Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada
manusia agung teladan umat Rasulullah SAW, keluarga suci
yang senantiasa mendampingi, serta para sahabat mulia yang
rela berkorban demi tegaknya risalah Illahi.
Islam sebagai agama dan ideologi merupakan sarana
penghantar perjalanan manusia kepada Allah. Dengan sarana
yang pasti ini, memastikan manusia untuk tidak memilih jalan
lain atau berjalan di jalan yang salah. Karena itu, Allah SWT telah
memberikan pedoman agar manusia tidak tersesat dan sampai
pada tujuan penciptaannya. Dalam Islam terdapat tiga sumber
ajaran agama yang dapat dijadikan rujukan, yaitu Al-Quran, AlHadits, dan Ijtihad.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
membahas ketiga sumber ajaran Islam tersebut, selain untuk
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan masih
terbatasnya ilmu pengetahuan, pengalaman serta kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis memohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik
mengenai isi maupun cara penyampaian.
Saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan agar menjadi panduan
serta bekal masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................... 1
A.
B.
C.
D.
E.
1
1
2
2
2
BAB II PEMBAHASAN................................................ 3
A AL QURAN............................................... 3
1.Kitab kitab sebelum Al Quran........................ 3
2.Definisi Al Quran............................................... 5
3.Penyusunan dan pembukuan Al Quran............ 5
4. Fungsi Al Quran............................................... 9
5.Ilmu ilmu dalam Al Quran.............................. 9
6. Keistimewaan Al Quran................................... 10
7.Nama nama lain Al Quran.............................. 14
8. Adab membaca Al Quran................................. 14
9.Fakta unik tentang Al Quran............................. 17
B AL HADITS................................................ 18
1.Definisi Hadits...................................................... 18
2.Dalil naqli dan aqli............................................... 20
3.Sejarah hadits dan pembukuannya...................... 21
4.Fungsi Hadits....................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang syamil dan kamil,
memberikan pedoman untuk umatnya agar tidak tersesat
dalam mengemban tugas sebagai khalifah dan sebagai hamba
Illahi di muka bumi ini.
Al Quran sebagai sumber hukum Islam yang pertama
dan utama. Setiap muslim beriman dan yakin kepada segala
hal yang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT. Secara
faktual, Al Quran merupakan suatu kenyataan yang bisa
dijangkau panca indera dan akal, dapat dipikirkan atau
dibuktikan kebenarannya (bahwa kita itu berasal dari Allah).
Tidak demikian halnya dengan kitab samawi lainnya. Kitab
tersebut faktanya sudah tidak ada, sehingga akal sudah tidak
mampu membahas dan membuktikan kebenarannya.
Al Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua yang
dapat dijadikan pedoman hidup. Karena Hadits pada
hakikatnya adalah wahyu dari Allah SWT juga. Fungsinya untuk
menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al
Quran. Serta menjelaskan atau merinci aturan aturan yang
digariskan oleh Al Quran.
Ijtihad adalah salah satu metode untuk menggali sumber
hukum Islam. Ijtihad dapat dijadikan sebagai sumber ajaran
Islam yang ketiga. Secara historis kaum muslimin
menggunakan ijtihad untuk melepaskan tanggung jawab
dalam menjawab permasalahan kehidupan kontemporer yang
belum diketahui hukumnya dengan jelas. Ijtihad mulai
berkembang setelah wafatnya Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
Agar masalah tidak melebar dan diluar pokok bahasan,
maka penulis membatasi masalah pada hal hal berikut :
1. Definisi dari Al Quran, Al Hadits, dan Ijtihad
2. Dalil naqli dan aqli dari Al Quran, Al Hadits, dan
ijtihad
3. Fungsi dari Al Quran, Al Hadits, dan Ijtihad
C. Tujuan Pembuatan makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini khususnya
adalah untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan agama,
dan umumnya sebagai pengantar untuk memahami sumber
sumber ajaran Islam.
D. Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil baik untuk penulis
maupun pembaca adalah :
1. Mengetahui ragam sumber ajaran Islam
2. Mengetahui sejarah, fungsi, dan perkembangan
sumber ajaran islam
3. Memahami pentingnya sumber sumber ajaran Islam
sebagai fondasi kehidupan beragama
E. Sistematika Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar penulisan lebih
terarah, tidak menyimpang dari batas permasalahan dan dari
tujuan yang diharapkan. Makalah ini terdiri dari 3 (tiga) Bab
dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan pembuatan makalah, dan
manfaatnya.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas secara lebih mendalam ketiga
sumber ajaran Islam yaitu Al Quran, Al Hadits, dan Ijtihad.
