Вы находитесь на странице: 1из 19

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranserta Masyarakat


2.1.1

Pengertian
Peranserta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli

mengatakan bahwa partisipasi atau peranserta masyarakat pada hakekatnya bertitik


tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah
dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk dirumuskan.
Peranserta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya (Depkes RI,
1990).

2.1.2

Tujuan Peranserta Masyarakat


Tujuan program peranserta masyarakat adalah meningkatkan peran dan

kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki


visi sesuai; meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi
non pemerintah dan masyarakat; memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap
tahap dan proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan
masyarakat (Rochadiat, 2004).

2.1.3

Faktor Yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat


Beberapa faktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat antara lain:

1) Manfaat kegiatan yang dilakukan.


Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih besar.
2) Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang
yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang
tertarik untuk berperanserta.
4) Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah
diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik
maka peranserta akan dapat dilestarikan.
5) Faktor tokoh masyarakat.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta maka mereka
akan tertarik pula berperanserta (Depkes RI, 1990).

10

2.1.4

Tingkatan Peranserta
Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan

mudah. Partisipasi masyarakat memerlukan kemampuan, kesempatan, dan motivasi.


Berbagai tingkatan partisipasi / peranserta masyarakat antara lain :
1) Peranserta karena perintah / karena terpaksa.
2) Peranserta karena imbalan. Adanya peranserta karena imbalan tertentu yang
diberikan baik dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.
3) Peranserta karena identifikasi atau rasa ingin memiliki
4) Peranserta karena kesadaran. Peranserta atas dasar kesadaran tanpa adanya
paksaan atau harapan dapat imbalan
5) Peranserta karena tuntutan akan hak dan tanggung jawab (Depkes RI, 1987: 18).

2.1.5

Wujud Peranserta
Peranserta dapat diwujudkan dalam bentuk:

1) Tenaga,

seseorang

berperanserta

dalam

kegiatan

kelompok

dengan

menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan dan


sebagainya.
2) Materi, seseorang berperanserta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut, misalnya uang,
pinjaman tempat dan sebagainya (Depkes RI, 1990).

11

2.2 Konsep Kader


2.2.1

Pengertian kader
Kader adalah orang yang diharapkan memegang pekerjaan penting dalam

suatu pekerjaan (Kamus besar bahasa Indonesia, 2001).


Kader Posyandu adalah warga masyarakat yang terlibat dalam dalam seksi 7
dan seksi 10 LKMD (Tim penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja IV yang
membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam kegiatan Posyandu (Depkes
RI, 1991).
Kader gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dan
mampu melaksanakan upaya peningkatan gizi keluarga (UPGK) serta mampu
menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan UPGK (Depkes RIUnicef, 2000:27).

2.2.2

Peranan Kader dalam penyelenggaraan Posyandu

1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna
Posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia
subur) sebelum hari buka Posyandu.
2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu
dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll.
3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di
Posyandu.

12

4) Melakukan penimbangan bayi dan balita.


5) Mencatat hasil penimbangan kedalam KMS
6) Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi
penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.
7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah
meja V (kalau diperlukan).
8) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai
bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar
datang ke Posyandu. (Effendy, 1998).

2.3 Konsep Posyandu


2.3.1

Pengertian Posyandu
Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan

masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya


manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara
program Keluarga Berencana Kesehatan di tingkat desa (Depkes RI, 1986).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Effendy,
1998).

13

2.3.2

Bentuk kegiatan Posyandu


Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan

Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:


1)

Kesehatan Ibu dan Anak


a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak
balita dan anak prasekolah
b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan
vitamin dan mineral
c) Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
d) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.

2)

Keluarga Berencana
a) Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
b) Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3)

Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan
campak 1x pada bayi.

4)

Peningkatan gizi
a) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat

14

b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup


kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
c) Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5)

Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan

Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:


1) Kesehatan Ibu dan Anak
2) Keluarga Berencana
3) Immunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan Diare
6) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air
limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7) Penyediaan Obat essensial (Effendi, 1998).

2.3.3

Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:

1) Pos penimbangan balita


2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru (Effendi, 1998).

15

2.3.4

Alasan Pendirian Posyandu


Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:

1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya


pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan
dan keluarga berencana (Effendi, 1998).

2.3.5

Penyelenggara Posyandu

1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal
dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan
yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).

2.3.6

Lokasi / Letak Posyandu


Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:

1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat


2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan lokal tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat,
pos RT/RW atau pos lainnya (Effendi, 1998).

16

2.3.7

Pelayanan Kesehatan Di Posyandu


Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:

1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita


a) Penimbangan bulanan
b) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
c) Immunisasi bayi 3-14 bulan
d) Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
a) Pemeriksaan kesehatan umum
b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi
d) Immunisasi TT untuk ibu hamil
e) Penyuluhan kesehatan dan KB
f) Pemberian alat kontrasespsi KB
g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
h) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh
tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui
masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada,
masalah tersebut dapat berupa:

17

a) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.


b) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
c) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
d) Balita yang mencret.
e) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
f) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.
g) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
h) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus (Depkes
RI-Unicef, 2000).
Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa;
1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok
SKDN.
2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1) Melaksanakan kunjungan rumah.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
UPGK.
3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan
(Depkes RI-Unicef, 2000).

18

Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam


posyandu, maka mereka dapat menghubungi orang-orang berikut

sebagai upaya

untuk mencari jalan keluar:


a) Bidan desa.
b) Kepala Desa.
c) Tokoh masyarakat / tokoh agama.
d) Petugas LKMD, RT, RW.
e) Tim Penggerak PKK.
f) Petugas PLKB.
g) Petugas pertanian ( PPL ).
h) Tutor dari P dan K (Depkes RI-Unicef, 2000).

2.3.8

Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan


Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:

1) Aspek komunikasi.
2) Tehnik berpidato.
3) Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4) Proses pengembangan.
5) Tehnik pergerakan peranserta masyarakat.
6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:
a) Cara melakukan pendataan / pencatatan.

19

b) Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan


pada masyarakat.
7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu
(Depkes RI, 1995).

2.3.9

Dukungan dari Masyarakat / LKMD


LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap

kesehatan masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan
angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya yang
diupayakan melalui posyandu dengan kegiatanya.
Perananan LKMD dalam pembentukan Posyandu;
1) Mengusulkan, mendorong dan membantu

kepala desa / kelurahan untuk

membentuk posyandu di wilayahnya.


2) Memberi

tahu

masyarakat

tentang

pentingnya

posyandu

serta

cara

pembentukannya.
3) Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah
masyarakat dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal,
pemilihan kader dan lain-lainnya.
Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu:
1. Mengingatkan

mendorong

dan

memberi

semangat

melaksanakan tugasnya di Posyandu dengan baik.

agar

kader

selalu

20

2. Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia
subur agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu.
1. Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur
setiap bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati.
2. Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap
(KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).
3. Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu
dapat berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan
pelayanan secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu
usia subur).
4. Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat
melakukan pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara
swadaya.
5. Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu
(kunjungan rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
6. Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan
melaksanakan tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian
penghargaan, mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya.
7. Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan
cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.

21

8. Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan
dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD.

2.4 Peranan Kader Dalam Kegiatan KIA / Peningkatan Gizi Balita


2.4.1

Penimbangan Balita dan Pencatatan Hasil Timbangan


Penimbangan balita dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan balita.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penimbangan balita di Posyandu adalah:


1) Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga
yang lain
2) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat
3) Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai
4) Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin
5) Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang
6) Melakukan penimbangan pada anak
7) Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser
8) Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS
9) Sebelum anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan
meletakkan batang dacin dalam tali pengaman.
Setelah anak selesai ditimbang, dilakukan pencatatan hasil penimbangan di
KMS. Beberapa hal yang harus dilakukan kader adalah:
1) Pada penimbangan pertama :

22

a) mengisi semua kolom yang tersedia di KMS


b) mengisi bulan lahir anak pada kolom bulan dan tahun kelahiran anak
c) mengisi semua kolom bulan setelah kolom bulan lahir anak
d) membuat / meletakkan titik berat badan anak pada titik temu garis tegak
dengan garis datar sesuai hasil timbangan.
2) Pada penimbangan selanjutnya, menghubungkan titik hasil penimbangan bulan
sebelumnya dengan titik hasil penimbangan bulan sekarang.
3) Mencatat kejadian penting atau penyakit yang diderita anak dalam garis tegak
sesuai bulan yang bersangkutan (Depkes RI Unicef, 2000).

2.4.2

Penyuluhan Atas Dasar Hasil Penimbangan


Berbagai hal yang harus disampaikan kader dalam memberikan penyuluhan

pada ibu balita berdasarkan hasil penimbangan adalah:


1) Pada penimbangan pertama
a) Kader menjelaskan bahwa hasil penimbangan belum dapat diketahui jika
berat badan anak berada di garis hijau atau kuning
b) Menjelaskan bahwa berat badan anak tidak normal jika berat badan anak
berada di garis merah.
c) Menganjurkan ibu untuk menimbangkan anaknya bulan depan secara teratur.
2) Pada penimbangan selanjutnya:
a) Jika bulan lalu tidak ditimbang, kader menjelaskan bahwa hasil penimbangan
belum dapat diketahui kecuali jika didapatkan tanda/gejala penyakit.

