Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KLASIFIKASI
Tingkat
Hiperemesis
Gravidarum
Tingkat
Pertama
mata cekung
b. lidah kering
c.
lidah kotor
f.
b. Sianosis
c.
Nistagmus
d. gangguan jantung
e.
4. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokeoremia, penurunan klorida urin selanjutnya terjadi
hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbulnya zat
toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan
lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
Jantung atrofi, kecil di biasanya. Terdapat perdarahan pada otak, terdapat degenerasi lemak pada
tubuh kontorfi serta ginjal tampak pucat
Dari otopsi wanita yang meninggal (menurut Manuaba, 1999. hal: 102) karena
hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh
sebagai berikut :
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis.
Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat
muntah teru-menerus.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial,
ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak : terdapat perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensefalopati wernicke dapat
dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga
dan ke empat).
4. Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
5. DIAGNOSIS
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.
a.
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Kemudian
diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan
tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat
diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan
besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
c.
Pemeriksaan Penunjang
6. DIAGNOSISI BANDING
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi
mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu hamil, yaitu:
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang
mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau
antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan epigastrik, hematemesis,
dan melena dapat ditemukan.
Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus,
warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati atau peningkatan bilirubin.
Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah. Uniknya,
lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin
membesar. Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda Bryan (timbul
nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring miring ke kiri dan letak
nyeri tidak berubah).
Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan peningkatan frekuensi buang air besar
di atas 3 kali per hari dengan konsistensi cair.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a.
Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis, hipokalemia,
kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan psikologis.
b.
8. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum
dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu
makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang
banyak mengandung gula.
9. PENATALAKSANAAN
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1. Obat obatan
a. Sedativa : phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
c. Anti histamin : Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b. Catat cairan yang keluar masuk.
c. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang kadang dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan fisiologis (2 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik
5. Menghentikan kehamilan (terminasi)
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium,
koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.
6. Diet
Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
10. PROGNOSIS
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
2. Dieresis bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin berkurang
3. Kesadaran penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak bertambah meyakinkan
4. Keadaan ikterus semakin berkurang
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teri ilmiah. Penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien.
Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang
disebut Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar
dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap
yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:
: untuk membedakan antara klien satu dengan yang lain agar tidak
keliru dalam memberikan asuhan
umur
agama
suku
b. Keluhan utama
merupakan alasan utama klien datang ke pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan
klien.
kemungkinan yang ditemui pada hiperemesis grade I: ibu mengalami mual muntah secara terus
menerus hingga menjadi letih dan lemas serta nafsu makan tidak ada
c.
Riwayat perkawinan
kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin dan berapa lama setelah kawin
baru hamil
d. Riwayat Menstruasi
yang ditanyakan :
HPHT, siklus, lama, banyaknya, bau, warna dan apakah nyeri waktu haid dan kapan
mendapatkan haid pertama kalinya.
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana
dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus mentruasi pasien normal.
e.
f.
Riwayat kontarsepsi
untuk mengetahui apakah klien pernah menggunakan alat kontraepsi lain atau tidak dan apa ada
keluhan saat menggunakan kontrasepsi
j.
Riwayat Seksualitas
untuk mengetahui berapa kali klien melakukan hubungan seksualitas dalam seminggu, ada
keluhan atau tidak
k. Psikososial Budaya
dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani kehamilan ini, dukungan
keluarga, jenis kelamin yang diharapkan, kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah
pantangan makanan selama kehamilan, kebiasaan atau adapt istiadat selama kehamilan.
pada kasus hiperemesis gravidarum grade I yang takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
dan muntah.
l.
Kebutuhan Dasar
dikaji untuk mengetahui kebutuhan bio-psiko yang meliputi
pemenuhan nutrisi : dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan
selama hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan,
serta berapa banyak klien minum dalam 1 hari. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I asupan makan dan minum
berkurang, ibu mengalami mual dan muntah setelah makan.
eliminasi
aktifitas
istirhat
2. Data Objektif
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a.
Pemeriksaan Umum
- keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk. Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien
lemah.
- kesadaran : untuk mengkaji tingkat kesadaran klien. Pada klien hiperemesis
Leopold II
Leopold III
: untuk menentukan bagian janin yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan
: untuk menentukan apakah bagian terbawah telah masuk PAP dan seberapa besar
masuknya.
3. secara auskultasi
pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya DJJ karena merupakan tanda pasti kehamilan
4. secara perkusi
pemeriksaan untuk mengetahui reflek patela kiri dan kanan positif
5. pemeriksaan ukuran panggul
untuk mengetahui keadaan normal ukuran panggul dengan pengukuran jangka panggul
c.
Pemeriksaan penunjang
1. labolatorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat
kematangan plasenta
3. pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
untuk mengetahui DJJ yang abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi
untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
5. pemeriksan sitosol vaginal
untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term
Diagnosa kebidanan
diagnosa yang ditegakkan untuk kasus hiperemesis gravidarum :
Ny. X, usia 19 th, G1P0O0H0, UK 3-4 minggu, janin hidup, intarauterine,KU ibu kurang baik
dengan hiperemesis gravidarum gradeI
Dasar :
data subjektif :
- ibu mengatakan HPHT pada tanggal 5 april 3013
- ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
- ibu mengatakan badannya lemas
- ibu mengatakan mual muntah terus menerus
- ibu mengatakan nafsu makan berkurang
- ibu mengatakan BAK berkurang
data objektif :
- KU kurang baik
- BB menuturun
- TD menurun (rendah)
- turgor kulit berkurang
- mata cekung
- lidah kering
- nafas berbau aseton
b. Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada hiperemesis gravidarum grade I adalah ibu merasa
cemas dengan kehamilannya
c.
