Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Umum Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai kompos isi
dominan (lebih dari 50%) yang terdiri dari garam-garam karbonat, sedang
dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari
larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia, dimana dalam
proses tersebut organisme turut berperan dan dapat pula terjadi dari butiran
rombakan yang telah mengala mi transportasi secara mekanik yang kemudian
diendapkan pada tempat lain. Selain itu pembentukannya dapat pula terjadi
akibat proses dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat
umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi d olomit).
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan air laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Mississippi Valley dan di Pine Point , N.W.T., Canada ( Blatt, Middleton dan
Murray; Origin of Sedimentary Rock ).
batuan
karbonat
yang
dilakukan
dengan
metode -metode
pendeskripsian
batuan
karbonat
di
lapangan.
Hendaknya
analisis
batuan
karbonat
yang
dilakuka n
di
Laboratorium
19
Sedimentologi
Analisis Karbonat
diendapkan
20
Sedimentologi
Analisis Karbonat
50%
100%
1
100%
Dolomite
4
Gambar 3. Diagram segitiga yang menunjukkan perbedaan antara dolomit, kalsit dan
karbonat yang tidak murni (T.J.A. Reijers dan K.J. Hsu; 1986)
2.2. Faktor Pengendapan Karbonat
21
Sedimentologi
Berikut
ini
Analisis Karbonat
merupakan
beberapa
faktor
yang
penting,
yang
sangat
c. Pengaruh Kedalaman
Pengendapan karbonat memerlukan penguapan yang kelewat jenuh dari air
laut di daerah yang mempunyai kandungan unsur CaCO 3, dimana pada
keadaan yang demikian ini hanya dijumpai pada lingkungan laut yang dangkal.
22
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Apabila pada lingkungan laut yang dalam maka akan menyebabkan sebagian
tekanan CO 2 akan sangat tinggi, dimana pada keadaan yang demikian
menyebabkan unsur CaCO 3 akan terlarut kembali.
d. Faktor Mekanik
Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengendapan karbonat
antara lain adalah adanya aliran laut yang bertekanan tinggi menuju ke daerah daerah yang bertekanan rendah, adanya percampuran air dengan kandungan
CaCO3 yang berkadar tinggi, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan
organik pada larutan, serta adanya kenaikan pH air laut sehingga pada kondisi
yang demikian dapat menyebabkan penambahan konsentrasi karbonat.
23
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Pembentukannya
berlangsung.
berlangsung
Butiran
rombakan
sesaat
ini
setelah
dapat
berasal
pengendapan
dari
sekitar
3.1.3. Pellets
Merupakan butiran masif, berbentuk ellips ataupun oval dan tidak
menunjukkan adanya struktur dalam ( internal structure). Yang termasuk
didalam jenis butiran ini antara lain fecal pellets dan favreina.
3.1.4. Lumps
Merupakan butiran karbonat yang komposit (mengelompok) dan
mempunyai kenampakan
bentuk
permukaan
yang
tidak
teratur.
Semen adalah komponen karbonat yang berupa kristal kalsit yang jelas dan
secara mikroskopis akan mempunyai kenampakan yang jernih, berukuran 0,02
1 mm, berperan sebagai material p engisi ruang antar butir ataupun suatu
24
Sedimentologi
Analisis Karbonat
rekahan (cavity filling) dan terbentuk pada saat diagenesa. Lumpur karbonat ini
lebih dikenal dengan istilah sparit.
4. KANDUNGAN BIOTA
Organisma sangat berperan dalam pembentukan batuan karbonat, yaitu
sebagai penghasil unsur CaCO 3. Organisma pembentuk batuan karbonat dapat
terdiri dari Koral, Ganggang, Molluska, Bryozoa, Echinodermata, Brachiopoda,
Ostracoda, Porifera, Foraminifera dan beberapa jenis orga nisma lainnya.
