Вы находитесь на странице: 1из 8

RESUME

RELASI MAKNA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8


Ketua: KHAIRUNISA (116110002)
Anggota: ANDRI ADIMAN (116110003)
EDRIAWAN KARTASASMITA (116110013)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

A. RELASI MAKNA
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa indonesia, sering kali kita temui hubungan
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau setuan bahasa lainnya dengan kata atau
satuan bahasa lainnya lagi. Berikut ini akan dibicarakan masalah tersebut satu persatu.
1.

Sinonimi
Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu onoma yang

berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka secara harfiah kata sinonim berarti nama
lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai
ungkapan (bisa berupa frase atau kalimat ) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna
ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim ;
bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim.
Ketidak mungkinan kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang
a) Faktor waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun
keduanya tidak mudah dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk situasi
kuno,klasik atau arkais. Sedangkan kata komandan hanya cocok untuk situasi masa kini
(modrn).
b) Faktor tempat atau daerah. Misalnya kata saya dengan beta adalah bersinonim. Tetapi
kata beta hanya cocok untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa indonesia
timur ( Maluku ) ; sedangkan kata saya dapat dgunakan secara umum di mana saja.
c) Faktor sosial. Misalnya kata aku dan saya adalah dua buah kata yang bersinonim ; tetapi
kata aku hanya dapat digunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat digunkan kepada
orang yang lebih tua.

Mengenai sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) 1.Tidak semua kata dalam bahasa indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras
,salju, batu, dan kuning tidak memiliki sinonim.

b) 2.Ada kata- kata yang bersinonom pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk kejadian.
Misal kata benar bersinonim dengan kata betul; tetapi kata kebenaran tidak bersinonim
dengan kata kebetulan.
c) 3.Ada kata kata yang tidak mempunyai sinonim padabentuk dasar tetapi memiliki
sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim tetapi kata
menjemur mempunyai sinonim, yaitu mengeringkan dan berjemur bersinonim dengan
berpanas.
d) 4.Ada kata- kata yang dalam arti sebenarnya tidak mempunyai sinonim , tetapi dalam hati
kiasan justru mempunyai sinonim. Misalnya kata hitam dalam makna sebenarnya tidak
ada sinonimnya, tetapi dalam arti kiasan ada sinonimnya gelap,mesum. Menurut Abdul
chaer (1994 : 82 ).
Sinonimi adalah relasi makna antara kata ( frase atau kalimat ) yang maknanya sama atau
mirip. Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya kata- kata bersinonimi, seperti kata
kata yang berasal dari bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa asing. Misalnya penyakit
kencing manis dengan diabetes, telepon genggam dengan handphone. Menurut Hasnah Faizah
linguistik umum (2010 :74 )
Sinonimi adalah hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau sama maknanya. KBBI
(2003 : 1072).
2. Antonimi dan Oposisi
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang artinya nama, dan anti
yang artinya melawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula.
Secara semantik Verhaar (1978 ) mendefinisikan sebagai ; Ungkapan biasanya berupa kata
,tetapi dapat pula berupa frase atau kalimat yang maknanya dianggap kebalikan dari makna
ungkapan lain. misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk ; kata
besar adalah beratonimi dengan kata kecil, dan kata membeli berantonimi dengan kata
menjual.
Dalam buku- buku pelajaran bahasa indonesia, antonimi biasanya disebut lawan
kata.banyak orang yang tidak setuju dengan iistilah ini sebab pada hakekat nya yang
berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari kata-kata itu.

Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutkan oposisi makna. Dengan istilah
oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang betul- betul berlawanan sampai kepada yang
hanya bersifat kontras saja. Kata hidup dan mati, seperti sudah dibicarakan diatas, bisa
menjadi contoh berlawanan.
Lebih jauh, berdasarkan sifatnya, oposisi ini dapat dibedakan menjadi :
1.

