Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN
Purpura sering dijumpai pada kasus dermatologi dan hematologi, dan
sering pula berhubungan atau menyertai penyakit lain. Pada dasarnya purpura
terjadi akibat gangguan vaskular, gangguan trombosit, atau karena gangguan
pembekuan. Karena purpura adalah perdarahan didalam kulitberupa kemerahan
yang tidak hilang bila dilakukan penekanan.
Erupsi purpura dapat terjadi sebagai ekspresi tunggal alergi obat.
Biasanya simetris serta muncul di sekitar kaki, termasuk pergelanggan kaki atau
tunggkai bawah. Erupsi berupa bercak sirkumskrip bewarna merah kecoklatan dan
disertai rasa gatal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Purpura adalah ekstravasasi sel darah merah (eritrosit) ke kulit dan selaput
lendir (mukosa) dengan manifestasi berupa makula kemerahan yang tidak hilang
pada penekanan. Purpura secara perlahan-lahan mengalami perubahan warna,
mula-mula merah kemudian menjadi kebiruan, disusul warna coklat kekuningan

(a) petekie, (b) purpura, (c) ekimosis


Menurut ukuran besarnya purpura dibedakan atas:
a. petekie: purpura superficial berukuran miliar atau dengan diameter 3mm,
mula-mula berwarna merah kemudian menjadi kecoklatan seperti karat
besi.
b. ekimosis: ukurannya lebih besar, dan letaknya lebih dalam daripada
petekie, berwarna biru kehitaman
c. sugulasio : bila ukuran purpura nummular
d. hematoma: bila darah berkumpul di jaringan membentuk tumor dengan
konsistensi yang padat

2.2 Patofisiologi

1. purpura trombositopenia idiopatik


purpura trombositopenia idiopatik terutama penyakit ini disebabkan oleh
kerusakan trombosit perifer meningkat, dengan sebagian besar pasien memiliki
antibodi terhadap glikoprotein membran spesifik trombosit. Kegagalan sumsum
relatif dapat berkontribusi untuk kondisi ini, karena penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien memiliki produksi trombosit normal atau berkurang.
ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan memiliki resolusi spontan dalam
waktu 2 bulan. ITP kronis berlanjut lebih dari 6 bulan tanpa penyebab spesifik.
2.Purpura trompositopenia karena thrombosis
Purpura trompositopenia karena thrombosis dapat mempengaruhi system
organ, tetapi keterlibatan darah perifer, sistem saraf pusat, dan ginjal yang
menyebabkan manifestasi klinis. Lesi histologis klasik adalah salah satu trombus
di organ mikrovaskuler yang terkena. thrombus ini terdiri terutama dari trombosit
dengan sedikit fibrin dan sel darah merah dibandingkan dengan trombus yang
terjadi sekunder untuk koagulasi intravaskular. Penyebab utama dari TTP tidak
diketahui.
2.3 Klasifikasi
klasifikasi petekie menurut Lever:
1. Purpura tanpa inflamasi
a. Didasarkan karena defisiensi pembentukan kolagen di sekitar
pembuluh kapiler, misalnya purpura senilis dan purpura pada skorbut

b. didasarkan pada fenomena hipersensitifitas tanpa oklusi vascular


misalnya purpura trombositopenia yang idiopatik, dan sensitisasi
autoeritrosit
c. fenomena hipersensitifitas dengan oklusi vascular misalnya coumarin
necrosis, purpura trombositopenia karena thrombosis dan purpura
fulminans
2. Purpura dengan inflamasi (vaskulitis)
a. Vaskulitis leukositoklastik (purpura anafilaksis)
b. Krioglobulinemia campuran (vaskulitis neutrofilik)
c. Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (Mucha Haberman)
d. Purpura infeksiosa (meningokok, gonokok, M. leprae, riketsia)
e. purpura akibat alergi obat
Purpura tanpa inflamasi
a. Purpura senilis
terdapat ekimosis terutama pada dorsum lengan dan tangan pada
orang usia lanjut, pemakaian steroid jangka panjang merupakan
faktor predisposisi timbulnya purpura. Secara histopatologik
didapatkan ekstravasasi eritrosit, perubahan di dermis kemudian
menunjukkan adanya elatosis solaris dan di dermis bagian bawah
tampak atrodi serta serat kolagen terpisah-pisah.
b. Purpura pada skorbut
Terjadi akibat kurangnya vitamin C (asam askorbat). Secara klinis
tampak purpura berbentuk petekie folikular terutama pada
ekstrimitas bagian bawah. Secara histopatologik ditemukan
ekstravasasi eritrosit terutama sekitar pembuluh rambut tanpa
perubahan vascular. Pada ekstravasasi yang luas terdapat deposit
hemosiderin. Pada skorbut terjadi pula pembentukan kolagen
abnormal.
c. Purpura trombositopenia idiopatik
Dikenal pula sebagai purpura

