Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Pola asuh Permissive Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat namun
kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan
dorongan keinginannya.
3. Pola asuh Authoritative Pola asuh oragtua, dimana sikap yang meninggat dan
kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik atau buruk.
4. Pola asuh Dominan Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal yang
menyangkut remaja dalam tindakan sehari-hari.
5. Pola asuh Submission Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu yang
diminta anak berperilaku semaunya dirumah.
6. Pola asuh Overdisplin Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman,
menanamkan kedisiplinan secara keras.
B. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak mutlak
memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh
kembang fisik-mental dan psikososial anak dengan cara:
a)
b)
distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining)
adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila
diperlukan.
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
1.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14
dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini ( Adalilla, S, 2010)
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir,
daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup
kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan
sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock, 2007).
1. Tujuan PAUD
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensipotensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun
pendampingan.
1. Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak
usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi disemua aspek perkembangan baik fisik, intelektual, bahasa, motorik, dan
sosioemosional. Berorientasi pada kebutuhan anak membuat pendidikan begitu
menyenangkan. Anak akan menjadikan belajar sebagai kebutuhan pokoknya.
2)
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Mulai bermain, anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpilan mengenai benda di
sekitarnya. Dengan bermain anak berusaha memahami karakter teman-temannya, termasuk
karakteristik orang dewasa disekitarnya. Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam
air kehidupan yang begitu penting bagi kehidupan anak.
3)
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui
bermain. Pasalnya lingkungan yang kondusif akan mengajak anak untuk bisa memosisikan
dirinya secara proporsional. Dia akan berusaha menjadi bagian dari teman-temanya.
4)
Pembelajaran terpadu bisa dikatakan sama dengan pembelajaran yang sesuai dengaan potensi
dan bakat anak. Oleh karenanya, pendidikan dengan model pengelompokkan anak-anak yang
dianggap pandai dalam ruangan tertentu membuat anak tidak bisa berkembang maksimal,
khususnya pada aspek social emosional.
5)
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan
yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru. Renik-renik disekitar kita bisa dijadikan
bahan ajar yang begitu mempesona anak-anak didik. Hal ini karena renik-renik tersebut juga
dekat dengan dunia anak, sehingga anak akan menikmati sumber belajar itu.
7)
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya
disajikan secara berulang. Kebertahapan dalam pendidikan membuat anak bisa menangkap
makna atas apa yang diberikan. Pengulangan yang dilakukan membuat anak kianmelakukan
kristalisasi atas pelajaran dan transfer ilmu serta nilai yang dilakukan.
KONSEP BERMAIN
1. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anka dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi
dalam kemapuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebtuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan
kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secara
cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Perhatian selama
proses bermain pada anak-anak sangat penting mengingat dalam proses bermain dapat
ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti kreativitas anak, perkembangan
mental dan emosi yang harus diarahkan agar sesuai dengan proses kematangan
perkembangan.
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata,
belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.Anak belajar berinteraksi dengan
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada
kelompok.
4. Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku.
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru.
Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di
lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dikelompoknya. Anak
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukan.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri, sehingga anak anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya dalam bentuk permainan.
TUJUAN BERMAIN
a)
b)
c)
d)
Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.
Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.
Ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya.
1. Lingkungan yang mendukung
Ling yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk
bermain.
1. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tukem anak
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isinya
Sense of pleasure play : permaianan yang sifatnya memberikan kesenangan pada anak
(EX : main air dan pasir).
Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik
sepeda).
Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).
Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi
atau objek yang ada disekelilingnya , yang digunakan sebagai alat permainan(EX :
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
b. Karakter sosial
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya.
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengann lainya tidak ada sosialisasi.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukakn setiap hari, untuk merangsang semua
sistem indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jarijari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi dengan
suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak
(kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa
(linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestik), visuo-spasial,, senirupa dll.
Kapan dan bagaimana cara melakukan stimulasi dini??
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita.
Misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan,
menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton televisi, di dalam kendaraan,
menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0-3 bulan dengan cara: mengusahakan rasa nyaman, aman dan
menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum,
berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan
menggerakkan benda berwarna mencolok, benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi ke
kanan - kiri, tengkurap - telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.
Umur 3-6 bulan ditambah dengan bermain (cilukba), melihat wajah bayi dan pengasuh di
cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur 6-9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk
tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur 9-12 bulan ditambah dengan mengulang-ngulang menyebutkan mama-papa, kakak,
memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih
berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur 12-18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna,
menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan
mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring,
gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat
tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah
sederhana (mana bola, pegang ini, masukkan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau
menunjukkan benda-benda.
Umur 18-24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagianbagian tubuh, menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda-benda di
sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari, latihan menggambar garis-garis,
mencuci tangan, memakai celana baju, bermain melompat, melempar bola.
Umur 2-3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata
sifat (besar-kecil, panas-dingin, dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung bendabenda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar
garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil/besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan pada umur sebelumnya, stimulasi
juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain: memegang pinsil dengan baik,
menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana
(buang air kecil/besar di toilet), dan kemandirian, berbagai dengan teman dll. Perangsangan
dapat dilakukan secara profesional di kelompol bermain. Taman kanak-kamak atau
sejenisnya, namun harus dilanjutkan terus di rumah.
Pentingnya suasana ketika stimulasi dan pola asuh yang demokratik.
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita, setiap hari, terus
menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan
oleh keluarga terutam ibu. Stimulasi harus dilakukan dalam suasan yang menyenangkan dan
kegembiraan antara pengasuh dan bayi. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru,
memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi, atau bayi
sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. apalagi pengasuh sedang marah,
bosan atau sebal maka tanpa disadari pengaruh justru memberikan rangsang emosional yang
negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah
merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan
ketakutan bayi. Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi harus dilakukan dalam
suasana pola asuh yang demokratik. Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi,
artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat bayi, tidak memaksakan kehendak
pengasuh, penuh kasih sayang dan kegembiraan, menciptkakan rasa aman dan nyaman,
memberi contoh tanpa memaksa. mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi.
memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan
koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika
melakukan kesalahan.