Dimulai dengan definisi, dalil, fungsi dan tambahan informasi
lain tentang ketiga sumber tersebut.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari semua materi yang telah
dipaparkan dalam bab pembahasan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL QURAN
1.
Kitab kitab sebelum Al Quran
Kitab kitab yang berasal dari firman Allah SWT
sebelum turunnya Al Quran seluruhnya ada empat
macam, yaitu Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Injil yang
diturunkan kepada Isa as. Sementara itu ada firman Allah
dalam bentuk shuhuf (lembaran lembaran) yang
diberikan kepada Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as.
a. Taurat.
Taurat dalam bahasa Ibrani adalah Thora, yaitu
kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa
as untuk membimbing kaumnya ( Bani Israil ). Hal itu
sesuai dengan Firman Allah SWT, sebagai berikut :
Artinya:
2.
Definisi Al Quran
Al Quran mempunyai beberapa definisi baik secara
istilah maupun bahasa, diantaranya yang dikemukakan di
bawah ini :
1. Secara harfiyah,Al-Quran berarti bacaan,yang berasal
dari kata Qara-a. Sedangkan menurut istilah ( definisi ),
Al Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada
Rasulullah Muhammad S.A.W melalui melalui malaikat
jibril dan membacanya adalah ibadah.
( Wahyudin, Udi. Muchsin, dkk, 2001. Pendidikan
Agama Islam SMA 3. Bandung : Orba Sakti.)
2.
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Quran berasal dari
bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang
dibaca berulang-ulang". Kata Al-Quran adalah bentuk
5
3.
Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah
bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga
kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak
diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu
berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit
atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang
binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat
langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu
diturunkan.
a. Periode Nabi Muhammad SAW
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara
malaikat Jibril yang menjadi mukjizat atas kenabiannya.
Dimana Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam, akan
tetapi diwahyukannya Al-Quran kepada Rasulullah tidak
sekaligus melainkan secara mutawattir (bertahap) pada
saat terjadi suatu peristiwa (Asbabun Nuzul), disamping
Rasulullah menghafalkan secara pribadi, Nabi juga
memberikan pengajaran kepada sahabat-sahabatnya
untuk dipahami dan dihafalkan, ketika wahyu turun
Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya
agar mudah dihafal karena Zaid merupakan orang yang
paling berpotensi dengan penulisan, sebagian dari
mereka dengan sendirinya menulis teks Al-quran untuk
di milikinya sendiri diantara sahabat tadi , sebagian para
sahabat lagi ada yang menyodorkan al-Quran kepada
Nabi dalam bentuk hafalan dan tulisan-tulisan. Pada
masa Rasullah untuk menulis teks al-Quran sangat
terbatas sampai-sampai para sahabat menulis Al-Quran
di pelepah-pelepah kurma, lempengan batu dan dikeping
10
Fungsi Al Quran
Al Quran adalah manhaj tarbiyah Islamiyah yang
merupakan kitab syariyah. Mempunyai banyak fungsi
dalam kehidupan beragama, diantaranya :
1. Petunjuk bagi orang orang yang bertakwa (Al
Baqarah : 2),
2. Membenarkan kitab kitab sebelumnya (Al Maidah :
48),
3. Sebagai pembeda antara yang haq dan bathil (Al
Furqan : 1),
4. Pemberi peringatan seluruh umat (Al Qalam : 51 52),
5. Menjelaskan hukum hukunm yang telah ditetapkan
Allah (Yunus:37).
5.
11
12
13
2.
14
15
16
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
17
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan. (QS. Al-Waqi'ah : 77)
Al-Qur'an tidak boleh disentuh kecuali oleh orangorang yang sudah suci. (HR. An-Nasai, Daruquthni,
Baihaqi).
3. Bersih Tempat ()
Tidak boleh bagi kita membaca Al-Qur'an di
tempat-tempat yang tidak pantas, seperti tempat
pembuangan sampah. Dan larangan yang lebih besar
membawa mushaf atau membaca Al-Qur'an di WC.
4. Khusyu' ()
Yakni menghadirkan hati saat membaca ayat-ayat
Allah SWT. Nabi SAW ditanya: "Siapa yang paling bagus
suaranya ketika membaca Al-Qur'an?" Beliau bersabda:
"Orang yang apabila kalian mendengar ia membaca AlQur'an, kalian lihat ia takut kepada Allah Azza Wa Jalla"
18
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra'du : 28)
6. Bersiwak Sebelum Mulai ()
Hendaknya kita bersiwak terlebih dahulu sebelum
tilawah Al-Qur'an. Dengan begitu, bau mulut kita
menjadi harum saat melantunkan ayat-ayat Illahi.
Sebaliknya, tidak sepantasnya kita tilawah sementara
mulut kita bau tidak sedap.
7. Ta'awudz di Permulaan ()
Sebagaimana firman Allah SWT:
19
Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (QS.
Al-Muzammil : 4)
Jadi tartilnya bukan sekedar membaca sesuai
kaidah tajwid, tetapi juga dilagukan dengan indah.
10.
)
Ayat-ayat sajdah ini ada pada lima belas tempat di
dalam Al-Qur'an, yaitu: Al-A'raf : 206, Ar-Ra'du : 105, Annahl : 50, Al-Isra' : 109, Maryam : 58, Al-Hajj : 18, AlHajj : 77, Al-Furqan : 60, An-Naml : 28, As-Sajdah : 15,
Shad : 24, Fushilat : 38, An-najm : 62, Al-Insyiqaq : 21,
dan Al-Alaq : 19.
11.
Tadabbur ()
Yakni memikirkan ayat yang dibaca, berusaha
20
B. AL HADITS
1. Definisi Al Hadits
Menurut bahasa kata hadits memiliki arti;
1) al jadid minal asyya (sesuatu yang baru), lawan dari
qodim. Hal ini mencakup sesuatu (perkataan), baik
banyak ataupun sedikit.
2) Qorib (yang dekat)
21
.
Maka hendaklah mereka mendatangkan khabar yang
sepertinya jika mereka orang yang benar (QS. AtThur;24).
Adapun hadits menurut istilah ahli hadits hampir
sama (murodif) dengan sunah, yang mana keduanya
memiliki arti segala sesuatu yang berasal dari Rasul, baik
setelah diangkat ataupun sebelumnya. Akan tetapi kalau
kita memandang lafadz hadits secara umum adalah segala
sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW.
Setelah diangkat menjadi nabi, yang berupa ucapan,
perbuatan, dan taqrir beliau. Oleh sebab itu, sunah lebih
umum daripada hadits.
Secara Lughowi (Harfiyah) Hadits adalah ism
masdar, yang fiil madhi dan mudhorinya, hadatsa
yahdutsu. Maknanya ada 4 :
22
a. Afal (Perbuatan)
Dalam hadits Arbain dikatakan :
] .
:
[
23
Katakanlah! Taatlah kalian Allah dan Rasu-nya, jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir. (Ali - Imran 3:32)
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW, berkenaan
dengan keharusan menjadikan hadits sebagai pedoman
hidup, disamping Al Quran sebagai pedoman utamanya,
beliau bersabda:
( )
24
25
26
Pada zaman-zaman berikutnya pun ternyata alHadits belum sempat dibukukan karena sebab-sebab
tertentu. Baru pada zaman Umar bin Abdul Azis, khalifah
ke-8 dari dinasti Bani Umayyah ( 99-101 H ) timbul inisiatif
secara resmi untuk menulis dan membukukan hadits itu.
Sebelumnya hadits-hadits itu hanya disampaikan melalui
hafalan-hafalan para sahabat yang kebetulan hidup lama
setelah Nabi wafat dan pada saat generasi tabi'in mencari
hadits-hadits itu.
Diantara sahabat-sahabat itu ialah : Abu Hurairah,
meriwayatkan hadits sekitar 5374 buah. Abdullah bin
Umar bin Khattab, meriwayatkan sekitar 2630 buah. Anas
bin Malik, meriwayatkan sebanyak 2286 buah. Abdullah
bin Abbas, meriwayatkan sebanyak 1160 buah. Aisyah
Ummul Mu'minin, meriwayatkan sebanyak 2210 buah.
