Вы находитесь на странице: 1из 17

LATIHAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

KEPUASAN MAHASISWA IAIN PADA


BANK KALBAR SYARIAH
PEMICU
KUALITAS JASA PELAYANAN BANK :
1. Jasa Pelayanan Penyediaan ATM

Gejala Masalah 1. Kualitas Pelayanan Penyediaan ATM


Automatic teller machine atau automated teller machine di Indonesia biasa disebut
dengan Anjungan Tunai Mandiri adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan
nasabah Bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening tabungan mereka
tanpa perlu dilayani oleh seorang "teller" manusia. Keuntungan yang diperoleh dari
pelayanan mesin ATM :
1. Praktis, tdk perlu bawa uang tunai
2. Tidak perlu nunggu bank buka untuk bertransaksi (bayar
tagihan/transfer/tarik tunai)
3. Mudah untuk dipake belanja, transaksi tercatat otomatis di buku tabungan.
4. Bebas dari antrian yang panjang.
5. Menghemat waktu, karena tidak lagi mengikuti prosedur administrasi.
Menurut Parasuraman dan Zeithaml (dalam Tjiptono, 2007:70)
mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan, dalam kualitas pelayanan ada beberapa dimensi, yaitu
tangible (bukti fisik), reliability (keandalan), responsive (daya tanggap),
assurance (jaminan) dan emphaty (empati). Fasilitas ATM yang tersebar diseluruh
Indonesia, telah memudahkan nasabah dalam mengambil dan menyetor setiap
harinya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kemudahan yang diberikan melalui
layanan ATM menjadi daya tarik tersendiri bagi nasabah. Kualitas pelayanan
tercermin dari kepuasan konsumen untuk melakukan penggunaan ulang jasa
Bank.

RUMUSAN MASALAH:
1. Apakah kualitas jasa penyediaan ATM berpengaruh singnifikan terhadap
kepuasan mahasiswa IAIN pada Jasa Bank KalBar Syariah?
KEPUASAN MAHASISWA IAIN PADA JASA
BANK KALBAR SYARIAH
DAMPAK
INTENSI PERILAKU MAHASISWA BERTRANSAKSI KEUANGAN
MENGGUNAKAN JASA ATM BANK KALBAR SYARIAH
Gejala Masalah: 2. Keterkaitan kepuasan terhadap Intensi
Menurut Kotler &keller (2008) dalam (Zebua dkk, 2010, h.65) kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang di harapkan.
Sedangkan Sikap adalah pandangan kita terhadap sesuatu hal yang akan
menentukan cara kita berperilaku. Dan Intensi perilaku adalah keinginan untuk
menggunakan kembali suatu jasa yang ditunjukkan dengan intensi konsumsi ulang.
Ukuran kepuasan adalah kualitas kinerja ,Jika kualiatas kinerja berada dibawah
harapan, pelanggan tidak puas.Jika kualitas kinerja memenuhi harapan, pelanggan
puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kepuasan
pelanggan akan berdampak terhadap niat seseorang untuk menggunakan suatu
teknologi atau system informasi .hal ini tentu didorong oleh tingkat kepuasan
mereka terhadap kualitas kinerja dari teknologi atau system informasi tersebut.

RUMUSAN MASALAH:
2. Apakah tingkat kepuasan mahasiswa IAIN pada Bank Kalbar Syariah
berpengaruh pada intensi perilaku mahasiswa bertransaksi keuangan
menggunakan jasa ATM Bank KalBar Syariah

JUDUL :
Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Penyediaan ATM Terhadap Tingkat
Kepuasan Mahasiswa IAIN Pada Jasa Bank KalBar Syariah Dan Berdampak