hemoragik

atau

purpura

trombositopenia imunologik atau penyakit WERLHOF. Ditandai


adanya ekimosis dan petekie akut, di kulit dan mukosa terutama
mukosa mulut. Terdapat epistaksis, perdarahan konjungtiva dan
gingival, terdapat pula melena dan gangguan menstruasi.

Terdapat pula pembesaran limpa. Pada anak-anak keadaan akut ini


sering terjadi setelah infeksi virus (50%) dengan jarak antaranya
lebih kurang 2 minggu. Sedangkan keadaan kronik lebih sering
terjadi pada orang dewasa, menetap dan dapat berlangsung sampai
beberapa tahun. Penderita wanita lebih banyak daripada pria
dengan perbandingan 4:1. Kematian disebabkan oleh perdarahan
otak.
Perdarahan terjadi pada keadaan trombosit <20.000. Waktu
perdarahan memanjang, waktu koagulasi normal, retraksi bekuan
tidak normal, fragilitas kapiler meningkat, dan jumlah megakariosit
di sumsum tulang meningkat. Kebanyakan penderita mengandung
antibodi

(IgG)

antifaktor

trombosit.

Secara

histopatologik

didapatkan ekstravasasi eritrosit tanpa inflamasi.


Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid misalnya prednisone
60mg/hari cukup efektif, dan diturunkan perlahan-lahan sesuai
dengan kondisinya. Bila perlu dilakukan splenektomi. Penggunaan
azatioprin dianjurkan pada kasus yang refrakter dengan pemberian
prednisone dan splenektomi.
d. Sindrom sensitisasi autoeritrosit
berupa ekimosis yang nyeri disertai nodus, timbul pada wanita
dengan keadaan kejiwaan histeris. Secara histologik terdapat
ekstravasasi eritrosit di dermis dan subkutan disertai infiltrate
mononuclear perivaskular dan pada keadaan lanjut terdapat
hemosiderin, makrofag dan fibroblast.
e. coumarin necrosis
Terjadi ekimosis akibat efek toksik kumarin terhadap endotel
kapiler. Pada bagian tengah ekimosis terdapat bula atau bagian
yang nekrosis. Secara histologik terdapat oklusi kapiler dermal,
maupun subkutan tanpa peradangan.
f. purpura trombositopenia karena

thrombosis

(thrombotic

thrombocytopenic purpura)
Penyakit ini juga dikenal sebagai sindrom Moschowite dengan
trias: trombositopenia, anemia hemolitik, dan gangguan susunan

saraf pusat. Gejala yang timbul adalah demam, purpura berupa


ekimosis, ikterus
g. purpura fulminan
Sinonim yang dikenal yaitu purpura nekrotikans dan purpura
gangrenosa. Penyakit ini dijumpai pada anak-anak, biasanya
menyertai infeksi virus atau bakteri. Terdapat ekimosis yang tibatiba terutama di ekstrimitas bagian bawah disertai panas yant inggi,
malaise dan menggigil. Renjatan dan koma dapat terjadi dalam
waktu 2 hari. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya
trombositopenia dna fibrinogenopenia. Bila dijumpai perdarahan
dan nekrosis kelenjar adrenal pada biopsy/autopsy disebut sebagai
sindrom waterhouse friderichsen. Pengobatan yang dianjurkan
adalah pemberian antikoagulan dan kortikosteroid dengan atau
tanpa tranfusi darah, karena diperkirakan perubahan pada penyakit
ini adalah thrombosis intravaskular
Purpura dengan Inflamasi (Vaskulitis)
a. Vaskulitis leukositoklastik (purpura anafilaksis)/ Henoch Schonlein
Purpura
Disebut juga purpura alergik. Kelainan ini diakibatkan karena
reaksi antigen antibody di dekat endotel pembuluh darah yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas pada dindingnya dan
dilatasi pembuluh darah.

