Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Kelompok 3
Gilang Anwar Hakim
Lujain Ayu Astuty
dan
Meckling(1976)
mendefinisikan
hubungan
keagenan
(agency
relationship)sebagai berikut:
"an agency relationship as a contract under which one or more persons(the principal(s))
engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authorityto the agent"
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah
pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka
diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Hubungan Prinsipal dan Agen
-
bahwa
dengan
mendelegasikan
wewenang
pengelolaan
tersebut
Sedangkan
manajer
sebagai
pengelola
perusahaan
lebih
banyak
serta masalah keagenan kedua antara pemegang saham pengendali dan pemegang
saham non pengendali (pemegang saham publik). Masalah keagenan antara pemegang
sahamdan manajemen muncul karena adanya pemisahan kepemilikan dan
kontrol,sedangkan masalah keagenan antara pemegang saham pengendali dan
pemegang saham non pengendali muncul karena adanya insentif dan kemampuan
pemegangsaham pengendali untuk mendapatkan manfaat privat atas kontrol. Manfaat
privatinilah
yang
mendorong
pemegang
saham
pengendali
untuk
untuk
membayar
kembali
kewajiban
atau
untuk
reinvestasi(Jensen 1986). Penggunaan utang menjadi sebuah alat insentif bagi manajer
-
kepentingan antara prinsipal dan agen. Permasalahan yang timbul akibat adanya
perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah
satu penyebab agency problems adalah adanya asymmetric information (Informasi
Asimetri). Asymmetric Information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang
disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi
yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Selain itu, masalah keagenan juga dapat terjadi apabila bagian kepemilikan manajer
atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak
untuk
kepentingan
pribadi(self
interest)
dan
bukan
untuk
memaksimumkan
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.Berdasarkan teori keagenan, ada 2
macam corporate governance yaitu bad dan good (Armstrong, 2009).Bad corporate
governance berarti perusahaan mengalami konflik keagenan yang serius antara pemegang
saham dan manajer, serta biaya kontrak.Sedangkan good corporate governance berarti
perusahaan dapat mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer, serta
biaya kontrak.
Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses
yang digunakan oleh pihak-pihak internal maupun eksternal yang berkaitan dengan
perusahaan
sebagai
upaya
untuk
memberikan
nilai
tambah
perusahaan
secara
Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan
Transparansi
Untuk menjaga
obyektivitas
dalam menjalankan
bisnis,
perusahaan
harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
lainnya,
sistem
manajemen
resiko,
sistem pengawasan
dan
d
-
perusahaan.
Perusahaan harus meyakini bahwa semua pihak perusahaan yang berkepentingan
dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap pihak perusahaan yang
bersangkutan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman
-
Kewajaran (fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.Pedoman pokok pelaksanaannya:
a Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi
b
1. Dewan pengawas (supervisory board). Ini terdiri dari direktur noneksekutif independen dan direktur non-eksekutif tidak independen
(connected).
2. Dewan pelaksana (executive board). Ini terdiri dari semua direktur
pelaksana seperti CEO, CFO, COO, CIO (C-level management).
Seperti disebutkan di atas, Indonesia menganut sistem two-tier
governance. Hal ini mungkin karena pengaruh Belanda yang juga
menganut
sistem
itu.
Hanya
saja,
sistem
two-tier
ala
Eropa
Organ Korporat
Organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris, dan Direksi. Setiap organ memiliki fungsinya sendiri-sendiri sesuai
dengan ketetuan yang berlaku. Dalam konteks good corporate governance, masingmasing organ harus melakukan tugasnya secara independen untuk kepentingan
perusahaan.
Hubungan antar Organ
1. RUPS
Adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan
dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi dan
Dewan Komisaris. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para
pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan
modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil
dalam RUPS didasari pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang.
Kewenangan RUPS antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan
Komisaris dan Direksi, mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi,
menyetujui perubahan Anggaran Dasar, menyetujui laporan tahunan dan
menetapkan bentuk dan jumlah remunerasi anggota Dewan Komisaris dan Direksi
serta mengambil keputusan terkait tindakan korporasi atau keputusan strategis
lainnya yang diajukan Direksi. Keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan
pada kepentinganperusahaan. Tanpa mengurangi kekuasaan dan wewenang yang
dimiliki oleh RUPS, RUPS atau pemegang saham tidak dapat melakukan
intervensi terhadap pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris
dan Direksi untuk menjalankan kewajiban dan haknya sesuai dengan anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan. Pengambilan keputusan RUPS
dilakukan secara wajar dan transparan.
