Вы находитесь на странице: 1из 116

OSTEOARTRITIS PADA LANSIA

A. Definisi
Hasil dari peristiwa mekanik dan biologic yang mengakibatkan tidak stabilnya perangkai normal
dari degradasi dan sintesis kondrosit kartilago artikulr dan matrix extraseluler, dan tulang
subkondral. Meskipun keadaan tersebut diawai oleh berbagai factor, termasuk genetik,
pertumbuhan, metabolic, dan traumatic.
Penyakit-penyakit OA melibatkan semua jaringan sendi diarthroidal. Akhirnya, penyakitpenyakit OA tampak pada perubahan-perubahan morfologik, biokemik, molekuler, dan
biomekanik, baik pada sel-sel dan matrik yang menyebabkan perlunakan, fibrilasi, ulserasi,
hilangnya kartilago artikuler sclerosis, dan tulang subkondral memadat seperti gading, osteofit
dan kista subkondral. Ketika klinis telah nyata, penyakit-penyakit OA terdapt cirri adanya nyeri
sendi, gerak terbatas, perasaan abnormal pada tekanan, krepitus, kadang-kadang adanya efusi
dan berbagai derajat dari peradangan tanpa efek sistemik (Leena Sharma, 2001).
B. Etiologi
Penyebab OA hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa factor resiko untuk
timbulnya OA antara lain adalah :
Umur : dengan meningkatnya umur terjadi peningkatan OA.
Wanita : setelah umur 50 tahun.
Obesitas : dari studi epidemiologi ditemukan adanya hubungan antara OA lutut dengan
Obesitas.
Trauma : trauma yang berulang mempermudah timbulnya OA. Factor mekanik dan biomekanik
berpengaruh terhadap timbulnya OA.
Kelainan kongenintal dan didapat
Kelainan kongenintal yang berwujud abnormalitas mekanik sendi dapat menimbulkan OA
premature, misalnya pada displasia epifise, dan dislokasi sendi coax. Demikian pula kelainan
yang didapat misalnya frak tur yang tidak direposisi.
Herediter dan penyakit timbunan kristal
Timbunan kristal dalam cairan sinovial yaitu CPPD dijumpai antara 1,8 % - 60 % penderita
OA
Kristal BCP sering ditemukan dalam kartilagu yang mengalami degenerasi
Yang masih menjadi pertanyaan atau pertentangan pendapat adalah :
Perokok dan bukan perokok, diabetes militus, pemakaian estrogen, hipertensi( wardoyo &
Soenarto, 1994 )
Dari penelitian OA didesa Bandungan ternyata bukan obesitas yang menjadi resiko. Tapi beban
berat yang dipikul setiap hari dan medan yang berbukit merupakan factor biomekanik.
C. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri, kekakuan, hilangnya gerakkan, penurunan fungsi dan deformitas sendi secara khas
dihubungkan dengan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, pembengkakan dan kehangatan.
Klien mungkin positif mempunyai riwayat trauma, penggunaan sendi berlebihan atau penyakit
sendi sebelumnya.

Pada awalnya, nyeri terjadi bersama gerakan ; kemudian, nyeri dapat juga terjadi pada saat
istirahat. Pemeriksaan menunjukan adanya daerah nyeri tekan krepitus, berkurangnya rentang
gerak, seringnya penbesaran tulang, dan tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu.
Peningkatan rasa nyeri diiringi oleh kehilangan fungsi secara progresif. Keseluruhan koordinasi
postur tubuh mungkin terpengaruh sebagai hasil dari nyeri dan hilangnya mobilitas. Nodus
Heberden, walaupun tidak terbatas pada lansia merupakan manifestasi osteoarthritis yang sering
terjadi. Pertumbuhan berlebihan dari tulang yang reaktif terletak pada bagian distal sendi-sendi
interfalang. Nodus Heberden merupakan pembengkakan yang dapat dipalpasi yang sering
dihubungkan dengan fleksi dan deviasi lateral dari bagian distal tulang jari. Nodus ini mungkin
menjadi nyeri tekan, merah, dan bengkak, sering dimulai dari satu jari dan menyebar kejari yang
lain. Pada umumnya tidak ada kehilangan fungsi, tetapi klien sering merasa tertekan sebagai
akibat dari perubahan bentuk yang terjadi.
D. PATOFISIOLOGI
Osteartritis (juga disebut penyakit degeneratif sendi, hipertrofi arthritis senescent, dan
osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara lambat, tidak simetris, dan non
inflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat digerakkan, khususnya pada sendi-sendi yang
menahan berat tubuh. Osteoarthritis ditandai oleh degenerasi kartilago sendi dan oleh
pembentukan tulang bahu pada pinggirsendi. Kerusakan pada sendi-sendi akibat penuaan
diperkirakan memainkan suatu peran penting dalam perkembangan osteoatritis. Perubahan
degeneratif megakibatkan kartilago yang secara normal halus, putih, tembus cahaya menjadi
buram dan kuning, dengan permukaan yang kasar dan area malacia (pelunakan). Ketika lapisan
kartilago menjadi ebih tipis, permukaan tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi
sekunder dari membrane sinufial mungkin mengikuti. Pada saat permukaan sendi menipiskan
kartilag, tulang sub kondrial meningkat kepadatannya dan menjadi sclerosis.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangguan kronis ini dimulai dengan menemukan aktifitas sehari-hari yang
mungkin ikut berperan terhadap tekanan pada sendi yang sakit, memberikan alat Bantu pada
klien untuk mengurangi beban berat sendi yang sakit, mengajarkan klien untuk menggunakan
alat Bantu ini, dan merencanakan penatalaksanaan nyeri yang sesuai.
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu
dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik
yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena
kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program
utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor
psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha
dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas
dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang
lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otototot periartikular
2004 Digitized by USU digital library 6
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otototot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIG
Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada
kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada pemerikasaan radiology
didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi
deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak
gambaran taji(spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. keluhan utama
4. Riwayat kesehatan sekarang dan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
B. DIAGNOSA
1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
5. Defisit perawatan diri b/d nyeri
C. INTERVENSI
1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
a. Mandiri
kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat factor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi
berikan masase yang lembut
b. kolaborasi
beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil
salisilat (aspirin)
membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program
matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi

gerakan/rasa sakit pada sendi


Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
Meningkatkan relaksasi, mengurangi
tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
b. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
c. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi,berdiri dan berjalan.
d. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untukmenggunakan alat bantu.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
f. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
g. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
h. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
i. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
j. untuk menekan inflamasisistemik akut
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi
potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
b. Memantau regimen medikasi
c. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya ketimbang mengagetkannya
d. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluaraga
dari kekhawatiran yang konstan.
e. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi
mengegetkan pasien akan
meningkatkan ansietas
4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI RASIONAL
a. Madiri
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang
terjadi
berikan tempat tidur yang nyaman
buat rutinitas tidur baru yang dimasukan dalam pola lama dan lingkungan baru

instruksikan tindakan relaksasi


tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage
gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin
hindari mengganggu bila mungkin seperti membangunkan untuk minum obat atau terapi
b. Kolaborasi
berikan sedatif,hipnotik sesuai indikasi
mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
meningkatkan kenyamanan tidur dukungan fisiologi dan psikologi
Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang.
Meningkatkan efek relaksasi
Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat
memberi keamanan untuk membantu mengubah posisi
Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu
kembali tidur bila terbangun
Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat

5. Defisit perawatan diri b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secaea mandiri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat fungsi fisik
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
d. Identifikasi untuk perawatan yang
diperlukan, misalnya;lift,peninggiandudukan toilet, kursi
e. Mengidentifikasi tingkat bantuan /dukungan yang diperlukan
f. Mendukung kemandirian fisik/emosional
g. Menyiapkan meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
h. Memberikan kesempatanuntuk dapat melakukan aktivitas seccara mand
D. EVALUASI
1. Nyeri berkurang
2. Dapat beraktivitas seperti semula
3. Mengurangi resiko tinggi cedera
4. Kebutuhan tidur terpenuhi
5. Perawatan diri terpenuhi

DAFTAR PUSTAKA
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Martono, Hadi, Kris Pranarka. 2009. Geriatri Ilmu kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Potter, patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran.ed. 3. Media Aesculapius: Jakarta.
Brunner & Suddarth.buku ajar keperawatan medical bedah.ed. 8.EGC: Jakarta.
http://baguselek.blogspot.co.id/2011/05/osteoartritis-pada-lansia.html

ASKEP Gerontik Pasien Dengan REMATIK (OSTEOARTRITIS)


LAPORAN PENDAHULUAN
PROSES MENUA dan REMATIK (OSTEOARTRITIS)

A. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan

kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki

diri

atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat


bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000).

Aging process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal


yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.
Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara
ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan
psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke
industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif).
Menua

bukanlah

suatu

penyakit

tetapi

merupakan

proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam


maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa
ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.
B. Teori teori proses menua
1. Teori biologi.
a. Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokima yang diprogram oleh
molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai).
c. Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
Regenerasi

jaringan

tubuh

tidak

dapat

mempertahankan

tubuh.

kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel


lelah terpakai.
e. Teori radikal bebas

Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan


organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan kurang elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel
setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara system social
dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga usia tua.
b. Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi pada
seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang
dimilikinya.
c. Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan
kontak social, berkurangnya komitmen.
C. Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut
1. Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal
Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu dalam
keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran itu sesuai
dengan budaya namun ada perbedaan dari setiap individu. Orang

cenderung memperlihatkan identitas dan menggambarkan kemampuan


dalam berperan. Setiap orang mempunyai perannya masing-masing
misalnya; sebagai seorang laki-laki, wanita, suami, istri, orang dewasa,
remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar, guru, dokter, perawat dan lainlain. Peran dilakukan orang selama hidupnya dan ia sering berusaha sesuai
dengan peran yang dimiliki.
Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang. Setiap
kelompok social mempelajari status, perilaku, symbol, dan hubungan yang
dapat diterima oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan pola hubungan
setiap orang berbeda tergantung nilai dan norma social di mana individu itu
berada.
2. Peran, Hubungan dan Usia
Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan perkembangan
usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi pengunduran
diri, merasa kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau
kehilangan orang penting lainnya seperti suami atau istri yang meninggal.
Semuanya ini dapat menimbulkan potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam
kehidupan nyata banyak orang tua marah atau merasa tersinggung karena
kekuatan social mereka diberhentikan (pensiun)
Menurut American Society menggambarkan bahwa peran orang tua
sudah tidak berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak bermanfaat (sia
sia). Beberapa orang tua menerima peran ini dan melakukan sebagai
tindakan. Namun banyak orang yang tidak puas menerima stereotype ini
dan secara kontinyu mengembangkan peran dan hubungan sampai usia 80
90 tahun.
3. Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting
lainnya
c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa
cara mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g. Kaji hubungan kerja
h. Kaji perasaan klein yang sudah pensiun
i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
4. Proses Keperawatan
Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :
a. Disfungsi berkabung
b. Perubahan proses keluarga
c. Isolasi social/gangguan interaksi social
d. Gangguan komunikasi verbal.
ASUHAN KEPERAWATAN

REMATIK (OSTEOARTRITIS) PADA LANSIA


A. Pengertian
Reumatoid

arthritis

adalah

gangguan

autoimun

kronik

yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur
(Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara

klinis

osteoartritis

ditandai

dengan

nyeri,

deformitas,

pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi


besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.
B. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan lakilaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih
sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering

menimbulkan

cedera

sendi

yang

berkaitan

dengan

resiko

osteoartritis yang lebih tinggi.


7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang

Tingginya

kepadatan

tulang

dikatakan

dapat

meningkatkan

resiko

timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
C. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ
di

luar

kerusakan

persendian.Peradangan
struktur

sendi

yang

kronis

dipersendian

terkena.Peradangan

menyebabkan
sendi

biasanya

mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses


sinovitis

(radang

selaput

sendi)

serta

pembentukan

pannus

yang

mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,


terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada
yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun
semuanya

belum

terbukti.

Berbagai

faktor

termasuk

kecenderungan

genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus


Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang
berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satusatunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan
sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran
(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut.
Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang

disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin


merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini
secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang
belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan
sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk
tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan
ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi
mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan
ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak
diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan
penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan
pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit

ini

berhubungan

(hiperurisemia)

Reumatik

dengan
gout

tingginya

merupakan

asam
jenis

urat

darah

penyakit

yang

pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan
monosodium

kerusakan
urat

di

sendi.

Penyakit

persendian

ini

meningkat.

timbul

akibat

Timbunan

kristal

kristal

ini

menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout


akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal

yang

mengakibatkan

menyebabkan
meningkatnya

gangguan
produksi

metabolisme

asam

urat

atau

yang
bisa

dapat
juga

diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.


Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan


kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga
bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obatobatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah
obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di
luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar
sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering
ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.

2) Tendonitis dan tenosivitis


Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat

perlekatannya.

Tenosivitis

adalah

peradangan

pada

sarung

pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa

timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau


radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout
dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya

belum

diketahui,

tetapi

berhubungan

dengan

proses

degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik


yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi,
tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.

Pannus masuk ke tulang sub

chondria.

karena

Jaringan

granulasi

menguat

radang

menimbulkan

gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan


sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang

lain.

terutama

yang

mempunyai

faktor

rhematoid

(seropositif

gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.


F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi

Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi


Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;


1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
2.

Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada


sendi yang sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri


4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6.

Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan


yang tepat

7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan


8. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam
urat

dan

menurunkan

berat

badan,

bila

terlalu

gemuk

dan

mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan


yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan
bahan
makanan
Karbohidrat
Protein hewani

Protein nabati
Lemak
Sayuran

Buah-buahan
Minuman
Bumbu, dll

Makanan yang boleh


diberikan

Makanan yang tidak


boleh diberikan

Semua
Daging atau ayam, ikan
tongkol, bandeng 50
gr/hari, telur, susu, keju

-Sardin, kerang, jantung,


hati, usus, limpa, paruparu, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
--

Kacang-kacangan kering
25 gr atau tahu, tempe,
oncom
Minyak dalam jumlah
terbatas.
Semua sayuran
sekehendak kecuali:
asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam,
jamur maksimum 50 gr
sehari

-Asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam,
jamur maksimum 50 gr
sehari
--

Semua macam buah

Alkohol

Teh, kopi, minuman yang


mengandung soda
Semua macam bumbu

Ragi

H.

Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

o
o
o
o

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan
harga diri klien.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis
ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul yaitu:
Tabel Analisa Data
No
1

Symptom
Keluhan nyeri,

Etiologi
Distensi jaringan akibat

ketidaknyamanan,

akumulasi cairan/proses

kelelahan, berfokus

inflamasi, destruksi

Problem
Nyeri Akut

pada diri sendiri,

sendi

Perilaku distraksi/
2

respons autonomic
Distensi jaringan

deformitas skeletal,

Gangguan mobilitas

akibat akumulasi

nyeri, penurunan

fisik berhubungan

cairan/proses

kekuatan otot

dengan.

sendi
Perubahan fungsi

deformitas skeletal,

Gangguan Citra

dari bagian-bagian

nyeri, penurunan

Tubuh

yang sakit.
Ketidakmampuan

kekuatan otot
kerusakan

Defisit perawatan

untuk mengatur

musculoskeletal,

diri

kegiatan sehari-

penurunan kekuatan,

hari.

daya tahan, nyeri pada

inflamasi, destruksi
3

waktu bergerak, depresi

FORMAT PENGKAJIAN
Nama
NIM

: Riza Desima
: 201120461011069

Tanggal Pengkajian

: Selasa, 18 Desember 2012

A. RIWAYAT KLIEN / DATA BIOGRAFIS


Nama
: Ny.M
Alamat
: Arjowinangun RT 03/ RW 03, Malang
Telp
:TTL
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Janda
Pendidikan
: SD
Orang Yang Paling Dekat Dihuungi
: Anak

B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Keterangan:
: Perempuan

: Laki-laki

: Tinggal serumah

: Penderita
: meninggal

C. RIWAYAT PEKERJAAN

: Menikah

1. Status Pekerjaan saat Ini


2. Pekerjaan Sebelumnya
3. Sumber sumber

: tidak bekerja
: tidak bekerja (IRT)
: Anak Dari Ny.M bekerja swasta sehingga

kebutuhan sehari-harinya di dapatkan dari anak-anaknya.


4. Pendapatan dan Kecukupan
Terhadap sumber sumber

: Pendapatan sekitar Rp. 500.000/bulan

Ny T mengatakan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari sudah cukup.


D.
1.
2.
3.
4.

RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe Tempat Tinggal : Rumah Gedung/tembok
Jumlah Kamar
: 4 Buah Kamar
Jumlah Orang Yang Tinggal Di rumah
: 3 Orang (Ny.M dan 2 anaknya)
Derajat Privasi
:-

E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi /Minat
: masak
2. Keanggotaan Organisasi
: Ny.M tidak mengikuti organisasi apapun di
lingkungannya.
3. Liburan /Perjalanan
F.
1.
2.
3.
4.

: Jarang, karena kesulitan biaya.

SUMBER /SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN


Dokter
:Rumah Sakit
:Klinik
:Pelayanan Kesehatan Di Rumah
: Puskesmas Arjowinangun, Posyandu

Lansia
5. Makanan yang Dihantarkan : G. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Kebiasaan Waktu Tidur
: Pukul 21 . 00 04.00 WIB (Malam)
Pukul 14.00 16.00 WIB (Siang)
H. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan Kesehatan Utama : Ny.M Terasa Linu linu pada area lutut
2. Status Kesehatan Umum selama 1 tahun: Sering linu-linu di kaki
3. Status kesehatan umum Selama 5 tahun yang lalu : tidak ada.
4. Pengetahuan /pemahaman dan penatalaksanaan masalah Kesehatan :
Ny.M mengatakan tidak mengerti penyebab dari linu-linu di kakinya. Yang
Ny.M ketahui penyebabnya karena faktor usianya, tindakan yang sudah di
lakukan Ny.M untuk mengurangi linu linu adalah meminum obat yang di
berikan oleh puskesmas, Ny.M tidak tau lagi cara untuk mengurangi sakit

linu linunya. Akibat dari linu-linunya Ny.M sudah jarang untuk jalan pagi
(olah raga).
I. OBAT OBATAN
1. Nama
: Vit. B1, Na-Diklofenac, CTM
2. Bagaimana/ kapan menggunakannya
:
Vit. B1 diminum pagi dan sore hari satu jam setelah makan
Na-Diklofenac diminum pagi dan sore hari satu jam setelah makan
CTM diminum malam hari satu jam setelah makan.
J.
1.
2.
3.
4.

ALERGI ( Catat agen reaksi spesifik )


Obat obatan
:Makanan
:Kontak Substansi
:Faktor Lingkungan
:-

K. LINGKUNGAN ( Ingat kembali diet 24 jam, termasuk cairan )


1. Diet Khusus Pembatasan
:Riwayat peningkatan Atau penurunan BB : Pola konsusmsi Makanan ( Sendiri /dgn Orang lain ) : Sendiri dengan
2.

frekuensi 3X perhari.
Masalah yang memengaruhi Masukan makanan ( Mis ; Pendapatan tdk
adekuat, Kurang transportasi, masalah, Menelan atau mengunyah, Stress
emosioanal ) : tidak ada.

