Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
VERONICA DWI RATNASARI
(P07133213076)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. TUJUAN ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 3
1. Latar Belakang Riwayat ................................................................. 3
2. Kunjungan Lapangan..................................................................... 4
3. Kepedulian Masyarakat Terhadap Dampak .................................... 5
4. Kontaminasi Bahaya Lain .............................................................. 6
5. Gugus Kendali Mutu ...................................................................... 7
6. Bahaya Fisik dan Bahaya Lain ....................................................... 9
B. ANALISA JALUR ................................................................................ 17
1. Jalur Pemajanan ........................................................................... 17
2. Identifikasi dan Evaluasi Pemajanan .............................................. 18
3. Media Lingkungan dan Transport ................................................... 19
4. Transformasi dan Mekanisme Transport ......................................... 20
5. Titik Pemajanan............................................................................. 20
6. Cara Pemajanan ........................................................................... 21
7. Populasi Reseptor ......................................................................... 21
8. Jalur Pemajanan Riil ...................................................................... 21
C. DAMPAK KESEHATAN MASYARAKAT .............................................. 22
1. Evaluasi Toksikologi ...................................................................... 22
2. Evaluasi Outcome Kesehatan ........................................................ 23
3. Evaluasi Kepedulian Masyarakat .................................................... 25
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 26
A. KESIMPULAN..................................................................................... 26
B. REKOMENDASI ................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri .................................... 7
Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri ..................................... 8
Tabel 3. Hasil penelitian uji Toksisitas Naphtol ................................................ 15
Tabel 4. Evaluasi pemajanan dekat (10m) dari sumber pencemar .................. 22
Tabel 5. Evaluasi pemajanan jauh ( 30m) dari sumber pencemar ................... 23
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri batik di Indonesia umumnya merupakan industri/usaha
kecil menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian
masyarakat. Bayat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Klaten yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai pengrajin
batik. Pusat kerajinan batik di Bayat berada di Desa Jarum, Desa Kebon
dan Desa Paseban.
Suksesnya perdagangan batik di Bayat sayangnya menimbulkan
permasalahan lingkungan tersendiri. Hal ini disebabkan sejumlah besar
UKM batik di Bayat masih menggunakan lilin, pewarna kimia (naptol)
serta pemutih secara berlebihan, dimana semua itu memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dari aspek penggunaan bahan kimia, industri batik merupakan
industri yang potensial menghasilkan limbah yang mengandung logam
berat dan dikategorikan sebagai limbah berbahaya, sehingga dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Seiring dengan peningkatan
produksi batik, maka permasalahan lingkungan juga akan semakin
meningkat. Permasalahan tersebut disebabkan karena proses produksi
seringkali mengakibatkan pemborosan material dan energi serta akibat
pembuangan limbahnya yang akan membebani lingkungan.
Secara keseluruhan, sumber utama air limbah industri batik
berasal dari proses yang berkaitan dengan proses pewarnaan. Selain
kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik juga mengandung
bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah
proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna
keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna
yang digunakan. Limbah air yang berwarnawarni ini yang menyebabkan
masalah terhadap lingkungan.
Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri batik umumnya
merupakan
senyawa
organik
non-biodegradable,
yang
dapat
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Riwayat
Nama pemilik
No. telepon
: 085728800303/ 087834766696
Alamat
Nama Usaha
: Batik Purwanti
Batik Purwanti ini didirikan sejak tahun 1968 oleh Ibu Purwanti dan
bertahan hingga sekarang. Saat ini Batik Purwanti telah memiliki 100
pekerja yang terdiri dari 70 pekerja wanita dan 30 pekerja pria. Batik
Purwanti teletak di Dusun Pandungrejo, Desa Jarum, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten. Dimana wilayah ini merupakan dusun yang padat
penduduk. Daerah ini berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
a. Utara
b. Selatan
: Kecamatan Gedangsari
c. Timur
: Kecamatan Cawas
d. Barat
: Kecamatan Wedi
motif
batik,
pembatikan,
pencelupan/pewarnaan,
2. Kunjungan Lapangan
a. Kunjungan Hari I
i.
ii.
