Вы находитесь на странице: 1из 19

MAKALAH PBL

SEMESTER III
Struktur dan Mekanisme Pengendalian
Proses Berkemih

Disusun Oleh :
Manda Malia Ubra

10 2009 047

Nico Stefan

10 2012 010

Yolanda Inggriani

10 2012 122

Andreas

10 2012 128

Christin Natalia

10 2012 274

Surya Dharma

10 2012 390

Angelina Massaya

10 2012 516

Natashya Risa Pramana

10 2012 370

Khairunnisa binti esam

10 2012 508

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA


Jl. Arjuna Utara No.6, Kebon Jeruk
Jakarta Barat
1

Skenario
Seorang perempuan usi 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan sulit
menahan kencing sejak setahun terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut
mempunyai 7 orang anak.

7 Jumps
Identifikasi istilah yang tidak diketahui
-

Rumusan masalah
-

Dokter kesal karena pasien dewasa yang memiliki banyak keluhan bersikap kekanakkanakan.

Analisis masalah
Organ-organ terkait
secara Makroskopik
dan Mikroskopik

Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah
urin

Pasien bersifat kekanakkanakan


Proses
Pembentukan urin
dan Proses Miksi

Hipotesis
Seorang perempuan usia 50 tahun sulit menahan kencing karena disebabkan oleh faktor usia.

Sasaran Pembelajaran

Mampu memahami mekanisme berkemih


Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah urin
Mampu memahami mekanisme pembentukan urin dan proses miksi

Abstrak: Sistem urogenitalis adalah sistem tentang urologi dan alat genital dalam traktus
urogenitalis baik laki-laki maupun wanita. Didalam tubuh kita terdapat sepasang ginjal yang
berfungsi untuk reabsorbsi, sekresi, dan ekskresi darah dalam tubuh kita. Hasil ekskresi yang
akan dikeluarkan dari tubuh kita adalah urin melalui ureter, vesika urinaria, dan uretra.
Didalam vesika urinaria terdapat otot-otot polos dan epitel-epitel yang akan mengatur proses
pengeluaran urin yang diatur dari sistem syaraf pusat kita. proses pengeluaran urin ini kita
sebut mikturisi. Proses mikturisi ini melibatkan kerja otot-otot sfingter pada vesika urinaria
dan uretra serta refleks berkemih dari pusat syaraf kita. bila vesika urinaria sudah penuh
maka akan ada implus syaraf yang akan meregang otot sfingter uretra internus dan eksternus
yang nantinya urin dalam vesika urinaria akan keluar melalui orifisium uretra eksterna.
Proses mikturisi ini dapat mengalami gangguan yang menyebabkan urin keluar disaat yang
tidak tepat. Biasanya hal ini dapat terjadi karena banyak faktor salah satunya adalah karena
faktor jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita yang dapat menggangu proses miksi.
Gangguan ini biasanya disebut dengan inkontenensia urin.
Kata kunci: urogenitalis, urin, mikturisi, vesika urinaria, uretra, ureter, ginjal.
Abstract: Urogenital system is the system of urological and genital apparatus in the
urogenital tract of both men and women. There is a pair in our body functioning kidney for
reabsorption, secretion, and excretion of blood in our body. Excretion results that will be
removed from our body is urine through the ureters, bladder, and urethra. Contained within
the bladder smooth muscle and epithelial-epithelial processes that will regulate urine output
set of our central nervous system. The urine output process we call micturition. Micturition
process involves working the muscles of the sphincter at the bladder and urethra and
micturition reflex of our nerve center. when the bladder is full it will be a nerve implus that
will stretch the muscle and the external urethral sphincter internus which will be urine in the
bladder out through the external urethral orifice. This process can micturition disorder that
causes urine out when that is not right. Usually this can happen due to many factors one of

which is because of the number of children born to a woman who can disturb the process of
micturition. This disorder is usually called inkontenensia urine.
Keywords: urogenital, urine, micturition, bladder, urethra, ureter, kidney.