Assosiasi dari masing-masing biota tersebut di atas sering sekali dijumpai
pada batuan karbonat. Sehingga dengan adanya perbandingan tertentu dari
kandungan biota tersebut dapat dipakai untuk menafsirkan fasies dan
lingkungan pengendapan se rta umur dari batuan karbonat tersebut. Berikut ini
adalah jenis-jenis biota yang sering dijumpai pada batuan karbonat.
4.1. Koral
Koral merupakan salah satu penyusun utama pada batuan karbonat. Koral
dapat hidup secara soliter maupun hidup secara berkolo ni. Koral-koral yang
hidupnya secara berkoloni dicirikan oleh adanya bentuk -bentuknya yang
bercabang, masif, menyerupai rantai dan seperti jamur. Sedangkan koral yang
hidupnya secara soliter dicirikan oleh adanya bentuk -bentuk yang menyerupai
tanduk.
Golongan koral yang paling banyak dijumpai pada batuan karbonat yang
berumur Tersier adalah Scleractinia yaitu yang termasuk didalamnya adalah
jenis Acropora dan Pocillopora; Branching corals, yaitu yang termasuk
didalamnya adalah jenis Favia dan Goniastrea (Brain corals); Montiopora (Platy
corals); Fungia Herpolitha
25
Sedimentologi
Analisis Karbonat
4.2. Ganggang
Ganggang merupakan suatu kelompok tumbuhan yang primitif yang mana
tidak dikenal sistem organiknya. Jenis ganggang yang umum dan banyak
dijumpai pada batuan ker bonat adalah ganggang merah dan ganggang hijau
biru.
4.2.1. Ganggang Merah
Merupakan ganggang ynag mempunyai jaringan tubuh yang berupa
lembaran tipis, yang kadang -kadang bentuknya bercabang, bulat konsentrik
maupun dapat juga menyerupai semak.
Ganggang merah dapat hidup pada kondisi lingkungan yang mempunyai
energi gelombang yang tinggi, sebab ganggang merah ini mempunyai cara
hidup secara menambatkan dirinya ( sesile).
Contoh
jenis-jenis
ganggang
merah
adalah
Archaelithothamium,
26
Sedimentologi
Analisis Karbonat
terumbu karang (back reef) dan pada daerah pasang suru t (tidal). Contoh dari
jenis-jenis ganggang hijau-biru ini adalah : Giryanella dan renalcis.
4.3. Moluska
Merupakan salah satu jenis binatang invertebrata yang mempunyai populas i
yang cukup besar dan terdapat di berbagai lingkungan pengendapan laut. Jenis
moluska yang paling penting bagi batuan karbonat adalah Gastropoda dan
Pelecypoda.
4.3.1. Gastropoda
Gastropoda umumnya adalah berbentuk spiral dan tidak mempunyai sistem
pembagian kamar. Cangkangnya terdiri dari aragonit, sehingga pada umumnya
fosil-fosilnya ditemukan dalam bentuk cetakan ( mold dan cast) hidupnya bisa
terdapat pada berbagai lingkungan laut. Dari tebal tipisnya cangkang
Gastropoda dapat dipakai untuk menafsirkan lingkungan pengendapannya. Jika
cangkangnya tipis maka ditafsirkan sebagai lingkungan pengendapan laut
dalam, sedangkan apabila cangkangnya tebal dan berukuran besar maka
ditafsirkan lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal atau pada daerah daerah paparan.
4.3.2. Pelecypoda
27
Sedimentologi
Analisis Karbonat
4.4. Foraminifera
Foraminifera merupakan organisme yang terdiri dar i sebuah sel dan
mempunyai sejumlah kamar, dapat berbentuk serial, datar, pipih, ataupun
terputar. Secara garis besar foraminifera dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
dengan berdasarkan ukurannya, yaitu dikenal dengan foraminifera besar dan
foraminifera kecil.
Foraminifera merupakan organisma yang hidup pada lingkungan laut, baik
dengan cara hidup secara planktonik maupun bentonik dan populasinya yang
terbanyak dijumpai pada lingkungan laut dangkal, laut yang terbuka dan pada
daerah tropis. Foraminifera ini sangat penting, baik untuk batuan karbonat
maupun untuk batuan sedimen yang lainnya, karena dapat dipakai untuk
menentukan lingkungan pengendapan dan umur batuannya.
4.5. Echinodermata
Echinodermata merupakan binatang invertebrata dengan mempunyai
populasi yang cukup banyak. Bentuk atau morfologi dari echinodermata adalah
dapat berbentuk seperti bola, silindris, lempeng, duri, bintang dan bertangkai.
Echinodermata yang penting bagi penyusun batuan karbonat adalah Echinoid
yang dapat memfosil sebagai suatu bahan rombakan dan dapat berbentuk
seperti lempeng ataupun duri. Adanya fosil ini menunjukkan lingkungan laut
terbuka.
28
Sedimentologi
Analisis Karbonat
4.6. Bryozoa
Bryozoa merupakan organisme yang hidup secara berkoloni dengan
populasi yang sangat banyak. Umumnya Bryozoa ini mempunyai ukuran yang
relatif kecil dan tipis yang mempunyai bentuk bercabang, mengerak ataupun
menyerupai jaringan. Organisma ini dapat mengalami pertumbuhan dengan
cepat dan dapat dengan mudah beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Bryozoa sering dijumpai sebagai fosil rombakan pada sedimen -sedimen laut.
Porositas Kerangka (frame-work porosity), yaitu rongga yang berisi air yang
terdapat di dalam kerangka batuan karbonat.
Porositas Lumpur (mud porosity), yaitu pori-pori halus yang terdapat pada
lumpur karbonat, yang kemudian lumpur tersebut membatu.
Porositas Pasir (sand porosity), yaitu ruang atau rongga kosong yang
terdapat di antara butiran pasir dan kerikil karbonat.
29
Sedimentologi
Analisis Karbonat
adalah
jenis
klasifikasi
secara
diskriptif
dan
genetik
dengan
Sedimentologi
Analisis Karbonat
31
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Batugamping Autocthonous
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Gambar 13. Klasifikasi pori dan sistem pori pada batuan karbonat
menurut Choquette dan Pray, 1970
33
Sedimentologi
Analisis Karbonat
34
Sedimentologi
Analisis Karbonat
6.2.4. Tipe IV
Batuan karbonat yang termasuk ke dalam tipe IV ini merupakan pembagian
khusus, karena mengingat proses atau cara pembentukannya yang sangat
khas. Batugamping ini terdiri dari struktur organik yang terbentuk pada tempat
dimana ia tumbuh di daerah asalnya (insitu). Struktur organiknya bersifat saling
mengikat dan resisten dalam pertumbuhannya. Batuan karbonat ini disebut
Biolitit.
35
Sedimentologi
Analisis Karbonat
berdasarkan
faktor -faktor
tersebut,
Dunham
(1962)
36
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Disusun oleh organisma yang saling terikat dan mengeras, membentuk fosil
yang tipis dan rata: Bindstone
37
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Batuan karbonat yang diendapkan p ada kondisi air laut yang tenang ( quiet
water), dicirikan oleh kandungan lumpur karbonatnya yang dapat mencapai 50
%, keadaan fosil-fosilnya masih dalam keadaan yang utuh, walaupun jarang
fosil tersebut jarang dijumpai.
38
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Strukturnya
yang
masif,
kenampakan
jauh
memperlihatkan
bahwa
Jenis batugamping ini dapat berbentuk Bioherm dan Biostrom yang didasarkan
pada genesanya/ asal (reef/flank).
39
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Berlapis baik.
7. LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Pembagian dan penentuan lingkungan pengendapan batuan karbonat
sangat tergantung pada lokasi dan asp ek-aspeknya, yang antara lain aspek aspek tersebut meliputi tingkat pertumbuhan dari organisme penyusunnya,
ukuran dan kondisi dari lingkungan tempat batuan karbonat tersebut
diendapkan. Dengan demikian beberapa ahli dalam memberikan penamaan
model lingkungan pengendapan batuan karbonat sering mempergunakan
istilah-istilah yang berbeda.
Beberapa model lingkungan pengendapan batuan karbonat beserta fasies fasiesnya antara lain:
40
Sedimentologi
Analisis Karbonat
gelombang,
sedangkan
untuk
daerah -daerah
yang
lebih
dalam
41
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Kesimpulan:
untuk
endapan karbonat
platform
ini
dominan sangat
42
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Gambar 20. Diagram ideal dari suatu model terumbu (Link, 1950)
43
Sedimentologi
Analisis Karbonat
berbintik-bintik,
bioturbasi,
pellets,
grapstone,
yang
adalah
44
Sedimentologi
Analisis Karbonat
45
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Lingkungan ini terletak pada selat, danau dan teluk di bagian belakang
daerah tepi paparan. Kedalaman pada umumnya hanya beberapa puluh meter
saja, dengan kadar garam yang bervariasi dan sirkulasi airnya sedang.
7.5.8. Restricted Platform Facies
Merupakan endapan sedimen yang halus yang terjadi pada daerah yang
dangkal, pada telaga ataupun danau. Sedimen yang lebih kasar hanya terjadi
secara terbatas, yaitu pada daerah kanal ataupun pada daerah pasang surut.
Lingkungan ini terbatas untuk ke hidupan organisma, mempunyai salinitas ya ng
beragam, kondisi reduksi dengan kandungan oksigen, sering mengalami
diagenesa yang kuat.
restricted marine
yang
46
Sedimentologi
Analisis Karbonat
8. DIAGENESA KARBONAT
Komposisi dan tekstur batuan karbonat dipengaruhi oleh derajat perubahan
yang terjadi sesudah proses pengendapan berlangsung. Sering terjadi bahwa
perubahan-perubahan tersebut berlangsung pada tempat asal sedimen ( insitu)
dalam waktu yang hampir bersamaan dengan pengendapan batuan itu sendiri,
sehingga dengan demikian tidak mudah untuk mengetahui tekstur dan
komposisi batuan karbonat tersebut berasal dari endapan atau setelah
diagenesa berlangsung.
Proses yang sering terjadi selama diagenesa antara lain:
8.1. Pelarutan
Proses pelarutan dalam batuan karbonat memerlukan air kelewat jenuh
dalam jumlah banyak serta selektivitas terhadap matrik, bentuk butir, ukuran
butir dan sifat kerangka. Hasil dari pelarutan akan berupa rongga kosong dari
material yang terlarut.
8.2. Penyemenan
Merupakan pengisian ruang an tar butiran rekahan yang sering terjadi akibat
pelarutan. Berdasarkan bentuknya, jenis semen karbonat dibagi menjadi type
Drusy, Blocky atau granular, jarum (fibrous dan rim-cement).
8.3. Rekristalisasi
Proses ini terjadi bila ada zat -zat yang terlarut diendapkan kembali ditempat
semula, tanpa merubah komposisinya. Contohnya: Perubahan aragonit menjadi
kalsit dan sebagainya.
47
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Proses ini merupakan penggantian mineral dari mineral satu menjadi mineral
lainnya dan akan merubah komposisi semula. Contoh dari penggantian antara
lain kalsit menjadi dolomit atau kalsit menjadi anhidrit.
9. METODE ANALISIS
Dibawah ini dikemukakan metode analisis bat uan karbonat yang dilakukan di
laboratorium. Pembahasan meliputi tujuan analisis, peralatan dan bahan yang
digunakan, persiapan analisis, prosedur anali sis serta tahapan pengamatan.