Pada Intensi Perilaku Mahasiswa Dalam Bertransaksi Keuangan


Menggunakan Jasa ATM Bank KalBar Syariah

LATIHAN 1: METODOLOGI PENELITIAN


ANALISIS KEPUASAN NASABAH PADA PELAYANAN ATM
Pemicu
TINJAUAN KEPUASAN NASABAH PADA PELAYANAN ATM :
1. PENYEDIAAN LOKASI ATM
2. PELAYANAN ATM
3. SCURITY (KEJAHATAN MELALUI ATM)
4. KUALITAS JAMINAN BANK SELAKU PEMPRODUK KARTU ATM
GEJALA MASALAH : 1 PENYEDIAAN LOKASI ATM
Banyaknya perusahaan dan institusi pendidikan yang melakukan kerjasama dengan
perbankan, tujuannya untuk membantu pengelolaan dana yang mereka miliki
seperti penyaluran tagihan, pembayaran gaji karyawan, pajak, pinjaman modal
kerja serta usaha, kemudahan membayar biaya kuliah dengan proses pemotongan
langsung (autodebet) serta kartu mahasiswa yang mereka miliki berfungsi juga
sebagai kartu ATM. Sehingga lokasi menjadi faktor penting pertimbangan bank
dalam menempatkan ketersediaan mesin-mesin ATM di lokasi-lokasi strategis,
seperti restoran, pusat perbelanjaan, bandara, pasar,kantor, bahkan kantor bank itu
sendiri dan tidak ketinggalan instansi pemerintah dan institusi pendidikan
dikampus.Tujuannya untuk lebih memudahkan aksestabilitas dalam bertransaksi.
Diduga jika lokasi ketersediaan mesin-mesin ATM stategis dan terjangkau akan
berdampak pada kepuasan nasabah untuk melakukan penggunaan ulang jasa ATM.

GEJALA MASALAH : 2 PELAYANAN ATM


Fasilitas layanan yang tersedia di mesin-mesin ATM berupa:
1. Berbagai jenis transaksi dapat dilakukan di ATM, mulai dari pembayaran
tagihan, isi ulang pulsa, pembelian tiket, inquiry, transfer antar rekening,

transfer antar bank online, cetak 5 transaksi terakhir, isi ulang mandiri
prabayar, dll.
2. Layanan ATM dapat dimanfaatkan setiap saat, 24 jam sehari 7 hari seminggu
3. ATM Multi akses, yaitu Berbagai jenis transaksi dapat dilakukan di ATM
menggunakan Kartu Debit, kartu ATM, Kartu Bank Syariah, Kartu berlogo
LINK, ATM Bersama, Prima, Visa/Plus dan MasterCard/ Cirrus.
Beragam fasilitas pelayanan yang tersedia di mesin ATM memiliki manfaat yang
bias dirasakan oleh nasabah, seperti:
a. Dapat menarik uang tunai dalam 24 jam. Nasabah tidak lagi tergantung jam
pelayanan bank atau hari libur untuk mengambil uang tunai.
b. Bebas dari antrian yang panjang.
c. Menghemat waktu, karena tidak lagi mengikuti prosedur administrasi.
d. Selain menarik uang tunai juga dapat melihat saldo dan melakukan
pemindahbukuan, pembayaran tagihan, isi ulang pulsa, pembelian tiket,
inquiry, transfer antar rekening, transfer antar bank online, cetak 5 transaksi
terakhir, isi ulang mandiri prabayar
Menurut Parasuraman dan Zeithaml (dalam Tjiptono, 2007:70)
mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan, dalam kualitas pelayanan ada beberapa dimensi, yaitu
tangible (bukti fisik), reliability (keandalan), responsive (daya tanggap),
assurance (jaminan) dan emphaty (empati). Fasilitas ATM yang tersebar diseluruh
Indonesia, telah memudahkan nasabah dalam mengambil dan menyetor setiap
harinya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kemudahan yang diberikan melalui
layanan ATM menjadi daya tarik tersendiri bagi nasabah. Kualitas pelayanan
tercermin dari kepuasan konsumen untuk melakukan penggunaan ulang jasa
ATM.
GEJALA MASALAH : 3.SCURITY DARI ATM (KEJAHATAN MELALUI
ATM)
Pembobolan dana nasabah melalui anjungan tunai mandiri (ATM) merupakan
suatu hal yang mengkhawatirkan konsumen dan nasabah..
Contoh kasus:
1. Penipuan yang berdalih mendapatkan undian hadiah berupa mobil, atau
barang mewah lainya, yang mengatasnamakan sebuah perusahaan besar,