Pendahuluan
Didalam tubuh kita, terdapat sepasang ginjal yang berbentuk seperti kacang merah.
Ginjal berwarna merah keunguan. Kedua ginjal tersebut terletak disebelah kiri dan kanan
ruas tulang pinggang di dalam rongga perut. Ginjal kiri terletak agak lebih tinggi dari ginjal
kanan, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Urin yang dihasilkan dari
ginjal akan disalurkan dan diekskresikan melalui ureter, vesika urinaria, dan urethra yang
nantinya akan di buang keluar tubuh sebagai air kencing. Tujuan makalah ini dibuat adalah
untuk membahas tentang struktur makrokospik dan mikrokospik ginjal, fungsi ginjal,
mekanisme kerja ginjal, dan saluran penyalur urin hingga urin dikeluarkan dari tubuh .
Dengan harapan setelah mendapat perbekalan yang cukup para pembaca dapat mengerti
tentang ginjal.

Struktur Makrokospik Sistem Pencernaan

Gambar 1. Makroskopis Ginjal.1


Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posteroir abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum,
dan karena itu diluar rongga peritoneum. Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang,
mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga.
Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7 cm, dan tebalnya 1 sampai 2 cm. Pada
orang dewasa beratnya kira-kira 140gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya
atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh
ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah
kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.1
Setiap

ginjal

dilingkupi

kapsul

titips

dari

jaringan

fibrosa

yang

rapat

membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Ren mempunyai selubung


sebagai berikut:
1

Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.

Capsula adipose: meliputi capsula fibrosa.

Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula
adipose serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan
diri sebagai fascia transversalis

Corpus adiposum pararenale: terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan
dalam jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak
retroperitoneal.
Di dalamnya terdapat struktur-strukur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas

bagian korteks di sebelah luar, dan bagian medula disebelah dalam. Bagian medula ini
tersusun atas 15-16 massa berbentuk piramid, yang disebut piramis ginjal. Puncak-pun
caknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya
dengan pelvis ginjal.1
Ureter
Saluran ginjal (ureter) berbentuk seperti pipa yang sedikit memipih, dengan diameter
4-7 mm. Panjangnya bervariasi, sekitar 30cm pada pria dan 29cm pada wanita. Lumen ureter
berbentuk celah sempit dan mempunyai penampilan seperti bintang karena lapisan
mukosanya terlipat secara longitudinal. Gerak peristaltik mendorong urine melalui ureter.
Kedua ureter menembus dinding kandung kemih sepanjang 2cm di dalam kandung kemih dan
berakhir pada suatu celah sempit yang disebut ostium ureter. Jika aliran urine terhalang, otot-

otot ureter di atas tempat penyumbatan akan ceoat berhipertrofi. Selama proses kehamilan,
ureter dapat melebar dan memanjang. Ureter memiliki persarafan sensoris.
Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria pada orang dewasa terletak di panggul kecil di bawah rongga perut di
belakang tulang-tulang kemaluan. Pada bayi yang baru lahir, kandung kemih letaknya lebih
tinggi daripada tulang-tulang kemaluan. Kedua ureter memasuki kandung kemih dibagian
dasar. Jika kandung kemih mengandung urine sebanyak kira-kira 350mL atau lebih, terasa
keinginan untuk buang air kecil.
Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine

keluar dari buli-buli melalui

proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra ini
diperlengkapi dengan spingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, dinding terdiri atas otot polos yang disyarafi oleh sistem otonomik dan spingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior, dinding terdiri atas otot
bergaris yang dapat diperintah sesuai dengan keingian seseorang. Panjang uretra dewasa
23-25 cm.3
Secara anatomis uetra terdiri dari dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior.
Kedua uretra ini dipisahkan oleh spingter uretra eksternal. Uretra posterior pada pria terdiri
atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra
pars membranasea. Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari verumontanum ini terdapat krista
uretralis. Bagian akhir dari vasdeferen yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir
kanan dan kiri verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara didalam duktus
prostatiks yang tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis.
Uretra anterior terdiri atas: 1. Pars bulbosa, 2. Pars pendularis, 3. Fossa navikulare, dan 4.
Meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang
berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada didalam diafragma
urogenitalis bermuara diuretra pars bulbosa.3

