Вы находитесь на странице: 1из 15

I.

Judul Percobaan

:Spektroskopi Serapan Atom

II.

Hari/Tanggal Percobaan

:Jumat, 07 November 2016

III.

Selesai Percobaan

:Jumat, 07 November 2016

IV.

Tujuan Percobaan

V.

Tinjauan Pustaka

Spektroskopi serapan atom atau yang biasa disebut dengan AAS mempunyai
beberapa

kelebihan

dibandingkan

dengan

metode

spektroskopi

emisi

konvensional. Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi.


Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur
sumber. Selain itu eksitasi termal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak
pada berbagai spesies dalam suatu campuran dapat saja terjadi.
Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat eksitasi yang
rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang
tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar,
karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandinganini dan tidak
bergantung pada temperatur. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks
dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar.
Metode ini berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat

unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu
atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ketingkat eksitasi.
Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis
resonansi yang tepat.
Setiap alat spektroskopi serapan atom terdiri atas tiga komponen, yaitu unit
atomisasi, sumberradiasi, dan system pengukurfotometrik. Atomisasi dapat
dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah
unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.
Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk
menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang dianalisis. Bila ditinjau
dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontinyu. Di samping itu
sistem dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh
sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromator mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari
suatu unsur yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode.
Dengan pemberiaan tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atomatom logam katodenya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan
tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu.
Teknik Spektroskopi Serapan Atom menjadi alat yang canggih dalam
analisis. Ini disebabkan diantaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya
sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan
kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada
konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan
pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur
dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai 61 logam.
Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan
dalam AAS. Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsur dalam
larutan air (g/mL) yang mengabsorpsi 1% dari intensitas radiasi yang datang.
Sedangkan batasan deteksi adalah konsentrasi suatu unsur dalam larutan yang
memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi standar dari suatu seri

pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blangko atau sinyal latar


belakang.
Komponen komponen pada spektrometer serapan atom (SSA) adalah
sebagai berikut yaitu Sumber sinar (lampu katoda berongga), Nyala, Api (flame),
Monokromator, Detektor, Amplifier, Recorder, Spray, Chamber dan Nebulizer .
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA) adalah
sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen yang terdiri
dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor. Analisa sample
dilakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi standard dan
menggunakan hukum Lambert Beer untuk menentukan konsentrasi sample yang
tidak diketahui. Walaupun komponen-komponenya sama, akan tetapi sumber
cahaya dan tempat sampel yang digunakan pada SSA memiliki karakteristik yang
sangat berbeda dari yang digunakan dalam spektrometri molekul (misal: UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin
untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri molekuler
dengan dua alasan utama sebagai berikut:
a. Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya
kontinyu digunakan, maka pita radiasi yang diberikan oleh monokromator
jauh lebih lebar daripada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak
mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas
atau kepekaan SSA menjadi jelek.
b. Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh
atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk
menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang
sangat sempit atau perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif
dibandingkan detektor fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam
prakteknya hal ini tidak efektif sehingga tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih
sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang
dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut.

Gambar dibawah menunjukkan perbandingan pita absorpsi atom dan pita


spektrum sumber cahaya kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar radiasi tidak dapat
diabsorpsi karena panjang gelombangnya tidak berada pada daerah pita absorpsi
atom yang sangat sempit dan dapat dikatakan bahwa sangat banyak cahaya yang
tidak digunakan atau menyimpang.

Gambar. Perbandingan pita absorpsi atom dan pita spektrum sumber cahaya
kontinyu yang dihasilkan oleh monokromator
Masalah ini dapat diatasi oleh Alan Walsh pada tahun 1953, dengan
menggunakan sumber cahaya tunggal (line source) sebagai pengganti sumber
cahaya kontinyu. Sebagian besar sumber cahaya tunggal yang digunakan berasal
dari lampu katode berongga (hollow chatode lamp) yang memancarkan spektrum
emisi atom dari elemen tertentu, misalnya lampu katodeberongga Zn digunakan
untuk menganalis Zn.

Gambar. Pengaruh sumber cahaya tunggul terhadap pita absorpsi


Spektrum Zn diamati pada panjang gelombang 213,4 nm sebelum dan
sesudah transmisi melalui monokromator konvensional. Walaupun lebar pita dari
monokromator tidak lebih kecil dari sebelum transmisi, akan tetapi sampel yang
diukur berada dalam daerah panjang gelombang yang diinginkan. Dengan

memilih lampu yang mengandung analit yang diukur, maka kita dapat mengetahui
bahwa panjang gelombang yang digunakan sama dengan dengan pita absorpsi
analit yang diukur. Ini berarti bahwa semua radiasi yang dipancarkan oleh sumber
cahaya dapat diabsorpsi sampel dan hukum Beer dapat digunakan.
Dengan menggunakan sumber cahaya tunggal, monokromator konvensional
dapat dipakai untuk mengisolasi satu pita spektra saja yang biasanya disebut
dengan pita resonansi. Pita resonansi ini menunjukkan transisi atom dari keadaan
dasar ke keadaan transisi pertama, yang biasanya sangat sensitif untuk mendeteksi
logam yang diukur.
Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)
Bentuk lampu katode dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Ciri utama
lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang dibuat dari logam
tertentu. Katode dan anode tungsten diletakkan dalam pelindung gelas tertutup
yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini
mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2 20 mA.