Jabir bin Abdillah meriwayatkan sebanyak 1540 buah. Abu
Sa'id al-Hudri meriwayatkan 1170 buah.
4. Fungsi Hadits
Kedudukan Hadits terhadap Al-Quran :
Bayan tafsir:
Menjelaskan apa yang terkandung dalam Al Qur'an
dan penjelasan ini berupa:
1. Menjelaskan Ayat Mujmal (umum):
Misalnya, Al Qur'an mewajibkan wudhu bagi orang
yang akan sholat. Hadits menjelaskan rincian wudhu,
bilangan membasuh dan batas - batas membasuh.
2. Membatasi Yang Mutlaq:
Misalnya Al Qur'an menetapkan hukum potong tangan
bagi pencuri. Hadits menjelaskan tentang batasan nilai
barang yang dicuri yang menyebabkan terjadinya
hukum potong tangan.
27
Bayan Tasyri':
Menetapkan ketetapan hukum baru yang tidak
terdapat dalam Al-Quran. Misalnya, menetapkan
hukum bagi pelaku zina muhshon (orang yang telah
berkeluarga).
5. Macam macam Hadits
a. Hadits Berdasar Jumlah Perawi
1) Hadits Mutawatir
Hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok
orang dari beberapa snad yang terpercaya. Beberapa
hal yang harus dipenuhi agar bisa disebut hadits
mutawatir:
2)
Hadits Ahad
28
Hadits Shahih
Hadits yang bersambung sanadnya, dirwayatkan
oleh orang yang adil dan dhobit (kuat hafalannya).
Syarat-syarat hadits shahih :
Sanadnya bersambung
Hadits Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak
disangka dusta dan tidak syadz
Hadits Dhaif
Hadits yang diriwayatkan oleh oarang yang tidak
Hadits Mudallas
Hadits yang disembunyikan cacatnya, padahal
sebenarnya ada.
Hadits Munqathi
Hadits yang terputus karena hilang satu atau dua
orang perawinya
Hadits Mudhol
Hadits yang terputus sanadnya
c. Hadits-hadits dhaif disebabkan oleh cacat perawi
Hadits Maudhu
Hadits yang dalam sanadnya terdapat perawi yang
Hadits
Hadits
Hadits
Hadits
Muallal
yang didalamnya ada cacat yang tersembunyi
Mudhthorib
yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari
berubah
Hadits Mudraj
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
30
6.
a. Mutawatir
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang
lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu, para rawinya
mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan
bersama-sama berdusta. Dan perkara yang mereka bawa
adalah perkara yang inderawi yakni dapat dilihat atau
didengar. Hadits mutawatir memberi faidah ilmu yang
harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau
salahnya terlebih dahulu.
b. Ahad
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
c. Shahih (sehat)
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim,
baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu melakukan
dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas
dari sesuatu yang menjatuhkan muruah/kewibawaan)
dan sempurna hafalannya /penjagaan kitabnya terhadap
hadist itu, dari orang yang semacam itu juga dengan
sanad yang bersambung, tidak memiliki illah
(penyakit/kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih
kuat. Hadits shahih hukumnya diterima dan berfungsi
sebagai hujjah.
d. Hasan (baik)
31
32
33
p. Mauquf
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada
shahabat.
q. Jayyid (bagus)
Suatu istilah lain untuk shahih.
r. Muhaddits
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara
riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta banyak
mengetahui para rawi dan keadaan mereka.
s. Al-Hafidz
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, di
mana ia lebih banyak mengetahui rawi di setiap
tingkatan sanad.
t. Majhul
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang
menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang
men-tadil-nya, dan yang meriwayatkan darinya
cenderung sedikit. Bila yang meriwayatkan darinya
hanya satu orang maka disebut majhul al-ain, dan bila
lebih dari satu maka disebut majhul al-hal. Hukum
haditsnya termasuk hadits yang lemah.
u. Tsiqah
34
Derajat Keshahihan
Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau
35
8.
Kutubus Sittah
Istilah Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut
36
37
38
39
40
41
42
43
paling shahih.
Tertundanya penulisan hadits merupakan salah satu isu
penting dalam sejarah hadits. Penundaan tersebut
memberi pengaruh penting terhadap gaya bahasa
hadits, jumlahnya, kemungkinan pemalsuannya, serta
C. IJTIHAD
1. Definisi Ijtihad
Menurut bahasa, ijtihad berarti (bahasa Arab )Aljahd atau al-juhd yang berarti la-masyaqat (kesulitan dan
kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan
kemampuan).