23

b) Bila berat badan anak naik, memberi pujian pada ibu dan anaknya
c) Bila berat badan tidak naik, kader memberikan penyuluhan pada ibu
menggunakan lembar Balik Menuju Keluarga Sehat
d) Kader menanyakan pola makan anak sehari-hari dan apakah anak sakit.
e) Menganjurkan ibu untuk menimbangkan anaknya secara teratur setiap bulan.
3) Bila berat badan anak tidak naik tiga kali berturut-turut atau berada di bawah garis
merah:
a) Kader menjelaskan pada ibu arti grafik, menjelaskan bahwa anak memerlukan
pemeriksaan dan pengobatan segera
b) Kader membuat surat pengantar dan menganjurkan ibu balita membawa anak
ke Puskesmas (Depkes RI Unicef, 2000).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar khususnya dalam
kegiatan penyuluhan antara lain lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala
interaksinya, subyek belajar, perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, materi yang
dipelajari, penyuluh atau fasilitator belajar serta metode belajar mengajar
(Notoatmodjo, 2003: 49).

2.4.3

Memberikan Penyuluhan Pedoman Pemberian Makanan Balita


Hal-hal yang dapat dilakukan kader dalam memberikan penyuluhan pada

ibu-ibu balita adalah:


1) Menggunakan lembar balik untuk kegiatan penyuluhan
2) Memperagakan alat dan bahan yang tersedia

24

3) Membuat acara tanya jawab dengan ibu-ibu, tidak terus bicara sendiri.
4) Berterus terang bahwa tidak dapat menjawab bila ada pertanyaan yang sulit
dijawab, selanjutnya akan ditanyakan pada petugas yang lebih memahami
(Depkes RI Unicef, 2000).

2.4.4

Melakukan Kunjungan Rumah Untuk Memantau Perkembangan


Kesehatan Balita
Kegiatan:

1) Kunjungan rumah dilakukan kader kesehatan terhadap keluarga atau ibu-ibu yang
a) Balitanya tidak hadir dua kali berturut-turut di Pos Penimbangan
b) Balitanya yang bulan lalu dikirim ke Puskesmas karena sakit, berat badannya
tidak naik selama tiga bulan beruturut-turut, dan berat badannya di bawah garis
merah KMS
2) Kegiatan yang dilakukan saat kunjungan rumah :
a) Memberi penyuluhan kembali mengenai manfaat datang ke Posyandu
b) Menanyakan alasan tidak hadir ke Posyandu, dan keadaan keluarga ibu balita
c) Bila mendapatkan balita atau ibunya sakit, kader mengirim mereka ke
Puskesmas dengan membuat Surat Pengantar.
d) Mendoakan keluarga agar cepat sembuh
e) Mengajak ibu balita untuk datang kembali ke Posyandu bulan depan (Depkes
RI Unicef, 2000:133).

25

2.5 Kerangka Konsep


Gambar 3.1 :

Kerangka Konsep Peranserta Kader Kesehatan Pada Kegiatan


KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Posyandu Desa Gampingan
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang
Peranserta Masyarakat (Kader)

Faktor yang mempengaruhi


peranserta masyarakat:
- Manfaat kegiatan yang
dilakukan
- Adanya kesempatan
- Memiliki keterampilan
- Rasa memiliki
- Faktor tokoh masyarakat

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Kegiatan Posyandu :
Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Immunisasi
Peningkatan gizi
Penanggulangan Diare
Sanitasi dasar
Penyediaan Obat essensial

Peranserta kader kesehatan dalam kegiatan


KIA di Posyandu :
1. Penimbangan balita
2. Mencatat hasil penimbangan di KMS
3. Memberikan penyuluhan sesuai hasil
KMS
4. memberikan penyuluhan pedoman
pemberian makan pada balita
5. Melakukan kunjungan rumah

Baik
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak Diteliti

Penjelasan Kerangka Konsep:

Cukup

Kurang Baik

Tidak Baik

26

Peranserta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana


individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Peranserta
masyarakat ini dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain adanya manfaat kegiatan
yang dilakukan, ada kesempatan, memiliki keterampilan, rasa ikut memiliki dan
faktor ketokohan. (Depkes RI,1990)
Salah satu bentuk peranserta masyarakat di bidang kesehatan adalah
pemberdayaan Posyandu yang kegiatannya meliputi KIA, KB, Imunisasi,
Peningkatan Gizi, Penanggulangan Diare, Sanitasi Dasar dan Penyediaan Obat
Esensial. Dalam kegiatan KIA, khususnya program peningkatan gizi balita, peran
kader

diantaranya

adalah

melakukan

penimbangan

balita,

mencatat

hasil

penimbangan pada KMS, memberikan penyuluhan berdasar hasil KMS, dan


melakukan kunjungan rumah (Effendi, 1998). Penelitian ini ingin mengetahui
bagaimanakah gambaran peranserta kader kesehatan pada kegiatan KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak) di Posyandu.

Вам также может понравиться