Sindrom ini merupakan vaskulitis

termediasi IgA pada pembuluh darah kecil yang ditandai oleh


adanya purpura nontrombositopenik, nyeri abdomen, arthritis dan
nefritis.
Klinis didapatkan adanya purpura yang dapat diraba, eritema,
edema, urtikaria, dan bula. Tempat predileksi adalah tempat yang
berhubungan dengan tekanan hidrostatik Lesi tersebut tersebar
secara gravitasi dan bergantung tekanan.
Apabila kelainan terbatas disebut sebagai purpura simpleks.
Bilamana disertai nyeri sendi dinamakan sindrom Schonlein dan
bila disertai gejala saluran cerna serta saluran kemih disebut
sindrom Henoch. Sindrom ini adalah penyebab utama vaskulitis

pada anak-anak. 75% kasus terjadi pada anak usia 2-11 tahun.
Kondisi ini dua kali lebih banyak pada anak laki-laki. Pada 60-75%
pasien dengan Henoch-Schnlein purpura terdapat riwayat infeksi
saluran napas atas, paling sering oleh streptokokus. Purpura
biasanya dapat dipalpasi.
Histopatologik terlihat adanya infiltrate selular yang mengelilingi
pembuluh kapiler. Apabila reaksinya berat, maka terlihat kerusakan
pada sebagian atau seluruh pembuluh darah yang mengakibatkan
nekrosis dan ulserasi.
Sindrom Henoch Schonlein ini sering dijumpai pada anak berumur
3-10 tahun. Infeksi virus ini merupakan faktor pencetus, begitu
pula infeksi bakteri dan alergi terhadap makanan, aspirin, zat warna
azom dan benzoate yang dibubuhkan pada makanan. Pada
pemeriksaan imunologi ditemukan peningkatan komplesk IgA dan
IgG. Pengobatan dengan kortikosteroid cukup berhasil, analgesic
dan

antispasmodic

secara

simptomatik

cukup

menolong.

Penggunaan Fenformin dan etilestronel juga dianjurkan.


b. Krioglobulinemia campuran (vaskulitis neutrofilik)
Krioglobulin adalah immunoglobulin yang mengendap pada suhu
dingin dan mencair lagi pada suhu panas. Ada dua jenis, yaitu
krioglobulinemia monoclonal dan campuran (multikomponen).
Krioglobulinemia campuran merupakan imunokompleks IgG dan
IgM, dapat ditemukan pada lupus eritematosus sistemik dan
arthritis

rheumatoid,

infeksi

hepatitis

B,

dan

vaskulitis

leukositoklastik. Secara klinis dijumpai adanya purpura yang dapat


diraba, atralgia dan glomerulonefritis.
c. Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (PLEVA)
Keadaan akut ini sering dikenal sebagai penyakit Mucha
Haberman, klinis terdapat erupsi kulit yang luas terutama di badan
ditandai

degan

papul-papul

yang

berkembang

menjadi

papulonekrotik disertai perdarahan dan meninggalkan bekas


sikatriks ringan. Gambaran histopatologik terdapat infiltrate
perivaskular terutama degnan serbukan sel mononuclear meluas

sampai ke papilla dan epidermis, terdapat pula parakeratosis dan


akantosis, serta sel-sel Malphigi mengalami degenerasi.
d. Purpura pigmentosa kronik (vaskulitis limfositik)
Menurut Lever, ada 4 penyakit yang termasuk didalamnya yaitu:
- purpura anularis telangiektoides
kelainan ini mengenai usia dewasa muda, tetapi juga dapat
pada semua golongan, tetapi juga dapat pada semua
golongan umur, tidak terdapat perbedaan jenis kelamin.
Lesi ini dimulai dengan makula eritematosa karena dilatasi
kapiler pada seluruh tubuh. Mackee menyatakan ada tiga
fase penyakit yaitu fase telangietaksis, perdarahan serta
pigmentasi dan atrofi. Fase telangietaksis diikuti timbulnya
titik merah hitam di tepi lesi. Lesi secara perlahan-lahan
meluas berukuran 1-2cm. Penyembuhan dimulai dari
bagian tengah sehingga membentuk lesi anular. Lesi
anularis akan menetap beberapa bulan sampai beberapa
-

tahun dan akan meninggalkan atrofi.


dermatosis pigmentosa progresif
kelainan ini berupa dermatosis yang kronik dimulai dengan
lesi

merah

kecoklatan

disebabkan

adanya

endapan

hemosiderin, di kulit tampak bercak bercak merah disebut


cayenne pepper, terutama pada anggota badan bagian
bawah. Pada umumnya lesi timbul tanpa disertai rasa gatal.
Kelainan ini menetap selama bertahun-tahun meninggalkan
-

bercak hiperpigmentasi.
dermatosis purpura pigmentosa
Lebih dikenal dengan sindrom Gougerot Blum. Biasanya
timbul pada usia sekitar 40-60 tahun. Lokalisasi dimana
saja tetapi tersering di tungkai berbentuk papul likenoid
yang bersatu membentuk plakat, lesi dapat simetris dan
menetap, dan mempunyai warna yang bermacam-macam.
Seringkali penyakit ini dihubungkan dengan liken aureus.
Gambaran histopatologik menunjukkan bagian atas dermis
berserbukan sel radang menahun limfosit dan hemosiderin,

dan terdapat pula proliferasi endotel pembuluh darah.


Secara klinis berbeda dengan Schamberg terutama karena
-

adanya papul likenoides.


purpura ekzematoid
keadaan ini terdapat pada ekstrimitas bagian bawah,
biasanya gatal, ditandai adanya papulm skuama dan
likenifikasi. Purpura ekzematoid pigmentosa purpura di
ekstrimitas bawah, dan itching purpura sulit dibedakan
dengan Schamberg. Oleh karena itu keempatnya secara
klinis lebih baik disebut sebagai purpura pigmentosa
kronik.
Gambaran histopatologiik menunjukkan inflamasi, dilatasi
kapiler, ekstravasasi eritrosit dan endapat hemosiderin.
Purpura ekzematoid berbeda dengan purpura pigmentosa
kronik yaitu purpura stasis atau disebut pula sebagai
akroangiodermatitis, yakni kelainan yang disebabkan oleh
insufisiensi vascular. Lesi terutama pada ekstrimitas bawah
menjalar ke dorsum pedis dan jari-jari kaki. Pada tungkai
banyak terdapat variasi. Lesi berupa makula eritematosa,
kuning sampai kecoklatan karena adanya hemosiderin.
Sering dijumpai adanya edema, sklerosis, ulserasi dan
tanda-tanda insufisiensi vascular lainnya.
Gambaran histologik pada purpura stasis terutama tampak
proses yang lebih dalam sampai ke dermis, pada dermis
tampak fibrosis, dilatasi kapiler dan endapan hemosiderin.

e. Purpura infeksiosa
Lebih sering terjadi kerusakan vascular baik langsung maupun
melalui reaksi alergi. Terdapat kelainan laboratorium, yaitu
trombositopenia. Infeksi tersering adalah oleh meningokokok, yang
mengakibatkan terjadinya sepsis, endokarditis bacterial, infeksi
virus, misalnya morbilli dan lain-lain. Purpura dapat timbul sebagai
gejala prodormal.
f. Purpura akibat alergi obat

Berbagai obat dapat menimbulkan purpura, contohnya:


- obat yang menekan sumsum tulang misalnya benzol dan
-

nitrogen mustard
obat yang merusak sumsum tulang misalnya kloramfenikol
obat yang merusak/meinumbulkan trombositopenia

misalnya kina dan sedermid


obat-obat lain yang juga dapat menyebabkan purpura antara
lain fenobarbital, yodida, streptomisin, salisilat, tolbutamid,
klorpropamid, dan antimetabolik

2.4 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan ini sangat penting untuk mencari penyebab kelainan,
apakah kelainan terletak pada vascular, gangguan pembekuan dan
trombosit. Pemeriksaan tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Waktu perdarahan
fragilitas kapiler
waktu pembekuan
waktu retraksi bekuan
jumlah trombosit
waktu protrombin (PT)
adalah waktu yang dibutuhkan plasma untuk membeku setelah
penambahan

faktor

jaringan

(tromboplastin)

dan

kalsium.

Pemanjangan PT menunjukkan adanya defisiensi faktor II, V, VII,


X atau fibrinogen.
g. Activated partial thromboplastin time /tromboplastin test (aPTT )
adalah waktu yang dibutuhkan plasma yang dipreinkubasi dengan
kaolin untuk membeku setelah penambahan kalsium dan trombosit.
Pemanjangan aPTT ditemukan pada defisiensi faktor koagulasi II,
V, VIII, IX, X, XI, XII, atau fibrinogen
h. waktu rekalsifikasi
i. waktu fibrinogen dalam plasma
j. tes fibrinolisin

10

k. tes antikoagulan
Disamping itu, perlu bekerja sama dengan bagian hematologi apakah
ditemukan kelainan pada apusan darah tepi, pemeriksaan sumsum tulang dan
kelainan sistemik lainnya. Biopsi kulit mempunyai peranan yang penting untuk
menunjang diagnosis.

2.5 Diangnosis banding


vaskulitis
Definisi
Etiologi

Penjelasan
Vaskulitis ialah inflamasi pembuluh darah, sel infiltrate terutama
neutrofil, alat-alat dalam dapat dikenai.
1. infeksi bakteri, jamur, parasit dan infeksi fokal
2. diinduksi obat
3. keganasan
4. autoimun
5. sebagai tanda penyakit lain

Pathogenesi

Sebagai kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya

anafilatoksin C5a yang menarik neutrofil. Neutrofil tersebut


melepaskan enzim lisosomal yang merusak jaringan. Berbagai
sitokin berperan, misalnya TNF- yang meningkatkan ekspresi
antigen antineutrophil citoplsmic antibodies (ANCA).
Keempat macam hipersensetivitas menurut comb dan gel
dapat sebagai pathogenesis vaskulitis.
1. Tipe 1
Contohnya vaskulitis urtikarial
2. Tipe 2
Contohnya goodpasteur
3. Tipe 3
Contohnya eritema nodosum (tuberkulosisdan lepra),

11

purpura pada sindrom schonlein-henoch, juga vaskulitis


yang termasuk sindrom autoimun.
4. Tipe 4
Contohnya gient cell arteritis.
Klasifikasi

Klasifikasi klinis vaskulitis bergantung pada besar pembuluh


darah yang dikenai:
1. Pemebuluh darah kecil
2. Pembuluh darah sedang
3. Pembuluh darah besar

Gambaran

Gambaran klinis yang bergantung pada ukuran pembuluh darah

klinis

yang diserang.
1. Pembuluh darah kecil
Kelainannya polimorf yang utama iayalah palpable
purpura berbentuk purpura multiple, bila dipalpasi terasa papaulpapul, lesi juga dapat berupa plaque, urtika, angioderma,pustule,
vesikel, ulkus, neksrosis, dan livido retikularis. Kadang terdapat
edema subkutan di bawah lesi. Tempat predileksinya di ektremitas
bawah. Lama lesi antara 1-4 minggu. Keluhannya dapat gatal atau
rasa terbakar, kadang nyeri. Pada waktu timbul dapat disertai
demam, malese, artralgia dan mialgia. Pada vaskulitis urtikarial
berbeda dengan urtikaria yang cepat hilang, pada penyakit ini
lama urtikaria lebih dari 24 jam. Rasanya seperti terbakar atau
nyeri.
2. Pembuluh darah sedang
Vaskulitis yang termasuk golongan ini diantaranya ialah
eritema nodosum, poloarteritis nodosa, vaskulitis rheumatoid, dan
penyakit buerger.

12

Pemeriksaan
penunjang

Pemeriksaan histopatologi
Penyakit

ini

merupakan

vaskulitis

biasannya

tipe

leukositoklasik sel infiltratnya terdiri atas neutrofil. Selain


neutrofil, dapat pula eosinofil, limfosit, atau histiosit. Pada fase
akut dapat terbentuk nekrosis epidermal, pustule,debris nuclear
(nuclear dast) dan ekstravasi eritrosit. Pembuluh darah melebar
kaddang terbentuk thrombus dengan pembengkakan endotel dan
Pengobatan

penebalan fibrinoid.
Etiologi vaskulitis bermacam-macam karena itu terapinya
bersifat kausal. Kortikosteroid diberikan dendan dosis ekuivalen
prednisone 40 mg- 60 mg/ hari, dosis terbagi. Obat lain ialah
kolkisin 3 x 0,5 mg/ hari. Kadang diaminodifenilsulfon
bermanfaat dengan dosis 100 mg atau 200 mg /hari. Bila perlu

Prognosis

diobati dengan sitostatik, misalnya azatriopin 3x 50 mg/ hari.


Prognosis bergantung pada kasusnya. Bila karena induksi obat
setelah obat dihentikan kelainan kulit akan cenderung menyembuh
jadi prognosisnya baik. Demikian pulajika karena infeksi
prognosisnya baik setelah infeksinya diobati.