Kata al-jahd (9:79) beserta serluruh turunan katanya
menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa dan
sulit untuk dilaksanakan atau disenangi.
Secara istilah ijtihad berarti pencurahan segenap
kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan
akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan
hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam
al-Quran dan as-Sunnah.
2. Dalil Ijtihad
45
46
Adil
Laki laki
Beriman
Bukan anak hasil zina
Wara
47
48
Syariat yang tidak boleh dijadikan ijtihad, yaitu hukumhukum yang telah dimaklumi sebagai landasan pokok
Islam, yang berdasarkan pada dalil-dalil yang qathi,
seperti kewajiban melaksanakan shalat, zakat, puasa,
ibadah haji atau haramnya melakukan zina, mencuri dan
lain-lain. Semua itu telah ditetapkan hukumnya di dalam
Al-Quran dan As sunnah.
Syariat yang bisa dijadikan lapangan ijtihad, yaitu
hukum yang didasarkan pada dalil-dalil yang bersifat
zhanni, baik maksudnya, petunjuknya, ataupun
eksistensinya (subut), serta hukum-hukum yang belum
ada nash-nya dan ijma para ulama.
Apabila ada nash yang berkeadaannya masih
zhanni, hadis ahad misalnya, maka yang menjadi
lapangan ijtihad diantaranya adalah meneliiti bagaimana
sanadnya, derajat para perawinya, dan lain-lain.
Dan nash yang petunjuknya masih zhanni, maka
yang menjadi lapangan ijtihad, antara lain bagaimana
maksud dari nash tersebut, misalnya dengan memakai
kaidah am, khas, mutlaq muqayyad, dan lain-lain.
Sedangkan terhadap permasalahan yang tidak ada nashnya, maka yang menjadi lapangan ijtihad adalah dengan
cara menggunakan kaidah-kaidah yang bersumber dari
akal, seperti qiyas, istihsan, mashalah murshalah, dan
49
50
51
52
53
54
55
56
di Madinah, yang paling mengetahui tentang keputusankeputusan Umar, yang paling mengerti tentang pendapatpendapat Adullah bin Umar, Aisyah ra, dan sahabatsahabat mereka, atas dasar itulah dia memberi fatwa.
Apabila diajukan kepada suatu masalah, dia menjelaskan
dan memberi fatwa.
Setelah mencapai tingkat yang tinggi dalam bidang
ilmu itulah, Imam Malik mulai mengajar. Karena beliau
merasa memiliki kewajiban untuk membagi
pengetahuannya kepada orang lain yang membutuhkan.
Meski begitu, beliau dikenal sangat bergati-hati
dalam memberi fatwa. Beliau tak lupa untuk terlebih
dahulu mneliti hadits-hadits Rasulullah SAW, dan
bermusyawarah dengan ulama lain, sebelum kemudian
memberikan fatwa atas suatu masalah. Diriwayatkan,
bahwa beliau mempunyai tujuh puluh orang yang biasa
diajak bermusyawarah untuk mengeluarkan suatu fatwa.
Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang
sangat kuat. Pernah, beliau mendengar tiga puluh satu
hadits dari Ibn Syihab tanpa menulisnya. Dan ketika
kepadanya diminta mengulangi seluruh hadits tersebut,
tak satu pun dilupakannya. Imam Malik benar-benar
mengasah ketajaman daya ingatnya, terlebih lagi karena
pada masa itu masih belum terdapat suatu kumpulan
hadits secara tertulis. Karenanya karunia tersebut sangat
menunjang belaiu dalam menuntut ilmu.
Selain itu, beliau dikenal sangat ikhlas dalam
melakukan sesuatu. Sifat inilah kiranya yang memberi
kemudahan kepada beliau di dalam mengkaji ilmu
pengetahuan. Beliau sendiri pernah berkata: almu itu
adalah cahaya; ia akan mudah dicapai dengan hati yang
takwa dan khusyu. Beliau juga menasehatkan untuk
57
menghindari keraguan, ketika beliau berkata : Sebaikbaik pekerjaan adalah yang jelas. Jika engkau menghadapi
dua hal, dan salah satunya meragukan, maka kerjakanlah
yang lebih meyakinkan menurutmu.
