Вы находитесь на странице: 1из 4

4.3.

Analisis Tambahan
Analisis tambahan ini digunakan karena perhitungan data bila diterapkan pada semua

sampel maka variabel independennya (FIN_DISTRESS, FCF, LEV, dan PROFIT) cenderung
tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Hal ini disebabkan karena perilaku
earnings management akan spesifik terhadap motivasi yang memicunya. Berikut ini merupakan
analisis tambahan dengan menggunakan uji median pada setiap variabelnya, yaitu variabel
independen dan variabel kontrol. Analisis regresi linear penelitian ini dapat dilihat pada tabeltabel dibawah ini dengan menggunakan median untuk pengujiannya.
4.3.1

Free Cash Flow


FCF >= 0.0650
Tabel 4.12
Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier Free Cash Flow >= Median
Model
t
FIN_DISTRESS
-0.138
LEV
0.070
PROFIT
2.008
SIZE
-2.263
Sumber : LAMPIRAN XXX

Sig.
0.890
0.944
0.045
0.024

Pada tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa badan usaha dengan free cash flow yang besar
maka akan menimbulkan hubungan yang signifikan antara PROFIT dan SIZE terhadap DACC
(earnings management).
Perusahaan dengan free cash flow yang besar dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan
cenderung untuk mengatur labanya dengan melakukan praktik earnings management.
Manajemen akan termotivasi untuk melakukan manajemen laba dengan melakukan praktik
perataan laba (income smoothing) agar laba yang dilaporkan oleh badan usaha tidak berfluktuatif
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Informasi keuangan merupakan tanggung jawab yang diberikan pemegang saham kepada
manajer. Kecenderungan investor dalam menilai kinerja perusahaan melalui tingkat profitabilitas
yang disajikan dalam laporan keuangan akan memicu manajer untuk melakukan earnings
management agar kinerja perusahaan seolah-olah terlihat baik. Dalam agency theory, manajer
yang bertindak sebagai agent harus mempertanggungjawabkan kinerjanya, manajer akan

termotivasi untuk melakukan earnings management agar kinerja mereka terlihat baik menurut
investor melalui tingkat profitabilitas yang tinggi.
Selain itu, badan usaha yang besar dengan tingkat free cash flow yang tinggi akan
cenderung tidak melakukan earnings management. Perusahaan besar memiliki kecenderungan
untuk meminimalisir praktik earnings management, hal ini terjadi karena perusahaan yang
berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Hal ini
membuat berbagai kebijakan perusahaan besar akan memberikan dampak yang besar terhadap
kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan
oleh masyarakat sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan.
4.3.2

Leverage
LEV < 0.460
Tabel 4.13
Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier Leverage < Median
Model
t
FIN_DISTRESS
1.098
FCF
-2.670
PROFIT
-2.720
SIZE
-1.425
Sumber : LAMPIRAN XXX

Sig.
0.273
0.008
0.007
0.155

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa badan usaha dengan tingkat utang
(leverage) yang rendah maka akan menimbulkan hubungan yang negatif signifikan antara FCF
dan PROFIT terhadap DACC (earnings management).
Pada badan usaha yang memiliki tingkat utang yang rendah maka free cash flow akan
berpengaruh negatif signifikan terhadap earnings management, perusahaan yang memiliki free
cash flow tinggi tidak akan melakukan manipulasi laba karena investor lebih terfokus pada
informasi arus kas bebas yang menunjukkan kemampuan perusahaan membagikan dividen.
Penelitian Kono dan Yuyetta (2013) menyatakan bahwa arus kas bebas berpengaruh terhadap
manajemen laba dengan koefisien negatif, arus kas bebas yang rendah menujukkan perusahaan
tidak sehat karena tidak ada kas untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen.
Selain itu pada perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi maka cenderung tidak
melakukan earnings management. Hal ini dikarenakan bila perusahaan sudah dalam posisi laba,

maka motivasi manajer untuk melakukan earnings management semakin berkurang karena
dengan memiliki laba yang besar maka rencana bonus (bonus plan) yang akan diterima manajer
sudah maksimal, sehingga manajer akan merasa sia-sia bila melakukan earnings management
karena target bonus yang akan diterima sudah berada pada tingkat maksimal.
4.3.3

Size
SIZE >= 28.18
Tabel 4.14
Rangkuman Hasil Uji Regresi Linier Size >= Median
Model
t
FIN_DISTRESS
-0.515
FCF
-1.153
LEV
2.673
PROFIT
-1.494
Sumber : LAMPIRAN XXX

Sig.
0.607
0.250
0.008
0.136

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran suatu badan
usaha, berarti badan usaha tersebut memiliki tingkat utang yang tinggi, maka semakin cenderung
badan usaha tersebut melakukan earnings management.
Hasil penelitian ini sesuai dengan debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika
perusahaan semakin dekat dengan pelanggaran perjanjian hutang, maka kemungkinan besar
manajer perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode
mendatang ke periode sekarang. Hal tersebut dilakukan karena laba bersih yang dilaporkan naik
akan mengurangi kemungkinan kegagalan membayar utangnya pada masa mendatang (Scott,
2009). Pelanggaran atas covenants dapat menimbulkan biaya, oleh karena itu, perusahaan
memiliki motif untuk melakukan praktik pengelolaan laba untuk menghindari pelanggaran
tersebut.
Penelitian Dechow, et.al. (1995) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap earnings management, yang salah satunya adalah leverage factor. Leverage ini
menunjukkan berapa bagian aset yang digunakan untuk menjamin utang. Ukuran ini
berhubungan dengan keberadaan ketat dan tidaknya persetujuan utang. Perusahaan yang
mempunyai leverage factor yang tinggi akibat besarnya utang, diduga melakukan earnings
management karena perusahaan yang terancam default (tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran utang pada waktunya), berusaha menghindari dengan membuat kebijakan yang
meningkatkan pendapatan atau laba (income increasing).

Вам также может понравиться