Вы находитесь на странице: 1из 14

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING

CARA TABUNG DAN CARA SLIDE


PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING
CARA TABUNG DAN CARA SLIDE

A.

Tujuan
Untuk mengetahui jenis aglutinasi dalam serum probandus sebagai konfirmasi cell grouping.

B.

Prinsip
Reaksi aglutinasi antara aglutinin dalam serum dengan aglutinogen yang diketahui jenisnya. Bila
bersesuaian akan terjadi aglutinasi.

C.

Dasar Teori
Pemeriksaan konfirmasi golongan darah ABO donor dengan forward and backward typing yaitu
pemeriksaan golongan darah dilakukan terhadap sel darah merah dan serumnya secara terpisah. Selain
itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap golongan darah Rhesus. Pada tahun 1901, Karl Kandsteiner
mengadakan pemeriksaan terhadap darahnya sendiri dan beberapa orang temannya dengan memisahkan
darah tersebut atas serum dan sel darah, kemudian mencampur setiap sel darah merah dengan serumserum tersebut dan atas reaksi aglutinasi maka ditetapkan 3 golongan darah yaitu A, B, dan O.
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan memisahkan antara sel dan plasmanya
( forward grouping = sel grouping dan reverse gouping = serum grouping )
FORWARD GROUPING
Pasien
1
2
3
4

Sel pasien diperiksa dengan..?


Anti A
Anti B
+
+
+
+

Interpretasi forward
grouping
O
A
B
AB

REVERSE GROUPING
Serum pasien diperiksa
dengan...?
Sel A
+
+
-

D.

Metode Kerja

1.
a.

Alat
:
Tabung Sentrifuge

Interpretasi hasil Reverse


grouping
Sel B
+
+
_
_

O
A
B
AB

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Centrifuge
Tabung reaksi
Rak tabung
Pipet tetes
Object glass
Cover glass

2.
a.
b.
c.

Bahan
:
Serum
Suspensi Sel A 10% untuk slide ( 5% untuk cara tabung ).
Suspensi sel B 10% untuk slide ( 5 % untuk cara tabung ).

3. Prosedur kerja
a. Cara Slide
1.) Taruhlah disebelah kiri dan kanan masing-masing 1 tetes serum yang diperiksa, tambahkan suspensi ery
B 10% disebelah kiri dan suspensi sel ery 10% disebelah kanan.
2.) Campur dengan ujung lidi dan goyangkan kaca secara melingkar.
3.) Perhatikan adanya aglutinasi dalam 2-3 menit secara makroskopik.
4.) Pastikan secara mikroskopik.
b. Cara Tabung
1.) Sediakan 2 tabung reaksi pendek dalam rak tabung berilah tanda 1 dan 2.
2.) Isilah masing-masing tabung dengan 2 tetes serum yang diperiksa.
3.) Kedlam tabung 1 tambahkan 1 tetes suspensi ery B 5%, kedalam tabung 2 tambahkan 1 tetes suspensi ery
A % %.
4.) Centrifuge 1000 rpm selama 3 5 menit.
5.) Amati adanya hemolisis tanpa mengocoknya, amati adanya aglutinasi engan jalan meresuspensikan.

E.

Hasil Pengamatan

Keterangan

Ery B
+

Ery A
_

Golongan darah
A

-/

AB

:
+

: Aglutinasi/ non hemolisis.

Keterangan
Serum yang diperiksa
mengandung agutinin

Serum yang
direaksikan
mengandung
aglutinin .
Serum yang
direaksikan tidak
mengandung
aglutinin
Serum yang
direaksikan
mengandung ,

: Tidak aglutinasi/ hemolisis.


Cara Slide
Cara Tabung
Probandus
Nama :......
Umur :.......
Jenis Kelamin

F.

: ........

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pemeriksaan golongan darah metode back typing ( slide dan
tabung ) dapat disimpulkan, pasien bergolongan darah B dengan aglutinin ( adanya aglutinin pada ery
A ).

TEKNIK PEMERIKSAAN RHESUS ( RHESUS FACTOR )


A.

Tujuan
Untuk mengetahui antigen D dalam sel darah.

B.
-

Prinsip
Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam modified.
Suhu optimal untuk reaksinya 37 0C
Dengan anti-D albumin ( anti-D modified )
Jenis anti D inilah yang umumnya di pakai untuk penetapan Rh factor.

C.

Dasar Teori

Pemeriksaan rhesus yang paling tepat dilakukan sebelum kehamilan terjadi, atau bisa jadi
menjadi satu paket dengan pemeriksaan kesehatan pra nikah yang sekarang banyak ditawarkan. Rhesus
digolongkan menjadi dua, rhesus negative dan rhesus positif. Rhesus menunjukkan partikel protein yang
ada di dalam darah seseorang, negative jika kekurangan protein dalam sel darah merah dan positif jika
memiliki protein yang cukup. Ras Asia Afrika cenderung memiliki rhesus positif sedangkan Eropa
Amerika memiliki rhesus negatif.
Apa perlunya pemeriksaan rhesus? Kasus yang sering terjadi ketika sang ibu memiliki rhesus
negative dan ayah memiliki rhesus positif. Rhesus positif lebih dominan dibanding rhesus negative. Saat
ibu hamil dengan rhesus positif, maka sang bayi bisa memiliki dua kemungkinan rhesus yaitu positif atau

negative, dan cenderung positif karena lebih dominan. Hal ini menyebabkan rhesus ibu negative
berlawanan dengan rhesus bayi yang positif. Secara otomatis maka tubuh ibu hamil akan memproduksi
anti rhesus untuk melindungi tubuhnya dan melawan rhesus positif sang bayi. Anti rhesus yang
diproduksi tubuh ibu hamil akan menyerang janin dan menghancurkan sel darah merah sang janin, hal
ini akan memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung, anemia di dalam kandungan atau setelah
lahir.
Pada kehamilan pertama dengan beda rhesus, bisa menyebabkan bayi lahir kuning. Risiko akan
lebih berat untuk kehamilan kedua, karena anti rhesus yang dibentuk akan semakin kuat, dan bisa
mengancam kelangsungan kehamilan Mommy. Jika hal ini terjadi, tentunya perlu dilakukan
pengontrolan dengan dokter untuk memonitor perkembangan bayi secara khusus.
(file:///E:/LAIN-LAIN/Pemeriksaan%20Rhesus%20%20%20bettermomtoday.htm )
D.
1.
a.
b.

Metode Kerja
Alat :
Objeck glass
Lidi sebagai pengaduk

2.
a.
b.
c.

Bahan :
Anti-D modified
Bovin albumin 22%
Suspensi sel 25-40%

3.
1.)
2.)
3.)
4.)

Prosedur kerja
Ambil sebuah objek gelas.
Pada sebagian bidang teteskan 1 tetes anti-D modified.
Pada sebagian bidang lainnya teteskan 1 tetes Bovin Albumin 22 %.
Pada masing-masing tetesan reagen tersebut ditambah atau diberi pula 1 tetes sel yang diperiksa dalam
suspense 25-40 %.
5.) Aduk dengan lidi pengaduk 2 Cm, melebar dan pipih. Goyang-goyangkan kaca objek glass diletakkan
diatas viewing box dan digoyangkan ( viewing box = kotak atau permukaan kaca dengan sejenisnya yang
didalamnya diterangi oleh bola lampu pijar hingga hangatnya permukaan kaca 40 0C ).
6.) Baca hasilnya dalam 2-3 menit ( + ) bila terjadi aglutinasi.
E.

Hasil pengamatan

F.
G.

Pembahasan
kesimpulan

TEKNIK CROSS-MATCH

A.

Tujuan
Untuk mengetahui reaksi aglutinasi dan hemolitik antara darah donor dan resipien.

B.

Prinsip
Mayor
: reaksi antara sel donor dan serum resipien, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis, maka darah
atau eritrosit donor tidak dapat ditranfusikan.
Minor
: reaksi antara sel resipien dan serum donor, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis,
darah/plasma donor tidak dapat ditranfusikan.

