentranspormasikan energi itu ( karenanya k sebanding dengan A dalam persamaan 20);
tetapi banyaknya molekul membatasi jalan bebas rata-rata, sehingga molekul itu tidak dapat
membawa energi pada jarak yang jauh. Kedua efek ini berimbang. Dari eksperimen ternyata
konduktivitas termal tidak tergantung pada temperatur, kecuali jika tekanan sangat rendah.
Pada tekanan rendah k

p karena

lebih besar dari pada dimensi alat, dan jarak

ditransportasikannya energi ditentukan oleh ukuran labu, bukan oleh adanya molekul lain.
Fluks masih sebanding dengan jumlah pembawa, tetapi panjang jalannya tidak lagi
bergantung pada

, sehingga k

P.
21

24.9 Viskositas
Viskositas Gas Sempurna
Kita sudah melihat bahwa viskositas berhubungan dengan fluks momentum. Molekul
yang berjalan dari kanan dalam gambar 24.10 (dari lapisan cepat ke lapisan lebih lambat)
mentransportasikan momentum mvX ( ) ke lapisan yang baru pada z = 0, dan molekul
( ) kelapisan baru itu. Jika kita

yang berjalan dari kiri mentransportasikan mvx

mengasumsikan bahwa rapatannya seragam (suatu pendekatan), maka jumlah benturan per

satuan luas per satuan waktu pada jendela bayangan adalah :

1
4

c . Molekul dari

kanan, secara rata rata membawa momentum :


dT
dz

mvX ( = mvX (0) + m

Molekul dari kiri, membawa momentum :


mvX () = (mvX (0) m
jadi, fluks neto momentum
JZ =

1
4

1
= 2

N c

x dalam arah z adalah :

[ mvX (0) - m

N m c

dT
dz

dv
dv

[
mv
(0)
m
X
dz
dz

dv

dz

Kita melihat bahwa fluks itu sebanding dengan gradien velositas, seperti yang ingin kita
buktikan. Jika kita membandingkan ungkapan itu dengan persamaan 17, dan mengalikannya

secara biasa dengan

2
3 , maka kita dapat menunjukkan viskositas dengan :
1

= 3 Nm c = 3 m c NA A

22

(21)

Seperti juga konduktivitas termal, viskositas tidak bergantung pada tekanan. Jadi

1/p dan [A]

p , menunjukkan bahwa

tidak bergantung pada p.

Alasan fisiknya sama, yaitu : lebih banyak molekul yang mentransportasikan momentum,
tetapi pengangkutan itu tidak begitu jauh karena lebih pendeknya jalan bebas rata-rata.
Karena

T1/2 , maka viskositas sebanding dengan T1/2. Jadi, viskositas gas

bertambah dengan naiknya temperatur : molekul berjalan lebih cepat, dan fluks momentum
lebih besar.
Pengukuran viskositas gas
Tempat dua teknik utama untuk mengukur viskositas gas. Teknik pertama bergantung
pada laju peredaman osilasi puntir dari piringan yang tergantung dalam gas, yaitu konstanta
waktu untuk pengurangan gerakan harmonis, yang bergantung pada viskositas dan rancangan
peralatannya. Teknik kedua didasarkan pada rumus Poiseuille untuk laju aliran fluida melalui
pipa dengan radius r :
2
dV ( P 1 P 2 ) r
=
dt
16 lp p

Dengan V merupakan volume aliran, p1 dan P2 tekanan pada setiap ujung pipa sepanjang l,
dan p adalah tekanan saat pengukuran valome.
Pengukuran ini menegaskan bahwa viskositas gas tidak bergantung pada tekanan,
pada jarak yang lebar. Misalnya, pengukuran pada argon dari 10-3 atm sampai 102 atm terlihat
dalam gambar 24.11, dan kita melihat bahwa konstan dari sekitar 0,01 atm sampai 50 atm.
Pengukuran ini juga menegaskan (sampai taraf lebih kurang) akan ketergantungan viskositas
pada T1/2. Garis putus putus pada gambar memperlihatkan nilai hasil hitungan
menggunakan = 22 x 10 20 m2 , yang menunjukkan diameter van der waals sebesar 335 pm,
yang diperoleh rapatan padatan. Persesuaian ini tidak terlalu buruk, mengingat kesederhanaan
model itu dan pengabaian gaya antarmolekul.