Kebutuhan
kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belun teridentifikasi dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
kebutuhan pada kasus hiperemesis gravidarum grade I : memberikan konseling dan motivasi
dukungan pada ibu.
3. Langkah III : Masalah atau Diagnosa Potensial
pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klie. Bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan masalah atau diagnosa potensial yang timbul pada kasus ini yaitu :
hiperemesis gravidarum grade II
4. Langkah IV : identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien.
Kemungkinan tindakan segera pada kasus hiperemesis gravidarum grade I yaitu :
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan seperti vit B1, B6, sedative, anti emetik,
anti histamin dan motivasi.
5. Langakah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar
perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid
berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dilakukan.
Perencanaan tindakan yang dilakukan yaitu :
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan terhadap
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Bidan bertugas merumuskan rencana asuhan
yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh yang rasional dan benar-benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date.
langkah perencanaan pada hiperemesis gravidarum grade I yaitu :
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu
Tanda - tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,50C
P : 24 x/menit
2.
3.
4.
5.
6.
Menganjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk
mengurangi rasa mual dan muntah.
7.
8.
9.
muntah karena setiap 1000 ml larutan dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan
RL mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium klorida 0,4 % gr.
10. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Menciptakan ruangan yang bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi
stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup
tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
12. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan
perasaanya.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan
menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan
ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
13. Melibatkan keluarga dalam perawatan ibu.
14. Tindakan yang di berikan:
a. Cairan yang terpasang dextrose 5% 28 tetes/ menit botol ke empat pada tangan kanan.
b. Antasida 1 sdt
c. injeksi Ondensetron dan ranitidine.
8. SOAP
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen varney, sebagai
catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Sistim
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :
S (subjektif)
O (objektif)
1. Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien lemah.
2. Kesadaran : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I tingat kesadarannya yatu apatis
3. Suhu
dehidrasi
4. Nadi : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I nadi meningkat.
5. Pernapasan : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I frekuensi pernapasan menjadi
meningkat
6. Berat badan :Pada hiperemesis gravidarum grade I BB menurun dari sebelumnya karena asupan
nutrisi yang berkurang atau tidak ada.
misalnya :
Tanda-tanda Vital
: 90/70 mmHg
a.
TD
b.
: 89 x/menit
c.
: 37,50C
d.
: 24 x/menit
e.
TB/BB
: 160 cm/48 kg
f.
BB sebelum hamil
: 49 kg
g. HPHT
: 5 april 2013
h. TP
: 12 januari 2014
i.
UK
: 3-4 minggu
pada pemeriksaan fisik :
6. Anjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk
mengurangi rasa mual dan muntah.
7. Bantu ibu memilih posisi yang menyenangkan.
8. Observasi pengeluaran urine.
9. Lanjutkan pemberian cairan secara intravena yaitu infuse RL : Dextrose 5% = 1 : 2
10. Anjurkan ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Ciptakan ruangan yang bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
12. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya.
13. Libatkan keluarga dalam perawatan ibu.
14. Tindakan yang diberikan :
a.
N : 89 x/menit
S : 37,50C
P : 24 x/menit
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
6.
Menganjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk
mengurangi rasa mual dan muntah.
7.
8.
9.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi
stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup
tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
12. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan
perasaanya.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan
menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan
ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
13. Melibatkan keluarga dalam perawatan ibu.
Cairan yang terpasang dextrose 5% 28 tetes/ menit botol ke empat pada tangan kanan.
b.
Antasida 1 sdt
c.
C. DATA FOKUS
1. Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2. Eliminasi
Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan
konsentrasi urine.
3. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan
(5 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton,
turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
4. Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
5. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
6. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
7. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
8. kebutuhan dasar
a.
Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
b. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c.
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini
berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri
fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur repoduksi (Yunita, 2005).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum
sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan
diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus
lama (Manuaba, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007) umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20 secara
biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di
usia ini (Ridwan dan Wahiduddin, 2007).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum
cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan
jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu
makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi
pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran
cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi
muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan
pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan
kemudian (www.Bkkbn.co.id).
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas
dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan
stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah
otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan
diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung
memaksa ibu untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian
atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun akan menjadi buruk.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia muda pada umur
kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester ke dua, begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang
sedang hamil dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam
urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya namun karena adanya
ketidak normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada kehamilannya
jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada saat ibu hamil akan
mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan perkembangan janin terganggu.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengenali mual
muntah pada ibu hamil yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan
janin.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
disertainya makalah mengenai hiperemesis gravidarum ini mampu memberikan referensi yang
berguna untuk meningkatkan penanganan dan pengetahuan bagi petugas medis untuk merawat
ibu hamil yang mengalami mual muntah berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA