Вы находитесь на странице: 1из 17

ANATOMI, EMBRIOLOGI DAN FISIOLOGI

KELENJAR TIROID

Disusun oleh:
FATMA DIANA
NIM: 110100147

Supervisor:

Dr. Kamal Basri Siregar, Sp.B(K)Onk


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan ketersediaan waktu
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Kamal
Basri Siregar, Sp.B(K)Onk, selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
dimana tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan Kelenjar Tiroid. Dengan demikian
diharapkan karya tulis ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses
pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii


DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

1.1.Embriologi Kelenjar Tiroid ............................................................

1.2.Anatomi Kelenjar Tiroid ................................................................

1.3.Fisiologi Kelenjar Tiroid ................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Judul

Halaman

Gambar 1.1.

A. Bagian ventral arkus faring yang dilihat dari atas

sekitar 5 minggu (6mm). B. 5 bulan, perhatikan


foramen sekum yang merupakan tempat asal
primordium tiroid
Gambar 1.2.

Primordium tiroid berasal dari diverticulum epitel di

garis tengah faring tepat kaudal dari tuberculum


impar
Gambar 1.3.

Posisi kelenjar tiroid pada orang dewasa. Garis

terputus-putus merupakan jalur migrasi


Gambar 1.4.

Korpus ultimobrankiale yang menjadi sel

parafolikular atau sel C


Gambar 1.5.

Anatomi kelenjar tiroid

Gambar 1.6.

Pembuluh darah arteri dan vena pada kelenjar tiroid

Gambar 1.7.

Sistem limfatik pada kelenjar tiroid

Gambar 1.8.

Sistem persarafan pada kelenjar tiroid

Gambar 1.9

Mekanisme seluler hormon tiroid

Gambar 1.10

Regulasi sekresi hormon tiroid

10

Gambar 1.11

Aktivasi hormon tiroid pada target sel

12

iv

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

Embriologi Kelenjar Tiroid


Perkembangan pembentukan kepala dan leher dihasilkan oleh arkus faring

atau brankial. Arkus-arkus ini muncul pada minggu keempat dan kelima. Arkus
faring terdiri dari inti jaringan mesenkim yang dilapisi oleh lapisan ectoderm
dipermukaan luar dan epitel yang berasal dari endoderm pada bagian dalam.
Kelenjar tiroid (glandula tiroidea) muncul sebagai suatu ploriferasi epitel di dasar
faring antara tuberculum impar dan kopula di suatu titik yang kemudian menjadi
foramen sekum yang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Selanjutnya tiroid turun di
depan usus faring sebagai suatu divertikulum berlobus seperti Gambar 1.2. selama
migrasi ini, tiroid tetap berhubungan dengan lidah melalui sebuah saluran sempit
yaitu ductus tiroglosus yang kemudian lenyap. 1

Gambar 1.1. A. Bagian ventral arkus faring yang dilihat dari atas sekitar 5 minggu
(6mm). B. 5 bulan, perhatikan foramen sekum yang merupakan tempat asal
primordium tiroid1

Gambar 1.2. Primordium tiroid berasal dari diverticulum epitel di garis tengah
faring tepat kaudal dari tuberculum impar1

Pada perkembangan selanjutnya, kelenjar tiroid turun di depan os hioideum


dan kartilago-kartilago laring. Tiroid mencapai posisi tetapnya di depan trakea pada
minggu ketujuh, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Pada saat ini, tiroid
telah memiliki sebuah ismus di medial dan dua lobus lateral. Tiroid mulai berfungsi
pada sekitar akhir bulan ketiga, saat mulai tampak folikel-folikel pertama yang
mengandung koloid. Sel folikular menghasilkan koloid yang berfungsi sebagai
sumber tiroksin dan triiodotironin. Sel parafolikular atau sel C yang berasal dari
korpus ultimobrankial berfungsi sebagai sumber kalsium. Korpus ultimobrankial
(Gambar 1.4.) berasal dari kantong faring kelima yang merupakan kantong faring
terakhir yang berkembang dan kemudian bergabung dengan kelenjar tiroid. Sel-sel
ini mengeluarkan hormon kalsitonin yang berperan dalam pengendalian kadar
kalsium di dalam darah.1

Gambar 1.3. Posisi kelenjar tiroid pada orang dewasa. Garis terputus-putus
merupakan jalur migrasi1

Gambar 1.4. Korpus ultimobrankiale yang menjadi sel parafolikular atau sel C1

1.2.

