Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di susun oleh
Kelompok 1:
1.
2.
3.
4.
5.
Naila Winarni
Anggun Setianingsih
Sabhan Ramadhan
Jumadi
Risky Ferdiansyah
Prodi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak
2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya serta Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi dan Syndrom Hellp Pada
Kehamilan. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu matakuliah Sistem Reproduksi II.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data data yang kami peroleh dari buku
panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Hipertensi dan Syndrom Hellp pada Kehamilan.
Kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk Mahasiswa/i.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kuburaya,
Okt 2016
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil.
Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan.
Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Tidak diketahui
mengapa tekanan darah bisa meninggi di saat hamil. Keadaan ini paling sering terjadi
pada hamil anak pertama, dan lebih jarang pada hamil anak selanjutnya. Dikatakan
tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa
hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil. Hingga saat ini
hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janinnya.
Bagaimana kehamilan menyebabkan atau memperberat hipertensi masih
belum diketahui. Kelainan hipertensi masih merupakan persoalan utama yang belum
dapat diterangkan dalam ilmu kandungan. Diagnosa hipertensi ditegakkan bila
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih pada saat istirahat. Tetapi terdapat
kemungkinan penyebab dari hipertensi pada kehamilan antara lain, pada wanita yang
terpajan ke vilus korion untuk pertama kali, terpajan ke vilus korion dalam jumlah
sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatiosa, sudah mengidap
penyakit vaskular, dan secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat
hamil.
Bagaimana kehamilan menyebabkan atau memperberat hipertensi masih
belum diketahui. Kelainan hipertensi masih merupakan persoalan utama yang belum
dapat diterangkan dalam ilmu kandungan. Diagnosa hipertensi ditegakkan bila
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih pada saat istirahat. Tetapi terdapat
kemungkinan penyebab dari hipertensi pada kehamilan antara lain, pada wanita yang
terpajan ke vilus korion untuk pertama kali, terpajan ke vilus korion dalam jumlah
sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatiosa, sudah mengidap
penyakit vaskular, dan secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat
hamil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hipertensi pada kehamilan ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan terhadap pasien hipertensi pada
kehamilan.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari hipertensi pada kehamilan.
2. Mengetahui etiologi atau faktor pencetus dari hipertensi pada kehamilan.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi pada kehamilan.
4. Mengetahui patofisiologi dari hipertensi pada kehamilan.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk klien dengan hipertensi pada
kehamilan.
6. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan hipertensi pada kehamilan.
7. Mengetahui komplikasi dari hipertensi pada kehamilan.
8. Mengetahui apa yang simaksud pre-eklampsia, eklampsia, dan syndrom HELLP
9. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan hipertensi pada kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan sistolik dan diastolic sampai
mencapai atau melebihi 140/90 mmHg (Bobak, 2004). Hipertensi adalah merupakan
kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau kenaikan tekanan
diastolic sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu (Bobak, 2004).
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik dan diastolik
mencapai atau melebihi 140/90mmHg. Jika tekanan darah ibu pada trisemester
pertama diketahui, maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar tekanan dasar
darah ibu. Peningkatan tekanan darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam dua
kali pemeriksaan dengan jarak empat sampai enam jari (Fairlie, Sibai, 1993).
Penyakit pada hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar
7% sampai 10% seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi
selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosis mengalami
preeklampsia atau eklampsia (Brown, 1991). Prevalensi kehamilan pada wanita
dengan penyakit ginjal kronis atau penyakit pembuluh darah, seperti hipertensi
esensial, diabetes melitus dan lupus eritematosus meningkat 20% sampai 40% (Scott,
dkk., 1990; Fairlie, Sibai, 1993). Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Preeklampsia-eklampsia bisa
mempredisposisi ibu mengalami komplikasi yang lebih letal, seperti solusio plasenta,
DIC, perdarahan otak dan gagal ginjal akut (Consensus, Report, 1990).
Pre-eklampsia berperan dalam kematian intra-uterin dan mortalitas perinatal.
Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklampsia ialah insufisiensi plasenta
dan solusio plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim (IUGR, intrauterine growth
reterdation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita preeklampsia
(Roberts, 1990: Sibai, 1990a). Pre eklamsia berat atau syndrom hellp adalah
peningkatan enzim hati dan trombosit yang rendah merupakan komplikasi serius yang
biasanya disebabkan oleh pre-eklamsia dan perkembangannya merupakan indikasi
yang jelas untuk pelahiran janin.
