Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANTROPOLOGI HUKUM
Penyelesaian masalah masyarakat
suku minang
Oleh :
Nama
: Aprillia Dindi
Stambuk
: 6161101160004
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses-proses penyelesaian masalah di sumatera
yaitu di bagian suku nagari kampung batu dalam.
Rumusan Masalah
1.larangan kawin satu suku
2.proses penyelesaian masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Penyelesaian masalah dari kawin satu
suku di suku minang
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan
beraneka
ragam
budaya,
setiap
suku
mempunyai corak yang berbeda. Perbedaan
adat pada setiap daerah yang ada di Indonesia
yang menyebabkan pula terjadi perbedaan
dalam hukum adat yang berlaku disetiap daerah
tertentu.Hal ini disebabkan oleh hukum adat itu
merupakan
aturan
yang
hidup
dalam
masyarakat serta terbentuk dari kebiasaankebiasaan yang sudah berlaku pada rakyat
Indonesia.
Keanekaragaman
hukum
adat
tersebut
dapat
dilihat
pada
masyarakat
Minanagkabau. Salah satu faktor penyebab
perbedaan tersebut adalah dalam cara menarik
garis keturunan. Cara menarik garis keturunan
ini menyebabkan perbedaan hukum perkawinan
adat dan kewarisannya. Perkawinan merupakan
masa yang sangat penting dalam kehidupan.
Karena pada masyarakat Minangkabau menurut
garis keturunan ibu, maka orang yang
melakukan perkawinan harus dengan suku yang
berbeda, dan tidak diperbolehkan kawin dengan
suku yang sama, karena jika dengan suku yang
sama di anggap bersaudara. Disinilah hukumanhukuman adat itu diberlakukan. Oleh sebab itu
kawin dengan suku yang sama pada masyarakat
Minangkabau dilarang.
1.pengertian
Banyaknya pelanggaran terhadap adat oleh
masyarakat disebabkan kurangnya pemahaman
terhadap adat anak karena tidak saling
mengenal satu sama lain dalam satu persukuan.
Apalagi keluarga besar makin berkembang
sehingga hubungan semakin jauh dan banyak
pula yang bermukim di tempat lain. Selama
tidak slaing mengenal, juga ada terjadi
pertikaian karena mereka tidak slaing mengenal,
juga terjadi perkawinan satu suku yang dilarang
oleh persukuan di Minangkabau.
Dari realita sosial yang pernah saya
dengar, di Kampung Batu Dalam ada satu
pasangan
ingin
menikah,
tetapi
mereka
mempunyai suku yang sama. Karena suku
mereka sama, mereka tidak boleh kawin
menurut adat, jadi mereka kawin lari.Ada juga
pasangan yang satu suku sudah melakukan
perkawinan, tetapi mereka membayar denda
kepada nagari. Saya juga mendengar bahwa
kawin satu suku itu menyebabkan anak
berakhlak
buruk,
ada
yang
rumah
tangganya tidak harmonis, dan mungkin masih
ada penyebab yang lain lagi.
Berdasarkan kasus diatas, saya mengangkat
sebuah topik yaitu Larangan Kawin Satu Suku di
Nagari Kampung Batu Dalam. Saya ingin sekali
mengetahui apa penyebab dilarangnya kawin
2.
2.Permasalahan:
jika ada seseorang di suku minang(nagari
kampung batu dalam) yang sukunya sama dan
mereka ingin menikah berarti mereka telah
melanggar suatu hukum adat yang ada di suku
minang .
Singkatnya penyebab dilarangnya kawin satu
suku di Nagari Kampung batu Dalam adalah
karena masyarakat yang satu suku merasa
bersaudara yang menjunjung tinggi raso jo
pareso. Jika dilakukan kawin satu suku, maka
sama halnya dengan mengawini saudara sendiri.
Adat Minangkabau menentukan bahwa orang
Minangkabau dilarang kawin dengan orang dari
suku yang serumpun, misalnya seseorang yang
berasal dari suku jambak tidak boleh kawin
dengan seseorang yang dari suku jambak juga,
karena
garis
keturunan
di
Minangkabau
ditentukan menurut garis keturunan ibu, jadi jika
kawin dengan suku yang sama di anggap
bersaudara.
3.Penyelesaian masalah:
Yang melakukan suatu perbuatan tersebut akan
diberiikan suatu pilihan dengan menyelesaikan
masalahnya yaitu
dengan,membayar denda kepada nagari yaitu
berupa
kambing,kerbau
atau
tergantung
kesepakatan
para
petinggi
adat,
kemudian
diadakan makan bersama dengan mengundang
orang
sekampung.
Apabila
yang
melakukan
pelanggaran tersebut tidak mau membayar denda,
maka baru dijatuhkan hukuman yang lebih berat
yaitu dibuang sepanjang adat.. Jika sudah dibayar
maka dia akan diterima lagi.
Apabila denda dan hukuman tidak dilakukan
serta tidak diadakan penggantian suku, maka
orang yang melakukan perkawinan tersebut tidak
diikutkan tidak dibawa serta oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dengan adanya
penggantian suku bagi orang yang melakukan
perkawinan se suku tersebut, maka akan terjaga /
tetap berlaku sistem eksogami.