Gambar. Lampu katode berongga


Adapun gas pengisi terionisasi pada anoda, dan ion-ion yang hasilkan dipercepat
menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atom-atom logam
menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom. Proses ini
disebut dengan percikan atom (sputtering). Tumbukan ini menyebabkan beberapa
atom tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan dasar dengan memancarkan
spektrum atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi (dan komponen lain yang
terdapat dalam katode) juga dipancarkan. Jendela atau tempat dimana radiasi
keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika sehingga dapat menggunakan
panjang gelombang di bawah 350 nm.

Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)


Telah dijelaskansebelumnya bahwa metode AAS berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA)
meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada
dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar
ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada
dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam
larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer
absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada
Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan
Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah peralatan dan bentuk
spectrum absorpsinya:
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem
introduksi sampeldan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument
sumber atomisasi ini adalah nyata dan sampel diintroduksikan dalam bentuk
larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya
dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang
penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk
spektrometri atom. Namun demikian yang saat ini menonjol dan diapakai secara
luas untuk pengukuran analitik adalah udara asetilen dan nitrous oksida-asetilen.
Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan
analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan menggunakan metodemetode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Temperature
nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan
nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat
diminimalkan.

Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk
oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperature nyala yang dihasilkan
relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W.
Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan Elektrotermal/tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat
mengatasi kelemahan dari sistem nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan
penyiapan sampel.
Ada tiga tahap atomisasi dengan metodeiniyaitu:
1. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
2. Tahap pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic
3. Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan menggunakan GFAAS adalah
sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan GFAAS tungsten: Hf, Nd,
Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr. Hal ini disebabkan karena unsur
tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:
1. Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat
2. Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarutsampel, biasanya setelah sampel
ditempatkan dalam tungku.
3. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interfensi dapat terjadi pada
sampel dan standar.
4. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi
diperlukan energy panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan
sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus
dihindarkan dan ionisasi ini dapat terjadi apabila temperatur terlampau
tinggi. Bahan bakar dan oksidator dimasukkan dalam kamar pencamput
kemudian dilewatkan melalui baffle menuju ke pembakar. Hanya tetesan
kecil dapat melalui baffle. Tetapi kondisi ini jarang ditemukan, karena
terkadang nyala tersedot balik ke dalam kamar pencampur sehingga
menghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya lebih disukai pembakar dengan
lubang yang sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan
dengan seksama.

5. Dengan gas asetilen dan oksidator udara bertekanan, temperature


maksimum yang dapat tercapai adalah 1200oC. untuk temperatur tinggi
biasanya digunakan N:O: = 2:1 karena banyaknya interfensi dan efek
nyala yang tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai gantinya
digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalnya suatu perangkat
pemanas listrik. Sampel sebanyak 1-2 ml diletakkan pada batang grafit
yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pipa.
Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya
temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus
mendisosiasi senyawa yang dianalisis.
Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala. Bila ditinjau dari
sumber radiasi, metode tanpa nyala haruslah berasal dari sumber yang kontinu.
Disamping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk
memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromatis mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu
unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow cathode. Lampu ini
memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur
yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampuini diisi dengan gas mulia
bertekanan rendah, dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai
memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikkan.
Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang
tertentu.
Nyala
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada
umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju nyala
adalah nebulizer pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar (burner).
Diagram nebulizer dapat di lihat pada Gambar dibawah ini. Sebelum menuju
nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi oleh aliran gas
pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian, aerosol yang terbentuk
bercampur dengan bahan bakar menuju ke burner. Sample yang menuju burner

hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya (90-95%) menuju tempat pembuangan


(drain). Pipa pembuangan selalu berbentuk U untuk menghindari gas keluar
yang dapat menyebabkan ledakan serius. Sampel yang berada pada nyala
kemudian diatomisasi, dan cahaya dari lampu katoda tabung dilewatkan melalui
nyala. Sample yang berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.

Gambar. Nebuliser pada spektrometer serapan atom (SSA)


Jenis-jenis nyala
Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:

Udara Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800 oC) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen
yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.

Udara Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini
menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat mengatomisasi hampir
semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa
menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumLah bahan bakar
terhadap gas pengoksidasi.

