Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Memasuki usia tua akan membuat perubahan secara fisiologis maupun
patologis berupa kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai rapuh dan patah, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proporsional. Penyakit degeneratif sering timbul pada kaum
lanjut usia, seperti osteoartritis, hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus dan
kanker.1
Berdasarkan penilaian WHO 9.6% pria dan 18% wanita menderita penyakit
osteoartritis (OA) di dunia. Sendi lutut menduduki urutan kedua tersering
mengalami osteoartritis. Di regio Asia-Pasifik prevalensi OA lutut sebesar 7.5% di
China, 5.78% di daerah pedesaandan India dan 10.20% di Bangladesh. Pada tahun
2009, di antara penderita artritis yang mengunjungi Departemen Rehabilitasi
Medik RS Dr Cipto Mangunkusumo ditemukan sebanyak 62,8% penderita OA
lutut. 2,3
Osteoartris lutut merupakan penyakit yang bersifat kronik dan tergolong
penyakit degeneratif, penyakit tersebut mempunyai karakteristik hilangnya
karilago sendi, terdapat inflamasi sinovial, menyebabkan kekakuan sendi,
bengkak, nyeri, dan kehilangan mobilitas pada sendi lutut. Keluhan utama yang
biasanya membawa pasien ke rumah sakit adalah nyeri pada sendi lutut.4
Secara biomekanika, pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui
medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga
resultan gaya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan
obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima
sendi lutut akan tidak seimbang Hal ini dapat menyebabkan tulang rawan menipis
karena bergeser pada titik tumpu badan.5,6

Untuk memantau status berat badan orang dewasa yang merupakan faktor
resiko OA digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT didapatkan dari berat
dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m 2). IMT
merupakan parameter yang paling banyak digunakan dalam menentukan kriteria
proporsi tubuh.2
Beberapa penelitian epidemiologi di Western dan Negara Oriental telah
meneliti faktor resiko OA lutut, dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil
terdapat hubungan yang konsisten antara insiden progressivitas OA lutut dan usia,
obesitas, riwayat trauma lutut, beban kerja fisik, dan kegiatan olahraga yang
rutin.7
Pada hasil penelitian yang di laporkan oleh Coggon tahun 2001, dari 95
pasien OA lutut terdapat 54 pasien (56.8%) memiliki IMT > 30 kg/m2. Pasien OA
lutut dengan nilai IMT > 30kg/m2 mengalami peningkatan resiko 6,8 kali lebih
besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki niali IMT normal atau
populasi kontrol. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Triyadi pada
tahun 2015 di klinik Rematologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
menyatakan tidak ada hubungan antara obesitas dengan OA lutut dengan p sig. =
0.549 menyatakan bahwa obesitas bukan merupakan faktor resiko walaupun nilai
odd ratio (OR) 1.32 yaitu lebih dari satu (>1) dengan 95% confidence interval
(CI) 0.53 -3.32. Dapat disimpulkan terdapat perbedaan dari hasil kedua penelitian
ini. 6
Perbedaan hasil dari penelitian-penelitian diatas menyebabkan pola
distribusi hubungan IMT dan OA lutut berbeda, maka akan diteliti hubungan IMT
dengan kejadian Osteoartritis Genu di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Mohammad Hosein Palembang.
1.2.

Rumusan Masalah
Adakah hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoartritis

genu di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang?


1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoartritis genu di Poliklinik
Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
1.3.2.
Tujuan Khusus
Tujuan kusus pada penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi IMT pada pasien OA genu di Poliklinik Rehabilitasi
Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
b. Mengidentifikasi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga pada pasien OA
genu di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein
Palembang.
c. Menganalisis hubungan IMT dengan kejadian OA genu di Poliklinik
Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
1.4.
Hipotesis
Terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan osteoartritis genu.
1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau minimal
sebagai bahan pembanding bagi mereka yang akan meneliti masalah yang sama.
1.5.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan memberikan informasi tentang OA lutut sehingga setiap individu menyadari
pentingnya menjaga berat badan ideal karena obesitas merupakan faktor resiko
yang masih bisa diubah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.1

Sendi lutut
Anatomi Articulatio genus

Gambar 1. Articulatio genus. Sisi kanan : dengan Capsula articularis tertutup


(4.63), sebelah kiri (4.64) setelah Kapsula articularis dibuka.8
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang yang di padukan
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Terdapat tiga
tipe sendi yaitu, sendi fibrosa (sinartrodial), sendi kartilagoginosa (amfiartrodial),
dan sendi sinovial (diartrodial). Sendi lutut termasuk tipe sendi sinovial. Sendi
sinovial adalah sendi yang dapat di gerakkan, sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi kartilago hialin.9

Di regio lutut, tulang femur, tibia, dan patella membentuk sendi lutut
(articulatio genu). Sendi lutut terdiri dari sendi femorotibialis dan sendi
femoropatellaris.

Femur

berartikulasi

dengan

tibia

membentuk

sendi

femorotibialis, sedangkan femur berartikulasi dengan patella membentuk sendi


femoropatellaris. Sendi lutut merupakan articulatio bicondylaris yang berfungsi
sebagai sendi pivot-engsel (trochoginglymus) dan memiliki dua sumbu gerak.
Sumbu transversa dipakai dalam gerakan ekstensi dan fleksi berjalan melintasi
kedua kondilus femoris. Sumbu longitudinal dipakai dalam gerakan rotasi,
menonjol ke arah eksentrik dan tegak lurus melalui tuberkulum interkondilar
medial tibia. Dalam posisi fleksi, sendi ini juga memungkinkan terjadinya rotasi
tungkai dalam derajat tertentu.10
Articulatio genu adalah sendi terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh.
Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus
femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang bersesuaian serta
sebuah sendi plana antara patella dan facies patellaris femoris.10
Tipe Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe
ginglymus (sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi.
Sendi antara patella dan famur adalah sendi sinovial jenis plana.10
Berdasakan bentuk dan strukturnya femur dan tibia merupakan tulang
panjang, sedangkan patela merupakan tulang sesamoid. Semua tulang terbungkus
dalam kapsul sendi yang sama. Di dalam articulatio femorotibialis, kedua
kondilus femoris (lateralis dan medialis) menjadi bagian kepala dan fasies
artikularis superior serta kedua kondilus tibia menjadi socket bagian sendi
tersebut.11