Oposisi Mutlak
Disini terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya antara kata hidup
dan mati.diantara hidup dan mati terdapat makna yang mutlak,sebab sesuatu yang hidup
tentu tidak (belum ) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup lagi.
Contoh lain dari oposisi mutlak ini adalah kata gerak dan diam; Sesuatu yang (ber) gerak
tentu tiada dalam keadaan diam; dan sesuatu yang diam tentu tidak dalam keadaan (ber )

gerak. Kedua proses ini tidak dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian.
2. Oposisi Kutub
Disini terdapat pertentangan tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi.
Artinya terdapat tingkat- tingkat makna pada kata- kata tersebut, misalnya kata kaya dan
miskin adalah dua buah kata yang beroposisi kutub. Pertentangan antara kaya dan miskin
tidak mutlak. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang
yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak miskin
belom tentu merasa kaya. Bagi orang yang biasa berpendapatan satu bulan sepuluh juta,
dan tiba tiba berpengahasilan tidk lebih satu juta rupiah, sudah merasa dirinya miskin.
Sebaliknya orang yang setiap hari hanya berpenghasilan seratus ribu, tiba tiba tiba
tiba berpenghasilan lima ratus ribu, sudah merasa dirinya kaya.

3.

Oposisi Hubungan
Makna kata kata yyang beroposisi hubungan ( relasional ) ini bersifat saling
melengkapi. Artinya, kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi
oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada. Umpamanya, kata

menjual beroposisi dengan kata membeli. Kata menjual dan membeli walaupun
maknanya berlawanan, tetapi proses kajiannya berlaku serempak. Proses menjual dan
membeli terjadi pada waktu bersamaan, sehingga dapat dikatakan tak ada proses menjual
jika tak ada prose membeli.
4. Oposisi Hierarkial
Makna kata- kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang
tingkatan. Oleh karena itu kata- kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata kata
yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang dan isi ). Umpamanya kata meter
beroposisi hierarkial dengan kata kilometer karena berada dalam deretan nama satuan
yang menyatakan ukuran panjang. Menurut abdul chaer (1994 :88 ).
Antomini atau oposisi merupakan relasi antar kata yang bertentangan atau berkebalikan
maknanya. Istilah antomini digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf,
seperti panas dan dingin. Antomini ini disebut bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada
kata-kata lain seperti hangat dan suam-suam kuku. Menurut Hasana faizah linguitik umum
(2010:74).
Antonimi adalah pasangan leksikal yang tidak dijenjangkan. Misalnya tinggi dan rendah
tidak tinggi tidak berarti rendah. KBBI (2003 : 58 ).
3. Homonimi, Homofoni, Homografi
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya nama dan homo
yang artinya sama. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai nama sama untuk benda
atau hal lain. secara semantik ,Verhaar (1978) memberi definisi homonimi sebagai ungkapan
(berupa kata, frase atau kalimat ) tetapi maknanya tidak sama. Umpamanya antara kata pacar
yang berarti inai dengan pacar yang berarti kekasih. Dan antara kata bisa yang berarti racun
ular dengan kata bisa yang berarti sanggup, dapat.
Homofoni sebetulnya sama saja dengan homonimi karena realisasi bentuk- bentuk bahasa
adalah berupa bunyi. Jadi, kata bisa yang berarti racun dan kata bisa yang berarti sanggup,
dapat selain dari bentuk yang homonimi adalah bentuk yang homofoni, dan juga homografi
karena tulisannya juga sama. Namun, dalam bahasa indonesia ada sejumlah kata yang
homofon tetapi ditulis dengan ejaan yang berbeda karena ingin menjelas perbedaan makna.
Menurut Abdul chaer (1994 93 ).
Homonimi yaitu relasi makna antarkata yang ditulis sama dan dilapalkan sama, tetapi
maknanya berbeda. Kata- kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homografi,