C.

Dasar Teori
Pemeriksaan uji silang serasi darah merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan tranfusi
darah yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dengan darah donor sehingga darah yang
dikeluarkan dari UTD benar-benar cocok ( kompatibel ).
Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari
uji silang antara lain :
Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah
yang akan ditranfusikan bagi pasien.
Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit
donor/ menghancurkan eritrosit donor.
Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.
Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross match dibagi dalam 3
kategori yaitu :
Cross Matching Rutin.
Crossmatch Emergency.
Crossmatch Persiapan Operasi.
Bardasarkan mediumnya :
Saline
Bovine
Coombs
Untuk melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah pertama adalah :
Memeriksa golongan darah ABO dari resipien dan donor.
Memeriksa factor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan ditranfusikan dengan cara yang benar
seperti telah diterangkan.
Mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donornya yang 5%.
Barulah dilakukan crossmatch sesuai dengan tuntutannya.
Metode Teori
Alat :
Centrifuge
Mikroskop
Tabung serologi
Tabung centrifuge
Pipet pasteur
Rak tabung
Objek glass.
Bahan
Sel donor 5%
Sel pasien 5%
Serum donor
Serum pasien
Bovin Albumin 22%

1.
2.
3.

1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
D.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

f.
Saline
g. Coombs serum
3. Prosedur
a. Teknik Crossmatch Rutin
1.) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Isikan
Tabung 1
Tabung 2
2 tetes serum OS
2 tetes serum DN
1 tetes sel donor 5%
1 tetes sel OS 5%
2.) Kedua tabung dikocok kocok lalu diputar 1000 rpm/ 1 menit atau 3000 rpm/ 15 detik.
Baca reaksi terhadap hemolisis/ aglutinasi.
Hasil : bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.
Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ).
3.) Kedua tabung ditambah 2 tetes Bovin albumin 22%. Lalu kedua tabung diinkubasikan kedalam
waterbath suhu 370C selama 15 menit lalu kedua tabung diputar 1000rpm/1 menit.
Baca reaksinya terhadap hemolisis/ aglutinasi
Hasil : Bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.
Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ).
4.) Cuci selnya 3 4 kali dengan saline dengan cara yang baik pencuciannya 3 kali sudah cukup membuang
sisa sisa globulin yang bebas. ( bila diperlukkan supernatant saline di tets dengan asam sulfosalisil
20%).
5.) Tambahkan pada sediment masing masing 2 tetes Coombs serum, dicentrifuge 1000 rpm/ 1 menit,
baca reaksinya secara mikroskopis.
Hasil :
Aglutinasi positif
: tidak cocok ( incompatible )
Aglutinasi Negatif
: cocok ( compatible ).
b. Teknik Crossmatch emergency
1.) Sediakan 4 buah tabung
Isikan :
Mayor test
Tabung I
: 2 tetes serum OS
1 tetes sel donor 5 %.
2 tetes bovin albumin 22%
Tabung II
: 2 tetes serum OS
1 tetes sel donor 5%
Minor Test
Tabung I
: 2 tetes serum donor
1 tetes sel OS 5%
2 tetes bovin albumin 22%
Tabung II
: 2 tetes serum donor
1 tetes sel OS 5%
2.) Keempat tabung dikocok-kocok.kemudian :
Tabung II dan IV putar 1000 rpm/ 1 menit
Tabung I dan III diinkubasi suhu 370 C selama 15 menit.
3.) Baca tabung I dan IV terhadap :
Hemolisis atau tidak
Aglutinasi atau tidak secara makroskopis dan mikroskopis.