Gambar 2. Bagian Articulatio genus. Sisi kanan : dengan Kapsula articularis


tertutup (4.65), sebelah kiri (4.66) setelah Capsula articularis
dibuka.8
Ligamen-ligamen sendi lutut terdiri dari ligamen eksternal yang
menunjang sendi dari luar, dan ligamen internal yang terletak dalam kapsula
fibrosa.11 Ligamen eksternal atau ekstrakapsular terdiri atas ligamentum patella,
ligamentum kolateral lateral, ligamentum kolateral medial, dan ligamentum
popliteum obliqum. Ligamen kolateral lateral dan medial berinsersi di tibia dan
fibula pada sisi medial dan lateral. Sedangkan ligamentum internal atau
intracapsular terdiri atas ligamentum krusiatum, ligamentum krusiatum anterior,
dan ligamentum krusiatum posterior. Ligamentum-ligamentum ini menghambat
ekstensi dari sendi lutut. Aksi valgus dan varus dikontrol oleh ligamen kolateral
yaitu ligamentum kolateral medialis dan ligamentum kolateral lateralis.9

Gambar 3.

Struktur- struktur profunda yang terdapat di fossa popliteal.10

Lutut digerkkan oleh banyak otot. Saat melakukan gerak fleksi, otot yang
berfungsi adalah m. biceps femoris, m. Semitendinosus, m. semimembranous,
dibantu oleh m. gracilis, m. sartorius, dan m. popliteus. Sedangkan otot yang
berperan dalam melakukan ekstensi adalah m. quadriceps femoris. Gerakan rotasi
medial dilakukan oleh m. Sartorius, m. gracilis, dan m. semitendinosus. Rotasi
lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Sendi lutut dipersarafi oleh n. femoralis,
n. obturatorius, n. peroneus communis, dan n. tibialis.10

Sendi lutut di persyarafi oleh N. femoralis, n obturatorius, n. peroneus


communis, dan n. tibialis. Untuk perdarahannya tungkai bawah berasal dari a.
popliteal dan v. saphena magna.10

Gambar 4. Batas-batas dari isi popliteal dextra.10

2.1.2

Biomekanika Articulatio genu


Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari tentang pergerakan manusia.

Pergerakan sendi lutut ditinjau dari dua sisi yaitu osteokinematika yang

melibatkan tulang dan artrokinematika yang melibatkan permukaan sendi. Lutut


merupakan hinge joint dengan gerak rotasi ayun dalam bidang sagital dan
menghasilkan gerakan fleksi dengan nilai ROM normal 130-140 juga posisi
hiperekstensi berkisar antara 5-10 dalam batas normalnya. Selain rotasi ayun
lutut juga mempunyai gerak rotasi spin dalam bidang tranversal pada posisi lutut
fleksi dan menghasilkan gerakan internal rotasi 15-30 dan eksternal rotasi 4045 pada posisi awal. Pada gerak akhir ektensi terjadi eksternal rotasi yang dikenal
sebagai closed rotation.10
Konsep utama biomekanik pada lutut adalah peningkatan tekanan
(kekuatan per unit area) dan respon muskuloskeletal pada tekanan tersebut.
Tekanan akan menjadi lebih besar dengan meningkatnya ketegangan kuadriceps
dan meningkatnya fleksi lutut. Pada kondisi normal aligment, berdiri dengan
kedua kaki, maka tekanan garis beban tumpuan dari pusat kaput femoris melalui
pusat lutut dan melalui pusat pergelangan kaki.12
Pada waktu berjalan normal suatu gaya sebesar 3 (tiga) kali berat badan
ditransmisikan melalui sendi lutut dan beban terbesar ditumpu pada sisi medial
lutut disamping sisi yang lain. Aktifitas seperti naik turun tangga meningkatkan
gaya yang ditransmisi menjadi 4-5 kali berat badan sedangkan berjingkat adalah
6-7 kali berat badan. Ketika berlari, tekanan akan menjadi 6 kali lipat.12

10

2.2.

Osteoartritis Genu

2.2.1. Definisi
Osteoartritis genu adalah penyakit kerusakan sendi lutut, yang masalahnya
terdapat pada hilangnya kartilago hialin sendi lutut. Hal ini disertai dengan
bertambahnya ketebalan dan sklerosis dari tulang subkondral, disebabkan oleh
pertumbuhan berlebihan osteofit pada bagian tepi sendi, peregangan kapsul sendi,
sinovitis ringan, dan kelemahan otot yang menghubungkan sendi. Pada lutut,
degenerasi meniskus adalah bagian dari penyakit. Terdapat banyak penyebab dari
kerusakan sendi, tapi langkah awal yang sering menginisialisasi terjadinya
kerusakan sendi ini adalah cedera yang menyebabkan gagalnya mekanisme
protektif.13
2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan penilaian WHO 9.6% pria dan 18% wanita menderita
penyakit OA di dunia. Di Amerika, osteoartritis adalah penyakit sendi tersering.
OA lutut simptomatik terjadi pada 10% pria dan 13% wanita di atas 60 tahun.
Jumlah kejadian penyakit ini terus meningkat seiring dengan populasi yang
bertambah tua dan obesitas. Di regio Asia-Pasifik prevalensi OA lutut sebesar
7.5% di China, 5.78% di daerah pedesaandan India dan 10.20% di Bangladesh.
Sendi lutut menduduki urutan kedua tersering mengalami osteoartritis. Pada tahun
2009, di antara penderita artritis yang mengunjungi Departemen Rehabilitasi
Medik RS Dr Cipto Mangunkusumo ditemukan sebanyak 62,8% penderita OA
lutut. 4,5,13,14,15
2.2.3. Faktor Risiko
Umur merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh. Penyakit
osteoartritis jarang terjadi pada umur di bawah 40 tahun, dan banyak ditemui pada
umur di atas 60 tahun. Penuaan menyebabkan bertambahnya kerentanan sendi.
Selain itu, pada wanita di atas 60 tahun, kejadian OA lebih rentan akibat
hilangnya hormon saat menopause.13
Obesitas menyebabkan bertambahnya beban sendi dehingga meningkatkan
risiko terjadianya OA, baik OA lutut maupun panggul. Penambahan 1 kg
meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang yang obes, setiap
penurunan berat walau hanya 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di kemudian