Karena sifat ikhlasnya yang besar itulah, maka Imam
Malik tampak enggan memberi fatwa yang berhubungan
dengan soal hukuman. Seorang muridnya, Ibnu Wahab,
berkata: Saya mendengar Imam Malik (jika ditanya
mengenai hukuman), beliau berkata: ini adalah urusan
pemerintahan. Imam Syafii sendiri pernah berkata:
Ketika aku tiba di Madinah, aku bertemu dengan Imam
Mali. Ketika mendengar suaraku, beliau memandang
diriku beberapa saat, kemudian bertanya: Siapa namamu?
Akupun menjawab: Muhammad! Dia berkata lagi: Wahai
Muhammad, bertakwalah kepada Allah, jauhilah maksiat
karena ia akan membebanimu terus, hari demi hari.
Tak pelak, Imam Malik adalah seorang ulama yang
sangat terkemuka, terutama dalam ilmu hadits dan fiqih.
Beliau mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua
cabang ilmu tersebut. Imam Malik bahkan telah menulis
kitab Al-Muwaththa, yang merupakan kitab hadits dan
fiqih.
Imam Malik meninggal dunia pada usia 86 tahun.
Namun demikian, mazhab maliki tersebar luas dan dianut
di banyak bagian di seluruh penjuru dunia.
d. IMAM SYAFII (150 204 H / 769 820 M)
Imam Syafii, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafii
adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafii Al-Quraisyi. Belaiu
dilahirkan di Ghazzah, pada tahun 150 H, bertepatan
dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.
Meski dibesarkan dalam keadaan yatim dan dalam
satu keluarga yang miskin, tidak menjadikan belaiu
58
59
60
61
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi yang telah dipaparkan di
muka, ada beberapa poin yang dapat kita simpulkan,
beberapa diantaranya adalah :
62
penulisan hadits.
Perawi yang paling banyak meriwayatkan
hadits adalah Abu Hurairah, Abdullah bin
Umar, Anas bin Malik, dan Aisyah binti Abu
Bakar.
Ijtihad telah melahirkan banyak mazhab di
dunia.
Tidak semua orang layak melakukan ijtihad
atau istinbat hukum Islam. Karenanya wajib
hukumnya bagi seseorang yang memiliki
kemampuan terbatas untuk bertaqlid kepada
muqallid.
B. SARAN
Untuk penulis dan pembaca sekalian agar
lebih mendalami hukum Islam yang menjadi
pedoman agar terciptanya tujuan penciptaan
manusia.
Bersikap krits dan tanggap dalam menerima
serta memahami sebuah pernyataan atau
hukum Islam.
Tolak ukur dalam mencari kebenaran adalah
63
DAFTAR PUSTAKA
Ujaj Khatib, Dr. Muhammad, Ushulul Hadist Taysir Mustalah
Hadist
Nawawi, Imam, As-Suyuthi, Jalaludin, Tadrib ar-Rawi
Al-A'zami, M.M., (2005), Sejarah Teks Al-Qur'an dari
Wahyu sampai Kompilasi, (terj.), Jakarta: Gema Insani
Press, ISBN 979-561-937-3.
Rahman, A., (2007), Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran:
Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran,
(terj.), Bandung: Penerbit Mizania, ISBN 979-8394-43-7
Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir Al Qur'an di
Indonesia. Solo, Tiga Serangkai.
Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus --Al-Qur'an, Sumber Hukum
Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Qardawi, Yusuf. 2003. Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran.
(terjemahan: Kathur Suhardi). Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
Online Quran Project list over 100+ translation in 25 different
languages.
Quran Terjemah Indonesia
Al-Qaththan, Syaikh Manna' Khalil. 2006. Pengantar Studi Ilmu
Al-Qur'an (Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an). Terjemahan: H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc, MA. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
Al Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As Suyuthi,2001,
Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Azbabun Nuzul Jilid 4
(terj oleh Bahrun Abu Bakar, Lc), Bandung, Sinar Algesind
Departemen Agama Republik Indonesia -- Al-Qur'an dan
Terjemahannya.
Khalaf Zadeh, Qasim Mir, Kisah Kisah Al Quran, Qorina, Jakarta,
2006.
64
65