Congenital
Grand Multigravida
Janin Besar
Kehamilan dengan janin besar
Morbit Obesitas
C. Patofisiologi Hipertensi
Secara fisiologis
wanita
hamil
mengalami
perubahan
pada system
kadar
prostasiklin
(lebih
tinggi
vasodilatator).
Pada
meninggakat.
- Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori Intoleransi Immunologi antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor immunologik berperan terhadap terjadinya
hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut:
besar
terjadinya
hipertensi
dalam
kehamilan
jika
Tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5gr atau lebih dalam 24 jam
Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
- Edema paru atau sianosis
b. Eklampsia
Gejalanya sama dengan pre-eklampsia ditambahn adanya kejang atau
konfulsi atau koma. Konfulsi dapat muncul didahului gangguan neurologis
konfulsi terjadi akibat efek serebral berat pre-eklamsia
3. Pre-eklampsi pada hipertensi kronis
- Superimposisi pre-eklampsia pada penderita hipertensi kronis
meningkatkan ancaman bagi ibu atau janin.
- Peningkatan sistolik 30 mmHg
- Peningkatan diastolik 20 mmHg
- Proteinuria
- Oudema
4. Hipertensi transian
Terjadi pada masa kehamilan dalam waktu 24 jam pertama sesudah
melahirkan. Tanpa disertai gejalan pre-eklampsia dan hipertensi kronis. Hilang
setelah 10 hari pasca persalinan.
E. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat baring.
2. Hindari konsumsi garam yang berlebih.
3. Hindari kafein, merokok dan alkohol.
4. Diet makanan yang sehat dan seimbang.
u/ml)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (N= <31
u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan
eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
b. Etiologi
Penyebab pre-eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi. Ada beberapa
teori yang menjelaskan penyakit ini yaitu :
Mola Hidatidosa
Diabetes Mellitus
Kehamilan ganda
Hidropfetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
c. Patofisiologi
Pada pre-eklamsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Pada pre-eklamsi yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia. Wanita dengan hipertensi dalam kehamilan dapa mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang
Kematian ibu pada pre-eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnenomunia
atau abses paru.
d. Klasifikasi
a. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia dibagi menjadi 2 golongan ringan dan berat.
a) Pre eklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
f. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita
harus lenih waspada akan timbulnya pre-eklampsia dengan adanya faktor-faktor
prediposisi. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik bagi wanita hamil. Penerangan tentang
manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Diet tinggi protein dan rendah
lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu
dianjurkan.
g. Penanganan Perawatan di rumah
Intervensi untuk pre-eklampsia seperti tirah baring dan diet dianggap sebagai
intervensi paliatif (Consensus Report, 1990). Penatalaksanaan di rumah dapat
memuaskan apabila pre-eklampsia masih ringan dan tidak ada masalah retardasi
pertumbuhan janin. Supaya perawatan di rumah bisa efektif, perawat perlu memeriksa
lingkungan rumah dan kemampuan ibu untuk menjalankan tanggung jawabnya. Selain
itu efek penyakit, bahasa, usia, budaya, keyakinan, dan sitem pendukung perlu
adanya edema
Ukur tekanan darah pada lengan yang sama pada saat duduk setiap kali
supaya hasil pengukuran konsisten dan akurat. Letakkan lengan di atas
kunjungan berikutnya.
Koping terhadap tirah baring
- Di tempat tidur, berbaring pada sis kiri ibu (ganti ke sisi kanan jika
-
oerlu). Hal ini membuat lebih banyak darah memasuki rahim dan janin.
Tingkatkan asupan cairan menjadi 8 gelas/ hari dan tambahkan serat
kasar (mis, buah-buahan dan sayuran berdaun) ke dalam makanan
J. Eklampsia
a. Definsi
Eklamsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi
yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma. Eklamsia adalah kejang akibat dari preeklamsi, tindakan yang
mungkin dilakukan adalah menyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir
dengan kasus ini dengan berat badan rendah/ kurang gizi. Eklamsia adalah penyakit
akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai
dengan hipertensi, udema, dan proteinuria.
Eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah (S > 180mmHg, D > 110 mmHg). Sekarang kita ketahui
bahwa umumnya eklamsia timbul pada wanita hamil maupun nifas ditandai dengan
pre-eklamsia yang menimbulkan kejang-kejang yang diikuti oleh koma. Tergantung
dari saat timbulnya eklamsia.
b. Etiologi
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi
banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain:
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh
ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan
rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi
respon imunologi dan terjadilah adaptasi. Pada eklamsia terjadi penurunan atau
kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap
berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada membran
glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif
dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron
dan berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak.
Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain
dengan menimbulkan kerusakan sel. Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama
adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal
bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran
sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi
daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali
karena kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh
vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal
bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang
menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh
yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu
berupa glumerulus endotheliosis . Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang
sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero
placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam
lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi
menurunkan pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi
kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 :
1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi
kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2 gram per hari. Bila terjadi kekurangankekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium
otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot
dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung
yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.
Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi
sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.
c. Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi
pertumbuhan janin
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia
d. Klasifikasi
Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu :
a) Eklampsia gravidarum
Kejadian 50% sampai 60 %
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b) Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama
saat mulai inpartu
c) Eklampsia puerperium
Kejadian jarang 10 %
Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
pasien
tersebut
menderita
impending
preeklampsia.
Impending
K. Syndrom HELLP
Sindrom HELLP, suatu keadaan multisistem merupakan suatu bentuk
preeklampsia-eklampsia berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan
menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis (H) sel
darah merah, peningkatan enzim hati (EL) dan trombosit rendah (LP). Keluhan
bervariasi dari malaise, nyeri ulu hati, mual dan muntah, sampai gejala menyerupai
virus yang tidak spesifik. Pada waktu berobat, ibu ini biasanya sudah berada dalam
trimester kedua atau awal trimester ketiga dan awalnya hanya menunjukkan beberapa
tanda preeklampsia. Ibu ini biasanya akan menerima diagnosis bukan obstetri,
sehingga memperlambat pengobatan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal (Martin, dkk., 1991a).
Sindrom HELLP mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% preeklampsia berat
dengan angka mortalitas 2% sampai 24% (Sibai, dkk., 1986). Insiden paling tinggii
terdapat pada ibu berusia lanjut, berkulit putih dan multipara. Walaupun mekanisme
pasti belum diketahui, sindrom HELP diduga terjadi akibat perubahan yang
mengiringi preeklampsia. Vasospasme arterial, kerusakan endotelium dan agrregasi
tromosit dengan akibat hipoksia jaringan ialah mekanisme yang mendasarinya untuk
patofisiologi sindrom HELP (Poole, 1988, 1993).
Koagulopati yang terlihat pada sindrom HELP serupa dengan DIC, kecuali
bahwa pemeriksaan faktor pembekuan, masa protromboplastin sebagai (PTT) dan
waktu perdarahan biasanya tetap normal (Guyton, 1992; Leduc, dkk., 1992; Perry,
1992). Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat dalam sindrom
HELLP, harus selalu diiingat bahwa trombositopenia adalah temuan yang umum
(Perry, 1992).
Diagnosis
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala,
bilirubin indirek.
Tanda kerusakkan atau disfungsi sel hepatosit hepar: kenaikkan ALT, AST,
LDH
Trombositopenia
Trombosit 150.000/ml
Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa
Terapi medikamentosa
Mengikuti terapi medikamosa pre-eklampsia dan eklampsiadengan melakukan
monitoring kadar trombosit tiap 12 jam. Bila trombosit < 500.000/ml atau adanya
tanda koagulatif konsumtif, maka harus diperiksa waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, dan fibrinogen.
Pemberian dexamethasone, pada anterpartum diberikan dalam bentuk double
strenght dexamethasone (double dosis).
Jika di dapatkan kadar trombosit < 100.000/ml atau trombosite 100.000150.000/ ml dengan disertai tanda-tanda, eklampsia, hipertensi berat, nyeri
epigastrium, maka diberikan dexamethasone 10 mg i.v tiap 12 jam. Pada postpartum
dexamethasone diberikan 10mg i.v tiap 12 jam 2 kali, kemudian diikuti 5 mg i.v tiap
12 jam 2 kali. Terapi dexamethasone dihentikan, bil atelah terjadi perbaikan hasil
laboratorium, yaitu trombosit > 100.000/ml dan penurunan LDH serta perbaikan
tanda dan gejala-gejala klini preeklamsia-eklampsia. Dapat dipertimbangkan
pemberian transfusi trombosit, bila kadar trombosit < 50.000/ml dan antioksidan.