Waktu
: 09.00 selesai
iii.
Pengunjung
iv.
Materi
b. Kunjungan Hari II
i.
ii.
Waktu
: 09.00 selesai
iii.
Pengunjung
iv.
Materi
: Pengambilan Sampel
ii.
Waktu
: 09.00 selesai
iii.
Pengunjung
iv.
Materi
pekerja
tidak
menggunakan
APD
dan
hanya
ergonomis.
Selain
itu
pemanasan
malam
batik
menghasilkan
asap
yang
Kepedulian masyarakat
Dampak negatif yang diterima warga sekitar workshop adalah air
sumur yang tercemar pewarna batik sehingga menyebabkan air
sumur tidak memenuhi syarat fisik dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Hal ini disebabkan oleh limbah cair sisa pewarnaan dan pencucian
Batik Purwanti yang dibuang ke saluran pembuangan (parit).
Masyarakat yang sumurnya tercemar limbah Batik Purwanti tidak lagi
menggunakan air tersebut untuk kebutuhan makan dan minum.
Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, masyarakat
menggunakan air isi ulang dan atau meminta air sumur milik tetangga
yang tidak tercemar. Dengan demikian maka hubungan sosial dan
kekeluargaan dengan tetangga menjadi lebih baik.
batik
yang
mengandung
polutan
dan
menimbulkan
akan cepat mengalami kelelahan kerja, nyeri otot punggung dan nyeri
pada lutut akibat posisi kerja yang tidak ergonomis.
b. Kontaminasi di luar kompleks
Industri batik merupakan salah satu penghasil limbah cair yang
berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warna tinggi,
limbah industri batik juga mangandung bahan bahan sintetik yang
sukar larut dan sukar terurai. Setelah proses pewarnaan selesai akan
dihasilkan limnah cair yang berwarna keruh, hitam peka. Biasanya
warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah
air yang berwarna dapat mencemari tanah dan sumur masyarakat
disekitar industri. Air sumur yang tadinya jernih berubah menjadi
berwarana keruh, hitam pekat serta berbau dan menyebabkan air
sumur tidak dapat dikonsumsi
5. Gugus Kendali Mutu
Dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan
upaya pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
mencemari lingkungan hidup, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri
Kadar
No
Parameter
1.
Ph
2.
Satuan
Maksimal
6-9
TSS
mg/L
150
3.
BOD
mg/L
50
4.
COD
mg/L
100
5.
Sulfida
mg/L
6.
Amonia (NH3-N)
mg/L
20
7.
Fenol
mg/L
8.
mg/L
15
9.
MBAS
mg/L
10
10.
Kadmium
mg/L
0,1
11.
mg/L
0,5
12.
mg/L
13.
Tembaga (Cu)
mg/L
14.
Timbal
mg/L
15.
Nikel (Ni)
mg/L
0,5
16.
Seng (Zn)
mg/L
10
17.
Maksimum
Satuan
Kadar max
Beban pencemar
mg/L
max kg/ton
pH
6.0-9.0
3oC terhadap suhu
Temperatur
udara
Konduktivitas
mhos/cm
1,5625
BOD
mg/L
50
COD
mg/L
100
TSS
mg/L
200
TDS
mg/L
1000
nabati
kerja panas.
kerugian
c. Bahaya Kimia
Penggunaan bahan kimia pada proses pewarnaan seperti
Naptol, zat reaktif, soda abu dan Indigosol dapat menimbulkan
bahaya
bagi
menybabkan
kesehatan.
iritasi
mata,
Bahaya
kulit
utamanya
dan
adalah
saluran
dapat
pernapasan.
nyeri
punggung akibat
posisi
saat
membatik sedikit
membungkuk, dan tidak ada sandaran. Nyeri lutut kaki akibat posisi
tekukan lutut tidak sesuai dengan standar ergonomi, sehingga perlu
pembuatan kursi yang lebih ergonomis dan tempat untuk meletakkan
kain mori yang akan dibatik sesuai dengan ukuran kursi.
e. Efek Klinis Limbah
Dalam proses pembuatan Batik Purwanti dari pemilihan kain
mori hingga batik siap dipasarkan memiliki hasil samping berupa
limbah cair dan limbah padat. Limbah tersebut merupakan limbah
non-biodegradable dan termasuk limbah B3. Oleh sebab itu apabila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan bahaya bagi manusia
maupun ekosistem air. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan,
perlu diadakan pemanfaatan.