Hasil
a. Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor COCOK ( COMPATIBLE) darah donor
boleh kirim ke rumah sakit.
b. Bila ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor TIDAK COCOK ( INCOMPATIBLE).
Dan cari causanya.
4.) Tabung I dan II sesudah di inkubasi dengan suhu 370C.
Putar 1000 rpm/ 1 menit baca hasilnya, bila hasilnya negative, cuci selnya 3 4 kali saline.
Pada masing masing sel ditambah 2 tetes coombs serum lalu kocok.
Putar 1000 rpm/ 1 menit baca reaksinya ( makroskopis dan mikroskopis )

E. Hasil Pengamatan
1.) Teknik crossmatch rutin
Hasil : aglutinasi negatif ( compatible )

Keterangan :
Tabung 1 = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel Dn 5%.
Hasil
= aglutinasi negatif ( compatible ).
Tabung 2 = 2 tetes serum DN + 1 tetes sel OS 5%.
Hasil
= aglutinasi negatif ( compatible ).
Tabung 3 = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel OS 5%
Hasil
= aglutinasi negatif ( compatible ).
2.) Teknik crossmatch emergency
Hasil = terjadi hemolisis dan tidak ada aglutinasi

Keterangan :
A dan B = Mayor test
C dan D = Minor test
Hasil
= Mayor test = compatible ( cocok ) = aglutinasi negatif
Minor test = campatible ( cocok )
= aglutinasi negatif
F.

Pembahasan
Pada praktikum teknik crossmatch, dilakukan percobaan dengan menggunakan 3 teknik yaitu
crossmatch rutin, teknik crossmatch emergency. Hasil kedua teknik yang telah dipraktekkan
menunjukkan haisl yang cocok ( compatible ) yang ditandai dengan terjadinya hemolisis dan tidak
terbentuk aglutinasi pada masing-masing teknik.
Dalam crossmatch emergency darah sudah dikirim kerumah sakit jika pada medium saline hasil negatif
pada hemolisis maupun aglutinasi. Teknik ini dilakukan bila permintaan darah diajukan 2 3 hari
sebelum operasi dijalankan.

G.

Kesimpulan
Pada praktikum crossmatch yang dilakukan bai pada teknik crossmatch rutin dan crossmatch
emergency. Diperoleh hasil yang compatible atau cocok.

http://lacunata.blogspot.co.id/2012/12/pemeriksaan-golongan-darahmetode_10.html

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO


DAN RHESUS

Standar
A. Pendahuluan
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat
(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada
dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO
dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam
penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang

terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar
46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4
golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun
dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para
donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,
dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada
dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan
B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian
Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner
menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB,
kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Penyebaran golongan
darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah
satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.
Rhesus Faktor Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama
sekali ditemukan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan
rhesus karena dalam riset digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta),
salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina. Pada
sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,
sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh
(dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium
seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah
dengan Rh negatif (Rh), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada
pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+) Penting Untuk
Transfusi (Fairus Chalid, 2008).
B. Pemeriksaan Golongan Darah
1.

Pemeriksaan Cell Typing

Tujuan
:
Untuk mengetahui golongan darah pendonor yang
didasarkan pada antigen yang terdapat di sel darah merah.
Prinsip

Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Metode Slide Test dengan Menggunakan Darah Kapiler

Tujuan
:
darah pendonor
Alat dan Bahan:

Sebagai pemeriksaan awal untuk mengetahui golongan

Object Glass

Lancet

Pengaduk

Darah Kapiler

Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

Serum anti-B biasanya berwarna kuning

Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja
1.

Menyiapkan reagen disuhu kamarMeneteskan 1 tetes (50 ) anti-A, anti-B,


anti-AB, dan anti-D pada objek glass

2.

Memijit-mijit ujung jari manis/tengah donor dan kemudian melakukan


desinfeksi dengan alkohol 70%

3.

Menusuk jari manis/tengah dengan posisi vertical, mengggunakan blood


lancet

4.

Mengusap darah yang pertama kali keluar dari jari donor dengan kapas
kering

5.

Meneteskan 1 tetes darah yang keluar pada objek glass yang sudah diberi
antisera

6.

Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor


dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

7.

Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Metode Slide Test dengan Menggunakan Suspensi Sel 10%

Tujuan
:
Untuk konfirmasi ulang pemeriksaan golongan darah
pendonor sebelum ditransfusikan kepada pasien
Alat dan Bahan:

Object Glass

Pengaduk

Suspensi sel eritrosit 10% donor

Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

Serum anti-B biasanya berwarna kuning

Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja
1.

Meneteskan 1 tetes (50 l) anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D pada objek
glass

2.

Memipet 50 l suspensi sel 10% donor pada objek glass yang sudah diberi
antisera

3.

Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor


dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

4.

Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Pembacaan hasil :
merah donor
darah merah donor

Aglutinasi : ada antigen pada sel darah


Tidak aglutinasi : tidak ada antigen pada sel

(Contoh pembacaan hasil golongan darah metode slide test)

Metode Tube Test

Tujuan
:
Untuk mengkonfirmasi golongan darah pasien sebelum
dilakukan transfuse darah
Alat dan Bahan: Tabung reaksi dan rak

Mikropipet

Centrifuge

Suspensi sel eritrosit 5% donor

Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau

Serum anti-B biasanya berwarna kuning

Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening

Cara Kerja

1.

Memipet 50 l anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D pada masing-masing tabung

2.

Memipet 50 l suspensi sel eritrosit 5% donor ke tabung yang telah berisi


antisera dan menghomogenkan

3.

Mencentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 detik

4.

Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Interpretasi Hasil Pembacaan Golongan Darah Cell Typing

Golongan Darah A : Aglutinasi pada anti-A karena golongan darah A


mempunyai antigen A dan antibodi B

Golongan Darah B

: Aglutinasi pada anti-B karena golongan darah B

mempunyai antigen B dan antibodi A

Golongan Darah AB : Aglutinasi pada anti-A dan anti-B karena golongan darah
AB mempunyai antigen A dan B tetapi tidak mempunyai antibodi

Golongan Darah O : Tidak terjadi aglutinasi karena golongan darah O tidak


mempunyai antigen A dan B tetapi mempunyai antibodi A dan B

2.

Pemeriksaan Serum Typing

Tujuan
: Untuk mengetahui golongan darah seseorang berdasakan
antibodi yang terdapat di dalam serum

Prinsip

Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Metode Slide Test

Tujuan
:
Untuk mengkonfirmasi ulang golongan darah pendonor
sebelum ditransfusikan kepada pasien yang didasarkan pada antibodi
pendonor
Alat dan Bahan:

Object Glass

Pengaduk

Serum donor

Suspensi sel A 10%

Suspensi sel B 10%

Suspensi sel O 10%

Cara Kerja
1.

Memipet 50 l suspensi sel A 10%, suspensi sel B 10%, dan suspensi sel O
10% pada objek glass

2.

Memipet 50 l serum donor ke objek glass yang telah diberi suspensi sel

3.

Mengaduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor


dengan antisera dan menggoyang-goyangkan

4.

Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Metode Tube Test

Tujuan
:
Untuk mengkonfirmasi ulang golongan darah pendonor
sebelum ditransfusikan kepada pasien yang didasarkan pada antibodi
pendonor
Alat dan Bahan: Tabung reaksi dan rak
Mikropipet

Centrifuge

Serum donor

Suspensi sel A 5%

Suspensi sel B 5%

Suspensi sel O 5%

Cara Kerja
1.

Memipet 50 l suspensi sel A 5%, suspensi sel B 5%,dan suspensi sel O 5%


pada masing-masing tabung

2.

Memipet 50 l serum donor ke tabung yang telah berisi suspensi sel dan
menghomogenkan

3.

Mencentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 detik

4.

Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis

Interpretasi Hasil Pembacaan Golongan Darah Cell Typing

Golongan Darah A : Aglutinasi pada sel B karena mempunyai antibody B

Golongan darah B : Aglutinasi pada sel A karena mempunyai antibody A

Golongan darah AB : Tidak terjadi karena tidak mempunyai antibody

Golongan darah O : Aglutinasi pada sel A dan sel B karena mempunyai


antibody A dan B
https://nuruljumpol.wordpress.com/2015/03/05/pemeriksaan-golongan-darah-abodan-rhesus/

Вам также может понравиться