Struktur Mikrokospik Sistem Pencernaan


Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar) dan Medulla
(dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid
medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk
suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah
kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan
vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan
malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus
proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian
besar nefron pada bagian loop of Henles dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai
satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang
disebut nefron.4

Gambar 1. Mikroskopik Ginjal. 4


Nefron
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan
fungsionil ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. 1 Setiap nefron,
tersusun oleh badan malpighi dan saluran panjang (tubulus) yang bergulung. Badan malpighi
tersusun oleh glomerulus dan kapsula bowman. Glomerulus merupakan anyaman pembuluh
kapiler darah sebagai lanjutan dari arteri ginjal. Kapsula bowman merupakan bangunan
7

seperti mangkuk, yang didalamnya berkumpul darah halus glomerulus. Saluran lanjutan dari
kapsula bowman adalah tubulus.
Tubulus merupakan saluran-saluan panjang bergelendung dan dikelilingi oleh
pembuluh-pembuluh kapiler darah. Tubulus yang letaknya dekat dengan badan malpighi
disebut tubulus proksimal, sedangkan tubulus yang letakmya jauh dari badan malpighi
disebut tubulus distal. Tubulus proksimal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung
henle. Lengkung henle ini berupa pembuluh menyerupai leher angsa yang turun ke arah
medula ginjal kemudian naik kembali manuju korteks ginjal. Bagian akhir dari tubulus ginjal
adalah saluran pengumpul yang terletak di medula ginjal. Medula ginjal merupakan tempat
berkumpulnya pembuluh-pembuluh halus dari kapsula bowman. Pembuluh-pembuluh halus
tersebut mengalirkan urin ke saluran yang lebih besar dan bermuara di pelvis ginjal.
Kemudian urin dialirkan melalui saluran ginjal (ureter) dan ditampung di dalam kantung
kemih (vesika urinaria). Jika kantung kemih mengandung banyak urin, dinding kantung
tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kantung merengang. Akibat merengangnya
otot melingkar tersebut, timbul rasa inginbuang air kecil. Selanjutnya, urin dikeluarkan
melalui saluran kemih (uretra).2
Glomerulus
Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdindin ganda
disebut kapsula bowman. Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk
sebuah korpuskel ginjal. Ada 2 lapisan yaitu lapisan visceral dan lapisan parietal. Lapisan
visceral kapsula bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan visceral
dimodifikasi menajdi podosit yaitu sel-sel epitel khusus disekitar kapiler glomerulus. Lapisan
parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal. Ada 2 kutup yaitu kutub
vascular korpuskel ginjal dan kutub urinarius korpuskel ginjal.
Tubulus Kontortus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini
panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 m. Tubulus kontortus proksimalis
biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis
atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2
m dengan jarak satu dengan yang lainnya 0.03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan
apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.5

Loop of Henles
Loop of Henles banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai
15 m. Loop of henles berbentuk seperti huruf U yang mempunyai segmen tebal dan diikuti
oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 m
panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar dengan
panjang 9 mm dengan diameter 30 m.
Epithel dari Loop of Henles merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus
sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi
bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henles.
Tubulus Kontortus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Kontortus proksimalis antara lain : Sel
epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat
yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Kontortus distalis : Sel epithel lebih
kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada
potongan melintang.
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup
vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent.
Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola
aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen
yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan
dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Tubulus kolektivus
Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis
dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai
lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi
epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah
menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm.5

