Вы находитесь на странице: 1из 10

KOAGULASI

Program Studi

Teknik Lingkungan

Nama Mata Kuliah

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

Jumlah SKS

Pengajar

1. Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, MSc.


2. Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT
3. Ir. Achmad Zubair, MSc.
4. Dr. Eng. Bambang Bakri, ST., MT.
5. Roslinda Ibrahim, SP., MT

Sasaran Belajar

Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu


membuat perencanaan dan perancangan
bangunan pengolahan air minum

Mata Kuliah Prasyarat

Penyediaan Air Minum

Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah bangunan pengolahan air Minum


merupakan mata kuliah yang diwajibkan bagi
mahasiswa semester VI yang telah mengikuti
materi perkuliahan penyediaan air minum. Materi
perkuliahan mencakup pembahasan mengenai
pengertian dan metode perencanaan bangunan
pengolahan air minum; penentuan kebutuhan air
dan debit air baku, analisis kualitas air baku,
perencanaan bangunan unit pengolahan: intake,
prasedimentasi,
koagulasi
dan
flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, disinfeksi, pengolahan
lumpur, reservoir dan pengolahan lumpur.

I PENDAHULUAN

1.1 CAKUPAN ATAU RUANG LINGKUP MATERI PEMBELAJARAN


Materi pembahasan pada pertemuan ke-9 (sembilan) ini meliputi:

Tinjauan umum
Jar test
Mekanisme koagulasi
Pengadukan cepat
Kriteria desain

1.2 SASARAN PEMBELAJARAN,


Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
proses jar test, mekanisme koagulasi, pengadukan cepat dan kriteria desain bak
bangunan/bak koagulasi.
1.3 PRILAKU AWAL MAHASISWA
Sebaiknya mahasiswa telah mengetahui dan memahami materi pembahasan
pada perkuliahan sebelumnya, agar dapat mengikuti pembahasan materi pada
pertemuan ini dengan baik.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang didapatkan setelah mengikuti pertemuan ini adalah
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai hal-hal yang
terkait dengan koagulasi termasuk didalamnya mengenai jar test, mekanisme
koagulasi, pengadukan cepat dan kriteria desain bangunan.
1.5 URUTAN PEMBAHASAN
Materi pembahasan dimulai dengan tinjauan umum dan jar tes. Kemudian
secara berurut dilanjutkan dengan pembahasan materi mengenai mekanisme
koagulasi, pengadukan cepat dan kriteria desain bangunan/bak koagulasi.
1.6 PETUNJUK BELAJAR
Mahasiswa diharapkan membaca isu terkait pada media massa yang
menambah wawasan secara umum. Membaca bahan yang akan dikuliahkan
pada minggu berikut agar dapat lebih siap dan dapat didiskusikan pada
pertemuan berikut.

II PENYAJIAN

2.1 UMUM
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi
kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi
koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan
pembubuhan bahan kimia (koagulan) yang menyebabkan pembentukan inti flok
(presipitat). selanjutnya diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti
flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat
mengendap. Proses koagulasi-flokulasi dapat digambarkan secara skematik pada
gambar berikut,

Gambar 9.1 Gambaran proses koagulasi-flokulasi

Koagulasi adalah proses pembentukan koloid yang stabil menjadi koloid


yang tidak stabil dan membentuk flok-flok dari gabungan koloid yang berbeda
muatan. Bagian integral dari proses koagulasi adalah pengadukan dan
percampuran cepat (flash mixing). Tujuannya untuk mencampur dan
mendistribusikan bahan kimia ke seluruh bagian air baku secara merata.
Pengadukan dan pencampuran cepat dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu mekanis, hidrolis dan pneumatis.

2.2 JAR TEST


1. Kondisi fisik
Jar test dioperasikan untuk mensimulasi pengadukan cepat, pengadukan
lambat dan pengendapan untuk memperoleh kondisi koagulasi yang paling
baik melalui metode uji coba.

Jar test pada kondisi awal

Pada kondisi yang tepat, flok


besar akan terbentuk dan
jatuh ke bawah.

Setelah sedimentasi air


bersih akan diperoleh.