Limbah padat batik dihasilkan pada saat pembatikkan dan
pelorodan, dimana limbah tersebut berupa malam dan abu bakar dari
sisa pembakaran kayu untuk pelorodan. Limbah padat berupa malam
dimanfaatkan kembali untuk pembatikan, sehingga limbah padat ini
tidak menimbulkan masalah.
10
11
sebagai
pewarna
12
protein
membran
blue
black menggunakan
metoda
sonolisis,
fotolisis dan kombinasi keduanya dengan penambahan TiO2anatase. TiO2-anatase merupakan katalis yang efektif digunakan
untuk mendegradasi senyawa-senyawa organik toksik seperti
pestisida dan zat warna.
Zat warna naptol terdiri dari komponen naftol sebagai
komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam
diazonium atau disebut garam naptol. Naftol mempunyai ciri-ciri
kimia sebagai berikut:
a) Padatan kristal putih,
b) Bau seperti : etanol, sangat sedikit larut dalam air
c) Berat molekul 144,17 g/mol
d) Rumus molekul C10H8O
e) Titik didih 288oC
f)
j)
13
h) Klasifikasi EC
R 21/22 = berbahaya jika kontak dengan kulit
R 37/38 = mengiritasi saluran nafas dan kulit.
R 41 = bahaya resiko serius pada mata.
S 22 = jangan hirup debu.
S 26 = jika kena kontak dengan mata,bilas segaera dengan
air secukupnya dan segera pergi ke dokter
S 37/39 = gunakan sarung tangan pelingdung dan penutup
muka/mata.
S 2 = jauhkan dari jangkauan anak
Naftol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain:
Naptol AS-G, Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol
AS, Naptol AS.OL, Naptol AS-BR, Naptol AS.BS, dan Naptol ASGR.
Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara
lain: Garam Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC,
Garam Violet B, Garam Scarlet R, Garam Blue BB, Garam
Scarlet GG, Garam Blue B, Garam Red 3 GL, Garam Black B,
dan Garam Red B.
Bahaya utama terhadap kesehatan dapat mengiritasi mata
dan saluran pernapasan, berbahaya jika tertelan atau terhirup.
Menyebabkan darah abnormal serta kerusakan hati dan ginjal
Dapat mengiritasi kulit dan berbahaya jika terabsorpsi. Apabila
terhirup dapat mengiritasi saluran pernafasan termasuk batuk,
bersin. Paparan jangka panjang dari penggunaan naphtol ini
adalah dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat
menyebabkan anemia dan kelainan sel darah lainnya. Inhalasi,
14
Hasil
: tidak terbentuk
polimerisasi
berbahaya
Bahan
tercampurkan
dioksida
Percobaan
tentang
Toksisitas
Napthol
pada
Jenis
Jenis
Kadar
Percobaan
Naphtol
Toksisitas
Draize tes
1 mg
500 mg/24jam
Oral
LD50
6,3 Mg/kg
Oral
LD50
9 mg/kg
pada mata
Kelinci
`
Draize tes
pada kulit
15
Skin
880mg/kg
LD50
>420
Inhalation
LD50
mg/m3/jam
Oral
LD50
1870 mg/kg
Oral
LD50
2000 mg/kg
Oral
LD50
275 mg/kg
Tikus
Mencit
yang
menghasilkan
toksisitas
ringan.
Tidak
kulit,
dapat
mengiritasi
kulit
timbul
16
banyak
sekurang-kurangnya
15
menit.