Informasi Lanjutan : Nilai Dan Distribusi Rata-Rata


Andaikan kita akan menghitung nilai rata rata

sifat X yang mungkin

mengambil setiap nilai X1, X2,....., X2. Nilai ini merupakan hasil pengamatan yang mungkin.
23

Selain itu, andaikan juga bahwa dalam suatu seri dari N pengukuran, kita temukan bahwa X 1
terjadi N1 kali , X2 terjadi N2 kali, dan seterusnya. Maka rata-rata dinyatakan dengan :

X = N X + N X ++ NzXz = N
N

Xi

Rumus ini dapat dinyatakan berkenaan dengan peluang Pi diperolehnya hasil Xi


karena Pi = N/N kita dapat menuliskan :

X = PiXi
Jika jumlah total pengamatan adalah N, maka peluang terletaknya hasil suatu
pengamatan dalam kotak antara X dan X+ X

adalah P(X) = N (X)/N, yang dalam hal ini

adalah 1/50. Nilai N(X), dan karenanya juga P(X), sebanding dengan panjang kotak pada X
( selama nilai X kecil), sehingga kita menuliskan :
P(X) = f (X) X

Prosedur pengumpulan ini mengubah masalah kontinu menjadi masalah yang


menyerupai masalah diskret, dan kita dapat melanjutkan seperti yang sudah kita lakukan
dalam masalah diskret. Nilai rata-rata perkiraan X dicari dengan : mengambil nilai X untuk
setiap kotak, mengalikannya dengan peluang terletaknya hasil pengamatan dalam kotak itu,
dan kemudian menjumlahkan atas semua kotak itu :

X = XP (X) = Xf (X) X

Persamaan ini hanya merupakan perkiraan, karena f (X) dapat bervariasi cukup besar
sepanjang lebar kotak itu. Akan tetapi, f(X) akan menjadi konstan pada jarak itu. Oleh karena
itu kita membuat limit lebar kotak

menjadi sangat kecil ( X dX

) dan

bersamaan dengan itu, mengubah penjumlahan diskret menjadi integral terhadap semua hasil
yang mungkin :

X = f(X) dX

(A2)

Fungsi f(X) disebut distribusi sifat x. Dari definisi asal P(X) = f(X) X , yang menjadi :
dP(X) = f(X) dX

(A3)

24

kita melihat bahwa f menyatakan peluang terletaknya sebuah sifat dalam jarak X sampai
X+dX. Penafsiran persamaan A3digambarkan dalam contoh 24.2.
Jika dua sifat X dan Y tidak saling bergantung, maka peluang dimilikinya hasil
pengamatan Xi dan Yi merupakan hasil kali peluang individualnya :
P (Xf Yf = P(Xf ) P(Yf )

(A4)

Teknik yang sama dapat digunakan untuk sifat kontinu. Jika peluang X terletak dalam jarak
X sampai X+ dX adalah f(X) dX , dan peluang sifat bebas Y terletak dalam jarak Y sampai
Y + dY adalah f(Y) dY, maka peluang X dan Y bersama sama terletak dalam jarak ini,
merupakan hasil kali peluang individualnya :
f(X,Y) = f(X) f(Y)

(A5)

Kita sudah menggunakan kesimpulan ini dalam penurunan distribusi maxwell Boltzmann.

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

24.1 Tekanan Gas


Teori kinetika gas menjelaskan tentang tekanan tetap yang diberikan oleh gas
berkenan dengan tumbukan antara molekul dengan dinding wadah. Tumbukan ini sangat
banyak jumlahnya, sehingga dinding sebenarnya mengalami gaya konstan, atau tekan tetap
(karena tekanan adalah gaya per satuan luas).
Gaya Tumbukan
Jumlah tumbukan dalam selang waktu

t sama dengan jumlah partikel yang dapat

mencapai dinding pada selang waktu tersebut. Karena partikel deengan komponen kecepatan
vx dapat menempuh jarak lvxl t

dalam selang waktu

t , maka semua partikel

bergerak ke arah dinding tersebut. Jika luas dinding A, maka semua partikel dalam volume
Alvxl t

akan mencapai dinding (jika partikel itu bergerak ke arahnya), Jika rapatan

jumlah, atau jumlah partikel persatuan volume adalah


volume Alvxl t

adalah

N , maka jumlah dalam dalam

Alvxl t .

Secara rata-rata, setengah bagian partikel bergerak ke kanan, dan setengahnya lagi bergerak
ke kiri. Oleh karena itu, jumlah rata-rata tumbukan dengan dinding dalam selang waktu
t ,

adalah

1
N
A Alvxl t . Perubahan momentum total dalam selang waktu itu
2

merupakan hasil kali jumlah itu dengan perubahan 2mlvxl.