sedangkan kata yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofom.misalnya kata
tahu ( makanan) dan berhomografi tahu (paham ). Sedangkan kata yang homofom kata masa
(waktu ) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan ). Menurut
Hasnah Faizah linguistik umum (2010 : 73 ).
Homonimi adalah hubungan antara dua kata yang ditulis dan lafalkan dengan cara sama,
tetapi tidak mempunyai makna yang sama. Homofoni adalah kata yang sama lafalnya dengan
kata lain tetapi berbeda ejaan dan maknanya. Misalnya, masa dan massa, sangsi dan sanksi ).
KBBI (2003 :407 )
4. Hoponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan hypo
berarti di bawah. Jadi, secara harfiah berarti nama yang termasuk dibawah nama lain. berupa
tetapi kiranya kiranya dapat juga berupa frase atau kalimat ) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. misalnya kata tongkol ber hoponim
terhadap kata ikan sebab makna kata tongkol berada atau termasuk makna pada kata ikan.
Tongkol memang ikan tapi ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng,
tenggiri, teri, mujair,cengkalang dan sebagainya.
Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam
makna generik, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna kucing dalam makna
binatang,

anggrek,mawar,tulip

berhiponimi

dengan

bunga.

Sedangkan

kucing,

anjing,kambing,dan kuda berhiponimi dengan binatang. Menurut Hasnah Faizah linguitik


umum (2010 : 75 )
Hiponimi adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik. Misalnya kucing,
anjing, kambing disebut homonimdari hewan. KBBI (2003 : 404 )
Hipernimi adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain.kata hipernimi dapat menjadi
kata umum dari penyebutan kata-kata lain.
Conto hipernimi hipernim hantu,ikan,odol,kue
5. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa ( terutama kata juga frase) yang memiliki
makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala dalam bahasa indonesia memiliki makna (1)
bagian tubuh dari leher keatas separti terdapat pada manusia dan hewan, (2) bagian dari suatu

yang terletak disebelah atas atau depan atau merupakan hal yang penting atau terutama
seperti pada kepala meja, dan kepala kereta api, (3) pemimpin atau ketua seperti pada kepala
sekolah, kepala kantor, dan kepala stsiun, (4) jiwa atau orang seperti dalam kalimat setiap
kepala menerima bantuan Rp 500.00 ,dan (5) akal budi seperti dalam kalimat. Badannya
besar tetapi kepalanya kosong. Menururut Abdul chaer (1994 : 101 )
Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang berhubungan. Hubungan antar makna ini
disebut polisemi. Sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi jika kata itu mempunyai
makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (a) bagian
tubuh manusia; (b) ketua atau pimpinan; (c) sesuatu yang berbentuk bulat,dan (d) sesuatu
yang berada pada sebelah atas. Menurut Hasnah Faizah linguitik umum (2010 : 73 )
Polisemi adalah bentuk bahasa (kata,frasa dsb) yang mempunyai makna lebih dari satu.
KBBI (2003: 886 )
6. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang paling
besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi akibat penafsiran struktur gramatikal yang
berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah baru, dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu
batu terbit, atau (2) buku itu berisi sejarah zaman baru. Menurut Abdul chaer (1994 :104)
Ambiguitas yaitu sifat atau hal yang bermakna dua, kemungkinan yang mempunyai dua
pengertian,kemungkinan adanya makna lebih dari satu, gabungan kata atau kalimat. KBBI
(2003 : 36 )

7. Redundansi
Istilah redundansi sering diartikan sebagai berlebih- lebihan pemakaian unsur segmental
dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya, kalimat Bola ditendang Si udin. Pemakaian kata

oleh pada kalimat kedua dianggap sesuatu yang redundansi, yang berlebih- lebihan dan yang
sebenarnya tidak perlu.
Secara semantik masalah redundansi sebetulnya tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar
semantik adalah bila bentuk berbeda maka maknapun akan berbeda. Jadi kalimat Bola
ditentang Si Udin berbeda maknanya dengan Bola ditendang oleh Si Udin. Pemakaian kata
oleh pada kalimat kedua akan lebih menonjolkan makna pelaku (agentif ) dari pada kalimat
pertama yang tanpa kata oleh. Menurut Abdul chaer (1994 : 105 )

Вам также может понравиться