11

hari sebesar 50%. Penambahan beban lainnya disebabkan oleh penggunaan sendi
yang berlebihan sehingga beban pada sendi pun bertambah.13
Pemberian beban pada sendi merangsang pembentukan matriks kartilago
oleh kondrosit pada usia muda. Namun pada usia tua, mekanisme ini menjadi
kurang memberikan respon terhadap stimuli. Ligamen pun semakin merenggang
seiring pertambahan usia, menyebabkan kurangnya daya absorbsi terhadap
tekanan. Begitu pula otot dan kerja saraf sensoris yang semakin melemah dan
mereson lambat impuls menyebabkan mekanisme pertahanan terhadap tekanan
dan posisi melemah.13
OA merupakan penyakit herediter. Pada OA panggul dan tangan,
kebanyakan penyakit juga dimiliki oleh anggota keluarga pasien. Namun pada OA
lutut hanya sekitar 30% yang diturunkan.13
2.2.4. Patogenesis
Kartilago mempunyai dua peran utama yaitu memberikan permukaan yang
licin dimana memungkinkan terjadinya gerakan dengan gesekan minimal antar
tulang pada sendi, dan meneruskan beban, yang dapat mencegah stress yang
berlebihan pada sendi. Perubahan awal pada osteoartritis genu berawal dari
perubahan susunan dan ukuran serat kolagen pada kartilago. Sintesis proteoglikan
memacu kompensasi peningkatan namun akhirnya turun dan menyebabkan
kartilago kehilangan ketebalannya. Protease menyebabkan hilangnya matriks
kartilago.13
Secara biomekanika, pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui
medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga
resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan
obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima
sendi lutut akan tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan
karena bergesernya titik tumpu badan.5,6,16
Proses degenerasi berperan besar dalam terjadinya Osteoartritis genu.
Dalam proses degenerasi, terjadi perusakan rawan sendi yang progresif. Tulang
rawan yang menipis akan menyebabkan terjadinya gesekan pada permukaan sendi

12

saat lutut digerakkan. Gesekan ini akan mengiritasi ujung syaraf permukaan sendi
sehingga terjadila nyeri.13
Perlunakan dan perusakan rawan sendi akibat proses degenerasi tadi juga
diikuti oleh pemadatan tulang subkodral, sehingga terbentuklah osteofit. Osteofit
merupakan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan atau pada tepi
persendian. Adanya osteofit menyebabkan kekakuan sendi.

Kerusakan pada

rawan sendi akibat hilangnya matriks kartilago menghasilkan struktur sendi yang
tidak beraturan dan terbentuklah osteofit. Akibat pembengkakan ini, rongga
dalam kapsul sendi menyempit. Tiap gerakan akan menyebabkan gesekan sendi
dan timbul iritasi. Iritasi akan merangsang nosiseptor dan menimbulkan nyeri.13
2.2.5. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis osteoartritis genu umumnya adalah berupa nyeri. Nyeri
ini berkurang jika pasien bersitirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan atau
bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi jika sendi tersebut
lama tidak digerakkan. Kekuan dapat terjadi pada pagi hari, namun hanya
bertahan beberapa menit. Spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi
yang terganggu adalah sumber nyeri. Gambaran lainnya adalah keterbatasan
dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.13
Nyeri sendi pada osteoartritis genu berkaitan dengan aktifitas. Nyeri datang
selama dan hanya setelah sendi digunakan dan berangsur membaik. Salah satu
contoh nyeri pada pasien osteoartritis genu adalah ketika menaiki atau menuruni
tangga dan nyeri sendi saat menyokong berat tubuh saat berjalan. Pada awal
penyakit, nyeri bersifat episodik, terkadang dipicu oleh pemakaian sendi yang
berlebihan 1 atau 2 hari sebelumnya. Seiring dengan progresivitas menyakit, nyeri
terjadi terus-menerus, bahkan mulai mengganggu saat malam hari. Kekakuan
sendi yang terpengaruh bisa jadi sangat mencolok, namun kekakuan pada pagi
hari biasanya hanya berlangsung sebentar (<30 menit).13
Pada lutut, sering terjadi buckling. Buckling atau tekukan lutut ini dapat
terjadi akibat kelemahan dari otot yang menjembatani sendi. Gejala mekanik
lainnya adalah catching atau locking, juga dapat menandakan perubahan letak
interna dari lutut yang perlu dievaluasi. 13

13

2.2.6. Diagnosis
Diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi seperti tercantum
pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut17
Klinis
Nyeri lutut + minimal 3

Klinis dan Laboratorik


Nyeri lutut + minimal 5

Klinis dan Radiografi


Nyeri lutut + minimal 1

dari 6 kriteria berikut :

dari 9 kriteria berikut :

dari 3 kriteria berikut :

1. Umur > 50 tahun

Umur > 50 tahun

1. Umur > 50 tahun

2. Kaku pagi < 30

Kaku pagi < 30

2. Kaku pagi < 30 menit

menit

3. Krepitus + Osteofit

menit
3. Krepitus

Krepitus

4. Nyeri tekan

Nyeri tekan

5. Pembesaran tulang

Pembesaran tulang

6. Tidak panas pada

Tidak panas pada

perabaan

perabaan
g

LED < 40 mm / jam

RF < 1 : 40

Analisis cairan
sendi normal

92% sensitive

91% sensitive

95% sensitive

75% spesifik

86% spesifik

69% spesifik

Keterangan : LED Laju Endap Darah (Westergen); RF : Rhematoid Factor, tanda


cairan sendi Osteoartritis adalah jernih, viskus atau hitung sel darah putih kurang
dari 2.000/mm3.18
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil
radiologi. Namun pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.
Berikut klasifikasi radiografi osteoartritis menurut kriteria Kellgren-Lawrence.
Tabel 2. Klasifikasi Radiologi Osteoartritis.19
Derajat
0

Klasifikasi
Normal

Gambaran Radiologi
Tidak ada gambaran radiografis yang abnormal

14

Meragukan

Tampak osteofit kecil

Minimal

Tampak osteofit, celah sendi normal

Sedang

Osteofit jelas, penyempitan celah sendi

Berat

Penyempitan celah sendi berat dan adanya sklerosis

Periksaan penunjang laboratorium OA biasanya tidak banyak berguna.