Perubahan momentum =

1
N
A Alvxl t
2

26

x 2mlvxl =

N Amv2 t
x

Laju perubahan momentum =

N Amv2
x
N Amv2
x

Tekanan =
Tekanan rata-rata
P =

N Amv2
x

Akar rata-rata kuadrat kecepatan c, dari partikel adalah :


vx 2>+ vy 2> 1/2
2=
C=
v 2> 1/
Akan tetapi, karena partikel bergerak secara acak (dan tidak ada aliran neto dalam arah
tertentu), maka rata-rata vx2 yang sama dengan rata-rata kuantitas yang analog dalam arah y
dan z. karena

vx 2> vy 2>dan< vz 2> sama, maka:


2
C = (3

vx 2>

1
3

vx 2>1/ sehingga

Oleh karena itu:


1
N nc 2
P= 3
Persamaan 1 merupakam hasil kunci dari teori kinetik 1.
2. Ketentuan yang digunakan dalam bagian 1 dan 2 adalah superskip pada persamaan,
menunjukkan tentang gas sempurna : sekarang ketentuan itu di perluas untuk hasil
yang berasal dari teori kinetika.

Akar rata-rata kuadrat kecepatan molekul

27

1
nN A mc 2
pV= P= 3
Gas sempurna memenuhi persamaan keadaan, maka
pV = nRT = nNAkT
dengan k merupakam konstanta Bolzmann. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa:

c=

3 kT
m

1/ 2

( )

(2a)

24.2 Distribusi Velositas Molekul


Kita sudah melihat bahwa teori kinetika gas memungkinkan kita menghitung nilai
rata-rata dari sifat. Selain itu, teori ini juga memungkinkan kita membahas rentangan nilai
disekitar nilai rata-rata dan menghitung fraksi molekul yang mempunyai kecepatan dalam
jarak tertentu.
Beberapa Sifat Nilai Rata-Rata
Secara singkat nilai rata-rata sifat X mempunyai nilai berapapun dari suatu jarak nilai
kontinu (seperti kecepatan) adalah :
x> xf ( x ) dx

(3)

Jika peluang terletaknya sebuah sifat dalam jarak X sampai X + dX adalah f(X) dX,
dan peluang terletaknya sifat bebas Y dalam jarak Y sampai Y + dY adalah f(Y) dY, maka
peluang terletaknya X dan Y secara bersamaan dalam jarak ini, merupakan hasil kali peluang
individualnya.
f ( X,Y) dX dY = f (X) f(Y) dX dY

Contohnya, komponen velositas vx dan vy dari molekul dalam gas saling tak
bergantung, dan peluang bahwa molekul mempunyai nilai khusus vx dan vy secara bersamaan,
merupakan hasil kali peluang individualnya. Dalam hal seperti ini, distribusi gabungan
f (X, Y) merupakan hasil kali distribusi individualnya :
28

f ( X,Y) = f (X) f(Y)

(4)

Distribusi Maxwell-Boltzmann
Ketika komponen velositas molekul vx, vy, dan vz tidak bergantung satu sama lain
sehingga peluang f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz bahwa molekul mempunyai velositas dengan
komponen dalam jarak vx sampai vx + dvx, vy + dvy, dan sampai vz + dvz merupakan kali
peluang individualnya.
f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz = f (vx) f( vy) f( vz) dvx, dvy dvz
distribusi gabungan merupakan hasil kali dari distribusi individualnya :
f (vx,, vy, vz) = f (vx) f( vy) f( vz)
Dengan demikian, f hanya bergantung pada v2x + v2y + v2z, dan kita menyatakan dengan
f (v2x + v2y + v2z). Kemudian persamaan terakhir menjadi :
f (v2x + v2y + v2z) = f (vx) f( vy) f( vz)
Hanya fungsi eksponensial yang memenuhi hubungan sejenis ini, karena
ea+b+c = eaebec
Konsekuensinya,
2
vx

f (vx) = Ke
dengan K dan konstanta. Kedua konstanta itu sama untuk f ( vy) dan f( vz) karena distribusi
dalam setiap arah sama. Oleh karena itu :
x+ 2 v 2y v 2z
(
)
v

= f (v 2x) f( v 2y) f( v 2z)

f (vx + vy + vz) = Ke

seperti yang diperlukan. Kita dapat memecahkan kerancuan pada dasar fisika. Peluang
velositas sangat tinggi, harus sangat kecil; oleh karena itu tanda negatifnya harus diambil.
Kemudian kita menentukan K. karena molekul harus mempunyai suatu velositas
dalam jarak - vx , maka peluang total komponen x velositas berada dalam jarak itu
adalah 1 :

29

f ( v x ) d v x =1

Penggantian ungkapan di atas, menghasilkan :

f ( v x ) d v x =K e v

2
x

dvx = K

1/ 2

()

1/ 2
Oleh karena itu, K = ( / )
dan

f (v x )=K

1 /2

()

v 2x

Akhirnya, kita menentukan dengan menghitung sifat yang sudah kita ketahui. Nilai rata-rata
2

v x adalah :
2

v x f ( v x ) d v x

v 2x =

1 /2

( )

v 2x e v

2
x

dvx

Integral di sebelah kanan merupakan standar (kotak 24.1) dan sama dengan
1 /2

( / 3 )

1
2

. Dengan demikian maka

v =
2
x

Dan kecepatan kuadrat rata-rata

1
2

1/ 2

( )

()

c2 =

1 /2

= 2

3/2 . Kita sudah menentukan nilai untuk c

(persamaan 2a); maka kita menyimpulkan bahwa :


=

m
2 kT

Oleh karena itu, bentuk lengkap distribusi velositas adalah :


30

f ( v x )=

1/ 2

m
2 kT

( )

m v 2x /2 kT

(5)

Distribusi Kecepatan Maxwell


Peluang bahwa molekul mempunyai komponen velositas dalam jarak vx sampai vx +
dvx, vy sampai vy + dvy, dan vz sampai vz + dvz,adalah :

f (vx,, vy, vz) dvx, dvy dvz = f (vx) f( vy) f( vz) dvx, dvy dvz
m
2 kT

3/2

( )

m v 2x /kT

dvx dvy dvz

Jumlah unsur di sisi kanan umgkapan terakhir itu, merupakan volume kulit ini, yaitu
4v dv. Oleh karena itu,
2

f(v) = 4

1 /2

m
2 kT

( )

v 2 em v / 2 kT

(6)

yang merupakan Distibusi Kecepatan Maxwell.

Kecepatan yang sesuai dengan distribusi maksimum (yang diperoleh dengan


penurunan f(v) terhadap v dan menunjukkan kecepatan dengan kemiringan nol), bergeser ke
nilai yang lebih tinggi :
C*=

1 /2

2 kT
m

( )

(7a)
Kecepatan rata-rata c

dihitung dari distribusi Maxwell.


c

8 kT
m

1/ 2

( )

(7b)

Kecepatan rata-rata ini sedikit berbeda dengan akar kecepatan kuadrat rata-rata
31

3 kT
m

1/ 2

( )

c=
(7c)

Distribusi Maxwell sudah dibuktikan secara eksperimen. Contohnya, kecepatan


molekul dapat diukur secara langsung dengan pemilih velositas, seperti yang terlihat dalam

Tumbukan
Skala waktu peristiwa dalam gas, seperti laju reaksi kimia, ditentukan dengan
frekuensi tumbukan, yaitu jumlah tumbukan yang dilakukan oleh molekul per satuan waktu.

24.3 Tumbukan antarmolekul


Kita menganggap terjadi Tumbukan, bila mana pusat dua molekul berjarak d satu
sama lain, dengan d, diameter tumbukan, dalam orde diameter molekul sebenarnya (untuk
bola keras, d merupakan diameternya). Pendekatan paling sederhana untuk menghitung
frekuensi tumbukan dengan membekukan posisi semua, kecuali satu molekul. Kemudian kita
memperhatikan apa yang terjadi saat molekul mobil itu berjalan melewati gas dengan
kecepatan rata-rata

selama

dengan luas penampang lintang


c t . Luas

t . Ternyata molekul itu mejelajahi pipa tumbukan

d 2

dan panjang

disebut penampang lintang tumbukan.

Tabel 24.2 Penampang lintang tumbukan /nm 2

C6H6

0,88

CO2

0,52

He

0,21

N2

0,43

Frekuensi Tumbukan

32

c t .

sehingga volumenya

Jumlah molekul diam dengan pusat yang berada dalam pipa tumbukan,
dinyatakan dengan volume pipa dkalikan dengan rapatan jumlah = N/V yaitu

c t

t sama dengan jumlah ini, sehingga

jumlah tumbukan yang dihitung dalam selang waktu

frekuensi tumbukan z, atau jumlah tumbukan persatuan waktu adalah,

. Akan tetapi,

molekul itu tidak diam, sehingga kita harus menggunakan kecepatan relative molekul yang
bertumbukan. Untuk tumbukan antar jenis molekul yang berbeda, maka kecepatan relative
rata :
8 kT

c Rel =

Dengan

mA mB
mA mB

(8)

merupakan massa tereduksi. (sudah kita lihat dalam subbab informasi lanjutan

1, Bab 13 bahwa massa tereduksi terjadi jika gerakan relative partikel diperhitungkan. Untuk

molekul identik m =

1
m,
sehingga
2
c Rel = 21/2 c

Oleh karena itu, frekuensi tumbukan adalah


Z=

2 1/2 c N
V

2 1/2 c p
kT

(Karena N/V =p/kT).