Gambar 9.2 Proses Jar test


Persyaratan untuk pengadukan cepat dan lambat didefenisikan dengan
kecepatan putar yang dinyatakan dengan unit seperti (cm/dt) karena energy
yang diberikan ke flok diperoleh dari pergerakan baling-baling dari mixer.
Pergerakan baling baling ditentukan tidak hanya oleh kecepatan rotasi (rpm)
tetapi juga oleh radius baling-baling.
Persyaratan untuk pengadukan cepat dan lambat sering diset masing
masing 40cm/detik dan 15cm/detik. Bila radius baling baling dari jar tester
berbeda, kecepatan rotasi harus diperoleh melalui perhitungan dengan
kecepatan putar dan radius seperti disebutkan dibawah.

Circumference(cm) 2 r (Keliling)
RotationSp eed (rpm) a / min (Kecepatan putar)
CircumferenceSpeed (cm / min) 2 r a (kecepatan lingkar)
CircumferenceSpeed (cm / sec)

2 r a
(kecepatan lingkar)
60

where: r = jari jari mixer, a = jumlah putaran

Selanjutya

rumus

dapat

Condition According to Circumferential Speed


Radius (cm)

ditransformasikan sesuai dengan nilai


tertentu dari kecepatan putar (seperti 40
dan 15)..

a1 (rpm) 40

60
2 r

60
a2 (rpm) 15
2 r

5.4
5.2
5.0
4.8
4.6
4.4
4.2
4.0
3.8
3.6
3.4
3.2
3.0
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0

40cm/s

15cm/s

50

100

150

200

250

300

350

400

Rotation speed (rpm)

Rumus diatas dapat diperlihatkan seperti gambar disamping sehingga


kondisi dapat diperoleh secara sederhana. Kecepatan rotasi untuk kondisi
koagulasi dari kedua pengadukan cepat (40 cm/det) dan lambat (15cm/det)
dapat diketahui.
2. Kondisi kimiawi, Kondisi-kondisi yang lain akan diatur sebagai berikut:.
1. Dosis koagulan
Jaga supaya dosis koagulan lebih kecil dengan mempertimbangkan
konsumsi dan sisa koagulan terhadap air olahan.
2. Pembentukan flok
Flok yang muncul pada pengadukan lambat dikehendaki lebih besar supaya
dapat mengendap lebih cepat.
3. Pengendapan
Densitas flok dikehendaki lebih tinggi supaya flok mengendap lebih cepat.
Densitas dihitung/diuji berdasarkan kecepatan sedimentasi.
4. Kekeruhan (Turbiditas)
Kekeruhan adalah parameter yang paling penting untuk mengetahui
kejernihan air olahan. Standar kekeruhan untuk kualitas air adalah 5 NTU.
5. pH

Nilai pH air olahan harus dikontrol sebab koagulan dapat menurunkan nilai
pH dibanding pH air baku. Range pH untuk standar kualitas air adalah 6,5
8,5.
6. Alkalinitas
Koagulan menurunkan nilai alkalinitas. Jika alkalinitas tidak cukup, proses
koagulasi tidak akan berhasil dan nilai pH bisa tidak stabil akibat turunnya
kapasitas buffer.
7. Temperatur
Pada daerah dingin, suhu merupakan parameter penting untuk dimonitor
karena berpengaruh terhadap koagulasi. Namun, direkomendasikan untuk
mencatat suhu pada saat musim panas untuk bahan referensi.
Tabel 7.1 Contoh Bentuk tabel jar test
Sampel

Kondisi perlakuan

Item

Air
baku

Alum

15

20

25

30

35

40

Sebaiknya lebih kecil

Pemb. flok

smal
l

mid

large

large

large

large

Sebaiknya lebih besar

Sedimentasi

slow

fast

fast

fast

fast

fast

Sebaiknya lebih cepat

Turbiditas

50

25

15

11

10

Ambil yang paling kecil

pH

7.5

7.2

7.0

6.8

6.6

6.4

6.2

Dalam standar (6.5-8.5)

Alkalinitas

30

25

24

22

21

19

17

Sebaiknya 20 atau lebih

Temperatur

25

Pembanding

AA

Ambil kondisi yang


paling baik (AA)

Evaluasi

Keterangan

2.3 MEKANISME KOAGULASI


Secara alami, muatan partikel adalah negatif dan saling tolak menolak satu
dengan yang lainnya. Ion yang bermuatan positip menetralisir muatan listrik dan
mengkoagulasi partikel-partikel tersebut. Ion-ion ini dinamakan koagulan.
Partikel-partikel kecil cenderung untuk mengambang dalam cairan dan tidak
mengendap. Partikel partikel sekecil 10-3 mm disebut koloid yang tidak terlihat.

