Вы находитесь на странице: 1из 12

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS,

BAYI, BALITA, DAN ANAK


PRA SEKOLAH
PEMBAHASAN
Kebutuhan-kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang optimal meliputi Asuh,
Asih, dan Asah yaitu:
A. Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):
Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh &
lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain
dan beristirahat.
Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan
pertama (ASI Eksklusif).
a)
Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
b)
Kebersihan : meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah,
tempat bermain dan transportasi
c)
Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur
karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang
merangsang perkembangan.
d) Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur.
Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun.
Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan Agustus.
e)
Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila
ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak.
KRITERIA POLA ASUH ANAK
Pola asuh orangtua terhadap perilaku anak memiliki beberapa kriteria yaitu (Syamsul, 2005):
1. Pola asuh Authoritarian Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua yang rendah,
namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik dan bersikap komando.

2. Pola asuh Permissive Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat namun
kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan
dorongan keinginannya.
3. Pola asuh Authoritative Pola asuh oragtua, dimana sikap yang meninggat dan
kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik atau buruk.
4. Pola asuh Dominan Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal yang
menyangkut remaja dalam tindakan sehari-hari.
5. Pola asuh Submission Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu yang
diminta anak berperilaku semaunya dirumah.
6. Pola asuh Overdisplin Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman,
menanamkan kedisiplinan secara keras.
B. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak mutlak
memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh
kembang fisik-mental dan psikososial anak dengan cara:
a)

menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa dilindungi,

b)

diperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya diberi contoh (bukan dipaksa)

dibantu, didorong/dimotivasi, dan dihargai dididik dengan penuh kegembiraan, melakukan


koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/ hukuman).
C. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan
sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan,
moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini:
Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan belum ada
hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak
bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak semakin banyak
variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas merangsang otak kiri dan
kanan secara seimbang untuk mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi.- stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-psikososial anak
seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa,
kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan kecerdasan emosional,
kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual anak. Selain

distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining)
adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila
diperlukan.
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
1.

Definisi Pendidikan Usia Dini (PAUD)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14
dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini ( Adalilla, S, 2010)
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir,
daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup
kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan
sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock, 2007).
1. Tujuan PAUD
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensipotensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun
pendampingan.
1. Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik

4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi


5) Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
1. Jenis Pelayanan PAUD
Dibanding dengang perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara maju dan
berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang agak berbeda
dengan di luar negeri. Karena di luar negeri PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi
2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia
menjadi 4 (empat) macam yaitu :
1) Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
2) Kelompok Bermain (Play Group)
3) Taman Penitipan Anak (Day Care)
4) PAUD sejenis (Similar with Play Group)
E. Sistem Penyelenggaraan PAUD
Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak
secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang
dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta
pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan
untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan
olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan
pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu,
penyelenggaraan PAUD di Indonesia disebut penyelenggaran PAUD secara Holistik dan
Integratif
1. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, hendaknya menggunakan prinsip-prinsip
berikut :
1)

Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak
usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi disemua aspek perkembangan baik fisik, intelektual, bahasa, motorik, dan
sosioemosional. Berorientasi pada kebutuhan anak membuat pendidikan begitu
menyenangkan. Anak akan menjadikan belajar sebagai kebutuhan pokoknya.
2)

Belajar melalui bermain

Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Mulai bermain, anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpilan mengenai benda di
sekitarnya. Dengan bermain anak berusaha memahami karakter teman-temannya, termasuk
karakteristik orang dewasa disekitarnya. Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam
air kehidupan yang begitu penting bagi kehidupan anak.
3)

Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui
bermain. Pasalnya lingkungan yang kondusif akan mengajak anak untuk bisa memosisikan
dirinya secara proporsional. Dia akan berusaha menjadi bagian dari teman-temanya.
4)

Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu bisa dikatakan sama dengan pembelajaran yang sesuai dengaan potensi
dan bakat anak. Oleh karenanya, pendidikan dengan model pengelompokkan anak-anak yang
dianggap pandai dalam ruangan tertentu membuat anak tidak bisa berkembang maksimal,
khususnya pada aspek social emosional.
5)

Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dialkukan melalui berbagai proses pembiasaan.


Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung
jawab, serta memiliki disiplin diri.
Mengembangkan berbagai kecakan hidup juga akan mengajak anak untuk senantiasa kreatif
dalam setiap langkah yang dipilih atau masalah yang menghadang.
6)

Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan
yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru. Renik-renik disekitar kita bisa dijadikan
bahan ajar yang begitu mempesona anak-anak didik. Hal ini karena renik-renik tersebut juga
dekat dengan dunia anak, sehingga anak akan menikmati sumber belajar itu.
7)

Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya
disajikan secara berulang. Kebertahapan dalam pendidikan membuat anak bisa menangkap
makna atas apa yang diberikan. Pengulangan yang dilakukan membuat anak kianmelakukan
kristalisasi atas pelajaran dan transfer ilmu serta nilai yang dilakukan.
KONSEP BERMAIN
1. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anka dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri

untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi
dalam kemapuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebtuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan
kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secara
cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Perhatian selama
proses bermain pada anak-anak sangat penting mengingat dalam proses bermain dapat
ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti kreativitas anak, perkembangan
mental dan emosi yang harus diarahkan agar sesuai dengan proses kematangan
perkembangan.
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata,
belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.Anak belajar berinteraksi dengan
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada
kelompok.

4. Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku.
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru.
Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di
lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dikelompoknya. Anak
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukan.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri, sehingga anak anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya dalam bentuk permainan.
TUJUAN BERMAIN
a)

Untuk melanjutkan tukem yang normal pada saat sakit .

b)

Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

c)

Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

d)

Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN


1.Tahap perkembangan anak
Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
1. Status kesehatan anak
Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang
dapat dilakukan anak sesuai dengan prisnsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
1. Jenis kelamin

Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.
Ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya.
1. Lingkungan yang mendukung
Ling yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk
bermain.
1. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tukem anak
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isinya

Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak


dengan orang lain (EX : ciluk-baa).

Sense of pleasure play : permaianan yang sifatnya memberikan kesenangan pada anak
(EX : main air dan pasir).

Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik
sepeda).

Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).

Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan


perhitungan / skor (EX : ular tangga).

Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi
atau objek yang ada disekelilingnya , yang digunakan sebagai alat permainan(EX :
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

b. Karakter sosial

Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan(EX : Congklak).

Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya.

Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengann lainya tidak ada sosialisasi.

Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (EX bermain boneka,masak-masak).

Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).

KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK


Usia : Bayi
Karakter sosial bermain : Soliter (sendiri)
Isi bermain : Afektif-sosial
Tipe paling lazim dari bermain : sensorimotor
Karakteristik aktivitas spontan : kesenangan
Tujuan bermain dramatik : identitas diri
Perkembangan rasa etik : Usia : Todler
Karakter sosial bermain : Paralel
Isi bermain : imitatif
Tipe paling lazim dari bermain : gerakan tubuh
Karakteristik aktivitas spontan : penilaian intuitif
Tujuan bermain dramatik : mempelajari peran jender
Perkembangan rasa etik : memulai nilai-nilai moral
Usia : Pra-sekolah
Karakter sosial bermain : Asosiatif
Isi bermain : Imajinatif
Tipe paling lazim dari bermain : Fantasi, permainan informal

