Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1. Hidrolisis Asam Nukleat
Prinsip hidrolisis asam nukleat adalah pemecahan asam nukleat sebagai polinukleutida
menjadi bentuk sederhananya berupa nukleutida menggunakan penambahan asam dan
pemanasan.
Langkah yang dilakukan adalah memasukkan asam nukleat hasil isolasi pada kuvet
dan mensentrifugasi selama 10 menit untuk memisahkan asam nukleat berupa endapan dari
fluida di atasnya. Selanjutnya, memindahkan endapan tersebut dalam tabung reaksi yang
berbeda dan menambahkan 10 mL H2SO4 1M, proses penambahan asam ini berguna untuk
menghidrolisis asam nukleat dimana akan terhidrolisis akibat penambahan asam pekat. Lalu,
memanaskan selama 3 menit pada penangas air untuk mempercepat reaksi hidrolisis sehingga
diperoleh senyawa penyusun asam nukelat. Kemudian, mendinginkan tabung pada temperatur
ruang untuk mengendapakan kontaminan yang kemungkinan terdapat pada campuran asam
nukleat dan H2SO4.
Hasil yang diperoleh adalah pada ekor tauge terbentuk endapan putih kecoklatan, pada
kepala tauge terbentuk endapan putih kekuningan, pada ekor kecambah terbentuk endapan
putih keruh dan pada kepala kecambah terbentuk endapan putih. Semua filtratnya tidak
berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa endapan asam nukleat hasil sentrifugasi telah
terhidrolisis akibat penambahan asam dan pemanasan. Lalu asam nukleat ini dapat digunakan
untuk identifikasi selanjutnya.
4.2. Uji Fosfat
Prinsip uji fosfat adalah pemutusan ikatan kovalen fosfodiester pada asam nukleat
pada kondisi alkali dengan penambahan larutan asam molibdat dan pemanasan sehingga
menjadi monofosfat.
Langkah yang dilakukan adalah memasukkan 1 mL hidrolisat asam nukleat ke dalam
tabung reaksi yang berbeda. Selanjutnnya menambahkan 3 mL larutan asam molibdat dalam
tabung reaksi. Larutan asam molibdat ini berfungsi sebagai larutan alkali yang akan memutus
ikatan kovalen fosfodiester pada asam nukleat. Lalu, memanaskan campuran di penangas air
selama 5 menit untuk menyempurnakan proses pemutusan ikatan sehingga diperoleh senyawa
monofosfat.
Hasil yang diperoleh, pada ekor tauge tetap tidak berwarna, pada kepala tauge, kepala
kecambah dan ekor kecambah terbentuk larutan tidak berwarna dengan suspensi setelah
ditambahkan larutan asam molibdat dan dipanaskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam
hidrolisat tidak mengandung gugus monofosfat. Proses pemutusan ikatan fosfodiester dapat
dengan mudah terjadi ketika hidrolisat ditambahkan larutan basa karena memiliki gugus OH.
Sementara pada percobaan ini digunakan larutan asam molibdat yang bersifat asam, sehingga
ikatan kovalen fosfodiester sulit terjadi dan menghasilkan hasil uji negatif.
4.3. Uji Deoksiribosa
Prinsip uji deoksiribosa adalah pemecahan gula deoksiribosa menggunakan reagen
Dische sebagai pemberi suasana asam. Hasil reaksi tersebut meghasilkan perubahan warna
yang menunjukka adanya gula deoksiribosa.
Langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memipet 1 mL hidrolisat asam
nukelat dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian menambahkan reagen Dische sebanyak
2 mL. Penambahan ini berfungsi untuk menghidrolisis hidrolisat asam nukleat menjadi

senyawa sederhananya (nukleutida) yang mengandung gula deoksiribosa. Kemudian


memanaskan campuran dalam tabung reaksi selama 5 menit untuk mempercepat proses
hidrolisis.
Hasil yang diperoleh adalah semua hidrolisat menghasilkan larutab berwarna biru
pekat. Hasil tersebut menunjukkan hasil uji positif yang menunjukkan adanya gula
dioksiribosa. Karena kandungan dari reagen Dische tersebut adalah difenilalanin sulfat
bereaksi dengan gula sehingga campuran berubah warna menjadi biru tua.
4.4. Uji Ribosa
Prinsip uji ribosa adalah identifikasi gula ribose yang merupakan senyawa sederhana
asam nukleat berdasarkan reaksinya dengan reagen Orsinol.
Langkah yang dilakukan adalah memipet 1 mL hidrolisat dan meletakkan pada tabung
reaksi yang berbeda. Kemudian, menambahkan reagen orsinol sebanyak 1 mL. Reagen
orsinol ini digunakan sebagai penguji adanya gula ribosa. Lalu, memanaskan campuran pada
penangas air 48oC selama 5 menit untuk mempercepat reaksi hidrolisat dengan reagen orsinol.
Hasil yang diperoleh adalah pada kepala kecambah, ekor kecambah dan ekor tauge
terbentuk larutan kuning dengan endapan coklat sedangkan pada kepala tauge terbentuk
larutan kuning jernih. Hal tersebut menyatakan tidak adanya gula ribosa pada hidrolisat asam
nukelat. Reagen orsinol dibuat dari campuran orsinol, FeCl3 dan HCl pekat. Dimana sebelum
bereaksi, hidrolisat asam nukleat akan dihidrolisis dengan asam dari reagen orsinol.
Kemudian reagen orsinol bereaksi dengan hidrolisat menghasilkan perubahan warna pada
campuran. Endapan coklat yang terbentuk merupakan Fe dari reagen orsinol.
4.5. Uji Basa Purin
Prinsip percobaan uji basa purin yaitu hidrolisis ikatan N--glukosidik antara pentosa
dan basa nitrogen dengan mengondisikan larutan menjadi basa.
Langkah yang dilakukan adalah memindahkan 10 tetes hidrolisat asam nukleat pada
tabung reaksi yang berbeda. Kemudian menambahkan 5 tetes larutan NH3 pekat. Larutan
tersebut berfungsi untuk mengondisikan cairan dalam kondisi basa. Lalu menambahkan 20
hingga 50 tetes AgNO3 hingga terjadi perubahan berupa endapan putih.
Hasil yang diperoleh adalah terbentuknya partikel kecil berwarna putih pada kepala
tauge, ekor tauge dan kepala kecambah. Sedangkan pada ekor kecambah tidak terbentuk
partikel putih. Hal ini menyatakan bahwa basa purin terdapat pada hidrolisat kepala tauge,
ekor tauge dan kepala kecambah.

Вам также может понравиться