Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor
ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit. Kelainan
karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Gangguan struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan membran eritrosit.
Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala
anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa
sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama menderita kelainan
ini. Pada 40-80% penderita sferositosis ditemukan kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal
bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan
menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang
ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses
hemolisis dari penyakit ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut
menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan
komposisi lemak pada dinding sel.
b. Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada panmielopatia
tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Defisiensi Glutation reduktase
Defisiensi Glutation
Defisiensi Piruvatkinase
Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
Defisiensi difosfogliserat mutase
Defisiensi Heksokinase
Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
c.
Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian
pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu
tahun
telah
mencapai
keadaan
yang
normal
Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun dan
gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan dapat
disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit
enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan hypersplenism.
Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH).
Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat hemoglobin normal
jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan eritrosit. Atau, pasien dengan
hemolisis ringan mungkin mengalami anemia ditandai jika sumsum tulang mereka produksi
eritrosit transiently dimatikan oleh virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan
kehancuran yang tidak dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan
eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang tengkorak
dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis, perluasan tulang pada masa bayi,
dan gangguan anak usia dini seperti anemia sel sabit atau talasemia.
2.4
Manifestasi Klinis
Kadang kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis
hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
Demam
Mengigil
Nyeri punggung dan lambung
Perasaan melayang
Penurunan tekana darah yang berarti
Secara mikro dapat menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
1. Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit.
Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan feses.
2. Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena
hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat
hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi
seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
3. Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
4. Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit
yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan.
2.5
Pemeriksaan Diagnostik
1. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
Penatalaksanaan / Pengobatan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan khusus.
Oleh karena itu, hanya aspek perawatan medis yang relevan dengan sebagian besar kasus
anemia hemolitik yang dibahas di sini.
1. Terapi transfusi
Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin penting bagi
pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.
Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres jantung.
Pada anemia hemolitik autoimun (AIHA), jenis pencocokan dan pencocokan silang mungkin
sulit. Gunakan paling tidak kompatibel transfusi darah jika ditandai.. Risiko hemolisis akut
dari transfusi darah tinggi, tetapi derajat hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-lahan
memindahkan darah oleh pemberian unit setengah dikemas sel darah merah untuk mencegah
kehancuran cepat transfusi darah.
Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya, talasemia atau
kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru ini
dibandingkan besi lisan chelator deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral
tradisional agen, deferoxamine. 10
2. Menghentikan obat
Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan tubuh
dan obat oksidan seperti obat sulfa (lihat Diet).
Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai berikut (lihat Referensi
untuk daftar lebih lengkap):
Penisilin
Sefalotin
Ampicillin
Methicillin
Kina
Quinidine
Kortikosteroid dapat dilihat pada anemia hemolitik autoimun.
3.
Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa jenis anemia
hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun.
Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila langkah-langkah lain telah
gagal.
Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik seperti anemia hemolitik
agglutinin dingin.
Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti Haemophilus influenzae dan
Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum prosedur mungkin.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Tn D datang kerumah sakit DKT pada tanggal 14 November 2009 dengan di antar keluarga
nya, Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung nya serta
sesak nafas, dan mudah lelah saat beraktivitas. Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan,
mual dan muntah. Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg. Klien tampak
pucat, konjungtiva pucat. Tn D mengatakan bahwa awalnya dia mengira kalau dia hanya
kelelahan bekerja dan jadwal makan tidak teratur, tapi lama kelamaan penyakitnya
bertamabah parah.
Pengkajian
DS :
Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung, serta sesak nafas
dan mudah lelah saat beraktivitas.
Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg.
DO :
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 350
RR : 24x/i
HR : 85x/i
BB : 58 Kg
Pasien tampak pucat dan konjungtiva pucat
Pada saat palpasi abdomen terdapat splenomegali
Porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan
Badan pasien teraba dingin
Urine pekat dan feses hitam
Pada Auskultasi terdengar bunyi usus
Jumlah eritrosit 3000 sel/mm3
B.
Analisa Data
NO
1
lemas,
pengiriman
DO :
Badan pasien teraba dingin
Pasien tampak pucat dan
konjungtiva pucat
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 350
RR : 24x/i
HR : 85x/i
2
mual
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh.
BB : 58 Kg
DS : Tn
perubahan
DO :
pencernaan;
proses
efek
usus menurun
DS : Tn D mengeluhkan Ketidakseimbangan
pusing,
lemas,
serta
sesak antara
suplai
kebutuhan,
DO :
fisik.
TD : 100/70 mmHg
RR : 24x/i
HR : 85x/i
Intoleransi aktifitas
oksigen
dan
kelemahan
Kurang pengetahuan
interpretasi
tapi
lama
tidak
kelamaan mengenal
sumber
NCP
N
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
O
1.
Perubahan perfusi
Peningkatan
jaringan
perfusi jaringan
Intervensi
- Awasi tanda vital kaji
b.d Penurunan
diperlukan untuk
KH :
kulit/membrane
Tn. D membaik
kuku.
kebutuhan intervensi.
TD : 120/80
DS : Tn D mengeluhkan mmHg
pusing,
lemas,
toleransi.
Jumlah Eritrosit
lelah
dan
oksigenasi
untuk
kebutuhan
seluler.
Catatan
saat sel/mm3
kontraindikasi
beraktivitas.
DO :
paru
nyeri 370 C
menggigil,
Meningkatkan
Suhu 36,50 C
tentang
warna derajat/keadekuatan
pengiriman oksigen
Memberikan
pengisian informasi
kapiler,
Rasional
bila
ada hipotensi.
-
Awasi
upaya
pernapasan
dingin
auskultasi
napas
Gemericik
menununjukkan
gangguan
bunyi
karena
perhatikan
jajntung
regangan
jantung
bunyi adventisius.
TD : 100/70 mmHg
lama/peningkatan
Suhu : 350
kompensasi
RR : 24x/i
HR : 85x/i
curah
Iskemia
seluler
dada/palpitasi.
mempengaruhi
sel/mm3
jaringan
miokardial/
Hindari
penggunaan botol
penghangat
botol
atau
air
Ukur
panas.
suhu
mandi
Termoreseptor
jaringan
dermal
dangkal
karena
gangguan oksigen
air
dengan
thermometer.
-
Kolaborasi
pengawasan hasil
pemeriksaan
defisiensi
laboraturium.
dan
kebutuhan pengobatan
/respons
merah
terhadap
terapi.
lengkap/packed
produk
Mengidentifikasi
darah
sesuai indikasi.
-
Berikan oksigen
tambahan
sesuai
indikasi.
-
Berikan transufi
darah
sesuai
indikasi
2.
Kebutuhan nutrisi -
sesuai dengan
nutrisi,
kebutuhan tubuh
makan
menurun, mual
Tn D mengatakan tidak
Keadaan umum
membaik
transport oksigen ke
jaringan.
Observasi
catat
Memaksimalkan
- Meningkatkan jumlah
disukai
KH :
DS :
Kaji
dan-
Mengawasi
makanan pasien
kualitas kekurangan
Timbang
intervensi nutrisi
-
peningkatan BB
makan
Mengalami
DO :
yang
Mengawasi
diberikan
menghabiskan
Tn D mengatakan
konsumsi makanan
Menurunkan
dengan meningkatkan
frekuensi
BB : 58 Kg
diantara
waktu gaster
makan
-
Observasi
catat
mual/muntah,
flatus
Gejala GI dapat
dan
pada organ.
dan
Berikan
Bantu
Meningkatkan nafsu
Membantu dalam
rencana diet untuk
ahli
gizi
untuk individual
rencana diet.
Meningkatakan
efektivitas program
pengobatan, termasuk
Kolaborasi
pantau
pemeriksaan
laboraturium
Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
sesuai indikasi
3.
Konstipasi b.d
Membuat/kembali
defisiensi yang
diidentifikasi.
Observasi warna - Membantu
feses, konsistensi,
mengidentifikasi
perubahan proses
frekuensi dan
penyebab /factor
jumlah
pemberat dan
fungsi usus
pencernaan; efek
samping terapi obat.
KH :
Tn D mengatakan
umum meningkat
nyeri lagi
DO :
Warna urine
menurun pada
konstipasi
konsistensi yang
output (makanan
mengidentifikasi
normal
dan cairan).
dehidrasi, kehilangan
Bunyi usus
normal.
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
Dorong
- membantu dalam
masukkan cairan
memperbaiki
2500-3000 ml/hari
dalam toleransi
konstipasi. Akan
jantung
membantu
memperthankan status
hidrasi pada diare
gas
abdomen
sering, catat
perubahan kondisi
kulit atau mulai
kerusakan.
Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi
bila terjadi diare.
Kolaborasi ahli
gizi untuk diet
seimbang dengan
pencernaan dan
mengabsorpsi air
bulk.
dalam alirannya
sepanjang traktus
intestinal dan dengan
demikian
menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai
perangsang untuk
- mempermudah
ringan, laksatif
defekasi bila
pembentuk bulk
konstipasi terjadi.
indikasi. Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
Berikan obat
antidiare, misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
- menurunkan motilitas
dengan atropine
suplai
mempertahankan /
ADL pasien.
Mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan
dan ambulasi/aktivitas
-
kelemahan
fisik.
DO :
TD : 100/70 mmHg
dan upaya
sesudah aktivitas.
RR : 12 21x/i
HR : 60 80x/i
dari
jantung
dan
Manifestasi
vital kardiopulmonal
sebelum
Tn D dapat
DS : Tn D mengeluhkan beraktivitas
lemas,
KH :
pusing,
(kolaborasi).
Kaji kemampuan -
oksigen meningkatkan
(pengiriman)
kebutuhan,
oksigen
adekuat ke jaringan
-
Berikan lingkungan
TD : 120/80
tenang,
mmHg
pengunjung,
RR : 24x/i
istirahat
untuk
batasi menurunkan
kurangi
HR : 85x/i
Meningkatkan
dan kebutuhan
oksigen
suara tubuh
bising,
dan
menurunkan regangan
bila
indikasikan
-
di
-
Meningkatkan
Rencanakan aktivitas
secara
sampai
dengan
pasien, normal
dan
tonus
yang
pasien otot/stamina
tanpa
pandang
perlu. kelemahan.
sesuai diri
toleransi.
-
harga
dan
rasa
terkontrol.
Gunakan teknik -
Mendorong pasien
menghemat
melakukan
banyak
energi,
aktivitas
dengan
membatasi
penyimpangan energi
dan
mencegah
kelemahan.
-
Regangan/stress
berlebihan
mengehentikan
menimbulkan
aktivitas
dapat
bila dekompensasi
palpitasi,
nyeri /kegagalan
dada,
nafas
pendek,
kelemahan,
5.
atau
Kurang pengetahuan
Pasien mengerti
pusing terjadi.
Berikan informasi
memberikan dasar
Kurang
dan memahami
tentang anemia
pengetahuan sehingga
terpajan/mengingat ;
tentang penyakit,
spesifik.
salah interpretasi
prosedur
Diskusikan
informasi ; tidak
diagnostic dan
kenyataan bahwa
Menurunkan ansietas
mengenal sumber
rencana
terapi tergantung
dan dapat
informasi.
pengobatan.
meningkatkan
beratnya anemia.
kerjasama dalam
KH :
DS : Tn D mengatakan
Tinjau tujuan dan
Pasien menyatakan
bahwa awalnya dia
persiapan untuk
program terapi
pemeriksaan
diagnostic
jadwal
makan
teratur,
tapi
kelamaan
ansietas/ketakutan
tentang ketidaktahuan
tidak dan
meningkatkan stress,
lama penatalaksanaan
selanjutnya
penyakitnya penyakit.
bertamabah parah.
DO : -
meningkatkan beban
Mengidentifikasi
jantung. Pengetahuan
factor penyebab.
menurunkan ansietas.
Melakukan tiindakan
Kaji tingkat
megetahui seberapa
yang
pengetahuan klien
perlu/perubahan
dan keluarga
pola hidup.
tentang
keluarga tentang
penyakitnya
penyakitnya
dengan mengetahui
Berikan
penyakit dan
penjelasan pada
kondisinya sekarang,
klien tentang
penyakitnya dan
mengurangi rasa
kondisinya
cemas
sekarang.
Mengetahui seberapa
jauh pemahaman
keluarga
serta menilai
mengulangi
keberhasilan dari
kembali tentang
tindakan yang
dilakukan
diberikan
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Anemia hemolitik adalah anemia yan di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu
Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html
1. PATOFISIOLOGI
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan anemia hemolitik autoimun. Yaitu aktivasi komplemen
dan aktivasi mekanisme seluler, atau kombinasi keduanya.
1. aktivasi komplemen. Ada dua cara aktivasinya, klasik dan alternatif.
(1) Kalau klasik biasanya diaktifkan oleh antibodi IgM, IgG1, IgG2 dan IgG3. Mulai dari C1,
C4, dst hingga C9, nanti ujungnya terbentuklah kompleks penghancur membran yg terdiri
dari molekul C5b,C6,C7,C8 dan beberapa molekul C9. Kompleks ini akan menyusup ke
membran sel eritrosit dan mengganggu aliran transmembrannya, sehingga permeabilitas
membran eritrosit normal akan terganggu, akhirnya air dan ion masuk, eritrosit jadi bengkak
dan ruptur.
(2) Untuk aktivasi alternativ hanya berbeda urutan pengaktivannya, ujungnya antar molekul
C5b yang akan menghancurkan membran eritrosit.
2. aktivasi mekanisme seluler. Mekanismenya, jika ada eritrosit yang tersensitisasi oleh
komponen sistem imun seperti IgG atau kompemen, namun tidak terjadi aktivasi
sistem komplemen lebih lanjut, maka ia akan difagositosis langsung oleh sel-sel
retikuloendotelial. Proses ini dikenal dg mekanisme immunoadhearance.
Mutasi sel eritrosit atau perubahan pada sel eritrosit
Anemia hemolisis
aktivasi mekanisme
Komplemen
selular
Jalur klasik
Jalur alternatif
eritrosit tersensitisasi
fagositosis eritrosit
Hemolisis
Kadar Hb menurun
Kadar O2 yg
diikat berkurang
gangguan
perdarahan
pertahan tubuh
Kebutuhan O2
t.g : mual
MK : Resti infeksi
tidak terpenuhi
payah jantung
anoreksia
infark
rusak
1. MANIFESTASI KLINIK
Kadang kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis
hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
1. Demam
2. Mengigil
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
1. Bilirubin serum meningkat
2. Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat.
3. Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam.
4. Gambaran peningkatan produksi eritrosit.
5. Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital.
6. hiperplasia eritropoesis sum-sum tulanG.
Gambaran rusaknya eritrosit:
1. morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target
cell, sickle cell, sferosit.
2.
1. PENATALAKSANAAN
2. MEDIS
Terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/kk Bb/hari dalam dosis terbagi. Jika
terjadi anemia yang mengancam hidup, transfusi darah harus diberikan dengan hati hati.
Keputusan untuk melakukan transfusi harus melalui konsultasi dengan ahli hematologi
terlebih dahulu.
Apabila prednison tidak efektif dalam menanggulangi kelainan ini, atau penyakit mengalami
kekambuhan dalam periode taperingoff dari prednison, maka dianjurkan untuk dilakukan
splenektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dialkuakn terapi dengan menggunakan
berbagai jenis obat imunosupresif.
Imunoglobulin dosistinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin
mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini hanya
sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian pengobatan ini hanya
digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan dengan prednison menrupakan
kontraindikasi.
2. KEPERAWATAN
1)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data demografi
2. Riwayat kesehatan
Pasien dengan anemia hemolitik datang dengan keluhan sakit kepala, lemah, letih, pucat pada
kulit dan membran mukosa
3. Riwayat kesehatan dahulu.
1)
Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan seperti
anti kanker, analgetik dll
2)
Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi yang
besar.
3)
Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung as. Folat,Fe
dan Vit12.
4)
5)
1)
Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan atau kegagalan genetik yang berasal
dari orang tua.
2)
Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien terdapat penderita yang mengalami seperti
yang dialami pasien saat ini.
5. Riwayat kesehatan sekarang.
1)
2)
3)
4)
Perlu ditanyakan pada pasien tentang awal terjadinya keluhan seperti pucat, lemah,
kelemahan. Mengenai lamanya keluhan tersebut dirasakan kualitas dan kuantitas
keluhan,keadaan atau dan siuasi yang memperberat dan memperingan keluahan dan
ditanyakan apakah sudah pernah dilakukan pengobatan.
6. Kebutuhan dasar
1)
Sirkulasi
Palpitasi, takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, farink
dan bibir) pucat
Sklera : biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan vasokonstriksi
(kompensasi).
Eliminasi
Haluaran urine
4)
Integritas ego
Higiene
Neurosensori
Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi. Penurunan penglihatan,
gelisah dan kelemahan
8)
Keamanan
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel ditandai dengan kavilari revil
> 3detik, sianosis, kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
2)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah ditandai denganklien mengeluh mual & muntah, terjadi
penurunan BB, penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.
