Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih
fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, berperilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indra). Gangguan jiwa ini menimulkan stress dan
penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart & Sundeen, 2007).
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa dan memiliki sifat positif untuk
menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data
WHO tahun 2012, angka penderita gangguan jiwa sekitar 450 juta orang
yang menderita gangguan mental dan sepertiganya tinggal di negara
berkembang. Sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tidaka
mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2013).
Hasil Riskesdas pada tahun 2007 lalu menunjukkan prevalensi
gangguan jiwa berat di Kalimantan paling tinggi berada di Kalimantan
Selatan, yaitu 3,9 per seribu dari jumlah penduduk. Selanjutnya Kalimantan
Tengah, yaitu 2,5 per seribu dari jumlah penduduk. Kalimantan Barat, yaitu
1,5 per seribu jumlah penduduk, dan Kalimantan Timur 1,3 per seribu.
Masih tingginya masalah gangguan mental disebabkan belum
maksimalnya intervensi keperawatan yang diberikan dengan
mengikutsertakan keluarga pada setiap upaya penyembuhan, kegagalan
atau kesenjangan ini mengakibatkan angka kekambuhan cukup tinggi
(Rasmun, 2009).
Peran dan partisipasi keluarga dalam proses terapi merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam membantu proses penyembuhan.
Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan
klien. Kurangnya pengetahuan dan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat klien di rumah dapat menyebabkan klien mengalami kekambuhan
dan perlu di rawat ulang di rumah sakit. Kunjungan rumah merupakan
alternatif yang baik untuk dilakukan sebagai salah satu upaya membantu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih
terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu
mewujudkannya (Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Stuart & Sundeen, 2006).
b. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh
faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa.
1.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial
yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
a) Perkembangan
Tiap
gangguan
dalam
pencapaian
tugas
perkembangan
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan
yang penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a) Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti, misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan,
konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan
sebagainya.
b) Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya
perasaan cemas yang mengambang, merasa terancam.
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Menyendiri
Merasa sendiri
Manipulasi
Otonomi
Menarik diri
Impulsif
Bekerjasama
Tergantung
Narkisisme
Saling tergantung
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono
& Teguh (2009) respon adaptif meliputi :
1. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
2. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu
menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2.
Tergantung (dependen) ;
4.
e. Penatalaksanaan
1.2. Pohon Masalah
1.3. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.4. Data yang Perlu Dikaji
1.5. Diagnosa Keperawatan Jiwa
1.6. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Untuk Klien
b. Untuk Keluaraga
1.7. Strategi Pelaksanaan Tindakan di Keluarga
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
3.1. Gambaran umum wiilayah puskesmas
a. Data Demografi
1. Jumlah penduduk
Data penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekauman pada tahun
2015 adalah 59.064 jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja
Puskesmas Pekauman sebagai berikut:
No
Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
a. Puskesmas
b. Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN