Вы находитесь на странице: 1из 4

I'TIKAF

Pertama: I'tikaf dianjurkan berdasarkan Al-Quran, Sunah dan


Ijmak.

MAKNA I'TIKAF

Dari Kitab adalah firman-Nya Taala:

Menurut bahasa i'tikaf punya arti menetapi sesuatu dan menahan diri
agar senantiasa tetap berada padanya, baik hal itu berupa kebajikan
ataupun keburukan.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: Al A'raf ayat 138:

"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka


setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah
berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami
sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
ilah (berhala)". Musa menjawab: "Sesung-guhnya kamu ini adalah
kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Ilah)". (QS.7:138)
Sedangkan menurut syara' i'tikaf berarti menetapnya seorang muslim
didalam masjid untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada
Allah Ta'ala.
HUKUM I'TIKAF

125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu


(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat
yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku
untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku'
dan yang sujud". [89] Ialah tempat berdiri Nabi
Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.
Dan firman lainnya,



Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
mesjid. (QS. Al-Baqarah: 187)
Sementara dalam sunah, banyak hadits diantaranya adalah
hadits Aisyah radhiallahu anha:






Biasanya (Nabi sallallahualaihi wa sallam) beri'tikaf pada sepuluh
malam akhir Ramadan sampai Allah wafatkan. Kemudian istriistrinya beri'tikaf setelah itu. (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no.
1172)

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan


i'tikaf semenjak beliau sampai di Madinah hingga akhir hayat.
Sementara ijmak, telah dinukil bukan hanya seorang ulama
tentang ijmak (consensus) dianjurkannya beri'tikaf. Seperti AnNawawi, Ibnu Qudamah, Syaikhul Islam dan lainnya. Silahkan lihat
Al-Majmu, 4/404. Al-Mughni, 4/456 dan Syarh Al-Umdah, 2/711.
Syeikh Ibnu Baz rahimahullah dalam Majmu Fatawa, 15/437
berkata, Tidak diragukan lagi bahwa I'tikaf di masjid merupakan
salah satu kebaikan. Di bulan Ramadan itu lebih utama
dibandingkan di selain Ramadan. Dan ia dianjurkan di bulan
Ramadan dan lainnya. Selesai dengan ringkasan.
Kedua: Hukum beri'tikaf.
Asal dalam beri'tikaf adalah sunnah bukan wajib. Kecuali kalau dia
bernazar, maka menjadi wajib. Berdasarkan sabda Nabi
sallallahuaali wa sallam:



(6696 )

Barangsiapa yang bernazar untuk ketaatan kepada Allah, maka dia


harus mentaati-Nya. Dan barangsiapa yang bernazar bermaksiat
kepada Allah, maka jangan berbuat maksiat. (HR. Bukhari, no.
6696)
Dan karena Umar radhiallahu anhu berkata, Wahai Rasulallah,
sesungguhnya sewaktu jahiliyah saya bernazar untuk beri'tikaf
semalam di Masjidil Haram, maka beliau bersabda, Tunaikan
nazarmu. (HR. Bukhari, no. 6697)
Ibnu Al-Munzir dalam kitab Al-Ijma' hal. 53 mengatakan, Mereka
(para ulama) berijmak bahwa i'tikaf adalah sunah dan tidak
diwajibkan kepada manusia. Kecuali kalau seseorang
mewajibkan dirinya dengan nazar, maka menjadi wajib atasnya.

TEMPAT I'TIKAF
I'tikaf tempatnya di setiap masjid yang di dalamnya dilaksanakan
shalat berjama'ah kaum laki-laki, firman Allah Ta'ala:
"Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
mesjid. Itulah larangang Allah, maka janganlah kamu mendekatinya"
(Al-Baqarah: 187)
Orang yang beri'tikaf pada hari Jum'at disunnahkan untuk beri'tikaf di
masjid yang di gunakan untuk shalat Jum'at. Tetapi jika ia beritikaf di
masjid yang hanya untuk shalat jama'ah lima waktu saja maka
hendaknya ia keluar hanya sekedar untuk shalat jum'at (jika telah tiba
waktunya), kemudian kembali lagi ke tempat i'tikafnya semula.
WAKTU I'TIKAF
I'tikaf di sunnahkan kapan saja di sembarang waktu, maka
diperbolehkan bagi setiap muslim untuk memilih waktu kapan ia
memulai i'tikaf dan kapan mengakhirinya. Namun yang paling utama
adalah i'tikaf di bulan suci Ramadhan, khususnya sepuluh hari