L.
1.
2.
3.
4.
5.

STATUS KESEHATAN MASA LALU


Penyakit masa anak anak : Penyakit serius /Kronik
:Trauma
:
Perawatan di Rumah sakit : Operasi
:-

M.
1.
2.
3.
4.

TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum
: Baik
Tingkat Kesadaran
: Compos Metis
Skala koma Glasgow
: 456
Tanda tandaVital
:
Tekanan Darah
: 120 / 80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan
: 20X/menit
1. Integumen :
1)
Lesi /Luka
: Ya
Tidak
2)

Pruritus

: Ya

Tidak

3)

Perubahan Pigmentasi

: Ya

4)

Perubahan Tektur

5)

Sering Memar

: Ya

6)

Perubahan Rambut

7)

Pemajanan Lama

: Ya

Tidak

Ya (keriput)

Tidak
Tidak
Tidak

Ya (uban)

Tidak

Terhadap matahari
2. Hemopoetik :
Perdarahan / memar Abnormal : Ya

Tidak

1)

Pembengkakan kelenjar

Limfa : Ya

2)

Anemia

: Ya

3. Kepala
1)
Sakit Kepala

: Ya

Tidak
Tidak
Tidak

2)

Trauma masa lalu

: Ya

Tidak

3)

Pusing

: Ya

Tidak

4)

Gatal pada kulit kepala : Ya

4. Mata
1)
Perubahan Penglihatan :

Ya

2)

Kaca mata /Lensa kontak : Ya

3)

Nyeri

4)

Air mata Berlebihan

: Ya

5)

Pruritus

6)

Bengkak sekitar mata

: Ya

7)

Kabur

8)

Fotofobia

9)

Riwayat Infeksi

10)

Konjungtiva

11)

Sklera

: Ya

Tidak
Tidak
Tidak

Ya
Ya

: Ya

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Ya

: Anemis
Ya

5. Telinga
1)
Perubahan Pendengaran :

Ya

2)

Tinitus

: Ya

3)

Vertigo

4)

Riwayat Infeksi

: Ya

6. Hidung dan Sinus

Tidak

Ya

Tidak
Tidak anemis
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

1)

Rinorea

: Ya

2)

Epistaksis

: Ya

Tidak

3)

Obstrusksi

: Ya

Tidak

4)

Nyeri pada sinus

: Ya

Tidak

5)

Riwayat Infeksi

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

7. Mulut dan Tenggorok


1)
Sakit tenggorok

Tidak

2)

Lesi / ulkus

: Ya

3)

Kesulitan menelan

: Ya

Tidak

4)

Perdarahan gusi

: Ya

Tidak

5)

Karies

: Ya

Tidak

6)

Riwayat Infeksi

: Ya

Tidak

7)

Pola menggosok gigi

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

8. Leher
1)
Kekakuan
2)

Nyeri / nyeri tekan

3)

Benjolan / Massa

4)

Keterbatasa gerak

9. Pernapasan
1)
Batuk

Tidak

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

2)

Sesak napas

: Ya

Tidak

3)

Hemoptisis

: Ya

Tidak

4)

Sputum

5)

Asma / Alergi Pernapasan

6)

Suara Napas

: Ya
:

Tidak

: Ya
Vesikuler

Tidak
Bronkial Bronko

vesikuler
7) Suara nafas tambahan
: ronkhi wheezing
10. Kardiovaskuler
1)
Nyeri dada
: Ya
Tidak
2)

Palpitasi

3)

Sesak napas

11. Gastrointestinal

: Ya
: Ya

Tidak
Tidak

1)

Nyeri Ulu Hati

: Ya

Tidak

2)

Mual /muntah

: Ya

Tidak

3)

Hematemesis

: Ya

Tidak

4)

Perubahan nafsu makan

5)

Benjoan /massa

6)

Diare

7)

Konstipasi

: Ya

Tidak

8)

Melena

: Ya

Tidak

9)

Hemoroid

: Ya

Tidak

10)

Perdarahan Rektum : Ya

Tidak

11)

Pola defekasi biasanya :

Tidak

12. Perkemihan
1) Frekuensi
2)
Menetes

Ya

Tidak

: Ya
: Ya

Tidak
Tidak

Ya

: 3 4x/hari
: Ya

Tidak

3)

Hematuria :

Ya

Tidak

4)

Poliuria

: Ya

Tidak

5)

Nokturia

: Ya

Tidak

6)

Inkontinensia

: Ya

Tidak

7)

Nyeri Saat berkemih

8)

Batu Infeksi :

: Ya

Ya

13. Muskuluskeletal
1)
Nyeri Persendian

Tidak
:

2)

Kekakuan

3)

Pembengkakan Sendi

4)

Kram

5)

Kelemahan Otot

6)

Masalah cara berjalan

Tidak

Ya (lutut kaki)

Ya

Tidak
Tidak

: Ya
Ya

Tidak
Tidak

: Ya

Tidak

: Ya

Tidak

14. Sistem Syaraf Pusat


1)
Sakit Kepala

: Ya

Tidak

2)

Paralysis

: Ya

Tidak

3)

Paresis

: Ya

Tidak

4)

Masalah koordinasi

: Ya

Tidak

5)

Tic/Tremor/spasme

: Ya

Tidak

6)

Parastesia

: Ya

Tidak

7)

Masalah memori

: Ya

Tidak

15. Sisten Endokrin

Goiter : Ya

Tidak

Polifagia

: Ya

Tidak

Polidipsi

: Ya

Tidak

Poliuri : Ya

Tidak

N. STATUS FUNGSIONAL
Indeks Barthel (Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari)
:
Aktifitas

Score

Makan
0 = Bantuan penuh
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega,
modifikasi diet
10 = independent

Mandi
0 = Menbutuhkan bantuan
5 = independent (menggunakan shower)

Berdandan
0 = Perlu bantuan
5 = independent berbedak/menyisir/gosok
gigi/mencukur

Memasang Baju
0 = Dengan bantuan
5 = Dengan bantuan 50%
10 = independent (mengancing baju, restleting)
Buang Hajat (buang air besar)
0 = incontinensia Alvy (menggunakan barium enema)
5 = Kadang tidak tertahan

10

10

10 = Dapat mengontrol
Buang Air Kecil
0 = Menggunakan kateter
5 = Kadang ngompol
10 = Bisa mengontrol

10

Ke Tolet
0 = Butuh Bantuan Penuh
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, wiping)

10

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur


0 = Bantuan penuh
5 = Saat berpindah membutuhkan 2 orang untuk
membantu
10 = Bantuan minimal 1 orang
15 = independent

15

Berjalan di jalan yang datar


0 = immobilisasi
5 = Selalu menggunakan kursi roda
10 = Berjalan dengan bantuan 1 orang
15 = independent (but may use any aid; for example,
stick) > 50 yards

10

Berjalan di tangga
0 = Bantuan penuh
5 = Dengan bantuan (verbal, physical, carrying aid)
10 = independent

TOTAL (0 - 100)

85

Ket Penilaian : 0 20 : Ketergantungan penuh


21 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 90 : Ketergantungan moderat
91 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Dari hasil penilaian Indeks Barthel yaitu menilai tentang Tingkat
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, di dapatkan hasil 85 itu artinya
Ny.M memiliki tingkat ketergantungan moderat.

O. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF


1. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Tanggal
: Senin, 17 Desember 2012
Nama Paasien
: Ny.M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan : SD
Suku

: Jawa

Pertanyaan
Ben
ar

Sala
h

JUMLAH

Nom
or
1

Pertanyaan

Tanggal berapa hari


ini ?
2
Hari apa sekarang ?
3
Apa nama tempat ini ?
4
Dimana alamat anda ?
5
Berapa umur anda ?
6
Kapan anda lahir ?
7
Siapa presiden
Indonesia ?
8
Siapa presiden
Indonesia sebelumnya ?
9
Siapa nama ibu anda ?
10
Kurangi 3 dari 20 dan
tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
secara menurun
Benar : 9
Salah : 1

Jawaban
18 Desember
2012
Selasa
Rumah
Arjowinangun
65 tahun
1947
SBY
Tidak tau
Kamsiyah
17, 14, 11, 8, 5,

Interpretasi :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10
: Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan
hasil 9 benar dan 1 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Ny.m
masih Utuh.

2. MMSE (Mini Mental Status Exam)

N
o

Aspek
Kognitif

Orientasi

Nilai
maksi
mal
5

Nilai
Klien

Kriteria

Menyebutkan dengan benar :


Tahun
: 2012 (Benar)
Musim
: hujan (Benar)
Tanggal : 18 (Benar)
Hari
: selasa (Benar)
Bulan
: desember (Benar)
Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang (Benar)
Panti :Wisma:Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien, menjawab
:

Orientasi

Registrasi

Perhatian
dan
kalkulasi

Meminta klien berhitung mulai dari


100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :

1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5

Menginga
t

Bahasa

5. 65
Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2 (tiap
poin nilai 1)
Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai

30

24

Interpretasi hasil :
24 30
: tidak ada gangguan kognitif
18 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
P. STATUS FUNGSI SOSIAL
APGAR Keluarga
:
Saya puas bisa kembali pada keluarga Selalu : 2
(teman) saya untuk membantu pada Kadang kadang : 1
waktu

sesuatu

menyusahkan

saya Tidak Pernah : 0

(adaptasi)
Saya

puas

dengan

cara

keluarga Selalu : 2

( teman ) saya membicarakan seuatu Kadang kadang : 1


dan mengungkapkan masalah dengan Tidak Pernah : 0
saya ( hubungan )
Saya puas bahwa keluarga teman ( saya Selalu : 2
) menerima dan mendukung keinginan Kadang kadang : 1
saya

untuk

melakukan

aktivitas Tidak Pernah : 0

( Pertumbuhan )
Saya puas dengan cara keluarga teman Selalu : 2
(

saya)

mengekspresikan

afek

dan Kadang kadang : 1

berespons terhadap emosi saya, seperti Tidak Pernah : 0


marah, sedih, atau mencintai. ( Afek ).

Saya puas dengan cara teman saya dan Selalu : 2


saya menyediakan waktu bersama Kadang kadang : 1
sama.

Tidak Pernah : 0

Nilai APGAR Keluarga : 8 yang berarti disfungsi keluarga minimal atau


tidak ada

ANALISA DATA
PROBLEM
Gangguan
DS :
aktivitas fisik
- Ny.M mengatakan saya sering
merasa sakit pada kaki (lutut)
- Ny.M mengatakan jika sakitnya
parah, susah berjalan.
- Ny.M mengatakan kalau ketika
saya berkerja tiba-tiba nyeri
lutut, langsung berhenti dulu
duduk mba sampai sakitnya
hilang
- Ny.M mengatakan biasanya
saya Cuma minum obat yang di
berikan di puskesmas aja mas,
dan sedikit di pijat-pijat saya
tidak tau cara lain untuk
mengurangi nyerinya
DO :
Grimace
(+),
tampak
memegang lututnya yang sakit
- Skala nyeri 3
Inefektif
DS :
menejemen
- Ny.M mengatakan tidak tahu
terapeutik
apa
itu
Osteoartritis
atau
rematik,
sebab
dan
pengaturannya
- Ny.M mengatakan taunya saya
Cuma bawaan penyakit sudah
tua
- Ny.M mengataka saya juga
jarang untuk olah raga apa lagi
jalan pagi
DATA

ETIOLOGI
Nyeri akut pada
lutut kaki

Kurang
pengetahuan
tentang penyakit,
diit dan
penanganan.

- Ny.M mengatakan saya sering


terasa linu-linu kalau habis
memakai air dingin untuk mandi
tau yg lainnya
DO :
- Grimace (+), tampak memegang
lututnya yang sakit
Skala nyeri 3
Terlihat pasien bingung ketika
di tanya tentang Osteoartritis
atau rematik.

PENENTUAN SKALA PRIORITAS


1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki
N
o
1.

Prioritas

Skor /
bobot

Sifat Masalah
Skala: Aktual

Nyeri
2/3 x 1 =
2/3

2.

Pembenaran

diatasi

dirasakan
karena

harus
sangat

menggangu aktivitas dari Ny.M


saat ini
Karena sudah menjadi

Kemungkinan
Masalah dapat

yang

1/2 x 2 = 1

kebiasaan dari Ny.M bila

diubah

nyerinya timbul, selalu

Skala: Sebagian

diabaikan sehingga
kemungkinan masalah dapat

3.

Potensial masalah
untuk di cegah

2/3 x 1 =
2/3

Skala: Cukup
4.

diubah sebagian.
Jika nyerinya tidak
diatasi

maka

nyeri

segera
tersebut

akan sangat menggangu rasa


nyaman dari Ny.M
Penanganan
segera

akan

Skala: Masalah berat,

menentukan

serta

harus segera

tindakan

Menonjolnya Masalah

ditangani
Jumlah

2/2 x 1 = 1

selanjutnya.
3 1/3

hasil

keperawatan

2.

Inefektif

menejemen terapeutik berhubungan

dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit, diit dan penanganan.


N
o
1.

2.

3.

Prioritas
Sifat Masalah
Skala: Aktual
Kemungkinan
Masalah dapat
diubah
Skala: Sebagian
Potensial masalah
untuk di cegah
Skala: cukup

4.

Menonjolnya
Masalah
Skala: Masalah
berat, harus
segera ditangani
Jumlah
1.

Inefektif

Skor /
bobot
3/3 x 1 = 1

1/2 x 2 = 1

2/3 x 1 =
2/3

2/2 x 1 = 1

Pembenaran
Bila informasinya tidak segera
disampaikan maka akan
berpengaruh terhadap kesehatan
Ny.M kedepannya.
Perubahan membutuhkan waktu
yang tidak singkat
Jika tidak segera diinformasikan
kebiasaan yang tidak sehat akan
terus berlanjut dan akan
memengaruhi kualitas hidup dari
Ny.M
Krena terkait dengan masalah
kesehatan Ny.M maka pemberian
informasi harus segera
disampaikan.

3 2/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
menejemen terapeutik berhubungan

dengan

pengetahuan tentang penyakit, diit dan penanganan.


2. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

kurang

INTERVENSI KEPERAWATAN
No

Diagnosa

.
1. Inefektif

Tujuan
Umum

Kriteria Hasil

Khusus

Setelah 3x

Setelah kunjungan ke- Menyebutkan pengertian,


1. Kaji pen

menejemen

junjungan :

3 : Ny.M mampu:

terapeutik

Ny.M

- memahami tentang

berhubungan mengetahui
dengan

tentang

kurang

Osteoartritis

penyebab Osteoartritis 2. Jelaskan


atau rematik secara

Osteoartritis atau
rematik
- mengetahui

verbal

rematik

3. Jelaskan

- Menyebutkan beberapa

atau rem

jenis makanan yang di 4. Jelaskan


Penyebab dan gelaja
pengetahuan atau rematik,
anjurkan dan tidak boleh makanan
- Mengetahui diit
tentang
diit dan
dikonsumsi untuk
boleh dik
Osteoartritis atau
penyakit, diit penanganannya
Osteoartritis atau rematik Osteoart
rematik
dan
(minimal 3 masing-masing
- Melakukan
penanganan.
2 Gangguan

Setelah di

Setelah kunjungan ke- Melakukan aktifitas

aktivitas fisik lakukan

3:

berhubungan perawatan/ kun- Ny.M mampu :


dengan nyeri jungan sebanyak
- melakukan aktifitas
lutut kaki

jenis) secara verbal

penanganan

3x, diharapkan
Ny.M dpt tetap
melakukan
hari tanpa
kesulitan

sehari-hari tanpa

penyeba

kesulitan (tindakan)
- Keluarga dapat

(Osteoar

sehari-hari tanpa
kesulitan
- Memanagement

aktifitas sehari-

aktivitasnya ketika
kakinya tiba-tiba nyeri
Keluarga dapat:

- memberikan bantuan
mobilisasi efektif jika
diperlukan
- memberikan support
kepada Ny S

1. Jelaskan

mempraktikkan tekhnik
kompres hangat
(tindakan)

2. Ajarkan

untuk me

3. Ajarkan

4. Anjurka

olah raga

5. Mengob

dan angg

mendapa

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
1.

Diagnosa Keperawatan
Inefektif menejemen

Implementasi
1. Mengkaji pengetahuan Ny.M

terapeutik berhubungan

2. Menjelaskan tentang Osteoartritis

dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit, diit dan
penanganan.

S : Ny.M men

Osteoartri

atau rematik

dapat men

3. Menjelaskan tentang diit


Osteoartritis atau rematik

pengertian
O

4. Menjelaskan tentang Jenis jenis

Gangguan aktivitas fisik

Ny.M

pertanyaa

makanan yang di anjurkan dan

dalam

tidak boleh dikonsumsi oleh

kesehatan

penderita Osteoartritis atau


2

rematik
1. MenJelaskan kepada keluarga

A : Masalah

P: S : Ny.M m

berhubungan dengan nyeri

tentang penyebab terjadinya nyeri

beraktivita

lutut kaki

kaki (Osteoartritis atau rematik)

paham aka

2. Mengajarkan Ny.M cara kompres O


hangat untuk mengurangi linu
linunya

Ny.M

aktivitas s
A : Masalah

3. Mengajarkan cara senam tangan. P: berikan


4. Menganjurkan Ny.M untuk jalan
atau olah raga pagi setiap hari
5. Mengobservasi kemampuan Ny.M
dan anggota keluarga setelah
mendapat penjelasan dari perawat

agar

teru

petugas

Lampiran

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Ny.M


DENGAN MASALAH UTAMA OSTEOARTRITIS (REMATIK)
Disusun Sebagai Laporan Akhir Departemen Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ners Gelombang V Periode 2011-2012

Di susun oleh :
Riza Desima
201120461011069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
http://rhizaners.blogspot.co.id/2013/02/askep-gerontik-pasien-dengan-rematik.html

ASKEP OSTEOARTRITIS

OSTEOARTRITIS
A. Pengertian
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia
diatas 60 tahun.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas)

B. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat


perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih
sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
C. Manifestasi klinik
Gambaran klinis Askep Osteoarthritis diantaranya
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3.

Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.

4.

Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada

waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6.

Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.


7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi

degeneratif

merupakan

suatu

penyakit

kronik,

tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan
sendi

mengalami

kemunduran

dan

degenerasi

disertai

dengan pertumbuhan

tulang baru pada bagian tepi sendi.


Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik

tertentu.

Pengeluaran

enzim

lisosom

menyebabkan

dipecahnya

polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga


mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
2. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
F. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan
peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta
mencegah atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Pengobatan harus di berikan secara paripurna, karena penyakit sulit sembuh.
Oleh karena itu,pengobatan dapat dimulai secara lebih dini. Langkah pertama dari
program penatalaksanaan osteoatritis adalah memberikan pendidikan kesehatan yang
cukup tentang penyakit kepada klien, kelurganya, dan siapa saja yang berhubungan
dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi penyakit, penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber- sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan
yang diberikan oleh tim kesehatan.
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
factor-faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan
bentuk anggota tubuh
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan
adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi simetri


g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

2. Diagnose dan intervensi


Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan

Membantu dalam menentukan


kebutuhan managemen nyeri dan

intensitas (skala 0 10). Catat faktor-

keefektifan program.

faktor yang mempercepat dan tandatanda rasa sakit non verbal

berikan matras atau kasur keras, bantal

Matras

yang

lembut/empuk,

bantal yang besar akan mencegah

kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai


kebutuhan

pemeliharaan

kesejajaran

tubuh

yang

Peninggian

linen

tepat,

tempat tidur menurunkan tekanan


biarkan pasien mengambil posisi yang

pada sendi yang terinflamasi /

nyeri
nyaman pada waktu tidur atau duduk di Pada penyakit berat, tirah baring
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur
mungkin
diperlukan
untuk
sesuai indikasi
membatasi nyeri atau cedera
dorong untuk sering mengubah posisi.
sendi.
Bantu pasien untuk bergerak di tempat Mencegah terjadinya kelelahan
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
umum dan kekakuan sendi.
di
bawah, hindari gerakan
yang
Menstabilkan sendi, mengurangi
menyentak
gerakan/rasa sakit pada sendi
anjurkan pasien untuk mandi air hangat
Panas meningkatkan relaksasi
atau mandi pancuran pada waktu bangun.
otot dan mobilitas, menurunkan
Sediakan
waslap
hangat
untuk
rasa
sakit
dan
melepaskan
mengompres sendi-sendi yang sakit
kekakuan di pagi hari. Sensitifitas
beberapa kali sehari. Pantau suhu air
pada panas dapat dihilangkan dan
kompres, air mandi
luka dermal dapat disembuhkan
berikan masase yang lembut
Meningkatkan
relaksasi/mengurangi
kolaborasi
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan

yang direncanakan sesuai petunjuk


seperti asetil salisilat.

tegangan

otot
Meningkatkan

relaksasi,

mengurangi

tegangan

otot,

memudahkan

untuk

serta

ikut

dalam terapi

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan.
Bantu bergerak dengan bantuan

Untuk

RASIONAL
mencegah kelelahan

mempertahankan kekuatan.
Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan

seminimal mungkin.
otot dan stamina umum.
Dorong klien mempertahankan postur Memaksimalkan fungsi
tegak, duduk tinggi, berdiri dan

dan

sendi

dan

mempertahankan mobilitas.

berjalan.
Menghindari cedera akibat kecelakaan
Berikan lingkungan yang aman dan
seperti jatuh.
menganjurkan untuk menggunakan
Untuk menekan inflamasi sistemik
alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi akut.
seperti steroid.
Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
Kendalikan lingkungan dengan :

RASIONAL
Lingkungan yang bebas bahaya

Menyingkirkan bahaya yang tampak

akan mengurangi resiko cedera dan

jelas, mengurangi potensial cedera

membebaskan keluarga dari

akibat jatuh ketika tidur misalnya

kekhawatiran yang konstan.

menggunakan penyanggah tempat


tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan
malam siapkan lampu panggil
Hal ini akan memberikan pasien
Izinkan kemandirian dan kebebasan
merasa otonomi, restrain dapat
maksimum dengan memberikan
meningkatkan agitasi,
kebebasan dalam lingkungan yang
aman, hindari penggunaan restrain,
ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya ketimbang
mengagetkannya.
Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
Madiri

RASIONAL

Mengkaji
perlunya
dan
Tentukan kebiasaan tidur biasanya
mengidentifikasi intervensi yang tepat.
dan biasanya dan perubahan yang
Meningkatkan kenyamaan tidur serta
terjadi.
dukungan fisiologis/psikologis
Berikan tempat tidur yang nyaman
Membantu menginduksi tidur
Instruksikan tindakan relaksasi

Tingkatkan

regimen

Meningkatkan efek relaksasi

kenyamanan

waktu tidur, misalnya mandi hangat Dapat merasakan takut jatuh karena
dan massage.
perubahan ukuran dan tinggi tempat
Gunakan pagar tempat tidur sesuai
tidur, pagar tempat untuk membantu
indikasi: rendahkan tempat tidur bila
mengubah posisi
mungkin.

