Вы находитесь на странице: 1из 3

Artritis Rematoid, Tak Bisa Disembuhkan Tapi Bisa Diobati

Written By ahid kautsar on Kamis, 14 Februari 2013 | 23.19

HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI


Dr D Sudarsono SpPD-KR memberikan pemaparan mengenai penyakit arthritis rematoid (AR) kepada sejumlah
undangan

ARTRITIS Rematoid (AR) merupakan salah satu jenis penyakit reumatik


yang cukup berbahaya. Diawali dengan persendian tubuh yang terasa
kaku hingga bisa berakibat cacat permanen.
Menurut spesialis reumatologi RSUP Kariadi Semarang, dr D Sudarsono
SpPD-KR, penyakit AR membuat penderitanya merasakan nyeri setiap
saat. Selain itu penderita juga akan mengalami kelelahan, depresi, serta
dapat meningkatkan resiko penyakit jantung, ujarnya kepada wartawan
di Hotel Grand Candi, kemarin.

Menurutnya, jika si penderita tidak segera mendapatkan pengobatan


yang tepat, maka akan mengakibatkan kecacatan dan berujung pada
kerusakan sendi. Karena itu, deteksi dini menjadi salah satu kunci
keberhasilan pengobatan, jelasnya.
Namun demikian, sejauh ini pengobatan yang dilakukan tidak bisa
menyembugkan secara total. Tetapi pengobatan bisa meredakan sakit
yang dirasakan pasien, meminimalkan aktivitas penyakit tersebut,
jelasnya.
Menurutnya, tujuan dari pengobatan tersebut disebutnya remission
zero. Penanganan dini adalah kuncinya. Salah satu yang harus dilakukan
yaitu terapi agrresive. Ini akan memberikan hasil yang lebih baik,
paparnya.
Yang terbaru dan terakhir ini adalah pengobatan yang disebut dengan
agen-biologik. Ini adalah obat rekayasa genetika yang mentargetkan
penanda permukaan sel tertentu atau substansi di pengantar sistem
kekebalan tubuh yang disebut sitokin, diproduksi sel untuk mengatur selsel lain selama respon inflamasi, paparnya.
Senada, Investigator Studi Klinis ACT UP Semarang, dr Bantar Suntoko
SpPD KR juga mengatakan, pengobatan dini terbukti menentukan
keberhasilan terapi. Selain itu, pengobatan akan lebih berhasil jika ada
kerjasama antara dokter, pasien dan anggota keluarga, urainya.
Namun demikian, hambatan dalam proses pengobatan tersebut yaitu
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien cukup besar. Namun ini
menjadi tantangan bagi kami untuk lebih aktif dalam melakukan lobi-lobi
dengan pemerintah supaya pasien bisa tertangani dengan baik,
tuturnya.
Belum lama ini, perusahaan farmasi asal Swiss, PT Roche berkolaborasi
dengan IRA (Indonesian Rheumatology Association) mengupayakan
pengobatan tepat bagi pasien AR.
Head of Medical Affairs PT Roche Indonesia, dr Arya Wibitomo
mengatakan, kolaborasi tersebut sudah melakukan studi klinis dengan
inovasi Tocilizumab. Ini berfungsi mengurangi nyeri yang hebat pada
pasien serta mencegah kecacatan, ujarnya.

Pihaknya sudah melakukan penelitian studi dengan melibatkan 39


pasien yang dikumpulkan dari sejumlah rumah sakit di Indonesia. Hasil
studi klinis tersebut menunjukkan, 85 persen peserta studi mencapai
remisi dalam waktu 24 minggu dengan profil keamanan yang baik. Untuk
efek serius pada pengobatan di bawah 5 persen, paparnya.
Pihaknya berkomitmen untuk menyediakan pengobatan dan solusi
inovatif yang bisa diakses oleh setiap pasien di Indonesia. Komitmen
tersebut salah satunya kami wujudkan dengan bantuan pengobatan
Tocilizumab bagi pasien AR melalui program Roche Patient Assitance
Program (RPAP), jelasnya.
Dengan bantuan tersebut, pihaknya berharap agar masyarakat
penderita AR yang kurang mampu bisa mendapatkan akses pengobatan
yang optimal. (awi/sae)

Вам также может понравиться