Вы находитесь на странице: 1из 123

ETIKA DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE

A.

B.
1.

2.

3.

Etika Profesi Kebidanan


Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika
berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari
nilai-nilai (Wahyuningsih, 2006).
Arti etika menurut K. Bertens dirumuskan sebagai berikut:
Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
Etika berati kumpulan asas atau moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik
Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Bidan
sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntabilitas serta
aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga
perkembangan praktek berdasarkan evidence based. Sehingga di sini berbagai dimensi etik dan
bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.
Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena
bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat sehubungan
dengan klien harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk
dapat menjalankan praktek kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik
yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman
isu etik dalam pelayanan kebidanan. Menurut Daryl Koehn dalam The Ground of Professional
Ethics, 1994 bahwa Bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan
praktek kebidanan. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktek
kebidanan (Wahyuningsih, 2006).
Filosofi Asuhan Antenatal Care
Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai
asuhan itu.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita
selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan
yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi
proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang
tidak terbukti manfaatnya.
Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care). Sangat
penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari
satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka
setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka
karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.
Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered).
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus
berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang
diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu

4.

C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D.
1.

a.
b.
c.

sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil.
Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami
oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga
merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi
anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara
ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan
keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia
akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional
kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu
hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar.
Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses yang
alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin terjadi komplikasi
sejak awal karena kondisi tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian. Proses kelahiran
meliputi kejadian fisik, psikososial dan cultural. Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat
bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya
akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan
ibu dan janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu
kesatuan yang utuh.
Tujuan Antenatal Care
Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayi dengan
trauma seminimal mungkin
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif
Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal.
Aplikasi Etika Dalam Asuhan Antenatal Care
Lingkup Asuhan Kehamilan
Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi:
Konsepsi
Bersatunya ovum dan sperma yang didahului oleh ovulasi dan inseminasi
Ovulasi
Runtuhnya ovum dari folikel dalam ovarium bila ovum gagal bertemu dalam waktu 2 x 24 jam
mati/hancur
Inseminasi
Keluarnya sperma dari urethra pria kedalam vagina wanita. Sperma bergerak melalui uterus
tuba fallopi dengan kecepatan 1 kaki/jam. Alat gerak sperma Ekor dengan panjang rata-rata
10x bagian kepala

d.

Asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring
keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan.
2. Standart Asuhan Kehamilan
Kebijakan program untuk standar asuhan kehamilan merupakan anjuran dari WHO, yaitu:

Trimester I
: Satu kali kunjungan

Trimester II
: Satu kali kunjungan

Trimester II
: Dua kali kunjungan
Standar Minimal Asuhan Antenatal : 7 T
o Timbang berat badan
o Tinggi fundus uteri
o Tekanan darah
o Tetanus toxoid
o Tablet Fe
o Tes PMS
o Temu wicara
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional
dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan
prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard
mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi.
Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap
proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi
bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan.
3. Prinsip Pokok Dalam Asuhan Kehamilan
Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan didukung oleh prinsipprinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip-prinsip utama asuhan kebidanan adalah :
a. Kehamilan adalah proses yang normal.
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang normal, alami dan sehat. Sebagai
bidan, kita membantu dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita percaya
bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi proses kelahiran normal, adalah
yang paling sesuai untuk kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran.
b. Otonomi
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat membuat suatu keputusan. Kita
harus tau dan menjelaskan informasi yang akurat tentang resiko dan keuntungan semua prosedur,
obat-obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu dalam membuat suatu pilihan tentang apa
yang terbaik untuk diri dan bayinya berdasarkan nilai dan kepercayaannya (termasuk
kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama)
c. Jangan Membahayakan
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat indikasi-indikasi yang
spesifik. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran atau periode pasca persalinan dengan tes-tes
rutin, obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya. Bidan yang terampil
harus tau kapan harus melakukan sesuatu. Asuhan selama kehamilan, kelahiran dan pasca
persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi harus dilakukan berdasarkan suatu bukti.
d. Tanggung Jawab
Bidan harus bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan yang ia berikan. Praktek asuhan
maternitas harus dilakukan berdasarkan kebutuhan ibu dan bayinya, bukan atas kebutuhan

penolong persalinan. Asuhan yang berkualitas tinggi, berfokus pada klien dan sayang ibu
berdasarkan bukti ilmiah sekarang ini adalah tanggung jawab semua bidan.
4. Evidance Based Dalam Praktik Kehamilan
o Asuhan antenatal yang direkomendasikan :

Kunjungan antenatal yang berorientasi pada tujuan petugas kesehatan terampil

Persiapan kelahiran (kesiapan menghadapi kompliksi)

Konseling KB

Pemberian ASI

Tanda-tanda bahaya, HIV/AIDS

Nutrisi

Deteksi dan penatalaksanaan kondisi dan komplikasi yang diderita

TT

Zat besi dan asam folat

Pada populasi tertentu, pengobatan preventif malaria, yodium dan vitamin A


o Tenaga Profesional atau Penolong yang Terampil
Tindakan bidan saat kunjungan antenatal :

Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk membina hubungan saling
percaya.

Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana persalinan

Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan menghadapi komplikasi.

Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di R

Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa (preeklamsia, anemia, PMS).

Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 mg dan adanya kelainan letak
setelah usia kehamilan 36 mg.

Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai nutrisi, istirahat, tandatanda bahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang normal selama kehamilan dsb.

Memberikan suntikan imunisasi TT bila diperlukan.

Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi an folat secara rutin, serta vitamin A
bila perlu
5. Asuhan Antenatal yang Terfokus
Isi asuhan antenatal terfokus : Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami
resiko komplikasi yang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan resiko ini bisa
digunakan oleh individu-individu bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan.
Kadang kala wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan
komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah
sama sekali.
o Tujuan Asuhan Antenatal terfokus meliputi :
a. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui:
Pendidikan dan konseling kesehatan tentang:

Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat

Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi

Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera

Pencegahan dan pengenalan gejala-gejala PMS

Pencegahan malaria dan infstasi helmith


b. Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi persalinan komplikasi

c. Penyediann TT
d. Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium
e. Penyediaan pengobatan/pemberantasan penyakit cacing dan daerah endemi malaria
f. Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesiapan menghadapi
persalinan
o Deteksi dini penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin:
a. Anemia parah
b. Proteinura
c. Hypertensi
d. Syphilis dan PMS
e. HIV
f. Malpresentasi janin setelah minggu ke 36
g. Gerakan janin dan DJJ
o Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau komplikasi:
a. Anemia parah
b. Pendarahan selama kehamilan
c. Hypertensi, pre-eklamsia dan eklamsia
d. Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta PMS lainnya
e. HIV
f. Malpresentasi setelah minggu ke- 36
g. Kematian janin dalam kandungan
h. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes, hepatitis, demam reumatik
o Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi:
a. Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak memecahkan masalah
kekhawatiran daripada klien sering sekali dipersyaratkan sebagai bagian dari asuhan antenatal
yang rutin.
b. Para klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan terhadap pendidikan beserta
pemecahan masalahnya.
c. Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan datang
o Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat:
a. Rencana persalinan : tempat persalinan, penolong yang terampil, serta perlengkapan ibu & bayi,
transportasi yang inovatif serta sistem perujukannya, dana darurat.
b. Asuhan antenatal secara terus menerus terfokus pada klien serta lingkungannya untuk
memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang sehat ibu dan anak.
6. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan
Pada setiap tingkat masyarakat dan negara terdapat tindakan yang dapat diambil oleh bidan
untuk membantu memastikan bahwa ibu-ibu tidak akan meninggal dalam kehamilan dan
kelahiran
o Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan pada beberapa tingkatan:
a. Rumah dan masyarakat

Bagilah apa yang anda ketahui :


Bidan dapat mengajar ibu-ibu, anggota masyarakat lainnya, bidan-bidan lain dan petugas
kesehatan lainnya tentang tanda-tanda bahaya. Ia juga dapat membagi informasi tentang dimana
mencari petugas dan fasilitas kesehatan yang dapatmembantu jika tanda-tanda bahaya terjadi. Ia
dapat menekankan alasan dan keuntungan didampingi oleh penolong kesehatan yang terampil

pada saat persalinan selain mempromosikan dan menunjukkan perilaku yang sehat. Bidan juga
harus mengajarkan sesuatu berdasarkan kebutuhan orang yang ia layani.