Dapat
17
3) Tanah
Limbah cair yang dibuang ke parit dan akan meresap kedalam
tanah yang kemudian mencemari tanah.
c. Titik pemajanan
Titik pemajanan limbah cair Batik Purwanti adalah sumur-sumur
masyarakat yang berada di sekitar Batik Purwanti dan disekitar
saluran air buangan (parit).
d. Cara pemajanan
Jalur pemajanan yang potensial yaitu melalui inhalasi dan kontak
langsung dengan tubuh.
1) Melalui inhalasi jangka pendek yaitu limbah cair yang terhirup
atau tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan
termasuk batuk dan bersin, anemia dan kelainan sel darah.
Apabila pemaparan terjadi terus menerus (jangka panjang)
maka dapat menyebabkan anemia hemolitik yang parah,
kerusakan hati dan ginjal serta kelainan sel darah.
2) Melalui kontak langsung yaitu limbah cair yang dibuang ke
parit akan meresap dalam tanah dan mencemari air sumur.
Dalam jangka pendek masyarakat yang masih mengkonsumsi
air sumur tersebut dapat mengalami kerusakan ginjal dan hati.
Sedangkan
pencemaran
dalam
jangka
panjang
akan
18
dilihat
menghubungkan
dari
kelima
sumber
elemen
pencemar
jalur
dengan
pemajanan
yang
masyarakat
yang
tanpa
pengolahan,
sebaiknya
pihak
industri
mulai
19
cair
dilakukan
terus
menerus
maka
kedepannya
udara.
Air
20
6. Cara Pemajanan
Cara pencemar kontak dengan manusia yaitu melalui air sumur
yang telah terkontaminasi limbah cair industri batik yang kemudian
dikonsumsi oleh masyarakat dan digunakan untuk kegiatan mandi
dan mencuci. Pencemar juga dapat kontak dengan manusia melalui
udara yang terhirup oleh sistem pernafasan manusia sehingga dapat
menyebabkan sesak nafas. Selain itu pencemar dapat diadsorbsi
oleh kulit yang kemudian menyebabkan dermatitis.
7. Populasi reseptor
Limbah cair industri batik Purwanti dialirkan ke parit yang mengarah
ke arah timur, yaitu ke Desa Kebonagung. Media pemajanan limbah
cair tersebut adalah melalui air, udara dan tanah. Limbah tersebut
mencemari air tanah/air sumur disekitar parit yang menuju Desa
Kebonagung. Sumur yang tercemar merupakan sumur sumur
pribadi milik masyarakat sekitar. Sehingga populasi terpajan adalah
penduduk yang menggunakan sumur pribadi tersebut.
8. Jalur pemajanan Riil
Dari keseluruhan analisa diatas maka dapat disimbulkan bahwa jalur
pemajanan
dalam
pencemaraan
lingkungan
ini
adalah
jalur
21
cair
dilakukan
terus
menerus
maka
kedepannya
Suparman
45
41
65
60
40
35
Paidi
Nama
Umur (th)
15
Keluhan
Bau, gatal
Bau, gatal
Lintas
Dampak
Pemajanan
Kesehatan
Kontak
Dermatitis,
Langsung
faringitis
Kontak
Dermatitis
Langsung
3
Mujimin
46
70
25
15
Bau, gatal
Inhalasi,Kontak
Dermatitis
Langsung
4
Heru
30
65
15
10
Bau, gatal
Kontak
Dermatitis
Langsung
5
Gito
47
60
30
80
Bau, gatal
Inhalasi,Kontak
Langsung
22
Dermatitis
30
Sarino
43
71
66
40
35
Sumiran
Nama
Umur (th)
15
Keluhan
Bau, gatal
Bau, gatal
Lintas
Dampak
Pemajanan
Kesehatan
Kontak
Dermatitis,
Langsung
faringitis
Kontak
Dermatitis
Langsung
3
Ngadimin
40
59
25
15
Bau, gatal
Inhalasi,Kontak
Dermatitis
Langsung
4
Surya
33
60
15
10
Bau, gatal
Kontak
Dermatitis
Langsung
5
Agus R.
31
63
30
80
Bau, gatal
Inhalasi,Kontak
Dermatitis
Langsung
sehingga,
menyebabkan
darah
23
abnormal
serta
Dimana:
RQ > 1
RQ 1
tE
fE
Dt
Wb
: berat badan, kg
Tavg
RfD
= 2,36 mg/l
= 2 L/hari
= 8 jam/hari
= 280 hari/tahun
= 30 tahun
= 63,9 kg
Hasil RQ yang didapat yaitu 19,5, dimana hasil tersebut > 1 artinya
konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek yang merugikan
bagi kesehatan.
3. Evaluasi Kepedulian Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar
industri Batik Purwanti, masyarakat sudah melakukan protes kepada
industri tersebut melalui kepala aparat desa (ketua RT, ketua RW,
dan Kadus). Hasil yang diperoleh dari protes tersebut adalah pihak
indusri berjanji akan mulai melakukan penanganan limbah sebelum
dibuang ke parit agar masyarakat tidak menjadi korban lagi. Upaya
yang akan dilakukan pihak industri adalah dengan membuat instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Dengan demikian masyarakat tidak
perlu khawatir lagi.
Upaya yang dilakukan masyarakat ketika terjadi pencemaraan
air sumur adalah dengan tidak menggunakan air sumur untuk
kegiatan makan dan minum. Kebutuhan minum dipenuhi dengan
membeli air minum isi ulang sedangkan untuk masak masyarakat
meminta air bersih dari sumur tetangga yang tidak tercemar.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Industri Batik Purwanti berada dusun yang padat penduduk
dimana limbah cair yang dihasilkan dibuang ke parit yang mengalir sejauh
1km ke arah timur (Desa Kebonagung). Parit yang dijadikan tempat
pembuangan limbah tersebut berdekatan dengan sumur sumur milik
masyarakat. Limbah yang dibuang ke parit belum dilakukan pengolahan
sehingga kualitasnya sangat buruk.
Bahaya utama yang disebabkan oleh limbah cair batik terhadap
kesehatan dapat menybabkan iritasi mata, kulit dan saluran pernapasan.
Menyebabkan darah abnormal serta kerusakan hati dan ginjal. Selain itu
dapat menyebabkan anemia dan kelainan sel darah lainnya. Apabila bau
limbah cair terserap melalui kulit atau menelan secera terus menerus
dapat menyebabkan anemia hemolitik yang parah
Hasil RQ yang didapat yaitu 19,5, dimana hasil tersebut > 1
artinya konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi kesehatan
B. REKOMENDASI
1. Bagi industri Batik Purwanti
a. Melihat kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
industri batik, maka sebaiknya pihak pengelola indutri segera
membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar limbah yang
dihasilkan dari proses pembuatan batik dapat diolah terlebih
dahulu. Sehingga saat dibuang ke parit, limbah tersebut tidak
mencemari lingkungan lagi.
b. Sebaiknya melakukan substitusi bahan pewarna dari zat warna
sintetis yang berbahaya bagi lingkungan dengan zat warna alami
yang ramah lingkungan seperti kulit buah manggis, kunyit, daun
jati, kayu secang dsb.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1-Naftol.
Diakses
melalui
http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/1-
Reference
Dose
for
Oral
Exposure
(RfD).
Diakses
melalui
https://cfpub.epa.gov/ncea/iris2/chemicalLanding.cfm?substance_nm
br=436 pada tanggal 29 September 2016
Liliathreey .2012. Analisis Zat Warna Naphtol Blue Black. Diakses melalui
http://liliathreey.blogspot.co.id/2012/04/analisis-zat-warna-naphtolblue-black.html pada tanggal 29 September 2016
Meiyanto, EJ. 2012. Peluang Bisnis Batik di Klaten. Diakses melalui
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=70575&val=4879
pada tanggal 29 September 2016
Nurfadilah, Reza. 2015. Pewarna Pada Batik. Diakses melalui http://rezanur.heck.in/pewarna-sintetis-pada-batik.xhtml
pada
tanggal
29
September 2016
Nugrahaningsih, D., Gusmaranti, IR. & Mufirah. 2012. Analisis Dampak
Kesehatan
Lingkungan
Keberadaan
Industri
Batik
Plentong
melalui
https://www.scribd.com/doc/117205740/Analisis-
28