Metode analisis karbonat terdiri dari 5 metode, yaitu:
9.1. Metode Test Asam
Metode ini digunakan untuk menganalisis kekuatan reaksi batuan karbonat
terhadap larutan HCl, dengan tujuan untuk menentukan kontaminasi relatif dar i
gamping terhadap dolomit dan lempung.
a. Alat dan Bahan
1. Morter dan Pastel
2. Tabung reaksi
3. Pipet
4. Larutan HCl 0,1 N
b. Persiapan Analisis
Buat beberapa potongan contoh batuan karbonat dengan cara ditumbuk,
sehingga berukuran kurang lebih 2 mm.
c. Prosedur Analisis
1. Tuangkan HCl 0,1 N secukupnya ke dalam tabung reaksi .
48
Sedimentologi
Analisis Karbonat
d. Pengamatan
1. Bila reaksi kuat, butiran mengambang di permukaan dinamakan
batugamping murni.
2. Bila reaksi agak kuat, butiran timbul tenggelam, dinamakan batugamping
dolomitan.
3. Bila reaksi lambat, butiran tetap pada dasar, dinamakan dolomit
gampingan.
4. Bila terjadi reaksi dinamakan dolomite.
Catatan:
Pemberian asam yang terlalu kuat akan melarutkan seluruh butiran yang
dianalisis, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengamatan.
Sedimentologi
Analisis Karbonat
8. Larutan HCl 1%
9. Pipet
10. Aquadest
11. Kaca asah
b. Persiapan Analisis
Buat potongan contoh batuan karbonat berukuran 4x4x2 cm dengan salah
satu permukaan rata dan halus.
c. Prosedur Analisis
Metode Alezarin Reds
1. Contoh batuan dicuci hingga bersih dengan air .
2. Teteskan HCl 1% pada permukaan yang rata, kemudian teteskan
alezarin reds sehingga seluruh permukaan tertutup. Setelah kering
kemudian dicuci perlahan -lahan dengan aquades dan dikeringkan
kembali (ke dalam oven).
Metode Tembaga Nitrat
1. Contoh batuan dicuci hingga bersih dengan air .
2. Contoh batuan tersebut dimasukkan ke dal am gelas becker yang terisi
larutan tembaga nitrat sehingga seluruh permukaan tercelup .
3. Diamkan selama kurang lebih 6 jam .
4. Cuci perlahan-lahan dengan aguades kemudian keringkan dalam oven .
d. Pengamatan
50
Sedimentologi
Analisis Karbonat
1. Warna merah tua (metode alizerin reds) atau warna b iru (metode
tembaga
nitrat)
menunjukkan
kalsit,
sedangkan
warna
putih
menunjukkan dolomit.
2. Gambarkan sketsa pada milimeter kalkir warna -warna tersebut dan
dihitung prosentase kadar kalsit dolomit dan nilainya dimasukkan dalam
tabel 22-2.
3. Tentukan nama batuan berdasarkan tabel 22 -3.
b. Persiapan Analisis
Buat bubuk dari contoh batuan karbonat sebanyak kurang lebih 1,5 gram
dengan cara digerus memakai mortar dan pastle .
c. Prosedur Analisis
Pertama kali dilakukan analisis terhadap bubuk CaCO 3 murni untuk
pembuatan kurva standar, setelah itu baru dilakukan analisis terhadap contoh
batuan.
51
Sedimentologi
Analisis Karbonat
x 100 %
X
52
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Catatan:
Sebelum digunakan kolf harus bersih dan selama reaksi berlangsung, buret
harus tetap terisi HCl 20 % untuk mencegah kemasukan udara
b. Persiapan Analisis
Buat potongan contoh batuan karbonat yang berukutan 20x10x4 cm dengan
permukaan yang benar-benar rata dan licin.
c. Prosedur Analisis
a. Contoh batuan dengan dua permukaan rata dan licin dicuci dengan air
hingga bersih.
b. Dua macam cara analisis sebagai be rikut:
1. Masukkan contoh batuan ke dalam gelas becker .
Tuangkan HCl 1% secukupnya hingga seluruh permukaan contoh
batuan terendam.