Jaringan promosi kesehatan :


Bidan harus melakukan kontak yang positif dengan pemuka-pemuka masyarakat, selain ibu-ibu
yang lebih tua dan gadis-gadis muda di dalam masyarakatnya. Ia dapat mengajari keluarga dan
masyarakat bagaimana mengenali ibu yang memerlukan asuhan kegawatdaruratan dan
bagaimana mengatur asuhan tersebut (dana darurat, pola menabung, transportasi, komunikasi,
donor darah).

Membangun kepercayaan :
Bidan harus berperilaku yang memberikan rasa hormat kepada ibu dan keluarga yang ia layani.
Membangun kepercayaan adalah suatu keterampilan penyelamatan jiwa. Jika seorang bidan
memiliki keterampilan teknis untuk menangani eklampsia atau perdarahan pasca persalinan,
tetapi ia tidak dipercaya, maka tidak ada seseorangpun yang akan meminta bantuannya.
Walaupun seorang bidan mempunyai keterampilan teknis untuk menyelamatkan jiwa seorang
ibu, tetapi tidak memiliki kepercayaan dari ibu tersebut, ia tidak akan diberikan kesempatan
untuk mempergunakan keterampilannya dan menyelamatkan jiwa si ibu tadi.
o Pusat Kesehatan
Asuhan yang berkualitas :
Memberikan asuhan yang berkualitas pada kelahiran akan membantu mencegah komplikasi,
mendeteksi masalah lebih dini dan kemampuan untuk mengatur , menstabilisasi dan merujuk
masalah yang memerlukan penanganan di rumah sakit.
o Penatalaksanaan kegawatdaruratan awal :
Memberikan penatalaksanaan awal perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, aborsi yang
tidak aman dan partus macet sangat penting untuk menyelamatkan jiwa ibu.
o Memberikan contoh yang baik :
Bidan harus memberikan contoh yang baik kepada bidan lain, petugas kebersihan dan staf yang
lain. Bidan harus memberikan contoh pelaksanaan dan pencegahan infeksi yang baik dan
keterampilan-keterampilan interpersonal yang berkualitas.
7. Hak Hak Wanita Hamil
o Wanita hamil berhak mendapat penjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
tentang efek-efek potensial langsung/tidak langsung dari penggunaan obat atau tindakan selama
masa kehamilan, persalinan. Kelahiran atau menyusui.
o Wanita hamil berhak mendapat informasi terapi alternatif sehingga dapat mengurangi atau
meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi obstetric
o Pasien kebidanan berhak untuk merawat bayinya sendiri bila bayinya normal
o Pasien kebidanan berhak memperoleh informasi tentang siapa yang akan menjadi pendampingnya
selama persalinan dan kualifikasi orang tersebut
o Pasien kebidanan berhak memperoleh/memiliki catatan medis dirinya serta bayinya dengan
lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
o Wanita hamil berhak mendapat informasi efek tindakan yang akan dilakukan baik pada ibu &
janin
o Wanita hamil berhak untuk ditemani selama masa-masa yang menegangkan pada saat kehamilan
& persalinan
o Pasien kebidanan berhak memperoleh catatan perincian biaya RS/tindakan atas dirinya.
o Wanita hamil berhak mendapat informasi sebelum/bila diantisipasi akan dilakukan SC

o Wanita hamil berhak mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi yang akan ditimbulkan
atau reaksi obat yang pernah dialaminya
o Wanita hamil berhak mengetahui nama-nama yang memberikan obat-obat atau melakukan
prosedur tindakan
o Wanita hamil berhak mendapat informasi yang akan dilakukan atasnya
o Wanita hamil berhak memilih konsultasi medik untuk memilih posisi yang persalinan yang dapat
menurunkan stress

Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan ANC dan INC


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu
yangmelahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena
tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman
pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani ambil
resikomembela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun
untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada
Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman
modern ini, kita sebut peran bidan dalam praktiknya. Bidan sebagai pekerja profesional dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Di era globalisasi sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan. Bidan diakui
sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam
memberikan dukungan yang diperlukan. Misalnya, asuhan dan nasihat selama kehamilan,
periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawah tanggung
jawabnya sendiri, dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Ruang lingkup asuhan yang
diberikan oleh seorang bidan dan telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di
Indonesia.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi dan
melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini
tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan
dan perinatal dan merujuk kasus.
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan,
pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan
suatu tantangan bagi bidan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun akan menjabarkan pembahasan tentang
Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan ANC dan INC.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dirumuskan masalah Bagaimana Refleksi Praktik dalam
Pelayanan Kebidanan ANC dan INC ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Refleksi Praktik dalam
Pelayanan Kebidanan ANC dan INC

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Praktik Kebidanan
1. Ruang Lingkup dalam Praktik Kebidanan
a. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom,
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain itu
diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Praktek Kebidanan merupakan Penerapan ilmu kebidanan dalam pemberian
pelayanan atau asuhan kebidanan dengan klien menggunakan pendekatan manajem kebidanan.
Lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri / otonomi pada perempuan, remaja putri,
dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan sesudahnya.
c. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta
memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan.
2. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat, yang meliputi
upaya dapat dibedakan menjadi :
a.

Layanan Kebidanan Primer


Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab bidan.
b. Layanan Kebidanan Kolaborasi
Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama
semua pemberi pelayanan yang terlibat (mis : bidan, dokter atau tenaga kesehatan yang
professional lainnya). Bidan menuoakan anggota tim.
c. layanan Kebidanan Rujukan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab kepada
dokter, ahli dan / atau tenaga kesehatan professional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan
klien di luar kewenangan bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.
Contoh: Pelayanan yang dilakukan bidan ketika menerima rujukan dari dukun, layanan rujukan
bidan ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan secar horizontal atau vertical atau ke profesi
kesehatan yang lain.
3. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang
optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan
selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya
pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat
misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang
diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.
1.

2.
3.
4.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :


Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi,
pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di
setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya
agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa
upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak.
Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah
dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan
ilmu kesehatan terkini.
Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di
Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang
dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.
Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang
memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh bidan yaitu : memiliki wawasan dan
pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki sopan santun, tidak
membeda-bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi pasien, berbakti pada insani,
mempunyai etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu melayani dengan ikhlas dan sabar,

bersikap ramah dan terampil, tidak mudah putus asa, serta dapat melakukan hak dan
kewajibannya dengan baik.
Bidan memiliki banyak peran terutama dalam menjalankan praktek di masyarakat.peran
bidan yang harus dilaksanakan diantaranya adalah peran sebagai pendidik, sebagai pelaksana,
sebagai pengelola, sebagai peneliti, sebagai pemberdaya, sebagai pembela klien, sebagai
kolaborator,dan sebagai perencana.Dari peran-peran tersebut,bidan memiliki tugas dan
wewenang yang harus di laksanakan secara baik dan sesuai peraturan yang sudah ditetapkan.
B. Tinjauan tentang Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan
1. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan
yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur
yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan
kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama
rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif
dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai
tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga
sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan
paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya
mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang
professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya
berhubungan dengan nyawa manusia.
2. Praktik dalam Asuhan Kebidanan
a. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan dan keluarganya sepanjang
siklus reproduksinya
b. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan asuhan keahmilan;
pendamping asuhan berkesinambungan selama, kehamilan, persalinan dan periode post partum.
c. Meminimalkan intervensi
d. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya
3. Model Praktek Kebidanan di Indonesia
a. Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post partum,sesuai kewenangan bidan.
b. Continuity of Care
Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi dan proses
pelayanannya adalah partneship dengan
c. Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin kliennya menerima
pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan. Kolaborasi dilaksanakan dengan
informed choice demi keuntungan ibu dan bayi. Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya
pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan

4.
a.

b.

c.

d.

anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika
diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan mempunyai tugas penting
dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada
keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan
dalam pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup
sehat dan mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu
menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak
masa sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja
pelayanan kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan
pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi
pada mutu.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut tanggung
jawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah
orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia
serta generasi bangsa yang sehat.
Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.
Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya yaitu:
Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love). Profesi bidan
harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua, dengan harapan
cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat membuka praktek mandiri. Oleh
karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai
pekerjaannya.
Jangan membuat kesalahan (dont make mistake). Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada
kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus
menerus belajar dan meningkatkan keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak
sangat fatal. Jangan pernah berhenti mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus
meningkatkan diri, dan mau belajar kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan
kemauan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan akan sangat membantu kita
menghindari kesalahan.
Orientasi kepada pelanggan (customer oriented). Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus
pada pelanggan. Siapa yang anda beri pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda,
bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat mereka terima dan dapat member kepuasan
sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang sesuai engan harapan dan keinginan
pelanggan.
Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality). Bidan harus terus menerus
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya. Dalam member pelayanan,
jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus meningkatkan diri,
mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan, mempelajari dan menguasai
perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang lebih baik, tentu saja juga mau
menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah dibuktikanlebih bermanfaat
secara ilmiah.

e.

f.

g.

h.

Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi
asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member pelayanan
kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga
akan meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.
Lakukan yang terbaik (do the best). Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai
individu yang tidak penting atau mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada
pelanggan dengan memandang status ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak
memdapatkan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi. Bidan harus member pelayanan,
pemikiran, konseling, tenaga, dan juga fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord). Sebagai bangsa indonesia
yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati setiap kliennya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan dipertanggungjawabkan kepada
Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan kaidah/norma yang berlaku di
masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar hukum, menghargai pelanggan
dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.
Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem). Bidan dalam menjalankan
tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun dalam kelompok (rumah sakit,
puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak masalah pada proses pelaksanaan
pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan menjadi pengalaman dan guru yang
paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman bidan lainnya dan masalah yang
mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah, baik masalah manajemen
maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar lebih baik lagi di waktu yang akan
datang. Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan.
Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa
belajar dari setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah
mengevaluasi segala yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang
kita alami serta berusaha menghindari kesalahan yang sama.
Perubahan perilaku (behavior change). Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. Hal yang
paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku. Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga
kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral selalu meningkatkan diri, menerima
perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan, meninggalkan praktik yang tidak
lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada pencapaian kualitas pelayanan,
berorientasi pada tugas dan pelanggan, turut serta ambil bagian dalam peningkatan kualitas
pelayanan kebidanan, mau memberi dan menerima saran/kritik dari teman sejawat dan organisasi
profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya
sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan. Bidan juga harus terus
melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan sehingga bidan selalu berada dalam
lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan kualitas pelayanan kebidanan masa depan
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan.
Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan
pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa
merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya. Masyarakat dan keluarga
Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda
yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu
keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang
membangun diri dan nusa bangsanya.

Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga merawat ibu
hamil, ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam suatu keluarga, juga
bertambah jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau kelahiran dalam suatu keluarga, hampir
pasti kemampuan dan mutu anggota keluarga merawat anggotanya yang sedang hamil atau
melahirkan juga menjadi kurang cekatan dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang
bertambah modern dan urban, menuntut kualitas pelayanan yang bermutu tinggi.
Keluarga masa kini juga menuntut hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama
karena usia harapan hidup yang bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam
bidang kesehatan, bidan dituntut untuk berperan sebagai ahli detektor awal untuk apabila
menemukan suatu kondisi kesehatan yang mencurigakan dari anggota suatu keluarga, segera
memberi pertolongan dini, atau memberi petunjuk untuk rujukan.
Kalau seorang bidan tidak mampu memberikan petunjuk kepada suatu keluarga, karena
penyakit yang diderita seorang anggotanya berada diluar wewenangnya, seorang bidan segera
bisa mengirim anggota keluarga yang bersangkutan ke tingkat referal yang lebih tinggi. Dengan
demikian, para bidan, dalam jaman yang modern sekarang ini, memiliki peran luar biasa untuk
memelihara kesehatan keluarga di tingkat pedesaan dan rumah tangga. Para bidan bisa menjadi
detector dan sekaligus advokator yang ampuh.
Alasannya sederhana. Perubahan sosial budaya dan cirri kependudukan tersebut di atas
mengundang perubahan peran tenaga-tenaga pembangunan, seperti bidan, yang lebih tinggi
dalam mengantar anak-anak muda dan remaja membangun keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera. Kalau di masa lalu para bidan mempunyai peran yang relatif terbatas dalam melayani
proses reproduksi seseorang yang kondisinya kurang baik, dan berbahaya, di masa depan proses
reproduksi generasi muda dan pasangan muda lebih jarang terjadi.
Tetapi tidak kalah berbahayanya dan bahkan mungkin saja terjadi jauh sebelum seseorang
sesungguhnya siap dengan proses reproduksinya. Remaja tersebut perlu mendapat dukungan
dengan tuntutan kualitas yang sangat tinggi, sehingga peran bidan juga menjadi lebih sukar dan
perlu dukungan semua pihak dengan baik. Karena tuntutan yang demikian tinggi, bidan tidak
bisa santai menanggapinya. Anak muda dan remaja masa depan menuntut kualitas prima karena
penentuan pilihan pelayanan yang dikehendakinya tidak lagi pada unsur pelayanan, yaitu para
bidan, tetapi pada anak muda, remaja dan pasangan muda masing-masing.
Tuntutan atas peningkatan kualitas pelayanan itu mencuat pada akhir abad yang lalu
karena keluarga dan penduduk merasa bahwa kompetisi masa depan hanya bisa dimenangkan
bukan melalui krubutan dengan pasukan orang banyak, tetapi melalui pelayanan yang
bermutu. Keluarga dan penduduk masa depan menghendaki pelayanan dengan standard
internasional yang bermutu, tahan banting dan karena usia harapan hidup yang panjang, tuntutan
atas pelayanan bermutu itu akan berlangsung untuk masa yang sangat lama.
Ada delapan target dan sasaran yang harus dicapai secara terpadu. Indonesia yang ikut
menanda tangani deklarasi PBB pada akhir tahun 2000 itu ikut bertanggung jawab terhadap
pencapaian target-target tersebut. Untuk mencapai sasaran dan target-target tersebut Indonesia
harus menempatkan pembangunan dan pemberdayaan seperti bidan, tenaga kesehatan, tenaga
pendidikan dan tenaga pemberdayaan masyarakat pada posisi sangat penting di lapangan, di
pedesaan.
Peranan tenaga-tenaga pembangunan tersebut sangat tinggi dan mutlak. Peranan bidan
misalnya, sekaligus merupakan sumbangan yang sangat tinggi untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia, yaitu dalam rangka hidup sehat dan sejahtera. Lebih-lebih lagi nampak sekali
bahwa peranan bidan sangat penting dalam memberi dorongan agar keluarga yang isterinya

sedang hamil mendapat perhatian dalam bidang kesehatan pada umumnya dan kemampuan
mengembangkan ekonomi keluarga. Tujuannya adalah agar setiap keluarga mempunyai
kemampuan memelihara kesehatannya, terutama kesehatan isterinya.
Apabila kemampuan keluarga memadai, dan isteri atau ibu dalam rumah tangga sedang
hamil, akan mendapat masukan makanan dengan gizi yang cukup. Dengan gizi yang baik janin
yang dikandungnya akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Di kemudian hari, apabila janin sudah
dilahirkan berupa bayi, maka bayi tersebut akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Kalau
mendapat dukungan keluarga yang sejahtera, maka anak itu akan tumbuh kembang dengan baik.
Selanjutnya keluarga yang lebih mampu secara ekonomis dapat mengirim anaknya ke sekolah
dan akhirnya menjadi putra bangsa yang dapat dibanggakan.
Karena itu dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bersama dengan kekuatan
pembangunan lainnya di pedesaan, para bidan dapat mempengaruhi masyarakat dan pemimpin
sekelilingnya untuk memberi perhatian kepada keluarga kurang mampu dengan dukungan
pemberdayaan ekonomi.
Tujuannya adalah agar apabila isterinya mengandung dan melahirkan, keadaan rumah
tangganya lebih baik. Peranan sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, sosial dan
ekonomi rumah tangga tersebut menjadi sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya
manusia
C. Tinjauan tentang Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan ANC
1. Filosofi asuhan kehamilan
a. Kehamilan merupakan proses yang alamiah
b. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan
c. Pelayanan yang terpusat pada wanita serta keluarga
d. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/ pengalaman kehamilan
2. Prinsip asuhan kehamilan
a. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat
b. Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan
c. Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu dan keluarga
d. Tidak membahayakan. Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan
sebagai rutinitas
e. Tanggung jawab, asuhan kebidanan yang diberikan bidan harus selalu didasari analisa dan
pertimbangan yang matang.
3. Tujuan asuhan kehamilan
Tujuan utama ANC adalah menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan
perinatal. Adapun tujan khususnya
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang
normal
b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan
c. Membina hubungan salig percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan
keluarga secara fisik, emosional dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan
adanya komplikasi.
4. Standar asuhan kehamilan
Enam Standar Pelayanan Antenatal yaitu :
STANDAR 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan
memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya sebagai
berikut
Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur
Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan
kehamilan.
Dll
Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala
kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara
dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu.
STANDAR 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan
risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas.
Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan
antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4
kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
penanganan komplikasi kehamilan.
Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu
apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
STANDAR 5 : Palpasi abdominal
Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah , memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan
untuk merujuk tepat waktu.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.
Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan, diagnosis dini
kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan
kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.
STANDAR 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan


semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara
dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan
berlangsung.
Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil
pada kunnjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil
sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut . beripenyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi, dll.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia
berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah
bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.
STANDAR 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan secaea
dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun tindakan yang
dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat
tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda
preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan
dan kematian akibat eklamsia.
STANDAR 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tibatiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap
rumah ibu hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan
dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan
persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai
dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu
bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan .
5.

Tipe Pelayanan Asuhan Kehamilan

a.

Independent midwife/bps

Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan sesuai
kepmenkes 900/2002. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal. System
rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan
ditunjukan pada system pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
b. Obstetrician and gynecology care

Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi
dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan
sesuai dengan yang diharapkan
c. Public health center/ puskesmas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum. Linkup pelayanan
kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan
dilakukan pada system yang lebih tinggi
d. Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup pelayanan
kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan
dilakukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya
e. Rumah Bersalin
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG sebagai konsultant.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang
tersedia. Rujukan dilakukan pada system pelayanan yang lebih tinggi
6. Program kebijakan ANC :
1. Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4x selama kehamilan
a. Kunjungan trimester I sebelum usia kehamilan 14 minggu
b. Kunjungan trimester II usia kehamilan 14 28 minggu
c. Kunjungan trimester III usia kehamilan 28 36 minggu dan lebih dari 36 minggu
2. Pemberian suplemen mikronutrient
Tablet yang mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500ug sebanyak 1
tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan)
3. Imunisasi TT 0,5cc
D. Tinjauan tentang Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan ANC
1. Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat optimal. Sehingga intervensi yang diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal
harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah tentang manfaat bagi keberhasilan proses persalinan.
Dalam hal ini penolong persalinan (bidan, perwat, dokter umum, atau spesialis obstetric) harus
meningkatkan kompetensi dalam asuhan persalinan dengan harapan setiap intervensi yang
diberikan mampu mencapai tujuan asuhan persalinan.
2. Standar Pelayanan Persalinan
Empat Standar Pelayanan Persalinan
STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses
persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran
yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta
memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan
mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan pertolongan yang aman dan
memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga
kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.
STANDAR 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan
sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .
disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan.
Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan aman
bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan aman.
Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang
ditolong oleh bidan. Menurunnya angka sepsis puerperalis.
STANDAR 11 : Penatalkasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuan
dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga,
mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.
Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang
pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio
plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum
akibat salah penanganan pada kala tiga.
STANDAR 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan
penjahitan perineum.
Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan
episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Hasil
yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir
mati pada kala dua .

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang
optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan
selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya
pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
2. Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan ANC maupun INC dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi
unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan &
pelayanan kesehatan).
B. Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami materi tentang refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan ANC maupun INC. Saran
agar pembaca dapat menguasai materi secara singkat dalam makalah ini dengan baik

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN STUDI KASUS SEMU INC


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan bertambah banyaknya tenaga yang dapat memberi pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan kebidanan, maka bertambah pulalah usaha-usaha dalam bidang itu. Walaupun
demikian, hanya sebagian masyaraakat, menikmati pelayanan kebidanan, untuk masyarakat desa
sebagian besar masih berada di tangan tenaga-tenaga tradisional. Secara singkat dapat disebutkan
bahwa usaha-usaha yang dilakukan menjadi perhatian kita. Maka perlu sekali diusahakan
mendidik tenaga yang terlatih untuk mengawasi Ibu dan anaknya. Dengan demikian, pelayanan
kebidanan yang eduquate dapat dinikmati tidak hanya untuk sebagian kecil masyarakat, tetapi
berlaku pula untuk bagian-bagian lain dari pelayanan kesehatan.
Begitu juga dengan bidan yang dikategorikan tenaga pelayanan kesehatan yang profesional
harus menerapkan manajemen berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Mengenai suatu
manajemen hendaknya disadari bahwa ilmu ini adalah alat dan bukan tujuan organisasi untuk itu
dengan manajemen diupayakan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
Untuk itu dalam penerapan proses manajemen kebidanan, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus semu pada INC (intra natal care) dan menulis kembali dalam bentuk
makalah dengan judul Metodologi Asuhan kebidanan INC (Intranal Care).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa saja pendekatan dalam praktek kebidanan?
1.2.2
Apa pengertian manajemen kebidanan?
1.2.3
Apa saja prinsip proses manajemen kebidanan menurut ACMN?
1.2.4
Apa saja proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney?
1.2.5
Bagaimana penerapan manajemen kebidanan pada study kasus semu INC (Iintranata Care)?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Setelah mempelajari metodologi asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu memahami
asuhan kebidanan pada study kasus semu INC (intranata Care)
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi pendekatan dalam praktek kebidanan
2.
Memahami pengertian manajemen kebidanan
3.
Mengerti prindip proses manajemen kebidanan menurut ACMN
4.
Mengetahui proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney
5.
Menerapkan manajemen kebidanan dalam study kasus semu INC (Intranata Care)
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi akademik sebagai motivasi peningkatan mutu pendidikan guna menciptakan tenaga
kesehatan yang profesional. Bagi pembaca dengan harapan dapat berguna dalam menambah
wawasan pendidikan kebidanan serta perbedaanya. Bagi penulis sebagai motivasi untuk lebih
aktif dan kreatif guna mendalami ilmu kebidanan serta penerapannya secara profesional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENDEKATAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Sistem Approach
Adalah mendemonstrasikan dan mengabsahkan kemampuan praktik seperti profesional
kerja,komunikasi,pendidikan kesehatan ,supervisi, dan pendidikan pada nakes lain.
2. Problem Surving Approach
Adalah mengintegrasikan komponen pemecahan masih seperi pengkajian dan sebagainya.
3. Primary Health Care Approach
Adalah melaksanakan investigasi masalah dan kebutuhan masyarakat
4. Team Approach
Bekerjasama dengan yang lain
5. Holistic Approach
Adalah memberikan asuhan kepada individu sesuai kebutuhan
6. Pendekatan Manajemen Kebidanan
Sesuai dengan manajemen kebidanan
2.2 Pengertian Manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada
kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang
disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2.3
Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut ACNM
Proses management kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College
of Nurse Midwife terdiri dari:
1.

Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan terhadap kesehatan
setiap klien termasuk mengumpulkan riwayat kesdehatan dan pemeriksaan fisik

Mengidentifikasikan masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar

Mengidentifikasikan kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan


masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien

Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dapat
bertanggungjawab terhadap kesehatannya

Membuat rencana asuhan yang kompherensif bersama klien

Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual

Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan management dan berkolaborasi


dan menunjukkan klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya

Merencananakan management terhadap komplikasi tertentu dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal

Melakukan evaluasi bersama klien terhdap pencapaian asuhan keseahatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

2.4 Manajemen Kebidanan Menurut Varney, 1997


2.4.1 Pengertian
Proses pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah
Penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
Untuk pengambilan suatu keputusan
Yang berfokus pada klien
2.4.2 Langkah-langkah
I.
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
V.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan mengulang kembali manajemen proses untuk
aspek-aspek yang tidak efektif.
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subyektif dan obyektif. Data
subyektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subyektif antara lain biodata. Riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biospsikologi, spiritual, pengetahuan klien.
Data obyektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien.
Hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data obyektif
terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) pemeriksaan penunjang
(laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.

2.5

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi
klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di
identifikasi atau diantisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya
Penerapan menejemen kebidanan pada study kasus semu INC (Intranata Care)
2.5.1 Definisi
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Wikmosastro, 1991:180)
- Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin dan
plasenta dari uterus ibu
- Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin & uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:157)
- Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Obstetri Fisiologi, UNPAD Bandung 1983:221)
- Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Sarwono, 2005:180)
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup
kedunia luar, dari rahim jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar Rustam, 1998:91)
2.5.2 Mekanisme Persalinan
1. Enggagement
- Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
- Multi para terjadi pada permulaan persalinan
2. Discent (turunya kepala)
Turunnya kepala atau presentasi pada inlet disebabkan oleh :
- Tekanan cairan ketuban

- Tekanan langsung oleh fhundus uteri


- Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala : kepala mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul dan dasar panggul
4. Internal Rotasi (Putaran paksi dalam)
Bagian terendah memutar kedepan, ke bawah simpisis
5. Ekstensi
Defleksi kepala : mengarah ke depan dan ke atas
6. Eksternal Rotasi (Putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah punggung bayi
7. Expulsi
Bahu depan dibawah simpisis, lahir bahu belakang, bahu depan, dan badan
2.5.3 Faktor-faktor yang penting dalam persalinan
- Pasenger : Besarnya anak, presentasi dan posisi
- Pasagway : Bentuk dan ukuran panggul
- Power : Kontraksi uterus (kekuatan, lama, dan frekuensi), tenaga ibu untuk mengedan
- Plasenta : Tempat insersi plasenta
- Psikologi : Perubahan psikologis yang terjadi
2.5.4 Kalla Persalinan
1. Kalla I
- Waktu pembukaan servik sampai lengkap ( 10 cm)
- Pada primipara biasanya berlangsung 6-18 jam, dimana setiap jam pembukaan bertambah
1cm, pada multipara 2-10cm pembukaan 1cm dalam 30 menit
- Beberapa yang harus dimonitor pada kalla I adalah :
Keadaan ibu
Pembukaan servik yaitu pembesaran ostinum eksterna sampai 1-10cm. Pada pembukaan lengkap
tidak teraba lagi bibir postio, segmen bawah rahim, servik dan vagina menjadi satu saluran
a. Fase pada kalla I
Fase Laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, pembukaan dari 0-3 cm, biasanya dalam waktu 7-8jam
Fase Aktif
Biasanya berlangsung 6 jam, dibagi atas beberapa periode:
- Periode Akselerasi : Pembukaan servik 3-4 cm (biasanya selama 2 jam
- Periode dilatasi maksimal : Pembukaan 4-9 cm (biasanya selama 2 jam)
- Periode deselerasi : Pembukaan 9-10 cm (biasanya 2 jam)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan kalla I
- Otot-otot servik menarik rahim
- Segmen bawah servik diregang oleh isi abdomen
- Ketuban sewaktu kontraksi, menonjol ke kanalis servikalis dan bila ketuban sudah pecah dan
dorongan kepala janin
c. Kontraksi Uterus
Pada awalnya tidak begitu kuat, biasanya dorong setiap 10-15 menit, yang lama-kelamaan
menjadi kuat dan jaraknya yang lebih pendek
d. Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di fundus

Leopold II : Menentukan dimana letak punggung anak dan dimana letak bagian terkecil
Leopold III : Menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah sudah masuk pada
PAP
Leopold IV : Menentukan apa yang normal bagian bawah dan sudah berapa masuknya bagian
bawah ke dalam PAP
e. Turunnya Kepala Janin
- Hodge I : Kepala turun setinggi PAP
- Hodge II : Kepala turun setinggi pinggir bawah simpisis
- Hodge III : Kepala turun setinggi spina ischiadika
- Hodge IV : Kepala turun setinggi os cogsegis
f. Station
- Fiqating : Bagian presentasi diatas inlet -4,-5
- Fixed : -3, -2, -1
- Engaged ukuran terbesar bagian terendah setinggi spina ischiadika : 0
- Mid platul : Antara inlet bagian terendah panggul : +1, +2, +3
- Pada perineum : +4, +4
g. Posisi dan Presentasi
Posisi : hubungan presentasi dengan kanan atau kiri ibu
- Cephalik presentasi : Occiput
- Breceh presentasi : Sacrum
- Face presentasi : Dagn
- Transperse presentasi : Scapula
- Bach Cephalik presentasi : Ubun-ubun kecil
h. Teknik Meneran
- Menurut codayra-barela
1. Meneran secara pendek tidak lebih dari 6-7 detik
2. Meneran waktu ada dorongan setiap his meneran 3-5 kali
3. Meneran dengan membuka glottis dan sedikit menghembus
- Cara Klasik
Ibu disarankan meneran setiap ada his
- Cara Semi Fowler
1. Jika ada kontraksi kepala dan bahu diangkat 450C
2. Uterus mulai berkontraksi, paha ditarik kearah abdomen, tangan merangkul paha dan bawah
lutut
3. Meneran pendek 5 detik dengan membuka glottis, menarik nafas sebelum mengedan dihindari
4. Menarik pada lutut dengan menempel pada dada menguatkan dorongan diafragma dan otot
perut
5. Diluar his, tungkai diluruskan untuk mengurangi tekanan pada pangkal dan relaksasi dasar
panggul
2. Kalla II
a. Kalla pengeluaran hasil konsepsi
b. Penatalaksaaan kalla II
1) Observasi tanda-tanda kalla II seperti: His makin kuat, lama dan sering, perdarahan meninkat,
timbul deflek meneran seperti: ingin BAB, anus meregang, kepala tampak divulva, perineum
meregang dan vulva membuka
2) Monitor DJJ : normal 120-140x/menit

3) Bantu persalinan, lakukan episiotomi jika ada indikasi


4) Merapihkan bayi dan menilai APGAR scors
5) Perhatikan teknik septic dan antiseptic
6) Tingkatkan rasa nyaman, bila nyeri lakukan :
- Kompres dingin/hangat
- Teknik bernafas
- Stimulasi dengan memijat perut ibu
3. Kalla III
Fase keluarnya plasenta pada primipara : jam dan pada multipara jam
Penatalaksanaan kalla III
1. Observasi tanda-tanda lepasnya plasenta
- Timbulnya kontraksi uterus
- Fundus membundar
- Tali pusat menjulur
- Terlihat masa di introitus
- Perdarahan sekonyong-konyong
2. Menentukan lepasnya plasenta
3. Menilai cara lahirnya plasenta
- Cara Duncan : Plasenta lepas dari pinggir, perdarahan sedikit
- Cara Sechulze : Plasenta lepas dari tangan, perdarahan sekonyong-konyong
4. Menentukan kelengkapan plasenta
- Jumlah kortiledon 16-22
- Tebalnya 2-3 cm
- Beratnya 550-600 cm
- Panjang tali pusat 55 60 cm
- Diameter 14 16
- Insersi tali pusat
- Arteri 2 dan Vena 1
- Periksa pinggir plasenta ada robekan atau tidak
5. Observasi jalan lahir
6. Monitoring kontraksi uterus
7. Observasi keadaan umum ibu
8. Penuhi kebutuhan dasar ibu, minum, makan dan rasa nyaman
4. Kalla IV
Fase keluarnya plasenta dimana uterus tidak kontraksi lagi
Penatalaksanaan
- Observasi jalan lahir, anus terjadi atau tidak
- Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum, kontraksi uterus dan respon klien
- Penurunan rasa nyaman: Bersihan ibu, ganti baju, panjang pembalut, atur posisi yang nyaman
- Beri ibu makan dan minum
- Lakukan bonding attacchman
2.5.5 Data Fokus
Identitas
- Biodata klien atau ibu
- Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan antenatal care
- Riwayat persalinan atau kelahiran terdahulu (vakum, forceps, induksi oksitosin), BBLR, BBL

besar
- Riwayat post partum : Perdarahan, hipertensi akibat kehamilan
- Riwayat penyakit yang diderita : sulit bernafas, hipertensi, kelainan jantung
- Riwayat kesehatan keluarga : Gameli, molahidatidosa
- Riwayat kehamilan sekarang : ANC, keluhan
HPHT untuk menentukan taksiran partus :
Siklus 28 hari : tanggal (+7), bulan (-3), tahun (+1)
Siklus 35 hari : tanggal (+ 7 ), bulan (-3), tahun (+1)
Sejak kapan ibu merasa mulas
Apakah sudah teratur
Kapan terakhir makan
Kapan terakhir BAB atau BAK
Pemeriksaan fisik
- Abdomen
a. Tinggi fundus uteri dengan pemeriksaan Leopold I, jika > 40 cm kemungkinan kehamilan
kembar, poli hidramnion atau makrosamia
b. Posisi, letak, presentasi dan turunnya kepala janin dengan leopold II, III, IV
c. Pemeriksaan untuk menilai turunnya kepala janin : Station
- 5/5 : seluruh kepala janin dapat diraba dengan 5 jari
- 4/4, 3/5, 2/5, 1/5, 0
d. Kontraksi uterus
- Fase laten 1 kalla setiap 10 menit
- Fase aktif < 20 detik (lemah), 20-40 detik (sedang), > 40 detik (kuat)
e. DJJ normal: 120-140x/menit
2.5.6 Diagnosa
1. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan krisis situasi, transmisi interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi
Kriteria
- Ekspresi tenang, secara verbal mengatakan cemas berkurang
Intervensi
- Berikan dukungan professional sesuai kebutuhan klien
- Orientasikan klien pada lingkungan, stak dan prosedur, berikan informasi tentang perubahan
psikologis dan fisiologis
- Kaji dan pantau kontraksi uterus
- Anjurkan klien mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
- Dokumentasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan kenyamanan
- Tingkatkan privacy dan penghargaan
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang, peningkatan pengeluaran
Kriteria
- Tanda dehidrasi tidak ada
- Tanda-tanda vital stabil
- DJJ stabil
Intervensi
- Pantau intake dan output, perhatikan BJ urine
- Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setiap 2-3 jam

- Pantau produksi mucus, jumlah air mata dan turgor kulit


- Berikan cairan pengganti
- Berikan perawatan mulut
- Pertimbangkan cairan parenteral
- Pantau hemotoksit
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi
informasi
Kriteria
- Klien berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
- Klien mengungkapkan pemahaman
Intervensi
- Informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan
- Diskusikan pilihan perawatan selama proses
- Dokumentasikan teknik pernafasan atau relaksasi dengan tepat (caldiyro garcio, semi fowler,
klasik)
- Tinjau ulang aktivitas yang tepat dan tindakan pencegahan injury

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
1.
Sebagai tenaga kesehatan :
Dalam memberikan asuhan harus jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
Wajib memakai perlindungan diri saat akan menolong persalinan
Kita harus meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada klien dan dapat melakukan rujukan apabila hal tersebut bukan wewenang bidan
2.
Bagi masyarakat

PENERAPAN ETIKA DAN KODE ETIK DALAM PELAYANAN INC


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika dalam pelayanan kebidanan termasuk intranatal care merupakan penerapan dan
proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah
moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun
waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma/nilai.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama di berbagai tempat, di mana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Seorang bidan tidak semata-mata memberikan pelayanan atau menjalankan fungsi dan
perannya tanpa diikat oleh kode etik yang menaunginya. Untuk itu, etika dalam pelayanan
kebidanan termasuk intranatal care perlu diaplikasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian etika?
2. Menjelaskan isi kode etik bidan?
3. Menjelaskan bagian-bagian aplikasi etika dalam pelayanan INC?
4. Menjelaskan penerapan manajemen kebidanan INC?
5. Kasus-kasus INC?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian etika, isi kode etik
bidan, bagian-bagian aplikasi etika dalam pelayanan INC, penerapan manajemen kebidanan INC,
dan kasus-kasus INC.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Untuk dapat memahami mengenai aplikasi etika dalam pelayanan intranatal ,kita
terlebih dahulu harus mengetahui apa itu etika dan bagaimanakah kode etik bidan.
Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan
didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak
(Jones, 1994).
Etik adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yg membimbing
makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
B. Kode Etik Bidan
Secara umum kode etik tersebut berisi tujuh bab yaitu:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat, yaitu:
a.
Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan Martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat.
d.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
kelurga, dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
f.
Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugsnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya, yaitu:
a.
Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
b.
Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c.
Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipadukan
sehubungan kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, yaitu:
a.
Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.
b.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainnya.

4.
a.

Kewajiban bidan terhadap profesinya, yaitu:


Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
b.
Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan profesinya
seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis
yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri, yaitu:
a.
Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
b.
Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air, yaitu:
a.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
b.
Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
C. Aplikasi Etika dalam Pelayanan Intranatal Care (INC)
Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui prinsip-prinsip etika,
antara lain:
1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar (Beneficience)
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.( Nonmaleficience)
4. Memberlakukan manusia dengan adil.( justice)
5. Menjelaskan dengan benar
6. Menepati janji yang telah disepakati
7. Menjaga kerahasiaan (Nonmaleficience dan beneficience)
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip utama untuk tindakan profesional dan untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos ( self atau diri sendiri ) dan nomos yang
artinya aturan ( rule). Dengan demikian otonomi mengandung arti mengatur diri sendiri yaitu
bebas dari kontrol pihak lain dan dari perbatasan pribadi.
Bidan harus menghormati otonomi pasien oleh karena itu kita mengenal yang namanya
informed consent.
Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum
yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien)sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan
tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
2.

3.

hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
untuk hasil dari pilihannya.
Sebagaimana telah dijelasakan sebelumnya bahwa penting untuk memegang teguh segi
etika , terutama hak pasien untuk mendapatkan manfaat dan informasi sejujurnya. Pasien juga
menolak tawaran tindakan.
Ada beberapa jenis pelayanan intranatal yang dapat dipilih oleh pasien yang juga
merupakan apliksi dari pada etika ( menghargai otonomi pasien ), antara lain :
Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS
Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
Pendampingan waktu bersalin
Clisma dan cukur daerah pubis
Metode monitor denyut jantung janin
Percepatan persalinan
Diet selama proses persalinan
Mobilisasi selama proses persalinan
Pemakaian obat pengurang rasa sakit
Pemecahan ketuban secara rutin
Posisi ketika bersalin
Episiotomi
Penolong persalinan
Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.
Beneficience dan Nonmaleficiene
Beneficience berarti berbuat baik . ini adalah prinsip yang mengharuskan bidan untuk
bertindak dengan menguntungkan pasien. Nonmaleficience berarti tidak merugikan pasien. Jika
bidan tidak bisa berbuat baik kepada pasien atau melakukan tindakan yang menguntungkan
pasien, paling tidak bidan tidak merugikan pasien.
Beneficience dan nonmaleficience merupakan keharusan untuk meningkatkan kesehatan
klien dan tidak merugikannya. Hal ini sering bertentangan dengan otonomi. Sebagai contoh.
Seorang klien melahirkan bayinya namun mengalami robekan jalan lahir. Oleh karena itu perlu
dilakukan inspeksi khusus pada vulva, vagina dan serviks dengan menggunakan spekulum . Dan
untuk tindakan selanjutnya semua sumber perdarahan harus diklem ,diikat, dan luka ditutup
dengan penjahitan sampai perdarahan berhenti. Teknik penjahitan memerlukan rekan ,anastesi
lokal , dan penerangan yang cukup. Namun klien tidak ingin jika rekan bidan tersebut ikut
membantu. Pertimbangan bidan yaitu perdarahan akan lebih parah jika tetap dibiarkan. Teman
sejawat ataupun asisten perawat tentu dibutuhkan karena akan sulit jika melakukannya sendiri.
Dalam hal ini bidan harus pandai membaca keadaan spiritual , psikologis klien,
menenangkan klien, meminta bantuan keluarga ( misalnya suami) untuk menyakinkan klien ,dan
memberi penjelasan pada klien dan keluarga akan tindakan yang akan dilakukan serta akibat
buruk yang terjadi jika klien tetap mempertahankan egonya. Bidan harus menolak otonomi
pasien demi mewujudkan beneficience dan nonmaleficience.
Justice
Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting bagi bidan untuk
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Bidan memberikan pelayanan dengan kulalitas yang baik
pada semua klien tanpa membedakannya.