Nitrous oksida Asetilen


Jenis nyala ini paling panas (3000oC), dan sangat baik digunakan untuk
menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida seperti
Al, Si. Ti, W.

Peristiwa yang terjadi dalam nyala :

Penguapan pelarut sehingga terbentuk partikel padat yang halus.


MX(l)

MX(s)

kabut halus

partikel halus

Partikel garam dalam suhu tinggi menjadi uap garam (sublimasi).


MX(s)

MX(g)

partikel halus

gas

Disosiasi molekul uap garam menjadi atom-atom netral.


Mo + Xo

MX(g)
gas

atom-atom netral

Perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dan intensitas sinar


datang serta hubungannya dengan konsentrasi analit yang diukur mengikuti
Hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert Beer:
A=log

( II )=a . b . c
o

Keterangan :

A = absorban
b = panjangjalansinar
Io = intensitassinardatang
c = konsentrasi
I = intensitassinar yang diteruskan
a = tetapanabsorptivitas

Pada

lebar

nyala

api

yang

tetap,

hukum Lambert-Beer

dapat

disederhanakan menjadi A = k . c dengan k = a . b. Konsentrasi sampel dapat


diukur dengan mengekstrapolasikan nilai absorbansi pada kurva standar, yaitu
kurva antara absorbansi dengan konsentrasi Fe.
Standar air bersih berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 pada tanggal 19 April 2016 menetapkan
perasyarat kualitas air sebagai berikut:
1. Parameter Wajib
No
.

Jenis Parameter

Satuan

Kadar maksimum yang


diperolehkan

Paraneter yang berhubungan


langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli
2) Total Bakteri Koliform

Jumlah 100 mL 0
sampel
Jumlah 100 mL 0
sampel

b. Kimia an-organik
1) Arsen
2) Fluorida
3) Total Kromium
4) Kadmium
5) Nitrit, (sebagai NO2)
6) Nitrat, (sebagai NO3)
7) Sianida
8) Selenium
Parameter
yang
tidak
langsung

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,01
1,5
0,05
0,03
3
50
0,07
0,01

berhubungan

dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau
2) Warna
TCU
3) Total zat padat terlarut mg/L
(TDS)
4) Kekeruhan
5) Rasa
6) Suhu
b. Parameter kimiawi
1) Aluminium
2) Besi
3) Kesadahan
4) Khlorida
5) Mangan
6) pH
7) Seng
8) Sulfat
9) Tembaga
10) Amonia

NTU
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Tidak berbau
15
500
5
Tidak berasa
Suhu udara
0,2
0,3
500
250
0,4
6,5-8,5
3
250
2
1,5

Dalam percobaan penentuan konsentrasi Fe dalam air sumur yaitu dengan


menggunakan metode adisi standar, dan standar eksternal.Tujuan utama
penggunaan metode adisi standar dalam penentuan kadar Fe pada air sumur

adalah untuk (1) meningkatkan sensitivitas melalui penambahan nilai terukur; (2)
menurunkan sensitivitas ketika larutan analit terlalu tinggi konsentrasinya; (3)
mengkompensasi efek matriks; (4) mengkompensasi kesalahan operator (Day,
2002).
Batas ambang konsentrasi Fe dalam air sumur menurut Permenkes No:
416/MENKES/PER/IX/1990, kadar besi maksimal yang diperbolehkan di dalam
air sehingga air dikatakan sebagai air bersih adalah 0,3 miligram per liter atau 0,3
ppm.

XII. Daftar Pustaka


Day,J.R, Underwood A.L 1991. Quantitave Analysis sixth edition. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc. p. 425-427
Jauhari, Ahmad. 2009. Penanggulangan Kadar Besi Air sumur Arang Aktif
kayu Bakau (Rhizophora Mucrota Lamck) dengan Aktivator Natrium
Karbonat Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember
2009hal. 321- 331(Online) Diakses 29 Oktober 2013
Skoog, Douglas A.et.al.1996. Fundamentals of Analytical Chemistry.
Orlando : Saunders College Publishing, p. 454-464

LAMPIRAN

Lampiran Foto
No.
1.

Gambar

Keterangan
Bagian bagian
Instrument AAS

2.

- Larutan Standar Fe 2
ppm, 6 ppm, 10 ppm,
15 ppm, 20 ppm
- Dibaca absorbansinya
pada panjang
gelombang 248,3 nm
- Standar 2 ppm
Absorbansinya 0,014
- Standar 6 ppm
Absorbansinya 0,031
- Standar 10 ppm
Absorbansinya 0,049
- Standar 15 ppm
Absorbansinya 0,066
- Standar 20 ppm
Absorbansinya 0,088

20
2 ppm

10 ppm

6 ppm

15 ppm

-Larutan sampel Air sumur


Dibaca absorbansinya
pada panjang
gelombang 248,3 nm

Вам также может понравиться