Darah tepi (Hb, leukosit, laju endap darah) dalam batasbatas normal kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan cairan
sendi pasien negatif tidak ditemukan adanya bakteri.20,21
2.2.7

Penatalaksanaan
Berdasarkan Soeroso

pada tahun

2007, pengelolaan osteoartritis

didasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi
yang terkena. Osteoartritis genu merupakan penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
terapi pada pasien osteoartritis genu berfungsi untuk memaksimalkan fungsi yang
ada. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal:
1. Terapi non farmakologis
Terapi ini terdiri dari:
1) Edukasi
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui tentang penyakitnya,
bagaimana menjaga penyakitnya agar tidak bertambah parah serta persendiannya
tetap dapat dipakai.
2) Terapi Fisik dan Rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. Terapi rehabilitasi medik
banyak jenisnya. Berikut adalah terapi rehabilitasi yang dapat digunakan:
a.

Terapi Diatermi
Terdapat terapi diatermi dengan gelombang pendek atau Shortwave
Diathermy (SWD) dan terapi diatermi gelombang mikro atau Microwave
Diathermy (MWD).

b. Terapi Radiasi infra merah

15

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, merelaksasikan spasme


otot superfisial, dan meningkatkan aliran darah superfisial
c.

Terapi Ultrasound
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan edema, meningkatkan
aliran darah, mengurangi nyeri, memobilisasi jaringan kolagen, dan

membantu relaksasi dari otot yang dalam keadaan spasme


d. Hidroterapi
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi berat badan, mengurangi
e.

nyeri, membantu mobilitas sendi, dan meningkatkan kekuatan otot.


Latihan otot kuadrisep
Adalah suatu latihan otot yang diberikan pada Quadriceps femoris
dengan tehnik latihan aktif. Latihan otot diperlukan karena pada pasien
osteoartritis genu mobilitas sendi berkurang. Lama kelamaan hal ini
mengakibatkan hipoptropi otot. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan
otot sehingga menstabilkan sendi. Apabila sendi stabil, pola jalan akan
membaik. 22
a) Tujuan terapi
Memperlancar sirkulasi darah
Mencegah kontraktur (memelihara ROM)
Meningkatkan kekuatan otot atau power muscle
Rileksasi otot
Stabilisasi sendi lutut
b) Teknik terapi
Posisi pasien harus stabil dan nyaman agar terjadi kontraksi
otot yang sempurna, pasien dapat diposisikan tidur terlentang

atau duduk diatas bed atas kursi.


Perhatikan posisi sendi, sendi lutut yang akan diterapi harus
dalam posisi Maximal Loose Pack Position (MLPP) yaitu
posisi dimana permukaan sendi dalam keadaan longgar,
sehingga baik untuk dilakukan mobilisasi. Pada sendi lutut

posisi MLPP yaitu posisi fleksi 25.


Kecepatan gerakan dilakukan secara teratur dan bertahap 20-30

kali gerakan dalam 1-2 menit.


Kontraksi melawan tahanan

16

Koordinasi antara pasien dengan terapis harus ada, memberikan


penjelasan mengenai manfaat atau tujuan dari gerakan yang

dilakukan agar pasien melaksanakan dengan penuh konsentrasi.


c) Aplikasi Quadriceps Exercise
Berikan contoh pada pasien, agar dapat mengikuti gerakan

dengan benar.
Untuk kontraksi otot dengan tahanan bisa dari pasien atau

dengan menggunakan beban.


Aba-aba yang diberikan terapis kepada pasien harus jelas.
Kontraksi dilakukan secara teratur tidak boleh terlalu cepat atau
lambat. Tahan kontraksi selama 8 hitungan, lalu rileks
kemudian ulangi sampai dengan 68 kali tiap gerakan harus

diselingi dengan istirahat.


Bila pasien sudah merasa lelah, walaupun latihan belum selesai

sebaliknya latihan dihentikan.


Sebelum dan sesudah latihan nadi dan tekanan darah pasien

harus dihitung.
Latihan dilakukan setiap hari.
3) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan merupakan faktor yang akan memperberat
osteoartritis, oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak
berlebihan. 22
2. Terapi farmakologis
1) Analgesik oral non opiat
Obat ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.
2) Analgesik topikal
Merupakan penghilang rasa nyeri yang digunakan secara topikal.
3) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Obat golongan ini disamping mempunyai efek analgetik juga mempunyai
efek anti inflamasi.
4) Chondroprotective agent
Chondroprotective agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien osteoartritis.
3. Terapi bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas seharihari. Terapi bedah yang dapat

17

dilakukakan contohnya; Osteotomi, Atroplasti eksisi, Artoplasti dengan


interposisi, penggantian sendi partial atau seluruhnya, Arthrodesis.22

2.3.

Indeks Massa Tubuh

2.3.1. Definisi
Indeks Massa Tubuh (IMT) ialah formula matematis yang berhubungan
dengan lemak tubuh orang dewasa, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi
badan (m2). Formula ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia 19-70
tahun, dan pada orang yang mempunyai struktur tulang punggung normal, bukan
bekerja sebagai atlet atau binaragawan, juga bukan wanita yang sedang hamil atau
menyusui.23 Untuk mengetahui nilai IMT ini diukur berat badan dan tinggi
badannya kemudian hasilnya di masukkan kedalam rumus:
IMT=

Berat Badan(kg)
2
Tinggi Badan (meter )

Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kriteria Asia Pasifik Berdasarkan WHO. 4


Klasifikasi
Berat Badan Kurang (Underweight)

IMT
< 18.5

Berat Badan Normal

18.5 - 22.9

Berat Badan Lebih (Overweight)

23.0 24.9

Obesitas I

25.0 29.9

Obesitas II

30.0

18

2.4.

Kerangka Teori

Metabolik IMT 23 (Berat Badan Lebih - Obesitas)

Penuaan (usia > 50 tahun)


Demorafi ( Jenis Kelamin)
Riwayat keluarga
Beban Kerja
Riwayat Trauma

Biomekanika : Resultan gaya bergeser ke medial sehingga beban yang


diterima sendi lutut tidak seimbang

Perubahan struktur rawan sendi

Terbentuk osteofit yang akan mengiritasi membran sinovial

Peradangan dan penebalan jaringan lunak di sekitar sendi lutut

Nyeri dan kaku Sendi lutut


Keterangan :
Faktor resiko OA lutut
Variabel bebas
Variabel Terikat

Osteoartritis Genu

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

analitik observasional yang bersifat retrospektif (backward direction), dengan


desain penelitian case control di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Mohammad Hosein Palembang.
3.2.
Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu
Penelitian dilakukan dari bulan September-Oktober 2016.
3.2.2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Mohammad Hosein Palembang.
3.3.

Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien di Poliklinik
Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
3.3.2. Sampel
Pada studi case control dipilih dua kelompok manusia, yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus merupakan populasi yang
mempunyai penyakit dan kelompok kontrol merupakan populasi yang tidak
mempunyai penyakit tersebut. Proporsi kasus dan kontrol mempunyai latar
belakang karakteristik tertentu atau telah terpapar oleh faktor resiko yang
mungkin berkaitan dengan kasus, dalam hal ini diambil faktor resiko berupa usia.

19

20

a.

Kasus
Kelompok kasus terdiri atas seluruh pasien yang OA lutut atau

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk kasus di Poliklinik Rehabilitasi


Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
c
d a.1.
Kriteria Inklusi Kasus
1. Pasien yang mengalami penyakit osteoartritis genu didiagnosis oleh
dokter spesialis Kedokteran fisik dan Rehabilitasi Medik di Poliklinik
2.
3.
f

a.2.
1.
2.
3.
4.
5.

b.

Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.


Berusia 35 tahun (matching).
Pasien yang bersedia berpartisipasi.
e
Kriteria Ekslusi kasus
Atlet/ binaragawan.
Ibu hamil dan menyesui.
Pasien yang mengalami kelainan anatomi pada lutut sejak lahir.
Pasien dengan riwayat genue rupture.
Pasien dengan kelainan tulang belakang sejak lahir.
g

Kontrol
h

Kelompok kontrol terdiri dari pasien yang bukan mengalami

penyakit osteoartrhitis atau memenuhi kriteria inklusi untuk kontrol di Poliklinik


Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
i
b.1 Kriteria Inklusi Kontrol
1. Bukan pasien steoartritis genu didiagnosis oleh dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik di Poliklinik Rehabilitasi
Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang.
2. Berusia 35 tahun (matching).
3. Pasien yang bersedia berpartisipasi.
j
b.2

Kriteria Eksklusi Kontrol


1. Atlet/ binaragawan.
2. Ibu hamil dan menyesui.
3. Pasien yang mengalami kelainan anatomi pada lutut sejak lahir.
4. Pasien dengan riwayat genue rupture.
5. Pasien dengan kelainan tulang belakang sejak lahir.
k
c. Cara Pengambilan Sampel

21

Cara pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik

kuota sampling dan memilih sampel dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan selama periode waktu yang telah
ditentukan (September - Oktober 2016).
m
Besar sampel minimal dihitung dengan rumus. 24
n

n 1=n 2=( Z 1/2 ORxPxQ+Z P 1 Q1+ P 2Q 2)

(P1 - P2)2
= ( 1.96 11.63 x 0.61 x 0.39+0.842 0.64 x 0.36+ 0.14 x 0.86 )2

(0.64 0.14 )2

= 12.25

0.25

t
u

= 49 + 10 % (drop out) = 54 sampel untuk kasus dan 54 untuk kontrol.


Perlu di ketahui :

1. P1 : proporsi efek kasus dari kepustakaan yaitu jurnal didapatkan = 0.64.


2. P2 : proporsi efek kontrol dari kepustakaan yaitu jurnal didapatkan 11/75 =
0.14.
3. Rasio odds yang dianggap bermakna secara klinis (clinical judgment)
didapatkan 11.63.
4. P gabungan = P1 + P2 = 0.64 + 0.14 =
v

w 4. Q gabungan = Q1 + Q2 = 0.36 + 0.86 =


x

5. Tingkat kemaknaan,

6.

0.39
0.61

2
= 0.05

Z 1/2 = Nilai pada distrubusi normal standar yang sama dengan tingkat

kemaknaan untuk = 0.05 adalah 1,96


aa 7. Z = untuk power 80% = 0.842
ab Keterangan : Angka di ambil dari jurnal (Risk factors in the Development of
Knee Osteoartritis: A Case-Control Study) Juni 2015 oleh Anam.
ac
d. Jenis Variabel Penelitian

22

ad

Variabel yang di ambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1)

Variabel dependen
: Osteoartritis genu (OA lutut).
2) Variabel independen : Indeks Massa Tubuh (IMT).
3) Variabel pendukung : Usia, jenis kelamin, riwayat keluarga.
ae
e. Definisi Oprasional
1) Osteoartritis genu
af Definisi
:
ah Alat
Ukur :
aj Cara
Ukur :
al Hasil
Ukur :

ap Skala

ag

OA genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang


berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut. 7

ai Kriteria diagnosis yang menjadi panduan di RSUP Dr.


Mohammad Hosein Palembang.
Diagnosis di t

Diagnosis ditegakkan oleh dokter yang

memeriksa di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr.


Mohammad Hosein Palembang
ama.Osteoartritis genu (+) bila ada nyeri
lutut + ada minimal 3 dari 6 kriteria klinis.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
an

Umur > 50 tahun


Kaku pagi < 30 menit
Krepitus
Nyeri tekan
Pembesaran tulang
Tidak panas pada perabaan
atau tertulis di rekam medis diagnosa OA genu

ao b. Osteoartritis genu (-) bila tidak


memenuhi kriteria minimal pada diagnosis
klinis.
aq Ordinal

Ukur :

ar
as
at
2) Indeks Massa Tubuh (IMT)
au Definisi

av

:
aw Alat

hasil kuadrat dibagi tinggi badan (meter).


ax Timbangan injak untuk berat badan dan Stature meter

Ukur :
ay Cara
Ukur :

Berat badan 3 bulan terakhir (kilogram) dibagi dengan

untuk tinggi badan.


az

Sampel

diukur berat badan (diketahui tidak ada

perubahan berat badan selama 3 bulan ini) jika ada


perubahan digunakan berat badan 3 bulan yang lalu
berdasarkan wawancara dan tinggi badannya kemudian

23

hasilnya di masukkan kedalam rumus:


ba

IMT

bb Hasil
Ukur :
be Skala

Berat Badan(kg)
2
Tinggi Badan ( meter)

bc a. IMT 23 (Berat badan lebih obesitas)


bd b. IMT

23 (Berat badan normal kurang)

bf Ordinal

Ukur :

bg
3) Usia
bh Definisi
:
bj Alat
Ukur :
bl Cara
Ukur :
bn Hasil
Ukur :
bo Skala

bi

Lamanya hidup pasien yang dihitung berdasarkan tahun


sejak lahir.

bk Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran,


pernyataan langsung dari pasien yang bersangkutan.
bm Wawancara
a
b

35-50
>50

bp Ordinal

Ukur :

bq
4) Jenis kelamin
br Definisi
:
bt Alat
Ukur :
bv Cara
Ukur :
bx Hasil
Ukur :
ca Skala

bs

Status individu berdasarkan ciri kelamin

bu Ciri fisik, pernyataan langsung dari pasien yang


bersangkutan.
bw Wawancara
by a. Laki-laki
bz b. Perempuan
cb Ordinal

Ukur :

5) Genetik (Riwayat Keluarga)


cc Definisi
:

cd

Riwayat orang tua atau saudara kandung pasien yang


mengalami keluhan serupa atau telah didiagnosis

24

ce Alat

osteoartritis.
cf Pernyataan langsung dari pasien yang bersangkutan.

