Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi
pelaksanaan
dan
peningkatan
pembangunan
nasional
untuk
mencapai
menyetor,
dan
melaporkan
sendiri
kewajiban
fungsinya
berkewajiban
melaksanakan
pembinaan,
pelayanan,
Page 1
atas kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya peran yang
aktif dari fiskus untuk menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasannya.
Self Assessment System ini dapat berjalan secara efektif melalui
keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum (law enforcement) yang
merupakan hal yang paling utama. Kepercayaan yang sangat besar dari
pemerintah kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak yang harus
dibayarnya harus diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan
yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Penegakan
hukum ini
dapat
dilakukan
dengan adanya
atau
ditempat wajib pajak yang ruang lingkup pemeriksaannya meliputi satu jenis
pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-tahun yang
lalu maupun untuk tahun berjalan.
Salah satu media perpajakan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa
untuk penagihan tunggakan pajak adalah Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(PPSP). Menurut
denganSurat Paksa pasal 1 ayat (12), Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah
surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Jumlah tagihan
pajak yang tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran sesuai yang tercantum dalam STP, SKPKB, dan SKPKBT ditagih
dengan menggunakan Surat Paksa.
Fungsi Kantor Pelayanan Pajak yaitu melakukan pengumpulan dan
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan
dan ekstensifikasi wajib pajak, penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan
tahunan, surat pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak, penerimaan
pajak,penagihan, pemeriksaan, penerapan sanksi perpajakan, dan pelaksanaan
Page 2
akan
meningkatkan
penerimaan
pajak
Negara.
Penagihan
pajak
dilaksanakan terhadap tunggakan pajak yang belum dipenuhi oleh wajib pajak.
1.2 Tujuan
Makalah ini membahas tentang hal hal yang berhubungan dengan
pemeriksaan pajak. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
b) Untuk mengetahui dasar dasar ketentuan pemeriksaan pajak yang berlaku di
Negara Indonesia berdasarkan Undang Undang perpajakan yang berlaku dan
ketentuan ketentuan Pemerintah lainnya.
BAB II
Page 3
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.03/2013
bahwa ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik
untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan periode
dari pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk dilakukan
pemeriksaan. Dengan pengertian seperti ini, ruang lingkup pemeriksaan pajak
dapat dibagi menjadi dua:
a.
b.
Ruang lingkup pemeriksaan pajak bisa diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
Surat Pemberitahuan yang disampaikan. Dapat juga Wajib Pajak melihat ruang
lingkup pemeriksaan dari SP2 yang diperlihatkan atau disampaikan oleh
pemeriksa. Kode pemeriksaan yang tercantum di SP2 juga memperlihatkan ruang
lingkup atau batasan perintah diberikan kepada pemeriksa pajak. Jenis pajak
yang diperiksa dapat berupa:
a.
b.
c.
kewajiban Wajib Pajak harus diperiksa oleh pemeriksa. Atas pemeriksaan ini,
dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan, maka pemeriksa akan
menerbitkan surat ketetapan pajak kecuali jika penyelesaian pemeriksaan melalui
laporan hasil pemeriksaan (LHP) Sumir. Pada umumnya, pemeriksaan khusus
dengan jenis pemeriksaan lapangan biasanya pemeriksa diberikan ruang lingkup
pemeriksaan suluruh jenis pajak. Untuk seluruh jenis pajak, kode pemeriksaan
Page 4
yang tercantum di SP2 adalah dengan digit pertama 1 (satu). Contoh: 1412, 1422,
atau 1912. Artinya, jika digit pertama angka 1 maka jenis pajak yang diperiksa
meliputi: PPh Badan atau PPh OP, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh
Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN, PPnBM, dan PBB (kecuali PBB P2
yang sudah kewenangan Pemda). Satu jenis pajak artinya jenis pajak yang
diperiksa hanya satu saja. Sebelumnya, satu jenis pajak lebih banyak digunakan
untuk pemeriksaan lebih bayar PPN. Tetapi sejak SE-28/PJ/2013 maka untuk
pemeriksaan lebih bayar PPh Orang Pribadi dan PPh Badan diharuskan satu jenis
pajak. Maksud pembatasan jenis pemeriksaan menjadi satu jenis pajak adalah agar
pemeriksaan fokus kepada yang lebih bayar dan mempercepat penyelesaian.
Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat
Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban
perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya
yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Kewajiban perpajakan atas pajak Wajib Pajak
sendiri yaitu Pajak Penghasilan atau yang dikenal PPh Badan dan PPh Orang
Pribadi, maupun kewajiban pemotongan dan pemungutan seperti Pajak
Pertambahan Nilai, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 26.
Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan. Setelah dilakukan pengujian-pengujian
terhadap data, keterangan, dan/atau bukti maka pemeriksa akan menerbitkan surat
ketetapan pajak:
a. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dalam hal jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dalam hal besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal jumlah kelebihan
Page 5
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang
d. Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal ada sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda
e. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dalam hal pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Menurut Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor
17/PMK.03/2013:
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus
dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B UndangUndang KUP.
Sedangkan pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan nomor
17/PMK.03/2013 bahwa pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar,
selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak
c. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi
d. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
e. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau
karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
f. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan
tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang
terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko atau
g. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
Sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER23/PJ/2013 bagian ketiga dan keempat tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan kewajiban Perpajakan pada pasal 4, 5 dan
6, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Page 6
Pasal 4
Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan sesuai standar
tujuan Pemeriksaan,
yang
paling
sedikit
meliputi
kegiatan
Page 7
Page 8
iii.
observasi)
tingkat
validitasnya
lebih
tinggi
Page 9
pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh
Pemeriksa Pajak.
h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja.
i. Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.
Pasal 5
Kegiatan
Pemeriksaan
untuk menguji
kepatuhan
pemenuhan
kewajiban
Pemeriksaan,
Teknik
Pemeriksaan,
Prosedur
Kegiatan
Pemeriksaan
Pasal 6
untuk menguji kepatuhan
pemenuhan
kewajiban
perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar
pelaporan hasil Pemeriksaan, yaitu:
Page 10
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup dan pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan
Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
Pemeriksaan.
b. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurangkurangnya memuat:
1) penugasan Pemeriksaan;
2) identitas Wajib Pajak;
3) pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
4) pemenuhan kewajiban perpajakan;
5) data/informasi yang tersedia;
6) buku dan dokumen yang dipinjam;
7) materi yang diperiksa;
8) uraian hasil Pemeriksaan;
9) ikhtisar hasil Pemeriksaan;
10) penghitungan pajak terutang; dan
11) simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1) Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan
perubahannya.
2) Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
dilakukan
terhadap
Wajib
Pajak
yang
mengajukan
permohonan
Page 11
2.
3.
4.
5.
6.
Wajib
Pajak
tidak
menyampaikan
atau
menyampaikan
Surat
3.
4.
Page 12
5.
6.
7.
telah ditentukan
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas,
dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa
8.
9.
3.
4.
5.
6.
telah ditentukan
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas,
dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa
7.
Page 13
menyatakan Metode
Page 14
1) bukti
bahwa
Pemeriksa
Pajak
telah
melaksanakan
Pemeriksaan
2.
Page 15
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
memenuhi
permintaan
informasi
dari
negara
mitra
Perjanjian
Page 16
BAB III
PENUTUP
Page 17
3.1 Kesimpulan
Setiap
dilakukan
pajakmempunyai
pemeriksaan
kewajiban
dan
pajak
oleh
haknya
kantor
yang
pajak,
telah
Wajib
ditentukan
olehperundang undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Page 18
https://535859419613143dfbd8b9884b6260b7e21de272.googledrive.com/host
/0BwK5eL5W6jUpNjZCYVlEWjl0WkE
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26740/4/Chapter%20I.pdf
http://visitama.co.id/pemeriksaan-pajak/
http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15314
LAMPIRAN
Page 19
Page 20