Tidur tanpa gangguan lebih


Hindari mengganggui bila mungkin, menimbulkan rasa segar dan pasien
mungkin mungkin tidak mampu
misalnya membangunkan untuk obat
kembali tidur bila terbangun.
atau terapi
Mungkin diberikan untuk membantu

Kolaborasi

pasien tidur atau istirahat.

Berikan sedative, hipnotik sesuai


indikasi
Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri
. INTERVENSI
Kaji tingkat fungsi fisik

RASIONAL
Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan

yang diperlukan
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap
Mendukung kemandirian fisik/emosional
nyeri dan program latihan

Menyiapkan
untuk
meningkatkan
Kaji hambatan terhadap partisipasi
kemandirian yang akan meningkatkan
dalam perawatan diri,
harga diri
Identifikasikasi untuk perawatan yang
Memberikan kesempatan untuk dapat
diperlukan, misalnya; lift, peninggian
melakukan aktivitas secara mandiri
dudukan toilet, kursi roda
3. Implementasi
Melaksanakan

tindakan

sesuai

dengan

intervensi

yang

telah

di

rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada


kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas,
pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri,
termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi social, dan upaya komplikasi.
4. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang
telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil
yang di harapkan :
Mengalami peredaan nyeri
Tampak tenang dan bebas dari ansietas
Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

DAFTAR PUSTAKA

Nurma, Ningsih lukman., 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan


gangguan system musculoskeletal. Jakarta: salemba medika.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Asuhan Keperawatan Klien Osteoartritis

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat
campur tangan dan penyertaanNya sehingga Makalah

ini dapat kami selesaikan.

Makalah ini memuat tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoarthritis.
Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi dan penyajiannya. Semoga
makalah ini dapat memberikan sedikit atau lebihnya tambahan pengetahuan
pembaca tentang penyakit osteoarthritis Semoga bermanfaat bagi pembaca. Mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan. Penyusun menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca yang berkaitan dengan makalah ini. Terimakasih.

Manado, September 2013

Penulis

BAB I
Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara
langsung

dan

komprehensif

meliputi

aspek

bio-psiko-sosio-spiritual

dengan

pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana


keperawatan, implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan bisa menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi
dalam masalah keperawatan.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

2. Tujuan Khusus
Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan

Osteoartritis.

BAB II
Pembahasan
1. Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun. Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis,
yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun
di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut,
pinggang dan pinggul.
Osteoartritis juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
(Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
2.

Etiologi
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut
dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat
terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan,
kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari
itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak,
seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara
osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada
1 atau beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia
antara 15-44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun,
dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan
yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan
kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara
penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih

lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi.


Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan sendi.
Faktor usia juga memperngaruhi karena pada usia lanjut biasanya produksi cairan
sendi akan berkurang dan vaskularisasi darah ke sendi juga tak sebaik sewaktu
masa muda.

3. Patofisiologi

Sumber :

Prince, Sylvia Anderson (2002)

Proses penuaan menyebabkan proses penyakit degenerative yang panjang,


pemecahan kondrosit, perubahan komponen sendi kolagen progteogtikasi jaringan
sub kondrial. Proses penyakit degenerative yang panjang menyebabkan masalah
keperawatan : kerusakan penatalaksanaan lingkungan, membuat kemampuan
mengingat kesalahan interpretasi dan menimbulkan masalah keperawatan :
Defisiensi Pengetahuan. Pemecahan kondrosit dan perubahan komponen sendi
sama sama menyebabkan pengeluaran enzim lisosom, menyebabkan kerusakan
matriks kartilago, menyebabkan penebalan tulang sendi, penyempitan rongga sendi
dan penurunan kekuatan nyeri sehingga menimbulkan masalah keperawatan:
Defisit Perawatan Diri. Trauma Intrinsik dan ekstrinsik menyebabkan perubahan
metabolisme sendi yang mengakibatkan juga kerusakan matriks kartilago.
Sedangkan perubahan fungsi sendi menyebabkan kontaktur, deformitas
sendi dan hipertrofi.

Kontraktur menyebabkan masalah keperawatan tentang

gangguan citra tubuh. Deformitas sendi juga menyebabkan kerusakan mobilitas


fisik.

Hipertrofi

menyebabkan

distensi

cairan

yang

menyebabkan

masalah

keperawatan nyeri akut.

4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.

Gambaran klinis Askep Osteoarthritis lainnya


1.

Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2.

Kekakuan dan keterbatasan gerak


Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.

3.

Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.

4.

Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.

5.

Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6.

Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7.

Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5.

Penatalaksanaan

1.

Tindakan preventif

a.

Penurunan berat badan

b.

Pencegahan cedera

c.

Screening sendi paha

d.

Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

2.

Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

3.

Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat


ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi

4.

Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,

5.

Pembedahan; artroplasti

6.

Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi


yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi

7.

Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi


pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.

8.

Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang


menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.

6.

Pengkajian Pola Gordon

1.

Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan


Aktivitas/Istirahat

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.

o Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

2.

Pola Nutrisi Metabolik


Makanan / Cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia.

Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran


mukosa.

3.

Pola Eliminasi
Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak
pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

Keamanan

o Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus


o Lesi kulit, ulkas kaki
o Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
o Demam ringan menetap
o Kekeringan pada mata dan membran mukosa

Pemeriksaan Diagnostik

o Reaksi aglutinasi: positif


o LED meningkat pesat
o Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
o SDP: meningkat pada proses inflamasi
o JDL: Menunjukkan ancaman sedang
o Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
o

RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada


tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.

4.

Pola aktivitas dan Latihan


Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

5.

Pola Tidur dan Istirahat

Kaji perbedaan waktu tidur sebelum dan sesudah sakit dan jumlah tidur dan
istirahat per hari.
6.

Pola Kognitif dan Perseptual


Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.

7.

Pola persepsi dan Konsep diri


Integritas Ego
Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.

o Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).


o

Ancaman

pada

konsep

diri,

gambaran

tubuh,

identitas

pribadi,

misalnya

ketergantungan pada orang lain.

8.

Pola peran dan Hubungan Dengan Sesama (koping)


Interaksi Sosial

o Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

9.

Pola Reproduksi Seksualitas


Kaji pengetahuan klien tentang hubungan penyakit dengan masalah seksualitas.
Ada atau tidaknya gangguan fungsional/seksual karena penyakit yang diderita
(osteoarthritis) . Klien mengalami perubahan atau masalah seksualitas yang

berhubungan dengan penyakit kronik yang diderita .


10. Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Adakah gangguan penyesuaian diri klien terhadap lingkungan dan situasi yang baru
berhubungan dengan penyakit.
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Apa yang menjadi tujuan hidup klien agar dapat menjadi motivasi dalam melawan
rasa dan penyakit yang di derita klien.

7. Diagnosa, Intervensi-Rasional, Evaluasi


Diagnosa I : Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI

RASIONAL

Perahankan istirahat tirah baring/duduk


Untuk mencegah kelelahan dan
jika diperlukan.

Bantu

bergerak

mempertahankan kekuatan.
dengan

bantuan
Meningkatkan

seminimal mungkin.

fungsi

sendi,

kekuatan otot dan stamina


umum.
Memaksimalkan fungsi sendi
dan

mempertahankan

mobilitas.

Menghindari

cedera

akibat

kecelakaan seperti jatuh.


Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi

1.

Mempertahankan

fungsi

posisi

dengan

tidak

hadirnya/pembatasan kontraktor
2.

Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi

dari kompensasi bagian tubuh


3.

Mendemonstrasikan

teknik/perilaku

yang

memungkinkan

melakukan aktivitas.

Diagnosa II : Resiko cedera b/d gangguan mobilitas fisik


Kriteria hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik
INTERVENSI

Kendalikan

lingkungan

RASIONAL
dengan

: Lingkungan yang bebas bahaya

Menyingkirkan bahaya yang tampak akan

mengurangi

jelas, mengurangi potensial cedera

cedera

akibat jatuh ketika tidur misalnya

keluaraga

menggunakan

yang konstan.

penyanggah

tempat

dan

resiko

membebaskan

dari

kehawatiran

tidur, usahakan posisi tempat tidur


rendah,

gunakan

pencahayaan

malam, siapkan lampu panggil.


Izinkan kemandirian dan kebebasan
maksimum

dengan

memberikan

kebebasan dalam lingkungan yang


aman, hindari penggunaan restrain,
ketika

pasien

melamun

perhatiannya
mengagetkannya.

alihkan

ketimbang

Hal ini akan memberikan


pasien

merasa

restrain dapat meningkatkan


agitasi, mengegetkan pasien
akan meningkatkan ansietas.

Hasil/kriteria hasil :
1.
2.
3.

otonomi,

Dapat menyelamatkan keselamatan fisik diri sendiri


Dapat bebas melakukan aktifitas seperti biasa
Mengurangi kemungkinan untuk jatuh ketika melakukan aktifitas

Diagnosa III : Gangguan pola tidur b/d restrain fisik


Kriteria hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan


perubahan yang terjadi.

