Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
RUMUSAN MASALAH:
1. Apakah kualitas jasa penyediaan ATM berpengaruh singnifikan terhadap
kepuasan mahasiswa IAIN pada Jasa Bank KalBar Syariah?
KEPUASAN MAHASISWA IAIN PADA JASA
BANK KALBAR SYARIAH
DAMPAK
INTENSI PERILAKU MAHASISWA BERTRANSAKSI KEUANGAN
MENGGUNAKAN JASA ATM BANK KALBAR SYARIAH
Gejala Masalah: 2. Keterkaitan kepuasan terhadap Intensi
Menurut Kotler &keller (2008) dalam (Zebua dkk, 2010, h.65) kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang di harapkan.
Sedangkan Sikap adalah pandangan kita terhadap sesuatu hal yang akan
menentukan cara kita berperilaku. Dan Intensi perilaku adalah keinginan untuk
menggunakan kembali suatu jasa yang ditunjukkan dengan intensi konsumsi ulang.
Ukuran kepuasan adalah kualitas kinerja ,Jika kualiatas kinerja berada dibawah
harapan, pelanggan tidak puas.Jika kualitas kinerja memenuhi harapan, pelanggan
puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kepuasan
pelanggan akan berdampak terhadap niat seseorang untuk menggunakan suatu
teknologi atau system informasi .hal ini tentu didorong oleh tingkat kepuasan
mereka terhadap kualitas kinerja dari teknologi atau system informasi tersebut.
RUMUSAN MASALAH:
2. Apakah tingkat kepuasan mahasiswa IAIN pada Bank Kalbar Syariah
berpengaruh pada intensi perilaku mahasiswa bertransaksi keuangan
menggunakan jasa ATM Bank KalBar Syariah
JUDUL :
Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Penyediaan ATM Terhadap Tingkat
Kepuasan Mahasiswa IAIN Pada Jasa Bank KalBar Syariah Dan Berdampak
transfer antar bank online, cetak 5 transaksi terakhir, isi ulang mandiri
prabayar, dll.
2. Layanan ATM dapat dimanfaatkan setiap saat, 24 jam sehari 7 hari seminggu
3. ATM Multi akses, yaitu Berbagai jenis transaksi dapat dilakukan di ATM
menggunakan Kartu Debit, kartu ATM, Kartu Bank Syariah, Kartu berlogo
LINK, ATM Bersama, Prima, Visa/Plus dan MasterCard/ Cirrus.
Beragam fasilitas pelayanan yang tersedia di mesin ATM memiliki manfaat yang
bias dirasakan oleh nasabah, seperti:
a. Dapat menarik uang tunai dalam 24 jam. Nasabah tidak lagi tergantung jam
pelayanan bank atau hari libur untuk mengambil uang tunai.
b. Bebas dari antrian yang panjang.
c. Menghemat waktu, karena tidak lagi mengikuti prosedur administrasi.
d. Selain menarik uang tunai juga dapat melihat saldo dan melakukan
pemindahbukuan, pembayaran tagihan, isi ulang pulsa, pembelian tiket,
inquiry, transfer antar rekening, transfer antar bank online, cetak 5 transaksi
terakhir, isi ulang mandiri prabayar
Menurut Parasuraman dan Zeithaml (dalam Tjiptono, 2007:70)
mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan, dalam kualitas pelayanan ada beberapa dimensi, yaitu
tangible (bukti fisik), reliability (keandalan), responsive (daya tanggap),
assurance (jaminan) dan emphaty (empati). Fasilitas ATM yang tersebar diseluruh
Indonesia, telah memudahkan nasabah dalam mengambil dan menyetor setiap
harinya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kemudahan yang diberikan melalui
layanan ATM menjadi daya tarik tersendiri bagi nasabah. Kualitas pelayanan
tercermin dari kepuasan konsumen untuk melakukan penggunaan ulang jasa
ATM.
GEJALA MASALAH : 3.SCURITY DARI ATM (KEJAHATAN MELALUI
ATM)
Pembobolan dana nasabah melalui anjungan tunai mandiri (ATM) merupakan
suatu hal yang mengkhawatirkan konsumen dan nasabah..