2.6 Pengobatan
Purpura merupakan salah satu gejala klinis yang penyebabnya sangat
kompleks sehingga setiap kasus perlu mendapat pemeriksaan yang teliti.
Pemberian obat harus secara berhati-hati karena obat-obat pun dapat
menimbulkan purpura. Kelainan vascular sekunder dapat pula terjadi akibat
trauma mekanis, infeksi, penyakit sistemik dan metabolic, toksik dan
karsinoma. Dengan demikian hal-hal tersebut perlu mendapatkan perhatian.

13

Beberapa obat telah disebutkan pada kelainan diatas, penggunaan vitamin


C, K, transamin, atau anaroksil masih dianjurkan. Pada keadaan tertentu
diperlukan tranfusi dan spelektomi.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
NAMA PASIEN

: Ny. Sufni elita

PENDIDIKAN : S1

UMUR/TGL LAHIR

: 53 tahun

AGAMA

: Islam

JENIS KELAMIN

: Perempuan

SUKU

: Minang

PEKERJAAN

: Guru

NO RM

:-

ALAMAT

: Bankinang Kota

TANGGAL

: 01/11/16

STATUS PERNIKAHAN

: Menikah

ANAMNESIS :Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA :

14

Timbul bercak kemerahan seperti gigitan nyamuk yang lama kelamaan menjadi
banyak pada daerah kedua kaki, sejak 20 hari yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien perempuan 53 tahun datang dengan keluhan timbul bercak merah di kedua
kaki sejak 20 hari yang lalu. Awalnya bercak merah timbul tanpa disadari tiba-tiba
tampak pada kedua kaki. Keluhan muncul dengan bercak kemerahan dengan
pemukaan rata dengan kulit seperti gigitan nyamuk lalu keluhan

bercak

kemerahan semakin membanyak tidak menonjol diatas permukaan kulit, pada saat
dilakukan penekanan tidak hilang. Pasien tidak mengeluhkan gatal pada kedua
kakinya, demam, infeksi saluran nafas atas seperti batuk dan pilek, serta nyeri
pada daerah keluhan disangkal pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat
sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Orang tua dan anggota keluarga pasien yang lain tidak ada mengeluhkan penyakit
serupa.
RIWAYAT PENGOBATAN :
Pasien mengaku baru pertama kali berobat selama timbulnya kemerahan
RIWAYAT KEBIASAAN :

Riwayat atau pemicu keadaan yang memperberat keluhan pasien tidak


ditanyakan.

STATUS GENERALIS
KeadaanUmum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

15

Tanda Vital

: Tidak dilakukan

Tekanan Darah

: Tidak dilakukan

Nadi

: Tidak dilakukan

Nafas

: Tidak dilakukan

Suhu

: Tidak dilakukan

Keadaan Gizi

: Baik

Pemeriksaan Thorax

: Tidak dilakukan

Pemeriksaan Abdomen

: Tidak dilakukan

STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi

: Regio cruris dekstra dan sinistra

Distribusi

: Regional

Bentuk

: Bulat, Teratur

Susunan

: tidak beraturan

Batas

: Tegas

Ukuran

: Miliar-lentikular

Efloresensi

: Makula eritem

16

Makula eritem

KELAINAN SELAPUT / MUKOSA

:Tidak terdapat kelainan

KELAINAN MATA

:Tidak terdapat kelainan

KELAINAN KUKU

: Infeksi jari 1-5

KELAINAN RAMBUT

:Tidak diperiksa

KELAINAN KGB

:Tidak diperiksa

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

:Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN ANJURAN :
Pemeriksaan darah lengkap, namun pasien mengaku telah dilakukan
pemeriksaan tidak terdapat kelainan

17

RESUME

:
seorang pasien perempuan umur 53 tahun dengan diagnosis purpura.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis didapatkan