Rapatan Tumbukan
Frekuensi tumbukan z menyatakan jumlah tumbukan yang dilakukan oleh satu
molekul. Kita dapat memperoleh frekuensi tumbukan total, yaitu laju tumbukan antara semua

molekul dalam gas, dengan mengalikan z dengan


33

1
2

N (factor

1
2

memastikan bahwa

A`

tumbukan A. . .

dan

A`

. . .A dihitung sebagai satu tumbukan). Oleh karena itu,

rapatan tumbukan Z, yaitu jumlah total tumbukan per satuan waktu volume adalah :
1
zN
2
V

ZAA =

c
N
1 (
2
2
V )
2

Kecepatan rata-rata dinyatakan oleh persamaan 7b, dan konsentrasi molar A dihubungkan
dengan rapatan jumlah, dengan konstanta Avogadro:
N
V

[A]NA =
Jadi

ZAA =

( 4mkT )

1/2

N2A[A]2

(10)

Rapatan tumbukan mungkin sangat besar. Contohnnya nitrogen pada temperature dan
tekanan kamar dengan d = 280 pm, Z = 5 x 1034 s-1 m-3.

Untuk tumbukan antar jenis molekul yang berbeda, kecepatan relative rata-rata dinyatakan
oleh persamaan 8, dan penampang lintang tumbukan oleh
1
( dA+ dB ) .
2

=d 2

, tetapi dengan d =

Jumlah tumbukan yang dilakukan oleh molekul A per satuan waktu, dengan

semua molekul N B yang ada

c N/V. Terdapat N A molekul, sehingga jumlah total

tumbukan AB persatuan waktu adalah ( c N/V)N. Rapatan tumbukan ZAB atau jumlah
total tumbukan AB persatuan wakru volume.
ZAB = (

8 kT
1/2
) X

NN '
V2

34

8 kT
)

1/2

N2A [A][B]

(11)

Jalan bebas rata-rata


Setelah kita mengetahui frekuensi tumbukan, kita dapat menghitung jalan bebas rata-rata
, atau jarak rata-rata perjalanan molekul antara tumbukan. Jika molekul yang bergerak
dengan kecepatan rata-rata

c ,

bertumbukan dengan frekuensi z, maka molekul itu

melewatkan jarak (1/z) dalam aliran bebas ammtara tumbukan, dan karenanya menjalani
jarak (1/z) c . Oleh karena itu jalan bebas rata-rata :
c
= z
Perhatikanlah karena z sebanding dengan tekanan, maka lamda berbanding terbalik dengan
tekanan. Penduakalian tekanan, mengurangi setengah jalan bebas rata-rata.
Karena pV = nRT, maka persamaan 12b ekuivalen dengan :

V
1
2 N
2

1
= 2 1 NA [ A]
2

(12c)

Hubungan ini menunjukkan bahwa pada volume konstan, jalan bebas rata-rata dalam sampel
gas, tidak tergantung pada temp[eratur. Jarak abtara tumbukan ditentukan dengan jumlah
molekul yang ada dalam volume tertentu, tidak pada laju perjalanannya.

24.4 Tumbukan Dengan Dinding Dan Permukaan


Perhatikan dinding dengan luas A yang tegak lurus sumbu x. Jika molekul mempunyai
v x>
0, maka molekul itu akan membentur dinding dalam selang waktu t , jika
molekul tersebut berada pada jarak

v x< 0

vx

dari ( Jika

dinding). Oleh karena itu, semua molekul dalam volume A


positif, akan membentur dinding dalam selang waktu

vx

< 0, molekul menjauh dari


t

dan dengan velositas

t . Jumlah rata rata tumbukan

total dalam selang waktu ini merupakan rata- rata dari kuantitas ini dikalikan dengan rapatan
jumlah molekul :
35

vx f ( v x ) d v x
Jumlah tumbukan = A t
0
( perhatikanlah bahwa integrasi hanyalah terhadap velositas positif). Kita dapat
mengevaluasikan integral itu dengan mudah, mnggunakan distribusi velositi :

v x f ( v x ) d v x =
0

m
v x em v
2 kT
0

2
x/skT

vx

( 2kTm )

Jadi, jumlah tumbukan per satuan waktu per satuan luas adalah :
Zw

( 2kTm )

N
V

cN
4N

(13a)
Karena N/V = p/kT, maka
pc
4 kT

p
(2 mkT )

Jika p = 1 atm dan T = 300 K, maka wadah menerima sekitar 3 X

1023

tumbukan per

Zw

(13b)

2
detik c m ketergantungan

Zw

pada tekanan dan massa molekul, sangat penting untuk

membahas proses yang terjadi pada permukan padat.

