Вы находитесь на странице: 1из 2

Menurut dokter Wawan, demikian ia lebih dikenal, anak kegemukan disebabkan karena

berbagai faktor, mulai dari minimnya pemberian ASI setelah bayi berusia 3 bulan, pola makan
yang salah, serta kurangnya aktivitas anak.
"Tetapi penyebab utama anak obesitas di Indonesia adalah mereka menjadi semakin jarang
bergerak," kata dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Hal tersebut senada dengan hasil temuan Flamingo Singapore. Preeti Varma, Project Director
Cultural Intelligence, yang melakukan riset di beberapa negara di Asia Tenggara dan Hongkong
serta China, mengungkapkan ada tren baru pola asuh anak di negara-negara ini.
"Secara umum para orangtua ingin menjadi bagian dari era modern. Sejak memiliki anak
mereka berusaha mencari informasi tentang anaknya. Mereka pun menjadi lebih over protektif
terhadap anaknya," ujar Preeti dalam acara yang sama.
Yang menarik, ketakutkan para orangtua terhadap polusi udara dan keamanan membuat
mereka menyuruh anaknya bermain di dalam rumah.
"Anak-anak juga lebih banyak bermain dengan gadget-nya. Ini bertolak belakang dengan gaya
hidup di negara Barat, sekarang ini penggunaan gadget dikurangi dan anak didorong untuk
bermain di luar," katanya.
Ketidakpahaman orangtua juga membuat mereka menerapkan komerdenan dimaknai salah.
"Mereka sangat peduli pada keamanan pangan tapi kurang perhatian pada kandungan lemak
atau kalori dalam satu makanan. Di Myanmar misalnya, orangtua sengaja memberikan softdrink
atau energy drink agar mereka lebih energik," paparnya.
Sementara itu, para orangtua di beberapa negara Asia masih menganggap anak yang gemuk
dan tembam sebagai anak lucu. Banyak juga yang menganggap makan di restoran cepat saji
adalah kegiatan untuk menyenangkan anak-anaknya.

According to Henry doctor, as he is better known, child obesity is caused due to


various factors, ranging from lack of breastfeeding after the baby is 3 months old,
wrong diet and lack of activity of the child.
"But the main cause of child obesity in Indonesia is becoming increasingly rare
move them," said a doctor from the Faculty of Medicine, University of Airlangga.
This is in line with the findings of Flamingo Singapore. Preeti Varma, Project Director
of Cultural Intelligence, who did research in several countries in Southeast Asia and
Hong Kong and China, reveals a new trend in parenting these countries.
"In general, parents want to be part of the modern era. Since having children they

sought information about his son. They became more over-protective of their
children," said Preeti in the same event.
Interestingly, the parent of fear of air pollution and safety make them send their
children playing in the house.
"The children are also more gadgets to play with her.'s Contrary to the way of life in
the West, is now reduced use of gadgets and children are encouraged to play
outside," he said.
Incomprehension parents also make them apply komerdenan interpreted incorrectly.
"They are very concerned about food safety but less attention to the fat content or
calories in the diet. In Myanmar, for example, a parent intentionally provide soft
drinks or energy drinks so that they are more energetic," he said.
Meanwhile, parents in some Asian countries still consider a fat child cute and
chubby as a child. Many also consider eating at fast food restaurants is a fun
activity for children.

Вам также может понравиться