Contoh kasus:
1. Penipuan yang berdalih mendapatkan undian hadiah berupa mobil, atau
barang mewah lainya, yang mengatasnamakan sebuah perusahaan besar,
Adanya mesin dan kartu ATM inilah, celah-celah tindak kejahatan baik secara
langsung maupun tidak langsung seringkali menimpa nasabah, dan respon dari
pihak bank sendiri untuk kasus-yang sifatnya berhubungan dengan kejahatan
melalui ATM ini tidak tuntas, bahkan sering tidak ada penangananya secara serius,
karena seperti yang kita ketahui bahwa sampai saat ini tingkat keamanan / scurity
daripada ATM belum ada peningkatan dari segi keamanan dan jaminan oleh pihak
bank. Jika kita telusuri atau refleksikan lebih jauh, sesungguhnya kerugian yang
dialami oleh nasabah bisa berdampak kepada kerugian bank karena bisa saja
kemudian menimbulkan krisis kepercayaan terhadap dunia perbankan. Maka dari
itu perlu jaminan yang akan diberikan kepada konsumen oleh pihak bank agar
muncul lagi rasa percaya nasabah dalam menggunakan kartu ATM, seperti:
1. proses ganti rugi yang cepat
2. keberadaan closed circuit television (CCTV) atau kamera pengintai pada
6. Penilaian Rentabilitas
7. Pendekatan berdasarkan Risiko Inheren
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK:1. PENILAIAN PEMODALAN
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negaranegara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal,
yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah
kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin
bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun
kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benarbenar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.
Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan
bank baru memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank
yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin
kurang dari jumlah tersebut.
Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah
nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut
sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan
antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat
ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya
sebesar 8%.
Kecukupan modal bank digunakan oleh bank untuk mengcover eksposur risiko
saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang.
sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata
lain, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya
perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi
memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara
cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek
secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki
modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat
saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan
berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian
pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva
produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio
yaitu:
1. Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (KAP 1). Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :
sebagai berikut untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1
% dari 0 % nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 3. PENILAIAN LIKUIDITAS
Liquidity ratio yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Kewajiban Bersih Antar
Bank merupakan selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain.
Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank
Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan dari bank
yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordinasi),
Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,
dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga
bulan.
Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu
rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti dan rasio Kredit terhadap
Dana yang Diterima oleh Bank.
1. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya
adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai
dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
2. Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih
diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai
kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu
bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank
mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank
diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya. Penilaian faktor
manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan kuesioner yang
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan
kuesioner manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya
dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur,
sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk
kuesioner manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan
risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan
risiko pemilik dan pengurus.
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila
bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama
kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi
demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Penilaian didasarkan kepada
rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam
menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :
1. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau
negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%
nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.
Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
UKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK: 6. PENILAIAN RENTABILITAS
Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja Rentabilitas,
sumbersumber Rentabilitas, kesinambungan Rentabilitas, dan manajemen
Rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend,
struktur, stabilitas rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank dengan kinerja
peer group, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik,
dan/atau kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki.
Penilaian Faktor Rentabilitas dapat diukur dengan menggunakan Return On Asset
(ROA)
Untuk menilai tingkat kesehatan Bank, Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum, Bank
wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan Risiko. Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas peneapan Manajemen Risiko dalam aktivitas
operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko yaitu :
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada
seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pada pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko
kredit dapat diukur melalui Rasio Net Performing Loan (NPL)
besaran bunga yang diterima oleh bank dibandingkan dengan bunga yang dibayar
Risk Sensitivity Asset meliputi Sertifikat Bank Indonesia, Giro Bank Indonesia,
Penempatan pada Bank Lain, Surat berharga yang dimiliki, Kredit yang diberikan,
dan Penyertaan. Sedangkan Risk Sensitivity Liablity meliputi Giro, Tabungan,
Sertifikat Deposito, Deposito Berjangka, Simpanan dari Bank Lain, Surat Berharga
yang Diterbitkan, dan Pinjaman yang Diterima.
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dariaset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga juga Risiko likuiditas pendanaan.
Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi
aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau
adanya gangguan pasar yang parah. Risiko ini disebut sebagai Risiko likuiditas
pasar. Liquidity risk menunjukkan risiko yang dihadapi oleh bank karena
mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban terhadap deposannya, dengan
alatalat likuid yang tersedia karena harus digunakan oleh bank yang bersangkutan
untuk membayar kewajiban yangharus segera dilunasi. Untuk menilai risiko ini
dengan:
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan/atau
adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko
Operasional dapat disebabkan antara lain oleh Sumber Daya Manusia, Proses,
Sistem, dan kejadian eksternal.
e. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan
peraturan perundang undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
f. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan staratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Sumber risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau
kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
h. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder
yang bersumber dari persepsi negative terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko Reputasi bersifat tidak langsung
dan bersifat langsung.
Fokus Masalah:
1. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio pemodalan?
2. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio kualitas asset ?
3. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian rasio likuiditas ?
4. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
penilaian Manajemen ?
5. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari rasio
profitabilitas/ earning ?
6. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari
Penilaian rasio Rentabilitas ?
7. Bagaimana Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri jika ditinjau dari rasio
risiko inheren ?