Berikan tempat tidur yang nyaman.

Mengidentifikasi
yang tepat.

intervensi

Meningkatkan
kenyamanan
tidur
serta
dukungan
pisiologis/psikologis.

Buat rutinitas tidur baru yang


Bila rutinitas baru mengandung
dimasukkan dalam pola lama dan aspek sebanyak kebiasaan
lingkungan baru.
lama, stress dan aansietas
yang
berhubungan
dapat
berkurang.
Membantu
menginduksi
tidur.
Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur, misalnya mandi hangat
Meningkatkan efek relaksasi.
dan massage.

Instruksikan tindakan relaksasi.

Dapat merasakan takut jatuh


Gunakan pagar tempat tidur sesuai
karena perubahan ukuran dan
indikasi : rendahkan tempat tidur bila
tinggi tempat tidur, pagar
mungkin.
tempat
tidur memberikan
keamanan
untuk membantu
Hindari mengganggui bila mungkin,
misalnya membangunkan untuk obat mengubah posisi.
atau terapi.
Kolaborasi

Berikan sedative,
indikasi.

hipnotik

Tidur tanpa gangguan lebih


menimbulkan rasa segar, dan
pasien mungkin tidak mampu
sesuai kembali tidur bila terbangun.

Mungkin
diberikan
untuk
membantu pasien tidur atau
istirahat.

Hasil/kriteria evaluasi
1.
2.

Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi


Tidak mengalami kekurangan waktu tidur dan istirahat

Diagnosa IV : Defisit perawatan diri b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara
mandiri.
INTERVENSI

RASIONAL

Kaji tingkat fungsi fisik

Pertahankan

mobilitas,

kontrol

terhadap nyeri dan program latihan.

Kaji hambatan terhadap partisipasi


dalam

perawatan

diri,

identifikasi

untuk modifikasi lingkungan.


Identifikasi

untuk

perawatan

tingkat

bantuan/dukungan

yang

diperlukan.
Mendukung

yang

kemandirian

fisik/emosional.

diperlukan, misalnya lift, kursi roda


dll.

Mengidentifikasi

Menyiapkan
meningkatkan
yang

akan

untuk
kemandirian

meningkatkan

harga diri.

Memberikan kesempatan untuk


dapat

melakukan

aktivitas

secara mandiri.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


4.

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada

5.

kemampuan klien.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.

6.

Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi


kebutuhan.

Diagnosa V : Gangguan citra tubuh b/d penyakit


Kriteria Hasil : Mengungkapkan peningkatan percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI

Dorong

RASIONAL
mengenai

pengungkapan

untuk

mengidentifikasi rasa takut /

masa depan.

kesalahan

arti

perubahan

dari

kehilangan

pada

terdekat.

pribadi

pasien/orang

Memastikan

pandangan

konsep

pasien

dalam

dan

menghadapinya

secara

langdung.

Mengidentfikasi
bagaimana
penyakit

bagaimana

mempengaruhi

memfungsikan gaya hidup sehari-hari

persepsi diri dan interaksi

termasuk aspek-aspek seksual.

dengan

Diskusikan persepsi pasien mengenai


bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.

Akui dan terima perasaan berduka,


bermusuhan, ketergantungan.

batasan

pada

menentukan
terhadap

lain

akan

kebutuhan

intervensi

atau

konseling lebih lanjut.


Isyarat

verbal/non

verbal

terdekat

dapat

orang
pada

bagaimana

pasien

memandang dirinya sendiri.

memperhatikan tubuh/perubahan.
Susun

orang

mempunyai pengaruh mayor

Perhatikan prilaku menarik diri, terlalu

prilaku

Nyeri

konstan

akan

untuk

melelahkan, dan perasaan

mengidentifikasi perilaku positif yang

marah, bermusuhan umum

dapat membantu koping.

terjadi.

maladaptive.

kesempatan

masalah proses penyakit, harapan

Diskusikan

Beri

Ikut

Bantu

sertakan

merencanakan

pasien

pasien
perawatan

dalam

Dapat

dan emosional

menunjukkan
atau

metode

membuat jadwal aktifitas.

Berikan

obat-obatan

koping
sesuai

petunjuk.

maladaptive,

membutuhkan

intervensi

lebih lanjut atau dukungan


psikologis.

Membantu

pasien

untuk

mempertahankan kontrol diri


yang

dapat

meningkatkan

perasaan harga diri.

Meningkatkan

perasaan

kompetensi/harga
mendorong

diri,

kemandirian,

dan mendorong partisipasi


dan terapi.

Pasien

orang

mungkin

terdekat

membutuhkan

dukungan

selama

berhadapan dengan proses


jangka
panjang/ketidakmampuan.
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya

depresi

sampai

hebat
pasien

mengembangkan
kemampuan

koping

yang

lebih efektif.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1.
2.

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk


menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

8. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di
rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada
kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas,
pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri,
termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya komplikasi.

9. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang
telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil
yang di harapkan :
Mengalami peredaan nyeri
Tampak tenang dan bebas dari ansietas
Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

BAB III
Penutup
1.

Kesimpulan
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi
yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat
mekanisme

abnormal

proses

penuaan,

trauma

atau

kelainan

lain

yang

menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan
faktor sistemik atau infeksi.
Beberapa

penyebab

dan

faktor

predisposisi

adalah

sebagai

berikut:

Usia/Umur, Jenis Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor


Mekanik, Diet.

2. Saran
- Mahasiswa
-

harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan

patofisiologinya secara lengkap.


Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).


Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk
mempelajari

tentang

asuhan

osteoarthritis lebih lanjut.

keperawatan

pada

klien

dengan

penyakit

Daftar Pustaka

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa,
dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
http://renyatnasari.blogspot.co.id/2013/09/asuhan-keperawatan-klienosteoartritis.html

ASUHAN KEPERAWATAN REMATIK (OSTEOARTRITIS) PADA LANSIA

Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides,
1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000).
Aging process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.
Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara
ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan
psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri
maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.
A.

Pengertian

Reumatoid

arthritis

adalah

gangguan

autoimun

kronik

yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur
(Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara

klinis

osteoartritis

ditandai

dengan

nyeri,

deformitas,

pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi


besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.
B.

Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1.

Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan eprubahan pada osteoartritis.

2.

Jenis kelamin wanita lebih sering


Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah

menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.


Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3.

Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4.

Genetik

5.

Kegemukan dan penyakit metabolik


Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6.

Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.

7.

Kelainan pertumbuhan
Kelainan

kongenital

dan

pertumbuhan

paha

telah

dikaitkan

dengan

timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.


8.

Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C.

Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ
di luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan
pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan
dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis
Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan
berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan
suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak yang disayangi, hancurnya
perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran
sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi
hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi
oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh
sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang
belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan
sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk
tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan
ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi
mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan
ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak
diketahui

dengan

pasti.

Ada

beberapa

faktor

risiko

yang

diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis
kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan,
kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia)
. Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan
efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan
sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian
meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang
memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99%
penyebabnya

belum

diketahui

(idiopatik).

Diduga

berkaitan

dengan

kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan


metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat
atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga
bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-

obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah


obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di
luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi
(ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering ditemukan
yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat

perlekatannya.

Tenosivitis

adalah

peradangan

pada

sarung

pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
4) Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot
ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya

belum

diketahui,

tetapi

berhubungan

dengan

proses

degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik


yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi,
tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
D.

Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;

1.

Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan


gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
2.

Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3.

Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4.

Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5.

Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6.

Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).

E.

Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).


Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari
tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan
rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi

Sedimentasi eritrosit meningkat


Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi

Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi


Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G.

Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;

1.

Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis

2.

Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada


sendi yang sakit.

3.

Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4.

Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5.

Dukungan psikososial

6.

Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan


yang tepat

7.

Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

8.

Diet rendah purin:


Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan
bahan
makanan
Karbohidrat
Protein hewani

Protein nabati
Lemak
Sayuran

Buah-buahan
Minuman
Bumbu, dll

Makanan yang boleh


diberikan

Makanan yang tidak


boleh diberikan

Semua
Daging atau ayam, ikan
tongkol, bandeng 50
gr/hari, telur, susu, keju

-Sardin, kerang, jantung,


hati, usus, limpa, paruparu, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
--

Kacang-kacangan kering
25 gr atau tahu, tempe,
oncom
Minyak dalam jumlah
terbatas.
Semua sayuran
sekehendak kecuali:
asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam,
jamur maksimum 50 gr
sehari

-Asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam,
jamur maksimum 50 gr
sehari
--

Semua macam buah

Alkohol

Teh, kopi, minuman yang


mengandung soda
Semua macam bumbu

Ragi

H.

Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

o
o
o
o

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis
ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul yaitu:

Tabel Analisa Data

No
1

Symptom
Keluhan nyeri,

Etiologi
Distensi jaringan akibat

ketidaknyamanan,

akumulasi cairan/proses

kelelahan, berfokus

inflamasi, destruksi

pada diri sendiri,

sendi

Problem
Nyeri Akut

Perilaku distraksi/
2

respons autonomic
Distensi jaringan

deformitas skeletal,

Gangguan mobilitas

akibat akumulasi

nyeri, penurunan

fisik berhubungan

cairan/proses

kekuatan otot

dengan.

sendi
Perubahan fungsi

deformitas skeletal,

Gangguan Citra

dari bagian-bagian

nyeri, penurunan

Tubuh

yang sakit.
Ketidakmampuan

kekuatan otot
kerusakan

Defisit perawatan diri

untuk mengatur

musculoskeletal,

kegiatan sehari-

penurunan kekuatan,

hari.

daya tahan, nyeri pada

inflamasi, destruksi
3

waktu bergerak, depresi


http://marthaveronikalahalnhm.blogspot.co.id/2014/02/asuhan-keperawatanrematik.html

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada
sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).

Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
1.2 Tujuan Penulisan
1.

Tujuan Umum

Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara langsung dan komprehensif meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan bisa menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi dalam masalah
keperawatan.
2.

Tujuan Khusus

3. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.


4. Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
5. Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
6. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
8. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis.
1.3. Alasan Pemilihan Masalah
Pada Hakekatnya, Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60
tahun. Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan
pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini
terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul. Oleh sebab itu sebagai alasan penyusunan
dalam pemilihan masalah ini adalah :
1. Menarik peminat penulis terhadap Asuhan Keperawatan Osteoartritis.
2. Karena adanya kesesuaian dengan jurusan dan mata kuliah penyusunannya.
3. Ingin mengetahui lebih dalam lagi serta ingin menambah pengetahuan yang lebih luas
seluk beluk tentang Askep Osteoartritis .

1.4. Pembatasan Masalah


Mengingat luasnya masalah yang menyangkut pengertian dan jenis Asuhan keperawatan
Osteoartritis maka penyusun hanya membatasi makalah ini dengan beberapa sepengetahuan
yang dimiliki oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengarah kepada tujuan
penyusunan makalah ini karena dengan pembatasan permasalahannya yang begitu luas tentang
Asuhan keperawatan Osteoartritis.
Oleh karena itu penyusun dapat membatasi sendiri.Disamping itu keterbatasan penyusun sendiri
baik keterbatasan fisik maupun fasilitas sendiri.
1.5. Metode dan tehnik pengumpulan data
Metode yang penulis digunakan adalah metode analisis Deskriptif. Analisis yang artinya
penyusunan ini berdasarkan kegiatan dalam bangku perkuliahan akademik Program study S1
Keperawatan Kampus 2 RS. Ciremai. Sedangkan dalam pengumpulan data penyusun
mempergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Pengamatan secara langsung pada materi dalam bangku kuliah dengan makalah tersebut
sehingga diperoleh kemungkinan kebenaran data tersebut.
1. Study Literatur
Mempelajari pendapat para ahli yang menunjang dalam penyusunan makalah ini guna
memperoleh teoritis.
1. Study Dokumentasi
Penyusunan berusaha mencari informasi berupa bahan tertulis atau media yang kemudian
ditransfer untuk kepentingan dalam penyusunan makalah ini.

1.6. Penjelasan Istilah


Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan untuk menghindari salah pengertian maka
penulis akan menjelaskan istilah yang dipakai dalam makalah ini adalah :

Profesionalisasi : Suatu proses menuju ke arah profesional

Perawat : Seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk


memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.

Osteoartritis : melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di


engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit
ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

Osteoartritis idioptik : Penyakit yang terjadi tanpa diketahui sebabnya.

Nodus heberden : Pembengkakan tulang.

Somnolen : Keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih bila di


rangsang di tandai dengan mudah di bangunkan mampu
memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.

1.7. Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,


Tujuan Penulisan, Alasan Pemilihan Masalah, Pembatasan Masalah ,
Metode Dan tehnik pengumpulan data, Penjelasan Istilah, Sistematika
Pembahasan.

BAB II : Berisi Pembahasan, tentang pandangan secara teoritis yang


terdiri dari Pengertian Osteoartritis, Etiologi, Patofisiologi,
Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan Osteoartritis , Pencegahan Osteoartritis dan Proses
Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskeletal dengan Osteoartritis.

BAB III : Kesimpulan yang menggambarkan tentang kesimpulan dalam


penulisan makalah ini baik secara umum maupun khusus, juga berisi
tentang saran-saran untuk calon perawat yang akan datang maupun
perawat yang profesional.

.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang
berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki
paling sering terkena.
2.2 Etiologi
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis
idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut
dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada
penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan
anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara
osteoartritis primer dengan umur

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:


1. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan
kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita
pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit
hitam.
4. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal,
anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan
akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6. Faktor Mekanis

Trauma dan Faktor Predisposisi

Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi
OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan
kongruensi sendi akan meningkatkan OA.

Cuaca dan Iklim

OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
2.3 Patofisiologi
Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Ternyata
OA merupakan penyakit gangguan hemeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur
proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.

Jelas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain faktor usia, strees
mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetik, humoral,
dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA menunjukan adanya sinovitis.
Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya
mediator inflamasi dan matriks metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada gangguan sintesis
proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan dengan transmisi
neurogenik dari mediator inflamsi yang menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi
peradangan.
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya
sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan
katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi.
Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas yang dalam
aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh
osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul fase
pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoklas melepaskan transforming growth factor yang merangsang aktivitas
awal osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru
osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.
2.4 Klasifikasi
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi.
OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat
poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang
selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan
osteoartritis sekunder sebagai berikut:

Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai
bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.

Faktor Genetik/Perkembangan

Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia
asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis)
dapat menyebabkan OA.

Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis,


akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA
atau artropati karena inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klasifikasikan menjelaskan :
1. Grade 0 : Normal
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi
menyempit asimetris.
4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi
menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara
komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
2.5 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis Askep Osteoarthritis lainnya

1. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi


akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
2.6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah:


1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi yang
menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral

3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi

Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai


penyempitan rongga sendi
2.7 Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;

1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin: Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi
pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Karbohidrat

Makanan yang boleh


diberikan
Semua

Makanan yang tidak boleh


diberikan

Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,

bandeng 50 gr/hari, telur, susu,


keju
Protein hewani

Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom

Protein nabati

Minyak dalam jumlah terbatas.

Lemak
Sayuran
Buah-buahan

usus, limpa, paru-paru, otak,


ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.

Semua sayuran sekehendak


kecuali: asparagus, kacang
Asparagus, kacang polong,
polong, kacang buncis, kembang
kacang buncis, kembang kol,
kol, bayam, jamur maksimum 50
bayam, jamur maksimum 50 gr
gr sehari
sehari

Minuman

Semua macam buah

Bumbu, dll

Teh, kopi, minuman yang


mengandung soda

Alkohol
Ragi

Semua macam bumbu


2.8 Pencegahan osteoarthritis
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis:
1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka
2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3. minum obat untuk mencegah osteoarthritis
2.9 Proses Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis:
1. Tinjauan Kasus
Pengkajian
Tanggal

: 10 Desember 2014

Jam

: 11.21 WIB

Oleh

: Ahmad Razi Umami dan Sitti Afiqah

Sumber

: I. Laporan Keperawatan dan Catatan Rekam Medik

1. Informasi dari pasien dan keluarga pasien


III. Informasi tim kesehatan yang menangani pasien
1. Observasi langsung
2. Biodata
3. Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

Umur

: 65 tahun

Jenis Kelamin

:P

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul


Kab. Majalengka

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Status Perkawinan

: Nikah

Diagnosa Medis

: Osteoartritis (OA)

No.Register

: 07108329

Tanggal Masuk

: 10 November 2014

No.RM

: 17302

1. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Tn. S

Umur

: 58 tahun

Jenis Kelamin

:L

Agama

: Islam

Alamat
Majalengka

: Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul Kab.

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Perkawinan

: Nikah

Hubungan dengan pasien

: Suami

1. Keluhan Utama
Lima hari sebelum pasien masuk ke Rs. Klien merasakan Keluhan Rasa nyeri pada sendi,
Kekakuan dan keterbatasan gerak, ketidaknyamanan, dan Kelelahan.
1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

1. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan pernah merasakan radang sendi sejak lama akibat kelelahan
pada saat melakukan aktivitas.
III. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
1. Pemeriksaan Fisik
2. Penampilan Umum

Kesadaran

: Somnolen

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pulse/nadi : 80x/menit

Suhu : 37,9 celcius

Respirasi : 20x/menit

1. Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

Catat bila ada krepitasi

Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral :

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

1. Tabel Analisa Data


No
1

Data
Do : Klien tampak lemas
Ds : Klien mengeluh
Nyeri

Etiologi
Distensi jaringan akibat
akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi

Masalah
Nyeri Akut


Klien menyatakan
sangat terganggu
aktivitasnya

Klien merasakan
lelah di seluruh tubuh.

Klien merasakan
Perilaku distraksi/ respons
autonomic
Do : Klien tampak
meringis
Ds : Klien mengeluh
distensi jaringan
2

akibat akumulasi

deformitas skeletal,
Gangguan mobilitas
nyeri, penurunan kekuatan fisik berhubungan
otot
dengan.

cairan/proses
inflamasi,
destruksi sendi

Do : Klien merasakan
Perubahan fungsi

dari bagian-bagian

deformitas skeletal, Nyeri,


Gangguan Citra

yang sakit.

Tubuh

Ds : ekspresi wajah

penurunan kekuatan otot

klien menunjukan
rasa nyeri
4

Do : Klien tampak

kerusakan muskuloskeletal, Defisit perawatan diri


penurunan kekuatan, daya
tahan, nyeri pada waktu

lelah
Ds : Klien merasa
lelah dan lemas di
seluruh tubuh
bergerak, depresi

Ketidakmampuan

untuk mengatur
kegiatan seharihari.
1. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut / kronisberhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses


inflamasi, distruksi sendi.

Kerusakan Mobilitas Fisikberhubungan


ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot

Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan Perubahan


kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

Kurang Perawatan Diriberhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal antara lain


Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan


Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.

Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan


Perawatan dan Pengobatanberhubungan dengan Kurangnya pemahaman / mengingat
kesalahan interpretasi informasi.

dengan

Deformitas

skeletal,

Nyeri,

1. Asuhan Keperawatan Tahap Intervensi


Diagnosa Keperawatan I : Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi :

Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol

Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

Mengikuti program terapi.

Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol


nyeri.

Intervensi :

Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal

Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien
beristirahat/tidur.

Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

Pantau penggunaan bantal.

Dorong klien untuk sering mengubah posisi.

Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.

Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.

Pantau suhu kompres.

Berikan masase yang lembut.

Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan


terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian
nafas.

Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor

Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian


tubuh

Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi:

Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi

Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan

Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam
hari tidak terganggu.

Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika
memungkinkan.

Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.

Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan


pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat

Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi


penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Intervensi:

Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa
depan.

Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana


pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspekaspek seksual

Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan


tubuh/perubahan.

Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.

Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.

Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Diagnosa Keperawatan IV : Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan


Auskuloskeletal antara lain Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
Depresi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan
klien.

Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan


diri.

Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.

Intervensi:

Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi.

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk
memodifikasi lingkungan.

Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V : Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan


berhubungan dengan Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.
Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :

Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.

Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi:

Kaji tingkat fungsi fisik

Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.

Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.

Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Diagnosa Keperawatan VI : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit,


Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya
pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi informasi.
Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.

Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi :

Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan

Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan
dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Implementasi


Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan sesuai
dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi
peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan
aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya
komplikasi.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Evaluasi


Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan
dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di harapkan :

Mengalami peredaan nyeri

Tampak tenang dan bebas dari ansietas

Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

1. Pembahasan Evaluasi :
Evaluasi pada kasus ini :
1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O

: Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan Intervensi
1. S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan
dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.

: Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan

: Masalah belum teratasi

: Lanjutkan Intervensi
Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif

S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang


: Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan Intervensi

Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai masalah penyakit.


1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O

: Klien tampak tenang dan dapat istirahat

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan Intervensi
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
1. S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan paham akan
cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.

: Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan Intervensi
berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran petugas.
1. S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan dapat
menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.

: Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias dalam pemberian


pendidikan kesehatan.

: Masalah teratasi

: Lanjtukan Intervensi

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan

pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis Kelamin,
Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.
3.2 Saran

Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan


patofisiologinya secara lengkap.

Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien


dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi aspek biopsiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).

Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk


mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit osteoarthritis
lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien,Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta,
EGC.

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease


Process,Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Maskuloskeletal,Jakarta, Pusdiknakes.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Mukulosketal. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Alih Bahasa


Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

https://madingkesehatan.wordpress.com/2015/02/16/askep-pada-klien-osteoartritis/

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi),
adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan
ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang
berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia
lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,
osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling
sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya.
Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab
tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari
sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang
bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan
dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya
dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering
pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana
pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya

menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial
terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah
ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari Osteoartritis?
2. Apa saja Etiologi dari Osteoartritis?
3. Bagaiaman Patofisiologi Osteoartritis?
4. Apa saja Manifestasi klinis Osteoartritis?
5. Bagaiaman Penatalaksanaan dari Osteartritis?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Osteoartritis.
2. Mengetahui Etiologi dari Osteoartritis.
3. Mengetahui Patofiologi dari Osteoartritis.
4. Mengetahui Manifestasi dari Osteoartritis.
5. Mengetahui Penatalaksanaan dari Osteoartritis.
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Osteoartritis.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Osteoastritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki
urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui
pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon,
1997).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan
sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan sub kondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat

beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh
nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.
B. Etiologi Osteoastritis
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna
kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
4. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya
nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak
aktif dan dapat menambah kegemukan.
5. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
6. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu
dari orang tuanya yang terkena.
7. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
pengeluaran

enzim

perusak

matriks

rawan

sendi

dan

oleh membran sinovial dan sel-sel

radang.
8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal
dan

menyebabkan

sendi

menjadi

tidak

stabil/seimbang sehingga mempercepat proses

degenerasi.
9. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo,

sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.
10. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,
penyakit

Wilson,

akronotis,

kalsium

pirofosfat

dapat

mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium


urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
C. Patofisiologi Osteoartritis
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif
lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran
dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses
degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi
atau

kurang

digunakannya

sendi

tersebut.

Perubahan-perubahan

degeneratif

yang

mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi


deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995).

PATHWAYS
Reaksi antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus
Reaksi peradangan
Kurangnya informasi
akut
tentang proses penyakit

Sinovial menebal

Nyeri

Difisiensi pengetahuan

Devormitas sendi

Gangguan citra

tubuh

Infiltrasi kedalam os subcondria


Kerusakan kartilago dan tulang

Hambatan nutrisi pada kartilago

artikularis
Tendon dan ligamen melemah

Kartilago nekrosis

Hilangnya kekuatan

Mudah luksasi Adhesi pada permukaan sendi

otot

& subluksasi

Ankilosis fibroa ankilosis tulang

Resiko cedra

Kekakuan sendi

Terbatasnya gerakan sendi

Hambatan

Difisit perawatan diri

mobilitas fisik

D. Manifestasi Osteoartritis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.

3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang
telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang
terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut,
bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal
ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

E. Penatalaksanaan Osteoartritis
1. Tindakan preventif
a.
b.
c.
d.

Penurunan berat badan


Pencegahan cedera
Screening sendi paha
Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

2. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

3. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
5. Pembedahan; artroplasti
6. Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi,
7.

Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian


panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.

8. Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan
sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi
dan otot.
2. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factorfaktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
4. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan
adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ),
rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam
menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata,
9.

dan membrane mukosa.


Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

B. Diagnosa

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi


Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.
Difisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi
Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.
Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
sehubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intrvensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi

Tujuan & Kriteria Hasil

Pasien akan :
Menunjukkan

Intervensi
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala

tingkat

kenyamanan.
Dapat mengendalikan nyeri

Dapat
melaporkan
karakteristik nyeri.

0 10).
Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman
pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu
pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi
yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
Berikan masase yang lembut

Kolaborasi
Beri obat

sebelum

aktivitas

atau

latihan

yang

direncanakan sesuai petunjuk.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.


Tujuan & Kriteria Hasil

Pasien akan :
Melakukan

Intervensi
berikan

aktifitas

terapi

latihan

fisik

ambulasi,

kehidupan

sehari-hari

secara mandiri dengan alat

keseimbangan, mobilitas sendi, pengendalian otot


Bantu dan dorong perawatan diri

bantu
Memperlihatkan mobilitas
3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal

Tujuan & kriteria hasil


Pasien akan :
Menunjukkan perawaan diri
dan

melakukan

aktivitas

Intervensi
Bantu perawatan diri pasien : mandi/higiene
Bantu pemenuhan eliminasi pasien

kehidupan sehari-hari

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :
Pasien dan keluarga dapat

Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik

mempersiapkan lingkungan

untuk memfasilitasi keamanan.


Berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang

yang aman.
Pasien dan keluarga dapat
menghindari cidera fisik.
Dapat memodofikasi gaya
hidup

untuk

kesehatan individu yang kondusif.


Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya cidera.

mengurangi

resiko
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

Tujuan & kriteria hasil


Pasien akan :

Menunjukkan

Intervensi
Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh

adaptasi

dengan ketunadayaan fisik,

pasien
Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi

penyesuaian psikososial.
Menunjukkan citra tubuh

stresor atau ancaman yang menghambat peran hidup.


Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko

positif dan harga diri positif.


Menunjukkan kepuasan

potensial dan memprioritaskan strategi menurunkan

terhadap penampilan dan

resiko.
Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian

fungsi tubuh.
Menunjukkan
untuk
tubuh

keinginan

menyentuh
yang

bagian

mengalami

gangguan

personal terhadap harga diri.


Kolaborasi
Rujuk pada konseling psikiatri
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk

6.

Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar dengan
sumber-sumber informasi

Tujuan & kriteria hasil


Pasien akan :

Memperlihatkan

intervensi
Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan

tentang

pengalaman belajar tentang perilaku kesehatan yang

penyakitnya

Dapat
mengidentifikasi

kondusif
Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman

pengetahuan

kebutuhan

terhadap

informasi tambahan tentang


program terapi

kepada pasien secara mental tentang prosedur dan


penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius


FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
http://awlianteka.blogspot.co.id/2014/06/asuhan-keperawatan-osteoartritis.html

Вам также может понравиться

  • 2105 4814 1 SM
    2105 4814 1 SM
    Документ5 страниц
    2105 4814 1 SM
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • MEA Veny
    MEA Veny
    Документ10 страниц
    MEA Veny
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Документ33 страницы
    Diagnosa Keperawatan
    Nuris Afitriani
    Оценок пока нет
  • Contoh Kasus Lengkap Proskep
    Contoh Kasus Lengkap Proskep
    Документ16 страниц
    Contoh Kasus Lengkap Proskep
    Imam Arrahman
    Оценок пока нет
  • Uas 1 Fiqihxi
    Uas 1 Fiqihxi
    Документ7 страниц
    Uas 1 Fiqihxi
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Rencana Kerja Poa
    Rencana Kerja Poa
    Документ5 страниц
    Rencana Kerja Poa
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • 2105 4814 1 SM
    2105 4814 1 SM
    Документ5 страниц
    2105 4814 1 SM
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Salinan Terjemahan From Movement To Dance
    Salinan Terjemahan From Movement To Dance
    Документ22 страницы
    Salinan Terjemahan From Movement To Dance
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker
    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker
    Документ7 страниц
    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker
    Skndr
    Оценок пока нет
  • MMD Ii
    MMD Ii
    Документ3 страницы
    MMD Ii
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Proposal Pengobatan Gratis
    Proposal Pengobatan Gratis
    Документ9 страниц
    Proposal Pengobatan Gratis
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Undangan MMD I
    Undangan MMD I
    Документ1 страница
    Undangan MMD I
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Tips Pencegahan Keracunan
    Tips Pencegahan Keracunan
    Документ7 страниц
    Tips Pencegahan Keracunan
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Pencegahan Primer Gadar
    Pencegahan Primer Gadar
    Документ8 страниц
    Pencegahan Primer Gadar
    Jenes Sigakole
    0% (2)
  • Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Документ22 страницы
    Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Документ19 страниц
    Isi Makalah
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Makalah Veny BLM Jadi
    Makalah Veny BLM Jadi
    Документ27 страниц
    Makalah Veny BLM Jadi
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Jaringan Tumbuhan
    Jaringan Tumbuhan
    Документ12 страниц
    Jaringan Tumbuhan
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Derivat Epidermiis
    Derivat Epidermiis
    Документ5 страниц
    Derivat Epidermiis
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Keperawatan Gawat Darurat 1 2014 2
    Keperawatan Gawat Darurat 1 2014 2
    Документ7 страниц
    Keperawatan Gawat Darurat 1 2014 2
    DCell096
    Оценок пока нет
  • Uks 1
    Uks 1
    Документ8 страниц
    Uks 1
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Makalah EEG
    Makalah EEG
    Документ17 страниц
    Makalah EEG
    Haris Praduga
    100% (1)
  • Triger Jiwa 1
    Triger Jiwa 1
    Документ6 страниц
    Triger Jiwa 1
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Makalah Ika Veny
    Makalah Ika Veny
    Документ14 страниц
    Makalah Ika Veny
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Triger Jiwa 1
    Triger Jiwa 1
    Документ6 страниц
    Triger Jiwa 1
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Документ22 страницы
    Tugas Hiv Pada Ibu Hamil
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ1 страница
    Kata Pengantar
    Haris Praduga
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Документ33 страницы
    Diagnosa Keperawatan
    Nuris Afitriani
    Оценок пока нет
  • Cara Mencegah Penyakit Kanker Mata
    Cara Mencegah Penyakit Kanker Mata
    Документ1 страница
    Cara Mencegah Penyakit Kanker Mata
    Haris Praduga
    Оценок пока нет