Вы находитесь на странице: 1из 11

PROGRAM PENDIDIKAN BERBASIS

KEUNGGULAN LOKAL
(PBKL)

SMA NEGERI 10 SEMARANG


TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Alamat: Jl. Kapas Utara Raya Genuk Indah
1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Program pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan di SMA mengacu pada
dua dimensi, yaitu kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill) dan
kecakapan hidup spesifik (spesific life skill). Dimensi generik meliputi kesadaran
diri, kecepatan berpikir dan bernalar, serta kecakapan bekerjasama. Semua kecakapan
ini dapat dikembangkan pada berbagai mata pelajaran. Sedangkan dimensi spesifik,
yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup
kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Sebagai pengembangan dan
perluasan kecakapan hidup, khususnya yang bersifat vokasional sekaligus
peningkatan mutu SMA di wilayah pesisir dan pantai, SMA 10 Semarang pada tahun
2009 2010 memberi keterampilan kepada siswa tentang budidaya ilmu lele yang
pelaksanaannya berupa kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap
kegiatan tersebut, maka SMA 10 Semarang pada tahun pelajaran 2010 2011
merintis sebagai sekolah yang melaksanakan program Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal (PBKL). Hal ini kita sadari bahwa proses belajar dapat terjadi
pada setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang baik anak anak maupun orang
dewasa mengalami proses belajar lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan.
Secara alamiah setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan. Pendidikan sebagai suatu sistem, pada dasarnya merupakan
bagian dari sistem proses perolehan pengalaman belajar tersebut. Oleh karena itu
secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar
yang berguna bagi peserta didik. Pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga siap digunakan untuk
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik diharapkan juga mengilhami mereka ketika menghadapi
problema dalam kehidupan sesungguhnya (Senge,2001).
Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab III pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai kultural dan kemajemukan
2

bangsa. Selanjutnya pada Bab X pasal 36 ayat (2) dinyatakan bahwa kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, dan pada pasal
yang sama ayat (3) butir c menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Pasal 37 ayat (1)
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
Keterampilan/kejuruan

(butir

i)

dan

muatan

lokal.

Kebijakan

pemerintah

sebagaimana tertuang dalam Peratutan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan pada Bab III pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan
peserta didik. Selanjutnya pada bab IV pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini
sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang telah dikeluarkan
sebelumnya yaitu tentang School Based Management atau Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). MBS diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung warga sekolah (pendidik, tenaga
kependidikan, kepala sekolah, siswa, orang tua dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu sekolah (Fadjar, A. Malik dalam Ibtisam Abu-Duhou, 2002). MBS diterapkan
bertujuan untuk membnagun sekolah yang efektif sehingga pendidikan berguna bagi
pribadi, bangsa dan negara. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan harus
memperhatikan potensi yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan lokal. Oleh
karena itulah keunggulan lokal dapat dikembangkan di sekolah melalui Pendidikan
berbasis Keunggulan Lokal sebagaimana UU No. 20/2003 bab XIV pasal 50 ayat (5)
yang menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar
dan menengah, serta Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Selanjutnya PP
19/2005 bab III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
3

B.

Landasan
1. UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. UU RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
3. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
5. PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah
6. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
7. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
8. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
9. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23
Tahun 2006.
10. Permendiknas Nomor 12, 13, 16, 18 Tahun 2007 tentang Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
11. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
12. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
13. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
14. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
15. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
16. Renstra Depdiknas tahun 2005 2009.

C.

Tujuan
Pengembangan PBKL di SMA 10 Semarang memiliki karakteristik berbeda dengan
di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan
peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu
secara umum tujuan program PBKL di SMA 10 Semarang adalah untuk
mengembangkan pendidikan dengan materi keunggulan lokal yang sesuai dengan
kondisi dan potensi sekolah. Adapun tujuan khusus PBKL adalah :
1. Peserta didik memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha
di bidang budidaya lele.
2. Peserta didik mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam.

3. Peserta didik dapat mengisi waktu kosongnya untuk kegiatan yang dapat
menghasilkan uang.

BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
(PBKL)
Keunggulan lokal adalah segala sesatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang
mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain
lain. Sumber lain mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni,
tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atua lainnya
yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama, 2007). Dari kedua pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa Keunggulan Lokal (KL) adalah suatu proses dan
realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau
karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.
Keunggulan ini dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah adalah potensi sumber
daya spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah. SMA Negeri 10 Semarang terletak di daerah
dataran rendah yang dekat dengan pantai
POTENSI KEUNGGULAN LOKAL
Konsep pengembangan keunggulan local diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi
sumberdaya alam (SDA), karena letak geografis SMA Negeri 10 Semarang, dan
sumberdaya manusia (SDM). SDM merupakan penentu semua potensi keunggulan local.
SDM sebagai sumber daya, bisa bermakna positif dan negative, tergantung paradigma,
kultur dan etos kerja. Dengan kata lain tidak ada realisasi dan implementasi konsep
keunggulan local tanpa melibatkan dan memposisikan manusia dalma proses pencapaian
keunggulan. Potensi Sumber daya manusia (SDM) SMA Negeri 10 Semarang untuk
memberikan ketrampilan siswa terhadap budidaya lele sangat mendukung, karena
didukung komite SMA Negeri 10 Semarang yang berasal dari Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP).