Karakteristik aktivitas spontan : Pembentukan konsep, Ide konstan yang beralasan


Tujuan bermain dramatik : meniru kehidupan social, mempelajari peran sosial
Perkembangan rasa etik : mengembangkan perhatian pada teman-teman bermain, belajar
untuk berbagi dan bekerja sama
Usia : usia sekolah
Karakter sosial bermain : kooperatif
Isi bermain : permainan kompetitif dan kontes , fantasi
Tipe paling lazim dari bermain : aktivitas fisik, aktivitas kelompok, permainan formal,
bermain peran
Karakteristik aktivitas spontan : menguji situasi konkrit dan pemecahan masalah,
menambahkan informasi baru
Tujuan bermain dramatik : penguasaan pengalaman orang lain
Perkembangan rasa etik : loyalitas sebaya, bermain dengan aturan, kepahlawanan
Usia : Remaja
Karakter sosial bermain : kerjasama
Isi bermain : permainan kompetitif dan kontes, mimpi siang hari
Tipe paling lazim dari bermain : interaksi sosial
Karakteristik aktivitas spontan : pemecahan masalah abstrak
Tujuan bermain dramatik : menunjukkan ide-ide
Perkembangan rasa etik : penyebab dan proyek.
REFERENSI

Anonim, 2011. http://kkyazid.blogspot.com.

Apa itu stimulasi dini dan manfaatnya??


Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya

sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukakn setiap hari, untuk merangsang semua
sistem indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jarijari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi dengan
suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak
(kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa
(linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestik), visuo-spasial,, senirupa dll.
Kapan dan bagaimana cara melakukan stimulasi dini??
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita.
Misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan,
menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton televisi, di dalam kendaraan,
menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0-3 bulan dengan cara: mengusahakan rasa nyaman, aman dan
menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum,
berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan
menggerakkan benda berwarna mencolok, benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi ke
kanan - kiri, tengkurap - telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.
Umur 3-6 bulan ditambah dengan bermain (cilukba), melihat wajah bayi dan pengasuh di
cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur 6-9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk
tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur 9-12 bulan ditambah dengan mengulang-ngulang menyebutkan mama-papa, kakak,
memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih
berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur 12-18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna,
menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan
mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring,
gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat
tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah
sederhana (mana bola, pegang ini, masukkan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau
menunjukkan benda-benda.
Umur 18-24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagianbagian tubuh, menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda-benda di
sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari, latihan menggambar garis-garis,
mencuci tangan, memakai celana baju, bermain melompat, melempar bola.
Umur 2-3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata
sifat (besar-kecil, panas-dingin, dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung bendabenda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar
garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil/besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan pada umur sebelumnya, stimulasi

juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain: memegang pinsil dengan baik,
menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana
(buang air kecil/besar di toilet), dan kemandirian, berbagai dengan teman dll. Perangsangan
dapat dilakukan secara profesional di kelompol bermain. Taman kanak-kamak atau
sejenisnya, namun harus dilanjutkan terus di rumah.
Pentingnya suasana ketika stimulasi dan pola asuh yang demokratik.
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita, setiap hari, terus
menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan
oleh keluarga terutam ibu. Stimulasi harus dilakukan dalam suasan yang menyenangkan dan
kegembiraan antara pengasuh dan bayi. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru,
memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi, atau bayi
sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. apalagi pengasuh sedang marah,
bosan atau sebal maka tanpa disadari pengaruh justru memberikan rangsang emosional yang
negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah
merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan
ketakutan bayi. Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi harus dilakukan dalam
suasana pola asuh yang demokratik. Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi,
artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat bayi, tidak memaksakan kehendak
pengasuh, penuh kasih sayang dan kegembiraan, menciptkakan rasa aman dan nyaman,
memberi contoh tanpa memaksa. mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi.
memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan
koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika
melakukan kesalahan.

Mengapa stimulasi dini bisa merangsang multipel inteligensia ??


Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3-4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir
sampai umur 3-4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel. tetapi
belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan
antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian
hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh
lingkungan kepada bayi tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi maka semakin kompleks hubungan antar
sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima maka semakin kuat
hubungan antar sel-sel otak tersebut. semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak
maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan
terus menerus sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multi inteligensia).

Вам также может понравиться

  • N.Kokon Wiartin (4007160021) Tugas Konseling
    N.Kokon Wiartin (4007160021) Tugas Konseling
    Документ10 страниц
    N.Kokon Wiartin (4007160021) Tugas Konseling
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Korea
    Korea
    Документ4 страницы
    Korea
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Документ11 страниц
    Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Tugas Obat Herbal Korea
    Tugas Obat Herbal Korea
    Документ6 страниц
    Tugas Obat Herbal Korea
    Sundari Ningsih
    75% (4)
  • Ikka Print
    Ikka Print
    Документ10 страниц
    Ikka Print
    Sukma Ayu Alwi
    Оценок пока нет
  • Imunisasi 5 Wajib
    Imunisasi 5 Wajib
    Документ14 страниц
    Imunisasi 5 Wajib
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Kebidanan Wilda
    Kebidanan Wilda
    Документ10 страниц
    Kebidanan Wilda
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Kohort Bayi - Imunisasi
    Kohort Bayi - Imunisasi
    Документ2 страницы
    Kohort Bayi - Imunisasi
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Imunisasi 5 Wajib
    Imunisasi 5 Wajib
    Документ14 страниц
    Imunisasi 5 Wajib
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Документ11 страниц
    Ontologi Manusia dan Pendidikan
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Lotus Birth
    Lotus Birth
    Документ14 страниц
    Lotus Birth
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Kebidanan Wilda
    Kebidanan Wilda
    Документ10 страниц
    Kebidanan Wilda
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita
    Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita
    Документ22 страницы
    Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Trauma Persalinan Atau Jejas Persalninan
    Trauma Persalinan Atau Jejas Persalninan
    Документ20 страниц
    Trauma Persalinan Atau Jejas Persalninan
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Cacat Bawaan
    Cacat Bawaan
    Документ53 страницы
    Cacat Bawaan
    Justin Banks
    Оценок пока нет
  • Kebutuhan Psikososial, Bayi, Balita Dan Anak
    Kebutuhan Psikososial, Bayi, Balita Dan Anak
    Документ21 страница
    Kebutuhan Psikososial, Bayi, Balita Dan Anak
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Vit K
    Vit K
    Документ13 страниц
    Vit K
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Lotus Birth
    Lotus Birth
    Документ14 страниц
    Lotus Birth
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Adaptasi BBL-1
    Adaptasi BBL-1
    Документ18 страниц
    Adaptasi BBL-1
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Kebutuhan Bayi 2-6 Hari
    Kebutuhan Bayi 2-6 Hari
    Документ15 страниц
    Kebutuhan Bayi 2-6 Hari
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Tips Agar Anak Cerdas Sejak Bayi
    Tips Agar Anak Cerdas Sejak Bayi
    Документ2 страницы
    Tips Agar Anak Cerdas Sejak Bayi
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Pemberian Vit K PP
    Pemberian Vit K PP
    Документ13 страниц
    Pemberian Vit K PP
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Resiko Tinggi Pada Bayi
    Resiko Tinggi Pada Bayi
    Документ5 страниц
    Resiko Tinggi Pada Bayi
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Anbb
    Anbb
    Документ12 страниц
    Anbb
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Adaptasi BBL-1
    Adaptasi BBL-1
    Документ18 страниц
    Adaptasi BBL-1
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Adaptasi BBL-1
    Adaptasi BBL-1
    Документ18 страниц
    Adaptasi BBL-1
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • D.T.BBL Baru Anbb
    D.T.BBL Baru Anbb
    Документ6 страниц
    D.T.BBL Baru Anbb
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • TUGASANBB
    TUGASANBB
    Документ14 страниц
    TUGASANBB
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет
  • Powerpoint Jejas Persalinan
    Powerpoint Jejas Persalinan
    Документ21 страница
    Powerpoint Jejas Persalinan
    Sundari Ningsih
    Оценок пока нет