Вы находитесь на странице: 1из 12

Perforasi

Perforasi merupakan suatu kegiatan pembuatan lubang ketika sumur


minyak
atau
gas
siap
untuk
diproduksikan.
Bahan
peledak (perforator) merupakan bagian terpenting dari kegiatan tersebut.
Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan
atas bullet atau gun perforator dan shape charge atau jet perforator.

Kondisi Kerja Perforasi


Kondisi kerja dari perforasi dibedakan atas dua macam berdasarkan
kondisi dari lubang sumur, contohnya adalah:

Conventional Overbalance
Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik sumur lebih besar sedikit
dari tekanan formasi sumur, sehingga memungkinkan dilakukan perforasi,
pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya.

Underbalance
Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik lumpur komplesi lebih
kecil dibandingkan tekanan formasi.

Teknik atau Cara Perforasi


Teknik atau cara perforasi dibedakan berdasarkan kondisi dari
lubang sumur.

Wireline Conveyed Perforation / High Shoot Density

Pada
sistem
ini gun diturunkan
kedalam
sumur
dengan
menggunakan wireline, biasanya menggunakan gun berdiameter besar.
Kondisi kerja perforasi dengan teknik ini adalah Overbalance, sehingga
tidak terjadi aliran setelah perforasi dan menara pemboran
dengan BOPmasih tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.
Wireline Conveyed Tubing Gun / Enerjet
Gun berdiameter
kecil
dimasukkan
kedalam
sumur
melalui XMastree dan tubing, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval
perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada kondisi Underbalance dan untuk
operasi ini umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup
dengan pressure control equipment.

Tubing Conveyed Perforation / TCP


Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing yang
diturunkan kedalam sumur bersama tubing string. Setelah pemasangan XMastree dan packer, perforasi
dilakukan
secara
mekanik
dengan
menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang
akan
menghantam firing
head yang
ditempatkan
dibagian
atas perforator. Perforasi
dapat
dilakukan
baik
pada
kondisi underbalance maupun overbalance dan
setelah
perforasi
dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan kedasar
sumur (rat hole).

Pengertian HSD
HSD (High Shoot Density) adalah salah satu kegiatan perforasi,
dimana
kegiatan
ini
dilakukan
pada
sumur
dengan
kondisi Overbalanceyaitu dimana tekanan hidrostatik lebih besar sedikit
daripada tekanan formasi.

Fungsi HSD
Selain untuki melubangi casing, semen dan formasi agar fluida pada
lapisan produktif bisa mengalir kedalam sumur untuk diproduksikan.

Prinsip Kerja HSD


Setelah lubang sumur dikondisikan pada keadaan Overbalance,
maka kegiatan HSD dapat segera dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan rig
up
equipment, lalu
memasang BOP
(Blow
Out
Preventer),terdapat
dua
jenis BOP yang
digunakan
pada
kegiatan HSD yaitu BOP Mdan BOP V.
Pada saat running peralatan HSD, korelasi colar casing dilakukan
mulai dari top depth. Setelah dikorelasi, maka dapat segera ditentukan
posisi shooting
depth. Shooting Depth tidak boleh berada pada
daerah collar karena dapat memutuskan susunan casing pada lubang
sumur.
Setelah shooting depth didapat, maka arus listrik akan dialirkan dari
unit melalui wireline keperalatan HSD. Arus listrik sebesar 0,4-0,5 Ampere
akan mengaktifkan white deto yang berhambatan 52-54 Ohm yang
kemudian akan memicu Primacord. Primacord tersebut kemudian akan
meledak dan memberi tekanan besar pada charge sehingga charge akan
meledak dan akan menembak sehingga casing, semen dan formasi dapat
berlubang.

Peralatan-peralatan HSD
Untuk penjelasan mengenai peraalatan-peralatan HSD penulis
hanya akan menjelaskan nama dan fungsi peralatan yang digunakan
diperusahaan tempat penuliis melakukan praktek kerja.
1.

PEH-A/B

2. 10 to 1
3. CAL-B (Casing Anomaly Locator)
4.

Carrier

5.

Bottom Nose

Bahan Peledak
Bahan peledak yang digunakan pada kegiatan HSD terdiri dari dua
jenis yaitu Primary Explosive dan Secondary Explosive.

Primary Explosive
Memiliki karakteristik mudah meledak tetapi berdaya ledak rendah,
bahan peledak primary explosive pada HSD terdiri dari :

Detonator
Berfungsi sebagai pemicu dimana alat ini dapat meledak apabila
dialiri arus sebesar 0,4-07 ampere dan detonator tersebut memiliki
hambatan sebesar 52-54 0hm. Jenis detonator yang digunakan pada
kegiatan HSD disebut white deto.

Primacord
Sebenarnya
bahan
peledak
ini
berkarakteristik
secondary explosivetetapi karena pada kegiatan HSD peledak ini berperan
sebagai pemicucharge maka peledak ini dimasukkan pada primary
explosive. Bahan peledak ini berbentuk seperti kabel dan sensitif terhadap
tekanan yang besar.

Secondary Explosive
Memiliki karakteristik berlawanan dengan primary explosive dimana
alat ini tidak mudah meledak jika terkena tekanan kecil tetapi memiliki
daya ledak yang besar. Explosive tersebut berfungsi sebagai peledak
utama karena explosive inilah yang akan menembak casing, cement dan
formasi.Explosive tersebut memiliki berbagai macam jenis, diantaranya :

RDX
Yaitu explosive yang dapat digunakan pada lubang sumur dengan
temperature
dibawah
3500F. RDX adalah
tipe explosive yang
berkarakteristik low temperature.
HMX
Yaitu explosive yang

berkarakteristik high

temperature diatas

4000F.

2.2. Perforasi
Pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi
komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida
formasi dapat mengalir ke dalam sumur, disebut perforasi.
2.2.1. Perforator

Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas


dua tipe perforator a. Bullet/Gun perforator
b. Shape charge/ Jet perforator

2.2.1.1. Bullet/Gun perforator


Komponen utama dari bullet perforator meliputi :
a. Fluid seal disk: pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke dalam alat.
b. Gun barrel
c. Badan gun dimana barrel disekrupkan dan untuk menempatkan sumbu
(ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasamya, untuk
memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena
terbakarnya powder.
d. Electric wire : Kawat listrik yang meneruskan arus untuk pengontrolan
pembakaran powder charge.
Gun body terdiri silinder panjang terbuat dari besi yang dilengkapi dengan
suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah gun/susunan gun
ditempalkan dengan interval tertentu dan diturunkan kedalam sumur
dengan menggunakan kawat (electric wire-line cable) dimana kerja gun
dikontrol dan permukaan melalui wire line untuk melepaskan peluru
(penembakan) baik secara sendiri-sendiri maupun serentak.
2.2.1.2. Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya
gaya powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan
oleh bentuk powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan
tinggi yang dapat menembus casing, semen dan formasi.
2.2.2. Kondisi kerja perforasi
2.2.2.1. Conventional overbalance
Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol
oleh fluida/lumpur komplesi, atau dengan kata lain bahwa tekanan

hidrostatik lumpur (Ph) lebih besar dibandingkan .tekanan formasi (Pf),


sehingga memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan
perlengkapan sumur lainnya.
Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada
a. Komplesi multizona.
b. Komplesi gravel-pack (cased hole).
c. Komplesi dengan menggunakan liner.
d. Komplesi pada casing intermediate.
Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah
:
a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat reaksi
antara lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan formasi.
b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.
c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.
d. Clean-up sukar dilakukan.
2.2.2.2. Underbalance
Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik
lumpur komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat
cocok digunakan untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih
baik dibandingkan overbalance, karena :
a. Dengan Ph
b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi antara
lumpur dengan mineral batuan.
c. Clean up lebih cepat dan efektif.
2.2.3. Teknik/cara perforasi
Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik
perforasi, yaitu
a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation)

b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation).


2.2.3.1. Wireline conveyed perforation
Pada sistem ini gun diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan
wireline (kawat iistrik).
a. Wireline conveyed perforation
Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi
dengan teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah
perforasi dan menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih
tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.
b. Wireline conveyed tubing gun
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui x-mastree dan
tubing string, setelah tubing dan packer terpasang di atas interval
perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance dan untuk
operasi ini, umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup
dengan lubricator (alat kontrol tekanan) atau snubbing unit.
2.2.3.2. Tubing conveyed perforator (TCP)
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung
tail-pipe yang diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing
string. Setelah pemasangan Xmastree dan packer, perforasi dilakukan
secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing
yang akan menghantam firing-head yang ditempatkan di bagian atas
perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi overbalance
maupun underbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun dibiarkan
tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).

Вам также может понравиться