3)
4)
Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat ditandai dengan klien mengeluh BAB keras dalam
waktu lama, mual atau muntah, penurunan nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba
atau kram, gangguan bunyi usus.
5)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh tubuh lemah, lebih banyak
memerlukan istirahat.
6)
Kurang pengetahuan berehubungan dengan kurang mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan klien mengungkapkan
ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang dialami.
7)
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
8)
Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare,
dan atau hemoragi.
9)
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist
( NANDA, 2012-2014 )
8. INTERVENSI KEPERAWATN
9.
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil
menunjukkan perfusi
adekuat, misalnya tanda vital
stabil.
1
Intervensi
Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi
Rasional
Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan
Selidiki keluhan
nyeri dada/palpitasi.
Meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Iskemia seluler
mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial
risiko infark.
Mengidentifikasi
Kolaborasi
defisiensi dan
pengawasan hasil
kebutuhan
pemeriksaan
laboraturium. Berikan pengobatan /respons
terhadap terapi.
sel darah merah
lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.
2
Observasi riwayat
nutrisi, termasuk
makan yang disukai.
Mengidentifikasi
defisiensi,
memudahkan
intervensi.
Mengawasi
menunujukkan
peningkatan/mempertahankan
berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
Terjadi kenaikan BB
Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan
yang sesuai.
Mengawasi
penurunan berat badan
atau efektivitas
intervensi nutrisi.
Timbang berat
badan setiap hari.
Berikan makan
sedikit dengan
frekuensi sering dan
atau makan diantara
waktu makan.
Menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster.
Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada
organ.
Px mengungkapkan
peningkatan perasan nyaman
Pertahankan
lingkungan yang
tenang
Mempertahankan
tirah baring selama
Lingkungan yang
tenang dapat
meningkatkan
kenyamanan px
Meminimalkan
stimulasi /
meningkatkan relaksasi
Pusing dan
penglihatan kabur
sering berhubungan
Bantu px dalam
dengan sakit kepala. Px
ambulasi sesuai dengan juga mengalami
hipotensi postural
kebutuhan
Untuk mengurangi
atau menghilangkan
rasa sakit
Berikan tindakan
non farmakologi untuk
menghilangkan rasa
sakit, misalnya,
redupkan lampu kamar,
pijatan, dan tehnik
relaksasi
Untuk menurunkan
atau menngontrol nyeri
Kolaborasi
dan menurunkan
rangsang sisitem saraf
Berikan sesuai indikasi simpatis
: analgetik
Membantu
mengidentifikasi
penyebab /factor
pemberat dan intervensi
yang tepat
Observasi warna
feses, konsistensi,
frekuensi dan jumlah.
Auskultasi bunyi
usus.
Dorong masukkan
cairan 2500-3000
ml/hari
Dapat
mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan
berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi
defisiensi diet.
Membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses bila
konstipasi. Akan
membantu
memperthankan status
hidrasi pada diare.
Menurunkan distress
gastric dan distensi
abdomen.
Mencegah
ekskoriasi kulit dan
kerusakan.
Hindari makanan
yang membentuk gas.
observasi kondisi
kulit perianal dengan
sering, catat perubahan
kondisi kulit atau mulai
Serat menahan
kerusakan. Lakukan
enzim pencernaan dan
perawatan perianal
mengabsorpsi air dalam
setiap defekasi bila
alirannya sepanjang
terjadi diare.
traktus intestinal dan
dengan demikian
Berikan pelembek
menghasilkan bulk,
feses, stimulant ringan,
yang bekerja sebagai
laksatif pembentuk
perangsang untuk
bulk atau enema sesuai
defekasi.
indikasi. Pantau
keefektifan.
Menurunkan
(kolaborasi)
motilitas usus bila diare
terjadi.
Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
Mempermudah
defekasi bila konstipasi individual.
terjadi.
Kolaborasi ahli gizi
Kebutuhan
untuk diet siembang
dengan tinggi serat dan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan
bulk.
atau adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
Kolaborasi ; berikan
obat sesuai indikasi.
5
Mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan.
Menunjukkan
perubahan neurology
karena defisiensi
vitamin B12
mempengaruhi
otot.
keamanan pasien/risiko
cedera.
menunjukkan penurunan
tanda intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, pernapasan, dan
Berikan lingkungan
tekanan darah masih dalam
tenang, batasi
rentang normal.
pengunjung, dan
kurangi suara bising,
pertahankan tirah
baring bila di
indikasikan.
Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru
untuk membawa
jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
Meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan
menurunkan regangan
jantung dan paru.
Meningkatkan
aktivitas secara
Anjurkan pasien
bertahap sampai normal
istirahat bila terjadi
dan memperbaiki tonus
kelelahan dan
otot/stamina tanpa
kelemahan, anjurkan
kelemahan.
pasien melakukan
Meingkatkan harga diri
aktivitas semampunya
dan rasa terkontrol.
(tanpa memaksakan
diri).
6
penyebab.
Melakukan tiindakan yang
perlu/perubahan pola hidup.
tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress,
selanjutnya
meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan
menurunkan ansietas.
Megetahui seberapa
jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan
Kaji tingkat
keluarga tentang
pengetahuan klien dan penyakitnya.
keluarga tentang
penyakitnya.
Dengan mengetahui
penyakit dan
kondisinya sekarang,
klien dan keluarganya
Berikan penjelasan
akan merasa tenang dan
pada klien tentang
mengurangi rasa cemas
penyakitnya dan
kondisinya sekarang.
Diet dan pola makan
yang tepat membantu
proses penyembuhan.
Mengetahui
Anjurkan klien dan seberapa jauh
pemahaman klien dan
keluarga untuk
keluarga serta menilai
memperhatikan diet
keberhasilan dari
makanan nya.
tindakan yang
dilakukan.
Minta klien dan
keluarga mengulangi
kembali tentang materi
yang telah diberikan.
7
Pantau/batasi
pengunjung. Berikan
isolasi bila
memungkinkan.
Membantu dalam
pengenceran secret
pernapasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis cairan
tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
Membatasi
pemajanan pada
bakteri/infeksi.
Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada
anemia, bila respons
imun sangat terganggu.
Adanya proses
inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
menggigil dan
takikardia dengan atau
tanpa demam.
Amati
eritema/cairan luka.
Berikan antiseptic
topical ; antibiotic
sistemik (kolaborasi).
Indikator infeksi
lokal. Catatan :
pembentukan pus
mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
Mungkin digunakan
secara propilaktik
untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local.
.
Setelah diberikan tindakan
Awasi TTV
keperawatan diharapkan tidak
terjadi kekurangan volume cairan
dengan kriteria hasil
Menunjukkan volume
cairan normal, dibuktikan oleh
TD, kecepatan nadi, BB, dan
haluaran urin dalam batas
normal.
Kekurangan atau
perpindahan cairan
meningkatkan
frekuensi jantung,
menurunkan TD, dan
mengurangi volume
nadi
Kekurangan cairan
dapat diidentifikasi
dengan penurunan
turgor kulit, membram
mukosa kering
Catat perubahan
mental, turgor kulit,
hidrasi membran
Memberikan
informasi tentang status
cairan umum.
Kecenderungan
mukosa.
keseimbangan cairan
negatif dapat
menunjukkan
terjadinya defisit.
Perubahan cepat
Ukur / hitung
menunjukkan gangguan
masukan, pengeluaran, dalam air tubuh total.
dan keseimbangan
cairan. Catat
kehilangan tak tampak
Memperbaiki atau
mempertahankan
volume sirkulasi dan
tekanan osmotik.
Timbang BB tiap
hari
Elektrolit khususnya
kalium dan natrium
mungkin menurun
sebagai akibat
penurunan volume
cairan
Kolaborasi :
berikan cairan IV
dalam observasi ketat
atau dengan alat
kontrol sesuai indikasi.
Kondisi kulit
dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi. Jaringan
dapat menjadi rapuh
dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
Meningkatkan
sirkulasi kesemua kulit,
membatasi iskemia
jaringan/ mempengarhi
hipoksia seluler.
Area lembab,
terkontaminasi,
memberikan media
Kaji integritas kulit, yang sangat baik untuk
catat perubahan pada pertumbuhan
organisme patogenik.
turgor, gangguan
Sabun dapat
warna, hangat local,
eritema, ekskoriasi.
Reposisi secara
periodic dan pijat
permukaan tulang
apabila pasien tidak
bergerak atau ditempat
tidur.
mengeringkan kulit
secara berlebihan.
Anjurkan pemukaan
kulit kering dan bersih. Meningkatkan
Batasi penggunaan
sirkulasi jaringan,
sabun.
mencegah stasis.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.