24.5 Laju Efusi


Jika gas pada tekanan p dan temperature T dipisahkan dari ruang vakum dengan
lubang yang sangat kecil, maka laju keluarnya molekul sama dengan laju pembentukan
A0
molekul pada luas lubang itu ( persamaan 13b ). Jadi, jika luar lubang :
, jumlah
molekul yang keluar per satuan waktu adalah:
Zw A0

p A0
(2 mkT )

(14)

1/ 2
Kenyataan bahwa sisi sebelah kanan sebanding dengan 1/ m

merupakan asal- usul

hukum efusi Graham, yaitu bahwa laju efusi berbanding terbalik dengan kuadrat akar masa
molar.
Sifat Transport

36

Sifat transport zat adalah kemampuan zat itu untuk memindahkan materi, energy atau
sifat tertentu lainnya dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya, molekul-molekul ( dalam
gas, cairan, dan padatan) berdisfusi menuruti suatu gradient konsentrasi, sampai
komposisinya seragam. Laju difusi ini merupakan sifat transpor.

24.6 Fluks
Laju imigrasi sebuah sifat di ukur dengan fluks J, yaitu kuantitas sifat yang melewati
satuan luas per satuan waktu. Jika massa mengalir ( seperti dalam difusi), maka kita
2 1
menyatakan fluks massa dengan besaran kg/ m s

jika sifat itu adalah energy ( seperti

dalam konduksi termal), maka kita menyatakan fluks energy dengan J

m2 s1 , dan

seterusnya.
Pengamatan eksperimen pada sifat transport menunjukkan bahwa fluks sifat biasanya
sebanding dengan gradient sifat yang yang berhubungan dari system itu. Contohnya fluks
J
yang berdifusi sejajar dengan suatu sumbu z ternyata sebanding dengan gradient
konsentrasi sepnjang sumbu itu :
J

(materi)

d
d

Sebandingnya aliran materi dengan gradient konsentrasi kadang-kadang disebut hukum


pertama difusi Fick. Demikian pula, laju difusi termal ( aliran energy gerakan termal)
ternyata sebanding dengan gradient temperature.
J

Fluks

(energy)

dT
d

merupakan komponen sebuah vector. Jika

besar ( ke kanan); jika

> 0, fluksnya menuju makin

< 0, fluksnya ke arah kiri. Aliran materi terjadi menurut gradient

konsentrasi. Jadi, jika dNd < 0 (yang menunjukkan bahwa makin ke kanan konsentrasi
makin berkurang. Oleh karena itu, koefisien perbandingan dalam ungkapan fluks materi
harus negative, dan kita menyatakannya dengan D, dengan konstanta D merupakan
koefisien difusi. Jadi :
J

(materi) = -D

d
d

(15)

Energy gerakan termal mengalir menurut gradient temperature , dan dengan alasan yang
sama, menghasilkan :
37

(energy ) = -K

dT
d

(16)
dengan K merupakan koefisien konduktivitas termal
Karena efeknya bergantung pada transfer momentum x ke dalam lapisan yang diminati,
maka viskositas bergantung pada fluks momentum x dalam arah . Fluks momentum x
v
sebanding dengan d x / d karena jika semua lapisan bergerak dengan velositas yang sama,
maka tidak terdapat fluks neto. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan :
J

(momentum sepanjang

d vx

=d

dv
x ) x
d

Atau
(17)

merupakan koefisien viskositas ( atau viskositas saja )

24.7 Difusi
Secara rata-rata, molekul yang melewati luas A pada = 0 sudah menjalani sekitar
satu jalan bebas rata-rata . Oleh karena itu ,rapatan jumlah ditempat berasalnya molekul
itu: (), yang dievaluasikan pada = - . Rapatan jumlah ini kira-kira:
(- ) = (0) -

dengan subkrip 0 menunjukkan bahwa gradient itu harus dievaluasikan pada = 0. Dari
persamaan 13, jumlah rata-rata benturan pada jendela bayangan dari arah kiri, selama selang
waktu

adalah

1
4

A t ,
(- )c 0

maka fluks dari kiri ke kanan

J (L

R)yang berasal dari persediaan molekul di sebelah kiri adalah :


J (L R) =

1
4

(- )c

Dari kanan ke kiri juga ada fluks molekul. Secara rata-rata, molekul yang mengalir itu
berasal dari = + , dengan rapatan jumlah : ( ). Jadi,

38

1
)c
4 (

J (L R) =

Rapatan jumlah rata-rata pada = +


( ) = (0) +

, kira-kira:

( d
d )

Aliran dari daerah yang lebih pekat di sebelah kiri mendominasi aliran kembali, sehingga
fluks neto adalah :
J

= J (L R) J (L R)

1
4

=-

1
2

(0)-

d
dz

( )

(ddz )

- (0)+

d
dz

( )

Persamaan 18 membuktikan bahwa fluks itu sebanding dengan gradient konsentrasi, sesuai
dengan hukum Fick.
Pada tahap ini, tampaknya kita dapat memperoleh nilai koefisien difusi dengan
membandingkan persamaan 18 dengan persamaan 15:
D=

2 c

Walaupun demikian, harus diingat bahwa perhitungan ini cukup kasar dan hanya merupakan
penilaian dari orde besaran D. Karena jalannya panjang, mungkin molekul itu sudah
bertumbukan sebelum mencapai jendela, sehingga molekul itu disatukan dengan molekul lain
yang sudah bertumbukan. Perhitungan efek ini menimbulkan banyak pekerjaan, tetapi hasil
akhirnya timbul factor

2
3

yang merepresentasikan fluks lebih rendah. Modifikasi ini

menghasilkan
D=

3 c

(19)

Untuk koedisin difusi gas sempurna ( Tabel 24.3)

39

Jalan bebas rata-rata

makin pendek jika tekanan dinaikkan. Dengan demikian maka D

berkurang dengan bertambahnya tekanan, dan molekul berdifusi lebih lambat. Karena
kecepatan rata-rata c bertambah dengan dengan naiknya temperature, maka D juga bertambah
dengan naiknya temperature. Molekul dalam sampel dingin ( untuk gradient konsentrasi
T 1 /2 . Karena jalan
tertentu). Dari persamaan 12c dan 2, pada volume konstan: D
bebas rata-rata berkurang jika diameter tumbukan molekul bertambah, maka koefisien difusi
lebih besar untuk mlekul kecil, dari pada untuk molekul besar.
Tabel 24.3 Sifat transport gas sempurna
Sifat

Kuantitas yang Teori kinetika


ditransportasika sederhana
n
1
Materi

D= 3
c

Difusi
Konduktivitas
termal

Energy

1
3

Satuan

m2 s1
J
K1 m1 s1

c C v [ X ]
=
c Cv
(3 2) N A

Viskositas

Momentum

1
3

1 1
Kg m s

cmN

=
mc
(3 2)

24.8 Konduktivitas termal


Dalam konduksi termal, fluks yang diperhatikan adalah fluks energi. Beberapa nilai
eksperimen, dicantumkan dalam tabel 24.4. konduktivitas termal dimanfaatkan dalam alat
ukur pirani, yang pengukuran tekanan dilakukan dengan memonitor temperatur kawat yang
dipanaskan; dan dalam detektor katarometer dalam krometografi yang dipanaskan (GCL),
yang perubahan komposisi didekteksi dengan cara yang serupa.

40

Molekul juga datang dari sebelah kanan setelah menjalani jalan bebas rata-rata dari
daerah yang lebih dingin. Oleh karena itu fluks enegi dalam dua arah adalah :
J (L R) =

1
4

N ( )

( ) = vk

J (L R) =

1
4

N( )

( )= T+

dT
dz

dT
dz

dan fluks energi neto :


JZ = J (L R) J (L R) =

1
2

v c k N

Seperti sebelumnya, kita mengalikannya dengan

3
2

dT
dz

untuk memperhitungkan jalan aliran

yang panjang, sehingga kita sampai pada :


1
3

JZ =

v c k N

dT
dz

Fluks energi sebanding dengan gradien temperatur, seperti yang ingin kita buktikan.
Perbandingan persamaan ini dengan persamaan 16, membuktikan bahwa :
k=

1
3

v c k N

( 20a )

karena untuk gas sempurna Cv = vkNA, maka kita dapat menyatakan persamaan ini sebagai
berikut :
k=

1
3

v c

Cv A

( 20b )

dengan A merupakan konsentrasi molar2.


Dalam kedua kasus itu, ketahuilah bahwa karena
maka k

1/ A ( persamaan 12c),

Cv dan konduktivitas termal tidak bergantung pada tekanan gas. Alasan

fisiknya adalah : konduktivitas termal besar jika banyak molekul yang tersedia untuk
mentranspormasikan energi itu ( karenanya k sebanding dengan A dalam persamaan 20);
tetapi banyaknya molekul membatasi jalan bebas rata-rata, sehingga molekul itu tidak dapat
membawa energi pada jarak yang jauh. Kedua efek ini berimbang. Dari eksperimen ternyata
konduktivitas termal tidak tergantung pada temperatur, kecuali jika tekanan sangat rendah.

41

Pada tekanan rendah k

p karena

lebih besar dari pada dimensi alat, dan jarak

ditransportasikannya energi ditentukan oleh ukuran labu, bukan oleh adanya molekul lain.
Fluks masih sebanding dengan jumlah pembawa, tetapi panjang jalannya tidak lagi
, sehingga k

bergantung pada

P.

24.9 Viskositas
Viskositas Gas Sempurna
Molekul yang berjalan dari kanan lebih mentransportasikan momentum mv X ( ) ke
lapisan yang baru pada z = 0, dan molekul yang berjalan dari kiri mentransportasikan mv x (
) kelapisan baru itu. Jika kita mengasumsikan bahwa rapatannya seragam (suatu

pendekatan), maka jumlah benturan per satuan luas per satuan waktu pada jendela bayangan

adalah :

1
4

N c . Molekul dari kanan, secara rata rata membawa momentum :


dT
dz

mvX ( = mvX (0) + m

Molekul dari kiri, membawa momentum :


mvX () = (mvX (0) m
jadi, fluks neto momentum
JZ =

1
4

1
= 2

N c

x dalam arah z adalah :

[ mvX (0) - m

N m c

dT
dz

dv
dv

] [mvX (0) - m dz
dz

dv

dz

42

Kita melihat bahwa fluks itu sebanding dengan gradien velositas, seperti yang ingin kita
buktikan. Jika kita membandingkan ungkapan itu dengan persamaan 17, dan mengalikannya

secara biasa dengan

2
3 , maka kita dapat menunjukkan viskositas dengan :
1

= 3 Nm c = 3 m c NA A

(21)

Pengukuran viskositas gas


Teknik kedua didasarkan pada rumus Poiseuille untuk laju aliran fluida melalui pipa
dengan radius r :
2
dV ( P 1 P 2 ) r
=
dt
16 lp p

Dengan V merupakan volume aliran, p1 dan P2 tekanan pada setiap ujung pipa sepanjang l,
dan p adalah tekanan saat pengukuran valome.
Pengukuran ini juga menegaskan (sampai taraf lebih kurang) akan ketergantungan
viskositas pada T1/2. Garis putus putus pada gambar memperlihatkan nilai hasil hitungan
menggunakan = 22 x 10 20 m2 , yang menunjukkan diameter van der waals sebesar 335 pm,
yang diperoleh rapatan padatan.

Informasi Lanjutan : Nilai Dan Distribusi Rata-Rata


Andaikan kita akan menghitung nilai rata rata

sifat X yang mungkin

mengambil setiap nilai X1, X2,....., X2. Nilai ini merupakan hasil pengamatan yang mungkin.
Selain itu, andaikan juga bahwa dalam suatu seri dari N pengukuran, kita temukan bahwa X 1
terjadi N1 kali , X2 terjadi N2 kali, dan seterusnya. Maka rata-rata dinyatakan dengan :

X = N X + N X ++ NzXz = N
N

Xi

Rumus ini dapat dinyatakan berkenaan dengan peluang Pi diperolehnya hasil Xi


karena Pi = N/N kita dapat menuliskan :

X = PiXi

43

Jika jumlah total pengamatan adalah N, maka peluang terletaknya hasil suatu
pengamatan dalam kotak antara X dan X+ X

adalah P(X) = N (X)/N, yang dalam hal ini

adalah 1/50. Nilai N(X), dan karenanya juga P(X), sebanding dengan panjang kotak pada X
( selama nilai X kecil), sehingga kita menuliskan :
P(X) = f (X) X

Nilai rata-rata perkiraan X dicari dengan : mengambil nilai X untuk setiap kotak,
mengalikannya dengan peluang terletaknya hasil pengamatan dalam kotak itu, dan kemudian
menjumlahkan atas semua kotak itu :

X = XP (X) = Xf (X) X

Persamaan ini hanya merupakan perkiraan, karena f (X) dapat bervariasi cukup besar
sepanjang lebar kotak itu. Akan tetapi, f(X) akan menjadi konstan pada jarak itu. Oleh karena
itu kita membuat limit lebar kotak

menjadi sangat kecil ( X dX

) dan

bersamaan dengan itu, mengubah penjumlahan diskret menjadi integral terhadap semua hasil
yang mungkin :

X = f(X) dX

(A2)

Fungsi f(X) disebut distribusi sifat x. Dari definisi asal P(X) = f(X) X , yang menjadi :
dP(X) = f(X) dX

(A3)

kita melihat bahwa f menyatakan peluang terletaknya sebuah sifat dalam jarak X sampai
X+dX. Penafsiran persamaan A3digambarkan dalam contoh 24.2.
Jika dua sifat X dan Y tidak saling bergantung, maka peluang dimilikinya hasil
pengamatan Xi dan Yi merupakan hasil kali peluang individualnya :
P (Xf Yf = P(Xf ) P(Yf )

(A4)

Teknik yang sama dapat digunakan untuk sifat kontinu. Jika peluang X terletak dalam jarak
X sampai X+ dX adalah f(X) dX , dan peluang sifat bebas Y terletak dalam jarak Y sampai
Y + dY adalah f(Y) dY, maka peluang X dan Y bersama sama terletak dalam jarak ini,
merupakan hasil kali peluang individualnya :
f(X,Y) = f(X) f(Y)

(A5)
44

Kita sudah menggunakan kesimpulan ini dalam penurunan distribusi maxwell Boltzmann.

DAFTAR PUSTAKA

45

Вам также может понравиться