Mekanisme Pembentukan Urin di Ginjal


Darah di dalam ginjal akan mengalami proses penyaringan atau filtrasi. Proses
penyaringan terjadi dalam glomerulus. Darah yang terdapat dalam glomerulus mengandung
air, garam , gula, urea dan zat-zat yang akan di saring.
Filtrasi Glomerulus
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler,
membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas
membarana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas
kapiler pada jaringan lain.6
Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan
menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu
direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan
waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.
Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita lebih
rendah dibandingkan pada pria.Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain
ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang
terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi
oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi

10

tekanan pada capsula bowman.serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.6
Komposisi Filtrat Glomerulus
Dalam cairan filtrate tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200
protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat
dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate glomerulus
hampir sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate
tersebut direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus :
a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi,
semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin
tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b. Aliran dara ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulussemakin meningkat laju
filtrasi.
c. Perubahan

arteriol

aferen:

apabial

terjadi

vasokontriksi

arteriol

aferen

akan

menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan


laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi
peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus.
f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.6

Reabsorpsi Dalam Tubulus


Hampir 99% dari cairan filtrat direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut
didalam cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat
direabsorpsi dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino.
Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulus melalui dua cara yaitu:
a. Transport aktif
11

Zat-zat yang mengalami transfort aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+,
PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+,
melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan ptensial
listrik didalam epitel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan
electrochemical gradient ini membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan
konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi
tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion
natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang
memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan dapat berlangsung
terus-menerus.
b. Transpor pasif
Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen
tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate
dan perbedaan muatan listrikpada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif,
misalnya ureum, sedangkan air keluar dari lumen tubulusmelalui proses osmosis.
Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan diluar lumen tubulus
menyebabkan terjadinya proses difusi ionNa+ dari lumen tubulus kedalam sel epitel
tubulus dan selanjutnya menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan
ion Na+ diikuti pula terbawanya ion Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan
reabsorsi ini ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan
diluar lumen tubulus.6
Reabsorbsi pada Ansa Henle
Pada ansa henle pars desendens terjadi reabsorbsi air karena bagian ini permeabel
terhadap air, sehingga Na tidak dapat keluar. Hal ini menyebaban kenaikan osmotik hingga
1200 osmol. Sedangkan pada ansa henle pars acendens terjadi penyerapan Na yang di ikuti
Cl, sehingga terjadi penurunan osmotik, karena air tidak bisa keluar dan mengakibatkan
hipoosmotik saat akan memasuki tubulus kolektivus.
Sekresi Dalam Tubulus
Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif
merupakan kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi darikapiler
peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH3- yang
disintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi.
12

Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat
keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen
tubulus berbeda-beda.7
Selain penyaringan, di glomerulus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah,
keping darah dan sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus adalah urin
primer (filtrat glomerulus). Urin primer memiliki kandungan zat yang hampir sama dengan
cairan yang menembus kapelir menuju ke ruang-ruang antar sel. Dalam kedaan normal, urin
primer tidak mengandung sel darah merah, tetapi mengandung protein masih mengandung
zat-zat yang diperlukan tubuh, yaitu glukosa (gula), asam amino, dan garam-garam. Urin
yang terbentuk setelah proses reabsorbsi disebut urin sekunder (filtrat tubulus). Urin sekunder
memiliki kadar urea yang tinggi. Urea ini bersifat racun bagi tubuh.
Urin selanjutnya disalurkan kedalam rongga ginjal, dan kemudian disalurkan ke
kantung kemih melalui ureter. Komposisi urin tersebut adalah air, urea, dan garam. Urin
seseorang yang normal mengandung air, urea, garam-garam, dan zat warna empedu yang
memberikan warna kuning pada urin. Selain itu urin juga sering mengandung obat-obatan
yang kita makan dan hormon. Jadi dalam urin tidak terdapat lagi glukosa dan protein.
Banyak sedikitnya urin di pengaruhi oleh jumlah air yang diminum. Bila air yang kita
minum banyak, maka urin yang dihasilkan juga banyak, dan sebaliknya. Selain itu, banyak
sedikitnya urin yang dikeluarkan juga dipengaruhi oleh hormon antidiuretika (ADH). Jika
kita minum sedikit air, pengeluaran ADH akan terpacu. ADH memacu penyerapan air. Oleh
karena itu, urin yang keluar menjadi sedikit dan pekat. Sebaliknya minum banyak air akan
mengurangi pengeluaran ADH. Oleh karena itu, urin yang dihasilkan akan banyak. Pengturan
jumlah air dalam tubuh inilah yang dimaksud dengan osmoregulasi.7