Perawatan di rumah sakit
Asuhan keperawatan intrapartum pada ibu dengan pre-eklampsia berat atau
syndrom Hellp meliputi pemeriksaan ibu dan janin seiring kemajuan persalinan.
Pemeriksaan dan pencegahan hipoksia dan pendarahan jaringan, keduanya dapat
menimbulkan gangguan yang permanen pada organ penglihatan, yang berlangsung
sepanjang period intrapartum dan pascapartum (Harvey, Burke, 1992).
-
Magnesium sulfat
Salah satu tujuan penting merawat seorang wanita dengan sindrom hellp
ialah mencegah atau mengendalikan kejang. Infus magnesium sulfat
dimulai untuk mengurangi insiden kejang. Obat ini merupakan pilihan
dalam mengobati pre-eklampsia dan eklampsia, tetapi kejang tetap dapat
terjadi saat pemberian magnesium sulfat dilakukan, yakni jika dosis yang
diberikan tidak dititrasi dengan benar sesuai respons klinis masing-msing
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
b. Data Obyektif :
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
Pemeriksaan penunjang :
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
dengan
tidak
adekuatnya
intake
makanan
yang
4. Intervensi
a) Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan
kehilangan protein plasma penurunan tekanan osmotic.
Tujuan : volume cairan dapat kembali seimbang dan regulasi cairan
normal.
Rencana Tindakan :
Timbang BB klien
Rasional : penambahan BB bermakna dan tiba-tiba menunjukan retensi
cairan.
Bedakan edema kehamilan patologis dan fasiologis. Pantau lokasi dan
derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah , tangan , kaki, area sakral
atau dinding abnomen, edema yang tidak hilang selama 12 jam tirah
baring adalah bermakna.
pembentukan edema.
Pantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan
ukur berat jenis sesuai indikasi.
Rasional : Pengeluaran urine adalah indikator sensitive dari sirkulasi
volume darah.
Kolaborasi dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral
melalui infuse sesuai andikasi.
Rasional : Penggantian cairan memperbaiki hypovolemia yang harus
Anjuran klien untuk istirahat atau tidur dengan posisi berbaring pada
salah satu sisi tubuhnya
Rasional : Dengan istirahat tidur dengan posisi berbaring pada salah
satu sisi tubuhnyaakan memaksimalkan aliran darah dan meningkatkan
c)
dieresis
Kontrol Vital Sign secara Berkala
Rasional : dengan mengontrol vital sign dapat diketahui keadaan
Injury
tidak
terjadi
pada
janin
Rencana tindakan :
Istirahatkan klien
Rasional : Dengan mengistirahatkan klien diharapkan metabolisme
tubuh menurun dan peredaran darah keplasenta menjadi adekuat
berkurang
Monitor bunyi Jantung klien
Rasional : Dengan memonitor bunyi jantung janin dapat diketahui
keadaan jantung janin lemah atau menurun menandakan suplay
oksigen keplasenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan
sebelumnya.
dengan
tidak
adekuatnya
intake
makanan
yang
intervensi selanjutnya
Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
Rasional : Makanan yang tinggi kalori dibutukhan untuk sumber
energi.Sedangkan makanan yang tinggi protein berfungsi untuk
keadaan
penyakitnya,
Prosedur
perawatan
dan
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik dan
diastolik mencapai atau melebihi 140/90mmHg. Jika tekanan darah ibu pada
trisemester pertama diketahui, maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar
tekanan dasar darah ibu.
Belum jelas di ketahui, factor resiko yang terkait dengan perkembangan
hipertensi pada ibu hamil :
1.
2.
3.
4.
5.
CongenitalGrand
Multigravida
Janin Besar
Kehamilan dengan janin besar
Morbit Obesitas
Klasifikasi berikut merupakan salah satu klasifikasi yang paling umum
Daftar Pustaka
Boyle., Mauren. (2005). Kedaruratan dalam persalinan: buku saku bidan.
Jakarta: Penerbit buku saku kedokteran EGC
Marilynne., Donges dkk. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta:
Penerbit buku saku kedokteran EGC
Motherhood., Safe. (1998). Modul eklampsia-materi pendidikan kebidanan.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Purwaningsih. Wahyu., Fatmawati. Siti. (2010). Asuhan keperawatan
maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Wijayarini. Maria., Anugerah. Peter. (1996). Buku ajar keperawatan
maternitas edisi 4. Jakarta: Penerbit buku saku kedokteran EGC