Ukur :
cg Cara

ch Wawancara yang dibantu dengan kuisioner.

Ukur :
ci Hasil

cj a. Ada riwayat keluarga menderita OA lutut

Ukur :
cl Skala

ck b. Tidak ada riwayat keluarga menderita OA lutut


cm Ordinal

Ukur :

cn
f.

Parameter Keberhasilan
co

Dapat di ketahui hubungan osteoartritis genu dengan variabel IMT.

cp
cq 3.4.

Cara Pengumpulan Data


cr

Data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data primer.

Data diambil setelah meminta izin persetujuan

pasien dengan memberikan

penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian bila pasien setuju maka dilakukan
pengambilan data. Pengambilan data diperoleh melalui wawancara kepada
responden untuk mengetahui identitas responden dan informasi mengenai riwayat
penyakit OA lutut pada keluarga selanjutnya, dilkakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan secara langsung pada pasien. Pengambilan data dilakukan pada
pasien OA genu dan pasien selain OA genu sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
cs
ct 3.5.
cu

Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah diperoleh pada penelitian ini akan diolah dan dianalisis

secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk table-tabel distribusi


frekuensi dengan menggunakan software Satistical Package for Social
Science (SPSS) Inc. Ves. 20.0 sebagai alat bantu dan selanjutnya dijelaskan
dalam bentuk deskriptif.
cv

25

3.5.1. Analisis Univariat


cw

Pada analisis univariat, akan ditampilkan distribusi frekuensi dari

IMT, usia, jenis kelamin, riwayat keluarga. Distribusi frekuensi tersebut disajikan
dalam bentuk tabel dengan format tabel sebagai berikut:
a. Indeks Masa Tubuh
cx Tabel 4. Dummy Table Distribusi Frekuensi Indeks Masa Tubuh
cy Jenjang Kelas

cz
Jumlah (Orang)
dc Kasus
dd Kontrol
dg
dj

df a. IMT 23 (Berat
badan lebih obesitas)
dl b. IMT <23 (Berat

dh
di
dm

do

dp

du

dv

dn

badan normal kurang)


dq
dr Total

da Persentase
(%)
dk

ds
dt

dw
b. Usia
dx Tabel 5. Dummy Table Distribusi Frekuensi Usia
dy Usia (Tahun)
eg
eh 35-50
ei
eo
ep >50
eq
ew
ex Total

dz Jumlah (Orang)
ea
ed Kasus
ee Kontrol
ej
em
ek
el
er
eu
es
et
ey
fb
ez
fa

fd
fe
ff
fg
fh
fi
c. Jenis Kelamin
fj Tabel 6. Dummy Table Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

eb Persentase
(%)
ef
en
ev
fc

26

fk Jenis Kelamin
fr
fs Laki-laki
fy
fz Perempuan
gf
gg Total

fl Jumlah (Orang)
fo Kasus
fp Kontrol
ft
fw
fu
fv
ga
gd
gb
gc
gh
gk
gi
gj

fm Persentase
(%)
fx
ge
gl

gm
d. Riwayat Keluarga
gn Tabel 7. Dummy Table Distribusi riwayat keluarga
go Riwayat
Keluarga
gv
gw Ada

gp Jumlah (Orang)
gs Kasus
gt Kontrol
gy
ha
gz

gq Persentase
(%)
hb

gx
hc
hd Tidak ada
he
hj
hk Total

hf
hg

hh

hi

hl
hm

hn

ho

hp
3.5.2. Analisis Bivariat
hq

Analisis Bivariat terbagi menjadi dua yaitu secara deskriptif dan

analitik, secara deskriptif akan ditampilkan dalam bentuk tabel silang untuk
mengetahui, frekuensi, prevalensi dan odd Ratio (OR). Sedangkan secara analitik
(induktif) digunakan Chi-square untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel
IMT dan OA genu.Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
sehingga dapat diketahui signifikan hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat dengan menggunakan statistik uji Chi-square. Namun, apabila syarat uji
Chi-square tidak terpenuhi maka dipakai uji statistik alternatif yaitu Fisher exact
test. Hasil uji statistik akan disajikan dalam bentuk tabel. Selain itu analisis
bivariat juga dapat digunakan untuk mengetahui resiko IMT terhadap OA genu
dengan menggunakan OR.

27

hr Hasil interpretasi nilai OR menurut Sastroamoro dan Ismed pada tahun 2008
adalah:
1. OR = 1 menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan faktor risiko.
2. Jika OR > 1 dan signifikan (p value < ( =5 maka variabel yang diteliti
merupakan faktor risiko.
3. Jika OR > 1 dan tidak signifikan (p value > ( =5 maka variabel yang
diteliti, maka variabel yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
4. Jika OR < 1 dan tidak signifikan (p value < ( =5 , maka variabel yang
diteliti merupakan faktor protektif.
hs Tabel akan disajikan dalam format tabel sebagai berikut:
ht Tabel 8. Dummy Table Hubungan IMT dan OA genu
hu IMT

io a. IMT 23
ip (Berat badan lebihobesitas)
iy b. IMT <23
iz (Berat badan normal
kurang)
jj Total

hv Osteoartritis
lutut
ia + ib
ig ih ii
ij

hw Total

ik

il

N
iq

%
ir

N
is

%
it

N
iu

iv

ja

jc

jd

je

jf

jg

jl

jm

jn

jo

jp

hx p

hy OR

value
%
iw

ix

jq

jr

jb
jk

28

js 3.6.