2. Dewan Komisaris
Merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi.
RUPS.
Pertanggungjawaban
Direksi
kepada
RUPS
merupakan
untuk menciptakan pelaku pasar dan kenaikan pasar yang transparan dan efisien.
Persyaratan hukum dan peraturan yang mempengaruhi praktik tata kelola perusahaan
dalam yurisdiksi harus konsisten dengan aturan hukum, transparan, dan dapat
dilaksanakan.
Pembagian tanggung jawab antara otoritas yang berbeda dalam yurisdiksi yang harus
perusahaan yang tidak perlu repot dalam mengevaluasi hasil kerja dari para
karyawannya. Karena dengan meningkatnya keterikatan kerja dari para karyawan,
maka hasil pekerjaan pun akan menjadi lebih baik dan juga lebih fokus.
3. Meningkatkan kinerja perusahaan
Manfaat GCG yang berdampak pada kualitas pekerjaan pada karyawan, maka hal ini
akan berdampak langsung pada kinerja keseluruhan dari perusahaan tersebut. Good
corporate governance dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan dari karyawan, dan
juga akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja keseluruhan dari perusahaan itu
sendiri.
4. Neraca perusahaan yang lebih baik
Dengan meningkatnya kondisi kualitas pekerjaan dari karyawan dan juga
meningkatnya kinerja dari perusahaan secara keseluruhan, maka hal ini juga akan
berdampak pada kondisi neraca keuangan dari perusahaan yang akan menjadi lebih
baik dan mengarah kea rah yang positif. Itu artinya, kemungkinan perusahaan merugi
resikonya akn menjadi lebih kecil, dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan
good corporate governance.
5. Penggunaan sumber daya yang lebih efektif
Selain itu manfaat GCG bagi perusahaan yang diterapkan , pengelolaan dan
penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efektif. Perusahaan hanya akan menaruh
karyawan yang sesuai dengan kemampuannya. Hal ini tidak terjadi tumpang tindih
tugas yang menagkibatkan kekacauan pada tubuh perusahaan tersebut.
6. Dapat mencegah munculnya KKN
KKN atau yang sering kita kenal dengan istilah korupsi, kolusi dan nepotisme
merupakan salah satu faktor penghambat dari kemajuan suatu perusahaan. Dengan
-
KKN yang sering terjadi pada perusahaan dapat dikrangi dan ditekan jumlahnya.
7. Suasana lingkungan bekerja yang lebih baik
Manfaat Good corporate governance juga berguna untuk meningkatkan lingkungan
bekerja menjadi lebih baik. Setiap karyawan akan merasa dihargai dan membuat
mereka akan merasa betah. Dengan begitu, penerapan good corporate governance
akan menyebabkan lingkungan pekerjaan darikaryawan menjadi lebih baik.
8. Mencegah terjadinya turnover pada karyawan
Turnover merupakan istilah lain untuk pindah kerja pada karyawan. Sering sekali kita
mendengan ada istilah karyawan yang tidak betah, baru 1 2 tahun bekerja sudah
ingin berhenti dan pindah dari pekerjaannya. Tentu saja hal ini dapat merugikan pihak
perusahaan. Namun demikian, dengan penerapan konsep good corporate governance,
intensi karyawan dalam melakukan turnover ini dapat ditekan dan diminamilisir.Hal
ini karena good corporate governance dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dan
membuat karyawan menjadi lebih betah berapa dalam perusahaan tersebut.
9. Melindungi hak para pemegang saham
Manfaat GCG bagi perusahaan dalam konsep ini dapat melindungi hak dan
kepentingan dari para pemegang saham perusahaan. Dengan adanya good corporate
governance, maka kepentingan dan juga hak dari pemegang saham untuk
menjalankan tugasnya menjadi lebih optimal, sehingga para pemegang saham dapat
menciptakan kebijakaan kebijakan yang nantinya akan bermanfaat bagi perusahaan
dan karyawannya.
10. Meningkatkan nilai perusahaan dan menarik investor
Suatu perusahaan yang menerapkan good corporate governance dengan bak dan
optimal akan memiliki suasana dan kualitas pekerjaan yang baik. Selain itu good
corporate governance juga dapat berpengaruh pada kondisi neraca keuangan
perusahaan. Hal ini akan menjadi nilai tambah dari suatu perusahaan di mata para
investor.Para investor akan lebih tertarik untuk menanamkan saham pada perusahaan
yang memiliki kualitas dan suasana bekerja yang baik serta neraca keuangan yang
positif.
11. Hubungan antar perangkat perusahaan yang lebih baik
Biasanya beberapa karyawan terutama bawahan seringkali merasa takut apabila
berhadapan dengan atasannya. Namun, dengan penerapan good corporate governance
secara tepat, hal ini tidak akan tejadi. Hubungan antara perangkat perusahaan, baik
horizontal maupun vertical akan menjadi lebih harmonis.
Overview Regulasi dan Pedoman Tata Kelola di Indonesia
Setelah krisis moneter yang mengahantam perekonomian di negara-negara Asia
menjelang akhir tahun 1990-an, muncul inisiatif untuk menguatkan kerangka tata kelola
perusahaan, baik di tingkat nasional maupun regional.Studi yang dilakukan oleh Asian
Development Bank (ADB) mengidentifikasi bahwa kontributor utama dalam krisis
ekonomi tersebut yakni lemahnya tata keola perusahaan.Dengan demikian, krisis Asia
menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi tata kelola perusahaan di
Asia, dan juga di Indonesia.
iskAudWhBInctaGoRMgClbwEr(20vp1Sy4,3689PUem)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas (UUPT) yang
menggantikan undang-undang sebelumnya tahun 1995 merupakan undangundang yang lebih komprehensif dalam mengakomodasi dan menjabarkan
prinsip-prinsip tata kelola dengan mengatur kesetaraan organ perusahaan yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan
Direksi. UUPT juga menjelaskan peran dan tanggungjawab dari Dewan
Komisaris dan Direksi, serta elemen tata kelola perusahaan lainnya.Revisi UUPT
Berbagai inisiatif lainnya di bidang tata kelola perusahaa yang bertujuan untuk
memberikan insentif atau penghargaan kepada perusahan-perusahaan yang
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik pun telah terbangun.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
a Annual Report Award (ARA)
Merupakan penghargaan terhadap laporan tahunan perusahaan Indonesia,
telah dilaksanakan sejak tahun 2002.Acara ini merupakan hasil kerja sama 7
(tujuh) institusi yaitu OJK, Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian BUMN,
Bank Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance, Bursa Efek
Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia, serta dikoordinasikan oleh OJK.
Pada awalnya, ARA diikuti oleh 83 perusahaan, dan tahun 2013 diikuti oleh
b
234 peserta.
Capital Market Awards
Bursa Efek Indonesia mulai mengadakan Capital Market Awards pada tahun
2006, dengan tujuan utama untuk mendorong penerapan standar dan praktik
bisnis yang baik dan berkelanjutan oleh perusahaan tercatat dan Perusahaan
Efek, yang diantaranya meliputi praktik tata kelola perusahaan yang baik.
IICD Corporate Governance Award
Penghargaan ini diadakan oleh IICD pertama kali pada tahun 2009 dan
didasari pada pengungkapan praktik tata kelola perusahaan tercatat di
Indonesia. Instrumen penilaian adalah CG Scorecard yang juga digunakan
Instrumen Penilaian dan Bukti Empiris Terhadap Praktek Tata Kelola di Indonesia dan
ASEAN
Untuk mengukur kemajuan pasar modal Indonesia dalam menerapkan tata kelola
perusahaan dan mengidentifikasi area-area yang harus diperbaiki dengan memperhatikan
keteladanan yang berlaku di tingkat internasional, beberapa inisiatif penilaian terhadap
penilaian terhadap praktik tersebut sudah dilakukan oleh beberapa lembaga internasional.
Penilaian terhadap tata kelola perusahaan di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga
internasional yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian Tata Kelola Korporat Indonesia Oleh Bank Dunia
Tata kelola perusahaan merupakan salah satu dari 12 standar yang ditetapkan oleh
komunitas keuangan internasional. The Word Bank dan The Monetary Fund
(IMF) bekerjasama dalam melakukan penilaian atas penerapan Prinsip-prinsip
Tata Kelola Perusahaan yang disusun oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Hasil penilaian dilaporkan dalam bentuk
Reports on the Observance of Standards and Codes (ROSC). Tujuan dari inisiatif
ROSC adalah
untuk mengidentifikasi
berbagai
kelemahan yang
dapat