Anatomi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid (Gambar 1.5) berwarna merah kecoklatan dan kaya akan

pembuluh darah, yang terletak di leher anterior bagian bawah, pada vertebra level
C5-T. Hal ini dilapisi oleh lapisan pretracheal fasia servikal dalam dan terdiri dari
lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh bagian sempit yang dinamakan istmus.
Berat kelenjar ini biasanya 25 g, tapi ini bervariasi. Kelenjar ini sedikit lebih berat
pada wanita dan membesar selama menstruasi dan kehamilan. Estimasi ukuran
kelenjar tiroid secara klinis penting dalam evaluasi dan pengelolaan gangguan tiroid
dan dapat dicapai non-invasif dengan USG . Tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam volume kelenjar tiroid telah diamati antara pria dan wanita dari usia 8 bulan
sampai 15 tahun.2
Lobus kelenjar tiroid berbentuk seperti kerucut. Apeks ascending
menyimpang lateral ke tingkat garis miring pada lamina dari kartilago tiroid dan
bagian basis sejajar dengan kartilago trakea keempat atau kelima. Setiap lobus
biasanya memiliki panjang 5 cm, dengan luas melintang dan anteroposterior yang
terbesar masing-masing 3 cm dan 2 cm. Aspek posteromedial dari lobus melekat
pada sisi kartilago krikoid oleh ligamen tiroid lateral.2
Istmus menghubungkan bagian bawah dari dua lobus, meskipun kadangkadang mungkin tidak dijumpai. Ukuran melintang dan vertikalnya sebesar 1,25
cm dan biasanya terletak di anterior dari kartilago trakea kedua dan ketiga,
meskipun sering lebih tinggi atau kadang-kadang lebih rendah karena lokasi dan
ukurannya sangat bervariasi.2
Lobus piramida berbentuk kerucut sering naik menuju tulang hyoid dari
istmus atau bagian yang berdekatan dari lobus (lebih sering kiri). Hal ini kadangkadang terpisah atau dalam dua bagian atau lebih. Fibromuskular Band, levator dari
kelenjar tiroid, musculus levator glandulae thyroideae, kadang-kadang turun dari
badan hyoid ke istmus atau lobus piramidal. Massa kecil jaringan tiroid yang
terpisah dapat terjadi di atas lobus atau istmus seperti kelenjar tiroid aksesori. Sisasisa duktus tiroglosus dapat bertahan antara istmus dan foramen sekum lidah,
kadang-kadang sebagai nodul aksesori atau kista jaringan tiroid dekat garis tengah
atau bahkan di lidah.2

Gambar 1.5. Anatomi kelenjar tiroid3

Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior dan inferior dan kadangkadang oleh arteria thyroidea ima dari trunkus brakiosefalika atau arkus aorta, dapat
dilihat pada Gambar 1.6. Arteri besar dan cabangnya sering beranastomosis baik di
dalam dan di kelenjar, ipsilateral dan kontralateral. Arteri tiroid superior, yang
berkaitan erat dengan saraf laring eksternal, menembus fasia tiroid dan kemudian
dibagi menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang anterior mensuplai
permukaan anterior dari kelenjar, dan cabang posterior mensuplai permukaan
lateral dan medial. Arteri tiroid inferior berasal dari bagian dasar kelenjar tiroid dan
dibagi menjadi cabang superior (naik) dan cabang tiroid inferior untuk memasok
permukaan inferior dan posterior dari kelenjar. Cabang superior juga memasok
darah untuk kelenjar paratiroid. Hubungan antara arteri tiroid inferior dan saraf
laring rekuren sangat bervariasi dan cukup penting secara klinis: cedera iatrogenik
pada saraf yang memasok laring merupakan komplikasi utama dari operasi tiroid.
Saraf laring rekuren biasanya berhubungan dengan cabang posterior dari arteri
tiroid inferior, yang dapat diganti oleh jaringan pembuluh darah.2

