Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A tidak mengeluh adanya nyeri ulu hati, tidak demam, buang air kecil
biasa. Tn. A mengeluhkan dalam 2 bulan ini badan lemah, tidak nafsu
makan dan merasa perut mulai membesar dan kaki bengkak tetapi tidak
ada sesak nafas.
Riwayat sakit kuning disangkal.
Riwayat makan obat-obatan disangkal
a. Apa makna klinis tidak ada nyeri ulu hati, tidak demam, dan buang air kecil
biasa?
Salah satu penyebab Sirosis Hepatis ialah virus Hepatitis khususnya Hepatitis B.
Nyeri ulu hati, demam, dan buang air kecil warna kuning teh adalah gejala
Hepatitis. Tidak ditemukannya keluhan tersebut memiliki makna bahwa Tn. A
belum pernah terkena Hepatitis sebelumnya, artinya penyebab Sirosis Hepatis
yang dideritanya mungkin diakibatkan faktor lain seperti alkohol.
5. Analisis Aspek Klinis
a. Bagaimana cara penegakkan diagnosis pada kasus?
Diagnosis perdarahan SCBA dibuat berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, inspeksi dengan pemasangan nasogastric tube (NGT), pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan endoskopi, radionuclide scanning, radiografi barium
kontras.
a. Anamnesis
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah waktu terjadinya perdarahan,
perkiraan darah yang keluar, riwayat perdarahan sebelumnya, riwayat perdarahan
dalam keluarga, ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, penggunaan
obatobatan terutama anti inflamasi non steroid, penggunaan obat antiplatelet,
kebiasaan minum alkohol, kemungkinan adanya penyakit hati kronik, diabetes
mellitus, demam tifoid, gagal ginjal, hipertensi dan riwayat transfusi sebelumnya.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tekanan darah sederhana dapat memperkirakan seberapa banyak
pasien kehilangan darah. Kenaikan nadi >20 kali permenit dan tekanan sistolik
turun >10 mmHg menandakan telah banyak kehilangan darah. Inspeksi dengan
nasogastric tube (NGT) Pemasangan NGT dan inspeksi aspirat dapat digunakan
pada penilaian awal kasus. Aspirat warna merah terang, pasien memerlukan
pemeriksaan endoskopi segera baik untuk evaluasi maupun perawatan intensif.
Jika cairan aspirat berwarna seperti kopi, maka diperlukan rawat inap dan
pemeriksaan endoskopi dalam 24 jam pertama.Meskipun demikian aspirat normal
tidak dapat menyingkirkan perdarahan SCBA. Studi melaporkan 15% kasus
perdarahan SCBA pemeriksaan NGT normal tetapi terdapat lesi dengan risiko
tinggi perdarahan (terlihat/ tidak terlihat pembuluh darah dengan perdarahan)
pada endoskopi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penunjang awal ditujukan untuk menilai kadar
hemoglobin, fungsi hemostasis, fungsi hati dan kimia dasar yang berhubungan
dengan status haemodinamik. Pemeriksaan kadar haemoglobin dan hematokrit
dilakukan secara serial (setiap 6-8 jam) agar dapat dilakukan antisipasi transfusi
secara lebih tepat serta untuk memantau lajunya proses perdarahan.
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik
- Endoskopi diagnostik
Endoskopi merupakan pemeriksaan pilihan utama untuk diagnosis, dengan
akurasi diagnosis > 90%. Waktu yang paling tepat untuk pemeriksaan endoskopi
tergantung pada derajat berat dan dugaan sumber perdarahan. Dalam 24 jam
pertama pemeriksaan endoskopi merupakan standar perawatan yang
direkomendasikan. Pasien dengan perdarahan yang terus berlangsung, gagal
dihentikan dengan terapi suportif membutuhkan pemeriksaan endoskopi dini
(urgent endoscopy) untuk diagnosis dan terapi melalui teknik endoskopi. Tujuan
pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal perdarahan, juga
untuk menentukan aktivitas perdarahan.
- Radionuclide Scanning
Labeling sel darah merah pasien dengan menggunakan zat radioaktif yang
kemudian dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi pasien dapat menentukan
lokasi sumber perdarahan walaupun laju perdarahan relative sedikit (0,1
mililiter/menit), tapi kurang spesifik untuk menentukan tempat perdarahan
dibandingkan teknik arteriografi.