Awalnya bercak merah timbul tanpa disadari tiba-tiba tampak pada kedua
kaki. Awalnya keluhan muncul sebagai bercak kemerahan dengan pemukaan
rata dengan kulit seperti gigitan nyamuk lalu keluhan bercak kemerahan
semakin membanyak tidak menonjol diatas permukaan kulit. Pasien tidak
mengeluhkan gatal pada kedua kakinya, demam, infeksi saluran nafas atas
seperti batuk dan pilek, serta nyeri pada daerah keluhan disangkal pasien
mengatakan tidak mengonsumsi obat sebelumnya. Riwayat pengobatan
sebelumnya (-). Riwayat penyakit serupa dalam keluarga (-).Pada anamnesis
seharusnya ditanyakan Riwayat

atau pemicu keadaan yang memperberat

keluhan pasien, berapa lama jarak timbul bercak kemerahan. Pada anamnesis
seharusnya juga ditanyakan apakah ada terjadi perubahan warna. Pada status
dermatologis ditemukan Makula eritema, dregio Regio Cruris dekstra dan
sinistra Lesi bentuk bulat, susunan tidak beraturan, difus, dan ukuran miliar
sampai lentikular.
DIAGNOSIS : Purpura
DIAGNOSIS BANDING :
Vaskulitis
TERAPI
UMUM :

Jangan sering menggaruk bagian bercak/bintik lesi

KHUSUS :
Sistemik:

Methylprednisolone 4 mg 3x1 tablet

18

Topikal:

Molason 5gr salep

PROGNOSIS
QUO AD SANAM

:Bonam

QUO AD VITAM

:Bonam

QUO AD FUNGSIONAM :Bonam


QUO AD KOSMETIKUM : Bonam

BAB IV
DISKUSI

19

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan umur 53 tahun dengan


diagnosis purpura. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
didapatkan Awalnya bercak merah timbul tanpa disadari tiba-tiba tampak pada
kedua kaki. Awalnya keluhan muncul sebagai bercak kemerahan dengan
pemukaan rata dengan kulit seperti gigitan nyamuk lalu keluhan

bercak

kemerahan semakin membanyak tidak menonjol diatas permukaan kulit. Pasien


tidak mengeluhkan gatal pada kedua kakinya, demam, infeksi saluran nafas atas
seperti batuk dan pilek, serta nyeri pada daerah keluhan disangkal pasien
mengatakan tidak mengonsumsi

obat

sebelumnya.

Riwayat

pengobatan

sebelumnya (-). Riwayat penyakit serupa dalam keluarga (-).Pada anamnesis


seharusnya ditanyakan Riwayat atau pemicu keadaan yang memperberat keluhan
pasien, berapa lama jarak timbul bercak kemerahan. Pada anamnesis seharusnya
juga ditanyakan apakah ada terjadi perubahan warna. Pada status dermatologis
ditemukan Makula eritema, dregio Regio Cruris dekstra dan sinistra Lesi bentuk
bulat, susunan tidak beraturan, difus, dan ukuran miliar sampai lentikular.
Pasien di diagnosis purpura pitiriasis rosea apabila ditemukan gejala klinis,
tergantung dari kalsifikasi misalnya ada beberapa gejala yang ditemukan pada
pasien, dermatosis pigmentosa progresif kelainan ini berupa dermatosis yang
kronik dimulai dengan lesi merah kecoklatan disebabkan adanya endapan
hemosiderin, di kulit tampak bercak bercak merah disebut cayenne pepper,
terutama pada anggota badan bagian bawah. Pada umumnya lesi timbul tanpa
disertai rasa gatal. Kelainan ini menetap selama bertahun-tahun meninggalkan
bercak hiperpigmentasi. Dermatosis purpura pigmentosa lebih dikenal dengan
sindrom Gougerot Blum. Biasanya timbul pada usia sekitar 40-60 tahun.
Lokalisasi dimana saja tetapi tersering di tungkai berbentuk papul likenoid yang
bersatu membentuk plakat, lesi dapat simetris dan menetap, dan mempunyai
warna yang bermacam-macam. Seringkali penyakit ini dihubungkan dengan liken
aureus. Gambaran histopatologik menunjukkan bagian atas dermis berserbukan
sel radang menahun limfosit dan hemosiderin, dan terdapat pula proliferasi
endotel pembuluh darah. Secara klinis berbeda dengan Schamberg terutama
karena adanya papul likenoides.

20

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah


pemberian obat sistemik berupa kortikosteroid Methylprednisolone 4
mg 3x1 tablet, topical

betamehason valerat 1 mg/gr Molason 5gr salep

transamin. Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah jangan


menggaruk bercak atau lesi.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, et al. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.
Jakarta: FKUI
2. Nagalla, S. 2016. http://emedicine.medscape.com/article/206598overview.
3.
Shlamovitz,Z.G.2016. http://emedicine.medscape.com/article/779545overview.

21

Вам также может понравиться