BAB III
PROFIL PBKL
Profil PBKL mengacu kepada STandar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari 8
komponen, yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
6

penilaian, dan standar pembiayaan. Setiap komponen terdiri dari beberapa aspek dan
indicator. Berikut ini diuraikan komponen, aspek dan indikator yang menggambarkan
profil PBKL, yaitu sebagai berikut :
A. Standar Isi dan Standar Komptensi Lulusan
Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
memuat komponen yang dipersyaratkan dan telah disahkan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi. Penyusunan KTSP dilakukan secara mandiri dengan membentuk tim
KTSP dan PBKL. Komponen KTSP memuat tentang visi, misi, tujuan struktur dan
muatan KTSP, yang mengakomodasi adanya program Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal (PBKL). KTSP dilengkapi dengan silabus yang penyusunannya
melibatkan seluruh guru dari sekolah yang bersangkutan dan memuat program
keunggulan local terintegrasi pada mata pelajaran yang relevan, muatan local atau
mata pelajaran ketrampilan. Aspek dan indikatornya adalah :
1). Memiliki dokumen kurikulum
2). Komponen KTSP
3). Penyusunan / Pengembangan silabus
B. Standar Proses
Sekolah mempunyai perencanaan pembelajaran yang telah mengintegrasikan
program pendidikan berbasis keunggulan lokal, dalam melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana, melakukan penilaian dengan berbagai cara, melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan yang terjadi di
sekolah untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada tujuh prinsip pelaksanaan kurikulum. Aspek dan
indikatornya adalah :
1). Penyiapan perangkat pembelajaran
2). Pelaksanaan proses pembelajaran
3). Pengawasan proses pembelajaran
C. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas sumberdaya manusia sekolah yang terdiri dari pendidikan dan tenaga
kependidikan. Tenaga pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi
akademik, sertifikasi profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran
7

yang diajarkan. Sedangkan secara kuantitas harus memenuhi ketentuan rasio guru
dan siswa. Sedangkan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala
Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga
kebersihan. Tenaga kependidikan sekolah harus memenuhi persyaratan kompetensi
yang dibutuhkan. Aspek dan indikatornya adalah :
1). Kualifikasi akademik tenaga pendidik
2). Tenaga kependidikan
D. Standar Sarana dan Prasarana
Sekolah memiliki sarana prasarana yang meliputi satuan pendidikan, lahan,
bangunan gedung, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Sekolah minimum
memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Dimana SMA
dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 360 siswa. Lahan yang
dimiliki Sekolah memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta
didik yang digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga. Lahan harus memenuhi criteria
kesehatandan keselamatan, kemiringan, pencemaran air dan udara, kebisingan,
peruntukan lokasi, dan status tanah. Bangunan gedung memenuhi rasio minimum
luas lantai, tata bangunan, keselamatan, kesehatan, fasilitas penyandang cacat,
kenyamanan, keamanan. Bangunan gedung dipelihara secara rutin. Kelengkapan
sarana dan prasarana yang tersedia meliputi : 1) ruang kelas, 2) ruang perpustakaan,
3) ruang laboratorium biologi, 4) ruang laboratorium fisika, 5) ruang laboratorium
kimia, 6) ruang laboratorium computer, 7) ruang laboratorium bahasa, 8) ruang
pimpinan, 9) ruang guru, 10) ruang tata usaha, 11) tempat ibadah, 12) ruang
konseling, 13) ruang UKS, 14) ruang organisasi kesiswaan, 15) jamban, 16) gudang
17) ruang sirkulasi, 18) tempat bermain/berolahraga. Aspek dan indikatornya
adalah :
1) Satuan pendidikan
2) Lahan
3) Bangunan gedung
4) Ruang kelas
8

5) Ruang perpustakaan
6) Laboratorium biologi
7) Laboartorium fisika
8) Laboratorium kimia
9) Laboratorium computer
10) Laboratorium bahasa
11) Ruang pimpinan
12) Ruang Guru
13) Ruang tata usaha
14) Tempat ibadah
15) Ruang konseling
16) Ruang UKS
17) Ruang organisasi kesiswaan
18) Jamban
19) Gudang
20) Ruang sirkulasi
21) Ruang bermain/berolah raga

E. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencaan program, pelaksanaan rencana
kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan system informasi
manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan
visi, misi, tujuan, dan rencana kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan
9

pada struktur organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang


kesiswaan, keuangan dan pembiayaan. Disamping itu pelaksanaannya juga
mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta melibatkan peran serta
masyarakat. Aspek dan indikatornya adalah :
1) Program kerja sekolah
2) Penyiapan perangkat/panduan operasional oleh satuan pendidikan
3) Melaksanakan pengelolaan ketenagaan
4) Melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana
5) Program kesiswaan
6) Peningkatan kualitas kinerja sekolah
7) Supervisi dan evaluasi keterlaksanaan program
8) System informasi manajemen
F. Standar Pembiayaan
Pembiayaan sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja
tahunan meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal.
Sumber pembiayaan sekolah dapat berasal dari orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, dan donator lainnya. Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan
dan dikelola secara transparan dan akuntabel. Aspek dan inidkatornya adalah :
1) Jenis dan sumber pembiayaan
2) Rencana anggaran, program dan biaya sekolah (RAPBS)

G. Standar Penilaian Pendidikan


Sekolah melaksanakan penilaian pendidikan melalui proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian mengacu pada an instrument penilaian yang sesuai berdasarkan
mekanisme dan prosedur penilaian terstandar. Penilaian dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikan dan pemerintah. Aspek dan inidkatornya adalah :
10

1) Penyiapan perangkat penilaian hasil belajar peserta didik


2) Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik
Hasil penilaian pencapaian kompetensi

11

Вам также может понравиться