- Arteriografi selektif
Arteriografi selektif melalui aksis seliak, arteri mesenterika superior, arteri
mesenterika inferior dan cabangnya dapat digunakan untuk diagnosis, sekaligus
dapat untuk terapeutik. Pemeriksaan ini membutuhkan laju perdarahan minimal
0,5-1,0 mililiter permenit.
- Radiografi barium kontras
Teknik pemeriksaan ini kurang direkomendasikan. Selain sulit untuk menentukan
sumber perdarahan, juga adanya zat kontras akan mempersulit pemeriksaan
endoskopi maupun arteriografi.
Oesofagogastroduodenoskopi merupakan gold standar untuk mendiagnosa
adanya varises oesofagus. Jika pemeriksaan gold standar tersebut tidak dapat
digunakan, maka ada prosedur diagnostik lainnya seperti USG Dopler. Meskipun
pemeriksaan USG Dopler ini kurang baik, namum pemeriksaan ini dapat
menggambarkan adanya varises. Alternatif lainnya dapat berupa radiografi /
barium
swallow,
manometri
dan
angiografi
vena
porta.
Oesofagogastroduodenoskopi sangat penting dalam menentukan lokasi dan
ukuran varises, perdarahan akut dan berulang serta menentukan penyebab dan
derajat beratnya penyakit hati.
i. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
Tujuan penatalaksanaan perdarahan gastrointestinal adalah stabilisasi pada
hemodinamik, meminimalkan komplikasi dan mempersiapkan terapi yang efektif
untuk mengontol perdarahan. Resusitasi awal harus dengan cairan intravena dan
produk darah, serta penting perlindungan pada saluran nafas. Setelah dicapai
Terapi Endoskopi
Terapi endoskopi dilakukan pada kasus perdarahan varises, terutama dalam upaya
Early vasoactive
therapy
1. Terlipresin
2. Somatostatin or
analogues
Gastric varices
Esophageal varices
1.
Band ligation
2.
TIPS
Antibiotik (quinolones or
ceftriaxone) for 7 days Ex
Norfloxacin 400 mg X 2 iv day 1
1.
Glue
2.
TIPS
Berikan anestesi pada mukosa hidung, tekan sisa udara dari balon, masukan pipa
melalui hidung sampai dengan panjang 50 cm. Pompa balon gastrik sampai 50 ml dan
diklem. Perlahan-lahan pipa ditarik sampai ada tahanan, bila terdengar suara seirama
dengan pernafasan berarti gagal. Lindungi pipa dengan plester yang kuat, fiksasi pipa
pada lubang hidung. Pompa balon sampai 45 mmHg dengan manometri kemudian
diklem. Kempeskan pipa 30 menit setiap 6-8 jam sekali. Maksimum pemasangan pipa
adalah 24 jam.
Transjugular
Portosistemic
Intrahepatic
Shunt (TIPS)
Merupakan
berasal dari saluran cerna, disamping melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi
darah dan untuk mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau belum. Bila
perdarahan banyak, tekanan sistolik di bawah 100 mmHg, nadi di atas 100x/ menit
atau Hb di bawah 9 g% dilakukan pemberian IVFD dekstrosa atau salin dan tranfusi
darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 g dalam 500 cc cairan D 5% atau
salin. Untuk mencegah rebleeding dopat diberikan obat penyekat reseptor beta (beta
bloker) secara oral dalam dosis yang 8 dapat menurunkan denyut nadi sampai 25%.
Peritonitis bakterial spontan biasa dijumpai pada pasien sirosis alkoholik dengan
asites. Terapi diberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim 2 g/8 jam i.v, amoksisilin
atau golongan aminoglikosida.Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus
seperti pemberian KCl pada hipokalemia, mengurangi pemasukan protein makanan,
aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises,
pemberian neomisin per oral untuk strerilisasi usus dan pemberian antibiotik pada
keadaan infeksi sistemik.
l. Bagaimana prognosis pada kasus?
Untuk memprediksi risiko perdarahan ulang dan kematian dapat diguanakan sistem
skoring Rockall.
Sistem skoring lain yang hanya menggunakan variabel dari klinik dan laboratorium
tanpa pemeriksaan endoskopi, yaitu blatchord scoring system.
Pada beberapa studi, angka mortalitas pada episode awal dari perdarahan varises
adalah sebesar 50%. Angka kematian akibat perdarahan varises ini di hubungkan
dengan derajat keparahan penyakit hati. Setelah di lakukan follow-up selama 1 tahun,
angka kematian akibat perdarahan varises pada Child A sebesar 5%, 25% pada Child
B dan 50% pada Child C.
Kesimpulan: Prognosis Dubia