2. Masukkan contoh batuan ke dalam gelas becker dengan salah satu
permukaan terasah menghadap ke atas .
53
Sedimentologi
Analisis Karbonat
Catatan:
Sebelum contoh batuan direndam, supaya diberi tanda (nomor) dengan
spidol permanen.
d. Pengamatan
1. Buat sketsa batuan yang diamati
2. Lakukan deskripsi megaskopis secara umum
3. Lakukan deskripsi mikrosko pis meliputi :
a. Konstitusi utama : kerangka, klastik, afanitik atau kristalin .
1. Jenis kerangka/ butir :
Kerangka: koral, foraminifera, bryozoa, ganggang dan sebagainya.
2. Jenis klastik:
Klastik fragmental bioklastik (fragmen pecahan koral, moluska,
ganggang, foraminifera, crinoid dan sebagainya ).
Klastik non fragmental: oolits, pisolits, pellets, ovoids, lumps .
3. Jenis afanitik: Sebutkan macamnya.
4. Jenis kristalin: dolomit atau kalsit dan teksturnya .
b. Konstitusi detritus: butiran mineral atau batuan dan ukurannya .
c. Masa dasar: Mikrit, Sparit atau sebagian -sebagian.
d. Hubungan butir dengan masa dasar:
bersentuhan, mengambang dalam masa dasar atau se bagiansebagian. Sebutkan pula prosen (%) proporsi butiran terhadap mas a
dasar.
e. Besar butir: Pergunakanlah salah satu skala butir untuk batuan
karbonat serta ukurannya .
f. Pemilahan: Terpilah baik, sedang, buruk, dsb.
54
Sedimentologi
Analisis Karbonat
j.
k. Nama batuan:
Klasifikasi Folk (1959).
Klasifikasi Dunham (1962) .
l.
Catatan:
Untuk pengamatan no. 2, 3 dan 4 cantumkan prosentase tiap komponen
dengan jumlah seluruhnya 100 %. Dalam pengamatan fosil termasuk dalam
istilah butiran
9.5. Analisis Sayatan Tipis
Dalam analisis ini bertujuan untuk dapat mengetahui nama batuan dan
diagenesanya dari prosentase fosil yang terkandung dalam batuan karbonat
maupun jenis butirannya di dalam massa dasar.
Dasar teori dari analisis ini adalah tiap mineral dapat diketahui sifat -sifat optik
serta jenisnya. Dalam analisis batuan karbonat selain hal tersebut diatas juga
dapat membantu dalam hal pemerian batuan karbonat.
a. Alat dan Bahan
1. Mikroskop polarisator
2. Contoh batuan yang telah disayat setebal 0,03 mm
3. Tabel diskripsi analisis sayatan tipis khusus untuk batuan karbonat
b. Persiapan Analisis
Contoh batuan yang telah disayat disiapkan dalam preparat dan mikroskop
polarisator siap untuk digunak an. Sayatan contoh batuan diharapkan mewakili
tekstur batuan secara keseluruhan (komposisi / proporsi butiran serta lumpur,
hubungan antar butir).
55
Sedimentologi
Analisis Karbonat
c. Prosedur Analisis
1. Mikroskop polarisator dibuat centring.
2. Contoh batuan yang telah disayat diletakkan di atas meja putar.
3. Mikroskop difokuskan.
4. Siap untuk pendeskripsian dalam keadaan nikol sejajar .
5. Amati prosentase jenis kerangka, butiran dan massa dasar serta
hubungan kemudian diband ingkan dengan tabel yang telah t ersedia untuk
pemeriaannya..
56