untuk kemudian meminta pada sikorban supaya mentransfer sejumlah uang


sebagai pengganti bea pajak dan admin, ke no rekening yang ditujukan,
maka dengan serta-merta korban menggunakan ATM, karena memang yang
dianggap paling gampang untuk transfer uang kemana-mana, sekalipun
malam hari pada saat bank-bank sudah pada tutup, dan tidak banyak
memakan waktu lama, tinggal pencet sana-sini dalam sekejap uang sudah
berpindah rekening. Alhasil saat itu juga uang melayang, karena hadiah yang
dijanjikan pun tak kunjung datang. Kalau sudah begini jadinya kita mau
lapor kemana toh pihak bank pun angkat tangan.
2. Modus pengkloningan melalui data kartu ATM melalui bantuan peralatan
semacam Skimmer. Atau, bisa juga data nasabah itu justru dipasok oleh
karyawan di bank yang bersangkutan. Juga bisa melalui penyusupan
langsung ke data base di bank yang bersangkutan.
3. Modus permasalahan pencurian data nasabah yang dicollect dari nasabah
tanpa si nasabah yang bersangkutan menyadarinya. Seperti Pelaku kejahatan
berpura-pura berlaku sebagai petugas telemarketing dari salah satu bank,
menghubungi nasabah ke nomer telepon rumah si nasabah tersebut. Telepon
rumah yang biasanya digunakan, karena tak seperti telepon seluler, biasanya
telepon rumah jarang yang dilengkapi dengan fasilitas peralatan yang dapat
mengidentifikasikan nomer telepon pemanggilnya. Lalu si telemarketing
gadungan itu akan menawari kepada nasabah yang bersangkutan berupa
kenaikan plafond pemakaian kartu kreditnya. Atau, pemberian fasilitas
Personal Loan berupa KTA (Kredit Tanpa Agunan). Atau, pemberian
fasilitas asuransi tambahan. Atau, pembukaan rekening tambahan bagi anak
atau isterinya atau anggota keluarganya yang lainnya. Bisa juga itu berupa
tawaran pemberian fasilitas sejenisnya yang diperkirakan akan dibutuhkan
oleh si nasabah tersebut. Bahkan yang lebih gawatnya lagi, si telemarketing
gadungan itu mengaku sebagai account officer dari bank yang bersangkutan
untuk mengkonfirmasikan sebuah transaksi yang membutuhkan konfirmasi
dari pemilik rekening tersebut. Transaksi itu sebenarnya tidak ada, atau tidak
terjadi. Sehingga tentu si nasabah akan mengkonfirmasikan penolakannya
atas transaksi itu. Konsekuensi dari hal-hal tersebut diatas, baik yang berupa
pemberian fasilitas oleh telemarketing gadungan, ataupun konfirmasi
transaksi oleh account officer gadungan itu membutuhkan konfirmasi data
vital dari si nasabah yang yang bersangkutan. Jika itu berupa pemberian

fasilitas, maka untuk mengaktifkannya diperlukan konfirmasi data vitalnya


nasabah. Si telemarketing gadungan itu akan mengkonfirmasikan data
nasabah mulai dari tanggal lahir juga alamat penagihan sampai dengan nama
ibu kandung. Demikian juga halnya jika itu berupa konfirmasi penolakan
atau pembatalan atas transaksi yang dikonfirmasikan, maka si account
officer gadungan juga akan membutuhkan konfirmasi data serupa untuk
mengaktifkan pembatalan atas transaksi itu. Tanpa disadari oleh nasabahnya,
si pelaku akan berhasil mendapatkan data vital dari nasabah tersebut.
Selama ini bank tidak pernah bertanggung jawab mengenai modus pembobolan
data nasabah maupun data dana nasabah melalui anjungan tunai mandiri (ATM).
Di satu sisi, ada unsur kegagalan bank dalam menjaga keamanan bank, baik dari
sistem atau teknologi yang mereka gunakan. Terbukti ini bisa terbobol sehingga
merugikan nasabah dan konsumen Jika kita telusuri atau refleksikan lebih jauh,
sesungguhnya kerugian yang dialami oleh nasabah bisa berdampak kepada
kerugian bank karena bisa saja kemudian menimbulkan krisis kepercayaan
terhadap dunia perbankan, sebab elemen kepuasan nasabah atas layanan ATM bias
ditinjau dari segi kepercayaan nasabah atas sistem keamanan dari perangkat
elektronik yang digunakan hingga ke system aplikasinya.
GEJALA MASALAH : 4. KUALITAS JAMINAN BANK SELAKU PEMPRODUK
KARTU ATM