Alur Penelitian

jt

juSeluruh pasien di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP


jv
Dr. Mohammad Hosein Palembang periode September Oktober
jw
2016.
jx
jy

jz
ka

Sampel Penelitian yang


memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi

kb
kc

Wawancara dan penilaian IMT

kd
ke
kf
kg

kh
ki
kj
kk
kl
km
kn
ko

Pengolahan Data dengan menggunakan


software Satistical Package for Social
Science (SPSS) Inc. Ves. 20.0

29

a
b

Juni

Rencana

m n

1 2 3
am Proposal:
- Penyusunan

d Juli
o p q r

w x

g Okt
h Nov
i Des
aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak

Agst

Sept

an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn

proposal
bp bq
- Ujian proposal
- Revisi proposal cr cs
dt du
- ACC proposal
ev Pelaksanaan Penelitian
ew ex
- Perizinan

penelitian
- Pengumpulan
data
- Pengolahan dan
analisis data
ic Skripsi
- Penyusunan
skripsi
- Ujian skripsi
- Revisi skripsi
- ACC skripsi

br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp
ct cu cv cw cx cy cz da db dc dd de df dg dh di dj dk dl dm dn do dp dq dr
dv dw dx dy dz ea eb ec ed ee ef eg eh ei ej ek el em en eo ep eq er es et
ey ez fa fb fc fd fe ff

fg fh fi

fj

fk fl

fm fn fo fp fq fr

fs ft

fu fv fw

fy fz ga gb gc gd ge gf gg gh gi gj gk gl gm gn go gp gq gr gs gt gu gv gw gx gy
ha hb hc hd he hf hg hh hi hj hk hl hm hn ho hp hq hr hs ht hu hv hw hx hy hz ia

id ie if

ig ih ii

ij

ik il

im in io ip iq ir

is

it

iu iv iw ix iy iz ja jb jc jd

jf jg jh ji jj jk jl jm jn jo jp jq jr js jt ju jv jw jx jy jz ka kb kc kd ke kf
kh ki kj kk kl km kn ko kp kq kr ks kt ku kv kw kx ky kz la lb lc ld le lf lg lh
lj lk ll lm ln lo lp lq lr ls lt lu lv lw lx ly lz ma mb mc md me mf mg mh mi mj

3.7.
kp

Rencana/Jadwal Kegiatan

30

3.8.
Anggaran Dana
kq Uraian

kr Banyaknya

ks Harga Satuan

kt Jumlah

ku Alat tulis

kv 2 set

kw Rp 15.000,00

kx Rp 30.000,00

ky Kertas A4 70

kz 3 rim

la Rp 35.000,00

lb Rp 105.000,00

printer

ld 2 buah

le Rp 25.000,00

lf

Rp 50.000,00

hitam
lg Tinta printer

lh 1 buah

li

lj

Rp 50.000,00

Keperluan

gram
lc Tinta

Rp 50.000,00

warna
lk Jilid

ll

lm Rp 50.000,00

ln Rp 50.000,00

lo Fotokopi

lp

lq Rp 100.000,00

lr

Rp 100.000,00

lt

Rp 385.000,00

ls Total

lu
lv

lw BAB IV
lx JUSTIFIKASI ETIK
ly
4.1.

Rangkuman Karakteristik Penelitian


lz

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dan

menggunakan data primer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan


faktor resiko status berat badan menggunakan kategori IMT dengan kejadian
Osteoartritis genu di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein
Palembang. Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang datang ke Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP. Mohammad Hosein
Palembang pada bulan September-Oktober 2016 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Hasil penelitian akan diolah dengan SPSS versi 20.0. Analisa
univariat akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, sedangkan pada analisa
bivariat akan dilakukan uji Chi-square dan disajikan dalam tabel 2x2. Selanjutnya
hasil penelitian akan dibahas secara narasi dan dibandingkan dengan teori yang
sudah ada.
ma
mb 4.2.
mc

Analisis Kelayakan Etik


Penelitian yang dilakukan menggunakan data primer tanpa

intervensi pada pasien, sehingga tidak membahayakan pasien karena hanya berupa
pemeriksaan Berat Badan dan Tinggi badan. Identitas pasien tidak dicantumkan,
hanya variabel penelitian yang berhubungan dengan penelitian saja yang akan
disampaikan. Penelitian ini tidak melanggar 4 prinsip etik yaitu justice, autonomy,
beneficience, dan non-malficience.
md
me 4.3.
Prosedur Informad consent
mf
Informed consent diperlukan untuk menanyakan kesediaan pasien
untuk ikut serta dalam penelitian. Informed consent dilakukan dengan meminta
kesedian pasien untuk diperiksa dan meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner yang tersedia, setelah dijelaskan tujuan seta prosedur yang akan
dilakukan.

31

32

mg 4.4.

Kesimpulan
mh

Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini dapat dilaksanakan

berdasarkan landasan scientific yang kuat, bermanfaat dan akan dilakukan sesuai
prosedur kerja yang telah ditetapkan serta akan dilaksanakan sepenuhnya dengan
memegang etika penelitian. Maka penelitian ini layak etik untuk dapat
dilaksanakan.
mi