terakhir. Inilah waktu i'tikaf yang terbaik sebagaimana diriwayatkan


dalam sebuah hadits shahih: "Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa sallam selalu beri'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan
sampai Allah mewafatkannya. Kemudian para istri beliau beri'tikaf
sepeninggal beliau" (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
Radhiallaahu 'anhua)
SUNNAH-SUNNAH BAGI ORANG YANG SEDANG I'TIKAF
Di sunnahkan bagi para mu'takif supaya memanfaatkan waktu yang
ada dengan sebaik-baiknya untuk berdzikir, membaca Al Qur'an,
mengerjakan shalat sunnah (terkecuali pada waktu-waktu terlarang),
serta memperbanyak tafakur tentang keadaannya yang telah lalu, hari
ini dan masa mendatang. Juga banyak-banyak merenungkan tentang
hakekat hidup di dunia ini dan kehidupan akhirat kelak.
HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI MU'TAKIF
Orang yang sedang i'tikaf dianjurkan untuk menghindari perkaraperkara yang tidak bermanfaat seperti banyak bercanda, mengobrol
yang tidak berguna sehingga mengganggu konsentrasi i'tikafnya.
Karena i'tikaf bertujuan mendapatkan keutamaan bukan malah
menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak di sunnahkan.
Ada sebagian orang yang beri'tikaf namun dengan meninggalkan
tugas dan kewajibannya. Hal ini tidak dapat di benarkan karena
sungguh tidak proporsional seseorang meninggalkan kewajiban untuk
sesuatu yang sunnah. Oleh karena itu orang yang i'tikaf hendaknya ia
menghentikan i'tikafnya jika memiliki tanggungan atau kewajiban
yang harus dikerjakan.
HAL-HAL YANG MEBOLEHKAN MU'TAKIF KELUAR DARI
MASJID
Seorang mu'takif diperbolehkan meninggalkan tempat i'tikafnya jika
memang ada hal-hal yang sangat mendesak. Diantaranya; buang hajat
yaitu keluar ke WC untuk buang air, atau untuk mandi, keluar untuk

makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makanan


kepadanya, dan pergi untuk berobat jika sakit. Demikian pula untuk
keperluan syar'i seperti; shalat Jum'at jika tempat ia beri'tikaf tidak
digunakan untuk shalat Jum'at, menjadi saksi atas suatu perkara dan
juga boleh membantu keluarganya yang sakit jika memang
mengharuskan untuk dibantu. Juga keperluan-keperluan semisalnya
yang memang termasuk kategori dharuri (harus).
(Sumber: Buletin An Nur/alsofwah)
LARANGAN-LARANGAN DALAM I'TIKAF
Orang yang sedang bei'tikaf tidak diperbolehkan keluar dari masjid
hanya untuk keperluan sepele dan tidak penting, artinya tidak bisa
dikategorikan sebagai keperluan syar'i. Jika ia memaksa keluar untuk
hal-hal yang tidak perlu tersebut maka i'tikafnya batal. Selain itu ia
juga dilarang melakukan segala perbuatan haram seperti ghibah
(menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang), membaca
dan memandang hal-hal yang haram. Pendeknya semua perkara
haram diluar i'tikaf maka pada saat i'tikaf lebih ditekankan lagi
keharamannya. Mu'takif juga di larang untuk menggauli istrinya,
karena hal itu membatalkan i'tikafnya.
MENENTUKAN SYARAT DALAM I'TIKAF
Seorang mu'takif diperbolehkan menentukan syarat sebelum
melakukan i'tikaf untuk melakukan sesuatu yang mubah. Misalnya
saja ia menetapkan syarat agar makan minum harus dirumahnya, hal
ini tidak apa-apa. Lain halnya jika ia pulang dengan tujuan menggauli
istrinya, keluar masjid agar bisa santai atau mengurusi dagangannya
maka i'tikafnya menjadi batal. Karena semua itu bertentangan dengan
makna dan pengertian i'tikaf itu sendiri.
HIKMAH DAN MANFAAT I'TIKAF
I'tikaf memiliki hikmah yang sangat besar yakni menghidupkan
sunnah Rasul n dan menghidupkan hati dengan selalu melaksanakan
ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta'ala.
Sedangkan manfaat i'tikaf diantaranya adalah sebagai berikut:

Untuk merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang


akan dilakukan di hari esok.
Mendatangkan ketenangan, keten-traman dan cahaya yang
menerangi hati yang penuh dosa.
Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah
Subhaanahu wa Ta'ala . Amalan-amalan kita akan diangkat
dengan rahmat dan kasih sayangNya
Orang yang beri'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan
akan terbebas dari dosa-dosa karena pada hari-hari itu salah
satunya bertepatan dengan lailatul qadar.

Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan inayahNya kepada


kita agar dapat menjalankan i'tikaf sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam , terutama di bulan Ramadhan yang
mulia ini.

Вам также может понравиться