Proses Mikturisi (Miksi)


Setelah terbentuk di ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (vesika
urinaria). Urin tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi. Kontraksi
peristaltic otot polos di dinding ureter mendorong urin maju dari ginjal ke kandung kemih.
Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik, melewati dinding kandung kemih
beberapa sentimeter sebelum membuka ke dalam rongga kandung kemih. Susunan anatomik
ini mencegah aliran balik urin.
Peran Kandung Kemih
13

Kandung kemih dapat menampung fluktuasi volume urin yang besar. Kandung kemih
terdiri dari otot polos yang dilapisi bagian dalamnya oleh suatu jenis epitel khusus. Otot polos
dan epitel ini secara aktif ikut serta dalam kempuan kadung kemih mengakomondasi
perubahan besar volume kandung kemih. Otot polos kandung kemih banyak mengadung serat
parasimpatis, yang stimulasinya menyebabkan kontraksi kandung kemih. Namun, pintu
keluar dari kandung kemih dijaga oleh suatu sfingter.8
Peran Sfingter Uretra
Sfingter adalah cincin otot polos yang ketika berkontraksi akan menutup saluran
melalui suatu lubang. Sfinger uretra internusnya terdiri dari otot polos yang di kendalikan
secara involunter. Di bagian bawah saluran keluar uretra dilingkari oleh satu lapisan otot
rangka, sfingter uretra eksternus. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis. Neuron-neuron
motorik yang mempersyarafi sfingter eksternus dan diafragma pelvis terus-menerus
mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot
ini terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah keluarnya urin dari uretra. Dalam keadaan
normal ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfinger internus maupun eksternus
menutup agar urin tidak menetes. Selain itu karena sfinger eksternus dan diafragma pelvis
adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar maka orang dapat secara
sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun kandung
kemih berkontraksi dan sfingter internus terbuka.
Refleks Berkemih
Mikisi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua
mekanisme : reflex berkemih dan control volunteer. Reflex berkemih terpicu ketika reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. kandung kemih pada orang dewasa dapa
menampung hingga 200-400ml urin sebelum tegangann di dindingnya mulai cukup
meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini,
semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa
implus ke medulla spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. tidak ada mekanisme
khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus.
Perubahan bentuk kandung kemih selama berkontraksi akan secara mekanis menarik
terbukanya sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron14

neuron motorik dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Reflex berkemih ini, yang seluruhnya
adalah reflex spinal, mengatur pengosongan kandung kemih oada bayi. Segera setelah
kandung kemih terisi cukup untuk memicu reflex, bayi secara otomatis berkemih.
Kontrol Volunter Berkemih
Selain memicu reflex berkemih, kandung kemih juga menyadarkan yang
bersangkutan akan keinginan untuk berkmih, persepsi penuhnya kandung kemih muncul
sebelum sfingter eksternus secara reflex melemas, member peringatan bahwa miksi akan
segera terjadi. Akibatnya, control volunteer berkemih, yang dipelajari selama toilet traning
pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan reflex berkemih sehingga pengosongan
kandung kemih dapat berlangsung sesuai dengan keinginan yang bersangkutan dan bukan
ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktidkan reseptor regang. Jika waktu
reflek miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat
dengan senhaja mencegah pengosingan kandung kemih dengan mengencankan sfingter
eksternus dan diafragma pelvis. Implus eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan
sinyal volunteer dari koreteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik reflek dari reseptor
regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan
tidak ada urin yang keluar. 8
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka
sinyal reflex dari resptor regang menigkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik reflex
ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga tidak lagi dapat
diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kadung kemih secara
tak terkontrol mengosongkan isinya.
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, mekipun kandung kemih tidak teregang,
dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan difragma pelvis. Turunnya dasar
panggung memungkinkan kandung kemih turun, yang secara stimulant menarik terbukanya
sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih. Pengosongan kandung
kemih secara sengaja dapat dibantuk oleh kotraksi dinding abdomen dan difragma pelvis.
Peningkatan tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih kebawah
untuk mempermudah pengosongan.8

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urin


15

Hormon

ADH
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias
sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin
menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak
sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan
penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer. Volume
urin dapat meningkat (poliuria) atau menurun (oliguria).
Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Renin
Ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan
mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan
aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh enzim lain diubah menjadi
angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah

16

Zat - zat diuretic, banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak
mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga
volume urin bertambah.

Konsentrasi darah, jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah
rendah. Reabsorpsi air di ginjal meningkat, volume urin menurun.

Emosi, emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

Jumlah air yang diminum(pemasukan cairan), akibat banyaknya air yang diminum, akan
menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein
menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.

Saraf, rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen
sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena
tekanan darah menurun.

Banyak sedikitnya hormon insulin, apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes
melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar
gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering
mengeluarkan urin.

Pengeluaran keringat, pengeluaran keringat berlebih menghasilkan urin yang sedikit dan
pekat.

Aktivitas fisik, aktivitas fisik yang berat menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak
cairan, seperti keringat, atau bahkan dehidrasi sehingga tubuh mengeluarkan sedikit urin.

Suhu, dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh maupun lingkungan. Apa bila suhu lingkungan
dingin akan mengebabkan produksi urin meningkat, sebaliknya apabila suhu tubuh
meningkat menurunkan jumlah produksi urin.7

Komposisi Urin
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian
padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun
kelektrolitanya, diantaranya adalah molekul organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana
memiliki ukaran yang relatif besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau
(NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, dan subtansi lainya seperti hormone. Ion :
Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam
Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-,
PO43-), warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah
17

warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit.
Bau normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. Berat jenis : Adalah berat atau
derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain
seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1,009 ml. Normal berat
jenis : 1010 1025. Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi
keruh karena ada mukus atau pus. pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). 9 Urine yang
telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktivitas
bakteri.

Kesimpulan
Sistem urinaria pada manusia meliputi beberapa organ yaitu ginjal atau ren, ureter,
vesika urinaria atau kandung kemih, dan uretra. Pada kasus seorang perempuan yang susah
menahan kemihnya bisa disimpulkan bahwa otot sfingter yang ada sudah berkurang
elastisitasnya ditambah lagi dengan pasien tersebut memiliki banyak anak, keelastisitasannya
pun semakin berkurang, sehingga saat rasa ingin berkemih muncul sfingter uretra externa
tidak dapat berkontraksi secara maksimal, akibatnya kemih yang seharusnya bisa ditahan
menjadi tidak bisa ditahan lagi.

Daftar Pustaka
18

1. Pearce E C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama; 2006. Hal 245-6
2. Snell S R. Anatomi Klinik. Jakarta; EGC;2006.hal 250-6, 344-50.
3. Wijaya A, Surytin B, Salirawati D. Ipa terpadu ixa untuk sekolah menengah pertama
dan mts. Jakarta: Grasindo; 2006. Hal 3
4. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif untuk sma/ma. Jakarta timur: Azka; 2007.
Hal 159-60
5. Tambayong J. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta; EGC; 2002. Hal 256-7
6. Wahab A S. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2007. Hal 239-41
7. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 2. Jakarta: EGC;2008. hal 8894,568
8. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta:EGC;2009. Hal 594-97.
9. Murray, Robert K. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2006.h.109-15.

19

Вам также может понравиться