Drainase vena dari kelenjar tiroid biasanya melalui vena tiroid superior,
tengah dan inferior (Gambar 1.6). Vena tiroid superior muncul dari bagian atas
kelenjar dan berjalan bersamaan dengan arteri tiroid superior menuju selubung
karotis kemudian dialirkan ke vena jugularis internal. Vena tiroid tengah
mengumpulkan darah yang berasal dari bagian bawah kelenjar. Pembuluh darah ini
muncul dari permukaan lateral kelenjar dan mengalir ke vena jugularis internal.
Vena tiroid inferior muncul dalam pleksus vena kelenjar, yang juga berhubungan
dengan pembuluh darah vena tiroid tengah dan superior.2

Gambar 1.6. Pembuluh darah arteri dan vena pada kelenjar tiroid2

Pembuluh limfatik kelenjar tiroid (Gambar 1.7) berhubungan dengan


pleksus trakea dan melewati nodul prelaryngeal tepat di atas istmus tiroid dan ke
nodul pretrakeal serta paratrakeal; beberapa juga dapat mengalir ke nodul
brakiosefalika yang berhubungan dengan timus di mediastinum superior. Pembuluh
limfatik kelenjar tiroid dapat mengalir langsung, tanpa intervensi nodul ke duktus
torasikus.2

Gambar 1.7. Sistem limfatik pada kelenjar tiroid4

Kelenjar tiroid menerima persarafan dari ganglia simpatik servikal superior,


tengah dan inferior, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.8. dibawah ini.
Serabut postganglionik dari ganglion servikal inferior membentuk pleksus pada
arteri tiroid inferior yang bersama-sama menuju ke kelenjar tiroid serta
berhubungan dengan saraf laring rekuren dan eksternal, saraf jantung superior dan
pleksus pada arteri karotid.2

Gambar 1.8. Sistem persarafan pada kelenjar tiroid4


1.3.

Fungsi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang

kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium


nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid.
Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang
sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan
disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan
dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu

globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat
albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk
mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat
adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk
mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap
tulang.5

Gmabr 1.9. Mekanisme seluler hormon tiroid6

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid


yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh
kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif
terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus(Gambar 1.10).6

Gambar 1.10. Regulasi sekresi hormon tiroid6

Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau


tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori yaitu :7
a. Efek pada laju metabolism
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi
O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b. Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c. Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat
dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar
metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis
dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya
jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
10

d. Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh
sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e. Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi
jantung sehingga curah jantung meningkat.
f. Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi
juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis
protein struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g. Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa

11

Gambar 1.11. Aktivasi hormon tiroid pada target sel6

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler TW. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC;


2010. pp.303-18.
2. Standring S. Grays Anatomy : The Anatomical Basis of Clinical Practice.
40th edition. London: Elsevier; 2008.
3. Putz R dan Pabst R. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jilid 1.
Jakarta: EGC; 2007.
4. Agur AMR dan Dalley AF. Grants: Atlas of Anatomy. 12th edition. USA:
Lippincot William and Wilkins; 2009.
5. Sjamsuhidayat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH dan Rudiman R.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2010. pp.799-822.
6. Guyton AC dan Hall JE. Textbook of Medical Physiology Guyton & Hall.
11th edition. Philadelphia: Elsevier; 2006.
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC,
2011.

13

Вам также может понравиться