mj

33

mk DAFTAR PUSTAKA
ml
1. Nugroho, Wahyudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 3 rd ed. Jakarta; Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2008. 259 p.
2. Triyadi Ade, Pramudiyo Riardi, Iwan Januarsih. Association of obesity, Parity
and History of Knee Injury with Knee Osteoartrhitis in Female [internet].
Althe Medical Jurnal;2015 Des.[cited 2016 Jun 13];2(4): 492-96. Avaible from
: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2750727.
3. Soenarto. Reumatik Pada Usia Lanjut. In: Martono dkk editor. Buku Ajar
Boedhi-Darmojo: Geriatri (Ilmu kesehatan Usia Lanjut) 4th ed. Jakarta : Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indoneisa: 2009. p.432-38.
4. Sugondo S. Obesitas. In : Sudoyo, dkk editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2009. p.1973-979.
5. Musumeci Giuseppe, Aiello Concetta, Flavia Szychlinska, Anna Marta, Rossa
Di Michelino, Paola Castrogiovanni, Mobasheri Ali, Osteoartrhitis in the
XXIst Century : Risk Factors and Behaviors that Influence Disease Onset and
Progression [internet]. International Jurnal of Molecular Sciences;2015 Mar.
[cited
2016
Jun
13];16:
6093-112.
Avaible
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4394521/.
6. Felson, DT. Osteoartritis. In: Fauci K, Longo H, Loscalzo J. Harrison's
Principles of Internal Medicine. 19th ed. London: Mc Graw Hills; 2015.
[citied
Jul
16].
p.
2226-30.
Avaliable
from:
http://www.mhprofessional.com/mediacenter/hpim19.
7. King K Lauren, March Lyn, Anandacomarasamy Ananthila. Obesity and
Osteoartrhitis. 2013. Mar : 13. [internet]. Indian J Med Res; 2013 Aug. [cited
2016
Jun
13];138:
185-93.
Avaible
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3788203/.
8. Sobotta J. Anatomi umum dan Ekstrimitas Atas. In: F Paulsen, J Waschke.
Sobotta Atlas anatomi manusia: Anatomi umum dan sistem muskuloskeletal.
23th ed. Vol 1. Jakarta: EGC; 2013. p. 4-36,130-239.
9. Charter M A. Anatomi dan Fisiologi Tulang Sendi. In : Hartanto, dkk editor.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4 th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG;2012. p. 1357-362.
10. Snell Richard S Seeley.Membrum inferius In : Hartono, dkk editor. Anatomi
Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran
6th ed.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006.p: 630-683.
11. Felson, DT. Osteoartritis. In: Fauci K, Longo H, Loscalzo J. Harrison's
Principles of Internal Medicine. 19th ed. London: Mc Graw Hills; 2015.
[citied
Jul
16].
p.
2226-30.
Avaliable
from:
http://www.mhprofessional.com/mediacenter/hpim19.
12. Casazza BA. Young JL. Rossner KK. Musculosceletal Disorders of the lower
limbs. In : Randall L. Braddom, editors. Physical
Medicine and
Rehabilitation. 2nd. Philadelphia. Saunders.. 2000: 36-43.

34

13. Soeroso Joewono, Isbagio Harry, Kalim Handono, Broto Rawan. Pramudiyo
Riardi. Osteoartritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,6th ed. Jakarta:
Interna Publishing: 2014. p. 2538-549.
14. Y Zhang, JM Jordan. Epidemiology of Osteoartritis.[internet] HHS Public
Acces;
2010
[cited
Jul
16];
26(3):355-69.Avaible
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2920533/.
15. Nainggolan O. Prevalensi dan determinan penyakit rematik di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia [Internet] 2009 [citied Jul 16];59(12):588.
Available
from
:
indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/894/894.
16. Arismunandar Roby. The Relationship between obesity and Osteoartritis knee
in elderly patiens.[ internet] J Majority; 2015 [cited Jul 16];4(5):110-16.
Avaibe
from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/617/62
1.
17. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. View - reumatologi
[Internet].
Indonesian Rheumatology Association; 2014. :Diagnosis dan penatalaksanaan
osteoartritis.
Available
from:
reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoartritis_2014.
18. Tulaar, AB. Sudut FTA dan nyeri pada osteoartritis lutut. Majalah Kedokteran
Indonesia [Internet]. 2009 Oct [citied 2016 Jul 18];59(10):459. Available
from:
indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/688/688.
19. AI Pratiwi. Diagnosis and treatment Osteoartritis. J Majority [Internet]. 2015
[citied
2016
Jul
16];4(4):10-7.
Available
from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/572.
20. Moskowitz RW, Altman RD, et al. Osteoartritis Diagnosis and
Medical/Surgical Management. 4th ed. Lippincot Williams-Wilkins. 2007. p
28, 258-63.
21. Mounach Aziza, Noujai Abderrazak, Ghozani Imad, Ghazi Mirleme, Achemlal
Lahsen, Breza Ahmed, Maghraoui EL Abdellah, Risk factor for knee
Osteoartritis in Marocco. A case control study.[internet]. Clin Rhematol;
2008.[cited
2016
Jun
13];27:
323-26.
Avaible
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17701267.
22. Lee, JM. Prosedur Terapi Listrik dan Manipulatif Osteoartritis. In: Satmoko,
Hartono editor. Segi Praktis Fisioterapi. 2nd ed. Jakarta: Binarupa Aksara.
1990. p. 22-40.
23. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi: Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemial.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG: 2010. 253 p.
24. Tjekyan Suryadi. Case Control. In :Liberty Iche Andriyani, editor. 1st ed.
Palembang: Unsri Press; 2015. 115 p.
mm
mn
mo

35

mp
mq

LAMPIRAN 1

36

mrLAMPIRAN 2
ms Lembar Informed Consent
mt
muSaya sebagai peneliti,
mvNama

: Dhanty Mukhlisa

mw

Status

Mahasiswa

Kedokteran

Umum

universitas

Sriwijaya
mxJudul Penelitian: Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan
kejadian Osteoartritis genu di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP
Dr. Mohammad Hosein Palembang.
myMeminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi Responden dalam
Penelitian ini. Apakah Bapak/Ibu bersedia ?
a Ya
b Tidak

mz
na
nb
nc
nd
ne
nf

37

ng LAMPIRAN 3
nh STATUS PENELITIAN
ni Nama

nj Jenis Kelamin : P/L


nk Usia

nl Diagnosis

: OA lutut/nonOA lutut

nmRiwayat Keluarga

nn

Indeks Masa Tubuh (IMT) :


no

IMT =

Berat Badan(kg)
2
Tinggi Badan (meter )

np

nq

nr
ns
nt
nu
nv
nw
nx

38

ny BIODATA
nz
oa
ob
oc
od Nama
oe
of

: Dhanty Mukhlisa
Alamat
: Jln. Lunjuk Jaya Perumahan Grand Hill 3
blok D no 2

og
oh
Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang.
oi
oj HP
: 082175388873
ok
ol Email
: dhantymukhlisa@gmail.com
om
on Agama
: Islam
oo
op Nama Orang Tua
oq
or
Ayah
: Muslim
os
ot
Ibu
: Nelly
ou
ov Jumlah Saudara : 2 (dua)
ow
ox Anak Ke
: 2 (dua)
oy
oz Riwayat Pendidikan
: TK Pertiwi Kayuagung
pa
pb
SD Negeri 14 Kayuagung
pc
pd
SMP Kusuma Bangsa Palembang
pe
pf
SMA Negeri 17 Palembang
pg
ph
Fakultas Kedokteran Unsri (2013-sekarang)
pi
pj
Palembang, ........................................
pk
pl
pm
pn
po
(Dhanty Mukhlisa)

Вам также может понравиться