Partikel-partikel terkoagulasi tumbuh menjadi lebih besar, bertambah berat dan


menjadi mudah untuk mengendap, sehingga diperoleh air bersih.

Coagulan
t

Koagulan

Gambar 9.3 Proses Koagulasi

2.4 PENGADUKAN CEPAT


Kogulan Aluminium seperti Alum dan Poly Aluminium Chloride (PAC),
terhidrolisa dalam air dan bertindak sebagai kogulan tetapi tidak berfungsi
bila dihidrolisa secara berlebihan. Untuk mencegah masalah ini, kogulan
Aluminium harus diaduk/dicampur dan didifusi secara cepat. Sesudah itu,
koagulan menetralisir partikel dalam air dan membentuk mikro flok.
Pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan besar (300 sampai 1000 detik-1). Waktu yang diperlukan pada
7

pengadukan cepat tidak lebih dari 1 menit. Pengadukan dapat dilakukan


dengan tiga cara, yaitu cara mekanis, cara hidrolis, dan cara pneumatis.
1. Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat
pengaduk berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik.
Umumnya pengadukan mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan
gayung pengaduk (impeller). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut,

Gambar 9.4

Pengadukan cepat dengan


alat pengaduk

2. Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air


sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi
hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik.
Energi

hidrolik dapat berupa

energi gesek, energi potensial


(jatuhan) atau adanya lompatan
hidrolik dalam suatu aliran.
Gambar 9.5

Pengadukan cepat dengan


terjunan

3. Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)


berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan
gerakan pengadukan pada air. Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan
air akan menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke

permukaan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang
dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

Gambar 9.6 Pengadukan cepat secara pneumatis

2.5 KRITERIA DESAIN


Kriteria desain untuk bangunan unit pengolahan koagulasi sebagai berikut:
1. Periode pengadukan (td) : 10 30 detik
2. Gradient Kecepatan (G) : 700- 1000/detik
3. Gtd < = 6.104
4. N (speed paddle) = 2 150 rpm
2.6 CONTOH DESAIN KOAGULASI
Q satu bak = 28,375 m3/hari=0.328 m3/detik Detention time = td = 30 detik
Volume bak = Q x td = 0.328 x 30 =9.84m3
Permukaan bak bujur sangkar panjang=lebar =L
Asumsikan kedalaman bak =d =1.5 lebar=1.5 L
JAWAB
V = L x L x1.5 L -------L =1.9 m
d = 1.5 x 1.9 = 2.85 m
Pengadukan mekanis G = 950/det
P = G2V =1.518 x10-3 N-s/m2 pada 50C
= 1.44 x 104N-m/s=14.4 kW

III PENUTUP

3.1 RANGKUMAN
Koagulasi adalah proses pembentukan koloid yang stabil menjadi koloid
yang tidak stabil dan membentuk flok-flok dari gabungan koloid yang berbeda
muatan. Jar test dioperasikan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi
koagulasi yang paling baik melalui metode uji coba.
Dalam proses koagulasi dibutuhkan pengadukan cepat untuk membentuk
flok. Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanis, cara
hidrolis, dan cara pneumatis
3.2 SOAL TES FORMATIF
Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh
mahasiswa, maka dosen sebagai fasilitator memberikan tes formatif berupa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Jelaskan perbedaan ketiga jenis pengadukan cepat !
2. Bak pengaduk cepat direncanakan digunakan untuk mengolah air sungai
dengan debit pengambilan Q = 100 L/detik. Proses pengadukan
menggunakan pengadukan mekanis dengan menggunakan motor
penggerak. Rencanakan bak pengaduk cepat tersebut
3.3 UMPAN BALIK
Diskusi dan memberikan pertanyaan untuk memonitor penerimaan
mahasiswa akan bahan kuliah yang disajikan.
3.4 DAFTAR PUSTAKA
Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering:
Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ
07458, 2000.
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston,
1996.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774: 2008 tentang Tata cara perencanaan
unit paket instalasi pengolahan air, Badan Standarisasi Nasional

10

Вам также может понравиться