Adanya mesin dan kartu ATM inilah, celah-celah tindak kejahatan baik secara
langsung maupun tidak langsung seringkali menimpa nasabah, dan respon dari
pihak bank sendiri untuk kasus-yang sifatnya berhubungan dengan kejahatan
melalui ATM ini tidak tuntas, bahkan sering tidak ada penangananya secara serius,
karena seperti yang kita ketahui bahwa sampai saat ini tingkat keamanan / scurity
daripada ATM belum ada peningkatan dari segi keamanan dan jaminan oleh pihak
bank. Jika kita telusuri atau refleksikan lebih jauh, sesungguhnya kerugian yang
dialami oleh nasabah bisa berdampak kepada kerugian bank karena bisa saja
kemudian menimbulkan krisis kepercayaan terhadap dunia perbankan. Maka dari
itu perlu jaminan yang akan diberikan kepada konsumen oleh pihak bank agar
muncul lagi rasa percaya nasabah dalam menggunakan kartu ATM, seperti:
1. proses ganti rugi yang cepat
2. keberadaan closed circuit television (CCTV) atau kamera pengintai pada

setiap counter ATM


3. standar teknologi atau sistem yang digunakan
4. monitoring dan audit teknologi dan system secara berkala
Fokus Masalah :
1. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM ditinjau dari
lokasi ketersediaan mesin-mesin ATM?
2. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM ditinjau dari
fasilitas layanan di mesin ATM?
3. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM ditinjau dari
system keamanan dari ATM?
4. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM ditinjau dari
kualitas jaminan Bank selaku pemproduk kartu ATM?
JUDUL:
TINJAUAN KEPUASAN NASABAH PADA PELAYANAN ATM BANK
KALBAR SYARIAH
Rumusan Masalah :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi ketersediaan mesinmesin ATM Dengan Tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM Bank
KALBAR Syariah?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Fasilitas layanan di mesin
ATM dengan tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM Bank
KALBAR Syariah?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sistem keamanan dari
ATM dengan tingkat kepuasan nasabah pada pelayanan ATM Bank
KALBAR Syariah?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas jaminan Bank
selaku pemproduk kartu ATM dengan tingkat kepuasan nasabah pada
pelayanan ATM BANK KALBAR Syariah?
JUDUL:
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LOKASI KETERSEDIAAN MESIN

ATM, FASILITAS PELAYANAN ATM, SECURITY ATM, DAN KUALITAS


JAMINAN BANK DENGAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH PADA
PELAYANAN ATM BANK KALBAR SYARIAH

LATIHAN 1 : METODOLOGI PENELITIAN


ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK
DITINJAU
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: Menggunakan Analsis Rasio
1. Penilaian Pemodalan yaitu kecukupan modal bank untuk mengcover
eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa
mendatang.
2. Penilaian Kualitas Asset yaitu penilaian terhadap kondisi aset Bank dan
kecukupan manajemen risiko kredit
3. Penilaian Likuiditas yaitu penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen
risiko
4. Penilaian Manajemen
5. Profitabilitas/ Earning

6. Penilaian Rentabilitas
7. Pendekatan berdasarkan Risiko Inheren
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK:1. PENILAIAN PEMODALAN
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negaranegara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal,
yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah
kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin
bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun
kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benarbenar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.
Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan
bank baru memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank
yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin
kurang dari jumlah tersebut.
Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah
nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut
sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan
antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat
ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya
sebesar 8%.

Kecukupan modal bank digunakan oleh bank untuk mengcover eksposur risiko
saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang.

UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 2. PENILAIAN KUALITAS


ASSET
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan
aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank,

sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata
lain, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya
perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi
memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara
cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek
secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki
modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat
saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan
berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian
pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva
produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio
yaitu:
1. Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (KAP 1). Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :

Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


Untuk rasio sebesar 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan
Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah :

Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1
% dari 0 % nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 3. PENILAIAN LIKUIDITAS
Liquidity ratio yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Kewajiban Bersih Antar
Bank merupakan selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain.
Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank
Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan dari bank
yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordinasi),
Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,
dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga
bulan.
Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu
rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti dan rasio Kredit terhadap
Dana yang Diterima oleh Bank.
1. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya
adalah :

Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai
dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
2. Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih
diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai
kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.

UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 4. PENILAIAN MANAJEMEN

Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu
bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank
mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank
diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya. Penilaian faktor
manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan kuesioner yang
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan
kuesioner manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya
dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur,
sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk
kuesioner manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan
risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan
risiko pemilik dan pengurus.

UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 5. PENILAIAN PROFITABILITAS/


EARNING

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila
bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama
kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi
demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Penilaian didasarkan kepada
rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam
menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :
1. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :

Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau
negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%
nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.

2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2).


Rumusnya adalah :

Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 6. PENILAIAN RENTABILITAS
Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja Rentabilitas,
sumbersumber Rentabilitas, kesinambungan Rentabilitas, dan manajemen
Rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend,
struktur, stabilitas rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank dengan kinerja
peer group, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik,
dan/atau kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki.
Penilaian Faktor Rentabilitas dapat diukur dengan menggunakan Return On Asset
(ROA)

Dapat juga dinilai menggunakan Net Interest Margin (NIM) :

NIM adalah Rasio yang mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan


pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 6. Pendekatan Resiko Inheren

Untuk menilai tingkat kesehatan Bank, Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum, Bank
wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan Risiko. Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas peneapan Manajemen Risiko dalam aktivitas
operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko yaitu :
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada
seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pada pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko
kredit dapat diukur melalui Rasio Net Performing Loan (NPL)

Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit


bermasalah yang diberikan oleh pihak bank. Kredit yang dimaksud dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada
bank lain.
b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar,termasuk Risiko perubahan
harga option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai
tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko suku bunga dapat berasal baik
dari posisi trading book maupun posisi banking book. Penerapan Manajemen
Risiko untuk Risiko ekuitas dan komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang
melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Cakupan posisi trading book dan
banking book mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum dengan memperhitungkan Risiko Pasar. Risiko Pasar
dapat diukur dengan menggunakan Interest Rate Risk (IRR). IRR merupakan salah
satu model yang digunakan untuk mendeteksi secara umum sensitivitas bank
terhadap pergerakan suku bunga. Rasio ini memperlihatkan risiko yang mengukur

besaran bunga yang diterima oleh bank dibandingkan dengan bunga yang dibayar

Risk Sensitivity Asset meliputi Sertifikat Bank Indonesia, Giro Bank Indonesia,
Penempatan pada Bank Lain, Surat berharga yang dimiliki, Kredit yang diberikan,
dan Penyertaan. Sedangkan Risk Sensitivity Liablity meliputi Giro, Tabungan,
Sertifikat Deposito, Deposito Berjangka, Simpanan dari Bank Lain, Surat Berharga
yang Diterbitkan, dan Pinjaman yang Diterima.
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dariaset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga juga Risiko likuiditas pendanaan.
Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi
aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau
adanya gangguan pasar yang parah. Risiko ini disebut sebagai Risiko likuiditas
pasar. Liquidity risk menunjukkan risiko yang dihadapi oleh bank karena
mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban terhadap deposannya, dengan
alatalat likuid yang tersedia karena harus digunakan oleh bank yang bersangkutan
untuk membayar kewajiban yangharus segera dilunasi. Untuk menilai risiko ini
dengan:

d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan/atau
adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko
Operasional dapat disebabkan antara lain oleh Sumber Daya Manusia, Proses,
Sistem, dan kejadian eksternal.
e. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan
peraturan perundang undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
f. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan staratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Sumber risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau
kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
h. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder
yang bersumber dari persepsi negative terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko Reputasi bersifat tidak langsung
dan bersifat langsung.
Fokus Masalah:
1. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio pemodalan?
2. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio kualitas asset ?
3. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio likuiditas ?
4. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian Manajemen ?
5. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari rasio

profitabilitas/ earning ?
6. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
Penilaian rasio Rentabilitas ?
7. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari rasio
risiko inheren ?

ANALISIS TINGKAT PEMBIAYAAN BAGI HASIL (MUDHARABAH &


MUSYARAKAH)
PEMICU
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

MARGIN BAGI HASIL


RENCANA PEMBIAYAAN
RATE PIUTANG MUDHARABAH
MODAL
DANA PIHAK KETIGA
BI RATE
NPF
NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE)

Вам также может понравиться