4.

Menjaga Kerahasiaan Klien


Berdasarkan Kode Etik Kebidanan salah satu kewajiban bidan terhadap tugasnya adalah
setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
D. Penerapan Manajemen Kebidanan pada Study Kasus Semu INC (Intranatal Care)
Definisi:
1.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Wikmosastro, 1991:180).
2.
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin
dan plasenta dari uterus ibu.
3.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:157).
4.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Obstetri Fisiologi, UNPAD Bandung 1983:221).
5.
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Sarwono, 2005:180) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim jalan lahir atau dengan
jalan lain. (Mochtar Rustam, 1998:91).
E. Kasus-kasus INC
Top 10 Menarik kasus kelahiran anak, yaitu:
Kelahiran anak selalu menawan tetapi sepuluh kasus ini memang sangat luar biasa, dan
kadang-kadang aneh dan mengherankan.
1. Kembar lahir dari rahim terpisah
Seorang wanita dari Michigan melahirkan anak perempuan kembar, satu dari setiap dari
dua rahim. Kemungkinan hal ini terjadi adalah 1 dari 5 juta. Ketidakteraturan ini disebut
Mullerian kelainan.
2. Berbeda berwarna Kembar
Hal ini tidak normal untuk ras campuran pasangan untuk memiliki anak yang 'berbeda
warna' tetapi ada kasus-kasus tertentu setiap sekarang dan kemudian yang melampaui apa yang
normal dan 'dikenal'. Miya dan Leah Durrant datang ke dunia pada tahun 2008 tampak sama
tetapi dengan berbeda warna kulit dan mata. Terlebih lagi, pasangan ini telah melahirkan
sepasang bayi kembar pada tahun 2001 dan mereka berbeda warna juga!
3. Rajo Devi
Rajo Devi melahirkan seorang bayi pada tahun 2008, berusia 70, membuatnya wanita
tertua di dunia melalui kelahiran anak. Dia tidak bisa hamil sepanjang hidupnya dan menopause
pada saat dia umur 50.
4. Usia Termuda Melahirkan Seorang Bayi
Jika ibu tertua adalah 70 tahun, ibu termuda, Lina, adalah 5 tahun. Ia melahirkan bayinya
yang tumbuh berpikir bahwa ibunya adalah adik dan neneknya, ibunya. Ia hidup dengan normal
dan sehat dan Lina pun punya anak lagi setelah 33 tahun kemudian.

5.

James Elgin Gil


James Elgin Gil lahir prematur 4,5 bulan tapi ia berhasil bertahan hidup. Bobotnya 482
gram dan ini dianggap sehat dan dimasukkan ke dalam perawatan intensif.
6. Carmelina Fedele
Carmelina Fedele melahirkan bayi terberat pada tahun 1955. Anak ditimbang 10,2
kilogram saat lahir. Bayi lagi lahir di 2009 di Indonesia yang beratnya 8,7 kilogram.
7. Bhuri Kalbi
Bayi Bhuri Kalbi yang dilahirkan di toilet kereta yang bergerak. Dia bepergian ke
beberapa tujuan yang tidak diketahui. Bayi itu mendarat di atas rel tapi ajaibnya, berhasil
bertahan hidup dan sehat sampai saat ini.
8. Carolina Chirindza
Kota Carolina Chirindza yang kebanjiran satu musim panas dan ia terpaksa memanjat
pohon untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dia tetap utuh selama lebih dari empat hari dan
pada hari keempat, ia melahirkan seorang bayi perempuan. Untungnya, helikopter melihat
mereka dan membantunya turun bersama dengan bayinya.
9. Naked Heart
Pada bulan September, 2011, Siti Rahma didiagnosa Ectopia Cordis saat lahir. Ectopia
Cordis adalah cacat Kelahiran yang menyebabkan jantung terbentuk di luar tubuh.
10. Pria Pertama Melahirkan
Melalui inseminasi buatan, Thomas Beattie hamil. Beattie lahir perempuan tetapi
mengalami perubahan seks. Ini adalah ibu laki-laki pertama yang pernah hamil dan melahirkan.

BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup
manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran
yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones,
1994).
B. Saran
1.
Dalam memberikan asuhan harus jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
pasien,
2. Wajib memakai perlindungan diri saat akan menolong persalinan, dan
3.
Kita harus meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada klien dan dapat melakukan rujukan apabila hal tersebut bukan wewenang bidan.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN STUDI KASUS SEMU INC


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan bertambah banyaknya tenaga yang dapat memberi pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan kebidanan, maka bertambah pulalah usaha-usaha dalam bidang itu. Walaupun
demikian, hanya sebagian masyaraakat, menikmati pelayanan kebidanan, untuk masyarakat desa
sebagian besar masih berada di tangan tenaga-tenaga tradisional. Secara singkat dapat disebutkan
bahwa usaha-usaha yang dilakukan menjadi perhatian kita. Maka perlu sekali diusahakan
mendidik tenaga yang terlatih untuk mengawasi Ibu dan anaknya. Dengan demikian, pelayanan
kebidanan yang eduquate dapat dinikmati tidak hanya untuk sebagian kecil masyarakat, tetapi
berlaku pula untuk bagian-bagian lain dari pelayanan kesehatan.
Begitu juga dengan bidan yang dikategorikan tenaga pelayanan kesehatan yang profesional
harus menerapkan manajemen berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Mengenai suatu
manajemen hendaknya disadari bahwa ilmu ini adalah alat dan bukan tujuan organisasi untuk itu
dengan manajemen diupayakan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
Untuk itu dalam penerapan proses manajemen kebidanan, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus semu pada INC (intra natal care) dan menulis kembali dalam bentuk
makalah dengan judul Metodologi Asuhan kebidanan INC (Intranal Care).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa saja pendekatan dalam praktek kebidanan?
1.2.2
Apa pengertian manajemen kebidanan?
1.2.3
Apa saja prinsip proses manajemen kebidanan menurut ACMN?
1.2.4
Apa saja proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney?
1.2.5
Bagaimana penerapan manajemen kebidanan pada study kasus semu INC (Iintranata Care)?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Setelah mempelajari metodologi asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu memahami
asuhan kebidanan pada study kasus semu INC (intranata Care)
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi pendekatan dalam praktek kebidanan
2.
Memahami pengertian manajemen kebidanan
3.
Mengerti prindip proses manajemen kebidanan menurut ACMN
4.
Mengetahui proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney
5.
Menerapkan manajemen kebidanan dalam study kasus semu INC (Intranata Care)
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi akademik sebagai motivasi peningkatan mutu pendidikan guna menciptakan tenaga
kesehatan yang profesional. Bagi pembaca dengan harapan dapat berguna dalam menambah
wawasan pendidikan kebidanan serta perbedaanya. Bagi penulis sebagai motivasi untuk lebih
aktif dan kreatif guna mendalami ilmu kebidanan serta penerapannya secara profesional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENDEKATAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Sistem Approach
Adalah mendemonstrasikan dan mengabsahkan kemampuan praktik seperti profesional
kerja,komunikasi,pendidikan kesehatan ,supervisi, dan pendidikan pada nakes lain.
2. Problem Surving Approach
Adalah mengintegrasikan komponen pemecahan masih seperi pengkajian dan sebagainya.
3. Primary Health Care Approach
Adalah melaksanakan investigasi masalah dan kebutuhan masyarakat
4. Team Approach
Bekerjasama dengan yang lain
5. Holistic Approach
Adalah memberikan asuhan kepada individu sesuai kebutuhan
6. Pendekatan Manajemen Kebidanan
Sesuai dengan manajemen kebidanan
2.2 Pengertian Manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada
kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang
disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2.3
Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut ACNM
Proses management kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College
of Nurse Midwife terdiri dari:
1.

Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan terhadap kesehatan
setiap klien termasuk mengumpulkan riwayat kesdehatan dan pemeriksaan fisik

Mengidentifikasikan masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar

Mengidentifikasikan kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan


masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien

Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dapat
bertanggungjawab terhadap kesehatannya

Membuat rencana asuhan yang kompherensif bersama klien

Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual

Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan management dan berkolaborasi


dan menunjukkan klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya

Merencananakan management terhadap komplikasi tertentu dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal

Melakukan evaluasi bersama klien terhdap pencapaian asuhan keseahatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

2.4 Manajemen Kebidanan Menurut Varney, 1997


2.4.1 Pengertian
Proses pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah
Penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
Untuk pengambilan suatu keputusan
Yang berfokus pada klien
2.4.2 Langkah-langkah
I.
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
V.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan mengulang kembali manajemen proses untuk
aspek-aspek yang tidak efektif.
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subyektif dan obyektif. Data
subyektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subyektif antara lain biodata. Riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biospsikologi, spiritual, pengetahuan klien.
Data obyektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien.
Hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data obyektif
terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) pemeriksaan penunjang
(laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.

2.5

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi
klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di
identifikasi atau diantisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya
Penerapan menejemen kebidanan pada study kasus semu INC (Intranata Care)
2.5.1 Definisi
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Wikmosastro, 1991:180)
- Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin dan
plasenta dari uterus ibu
- Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin & uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:157)
- Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Obstetri Fisiologi, UNPAD Bandung 1983:221)
- Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Sarwono, 2005:180)
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup
kedunia luar, dari rahim jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar Rustam, 1998:91)
2.5.2 Mekanisme Persalinan
1. Enggagement
- Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
- Multi para terjadi pada permulaan persalinan
2. Discent (turunya kepala)
Turunnya kepala atau presentasi pada inlet disebabkan oleh :
- Tekanan cairan ketuban

- Tekanan langsung oleh fhundus uteri


- Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala : kepala mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul dan dasar panggul
4. Internal Rotasi (Putaran paksi dalam)
Bagian terendah memutar kedepan, ke bawah simpisis
5. Ekstensi
Defleksi kepala : mengarah ke depan dan ke atas
6. Eksternal Rotasi (Putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah punggung bayi
7. Expulsi
Bahu depan dibawah simpisis, lahir bahu belakang, bahu depan, dan badan
2.5.3 Faktor-faktor yang penting dalam persalinan
- Pasenger : Besarnya anak, presentasi dan posisi
- Pasagway : Bentuk dan ukuran panggul
- Power : Kontraksi uterus (kekuatan, lama, dan frekuensi), tenaga ibu untuk mengedan
- Plasenta : Tempat insersi plasenta
- Psikologi : Perubahan psikologis yang terjadi
2.5.4 Kalla Persalinan
1. Kalla I
- Waktu pembukaan servik sampai lengkap ( 10 cm)
- Pada primipara biasanya berlangsung 6-18 jam, dimana setiap jam pembukaan bertambah
1cm, pada multipara 2-10cm pembukaan 1cm dalam 30 menit
- Beberapa yang harus dimonitor pada kalla I adalah :
Keadaan ibu
Pembukaan servik yaitu pembesaran ostinum eksterna sampai 1-10cm. Pada pembukaan lengkap
tidak teraba lagi bibir postio, segmen bawah rahim, servik dan vagina menjadi satu saluran
a. Fase pada kalla I
Fase Laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, pembukaan dari 0-3 cm, biasanya dalam waktu 7-8jam
Fase Aktif
Biasanya berlangsung 6 jam, dibagi atas beberapa periode:
- Periode Akselerasi : Pembukaan servik 3-4 cm (biasanya selama 2 jam
- Periode dilatasi maksimal : Pembukaan 4-9 cm (biasanya selama 2 jam)
- Periode deselerasi : Pembukaan 9-10 cm (biasanya 2 jam)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan kalla I
- Otot-otot servik menarik rahim
- Segmen bawah servik diregang oleh isi abdomen
- Ketuban sewaktu kontraksi, menonjol ke kanalis servikalis dan bila ketuban sudah pecah dan
dorongan kepala janin
c. Kontraksi Uterus
Pada awalnya tidak begitu kuat, biasanya dorong setiap 10-15 menit, yang lama-kelamaan
menjadi kuat dan jaraknya yang lebih pendek
d. Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di fundus

Leopold II : Menentukan dimana letak punggung anak dan dimana letak bagian terkecil
Leopold III : Menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah sudah masuk pada
PAP
Leopold IV : Menentukan apa yang normal bagian bawah dan sudah berapa masuknya bagian
bawah ke dalam PAP
e. Turunnya Kepala Janin
- Hodge I : Kepala turun setinggi PAP
- Hodge II : Kepala turun setinggi pinggir bawah simpisis
- Hodge III : Kepala turun setinggi spina ischiadika
- Hodge IV : Kepala turun setinggi os cogsegis
f. Station
- Fiqating : Bagian presentasi diatas inlet -4,-5
- Fixed : -3, -2, -1
- Engaged ukuran terbesar bagian terendah setinggi spina ischiadika : 0
- Mid platul : Antara inlet bagian terendah panggul : +1, +2, +3
- Pada perineum : +4, +4
g. Posisi dan Presentasi
Posisi : hubungan presentasi dengan kanan atau kiri ibu
- Cephalik presentasi : Occiput
- Breceh presentasi : Sacrum
- Face presentasi : Dagn
- Transperse presentasi : Scapula
- Bach Cephalik presentasi : Ubun-ubun kecil
h. Teknik Meneran
- Menurut codayra-barela
1. Meneran secara pendek tidak lebih dari 6-7 detik
2. Meneran waktu ada dorongan setiap his meneran 3-5 kali
3. Meneran dengan membuka glottis dan sedikit menghembus
- Cara Klasik
Ibu disarankan meneran setiap ada his
- Cara Semi Fowler
1. Jika ada kontraksi kepala dan bahu diangkat 450C
2. Uterus mulai berkontraksi, paha ditarik kearah abdomen, tangan merangkul paha dan bawah
lutut
3. Meneran pendek 5 detik dengan membuka glottis, menarik nafas sebelum mengedan dihindari
4. Menarik pada lutut dengan menempel pada dada menguatkan dorongan diafragma dan otot
perut
5. Diluar his, tungkai diluruskan untuk mengurangi tekanan pada pangkal dan relaksasi dasar
panggul
2. Kalla II
a. Kalla pengeluaran hasil konsepsi
b. Penatalaksaaan kalla II
1) Observasi tanda-tanda kalla II seperti: His makin kuat, lama dan sering, perdarahan meninkat,
timbul deflek meneran seperti: ingin BAB, anus meregang, kepala tampak divulva, perineum
meregang dan vulva membuka
2) Monitor DJJ : normal 120-140x/menit

3) Bantu persalinan, lakukan episiotomi jika ada indikasi


4) Merapihkan bayi dan menilai APGAR scors
5) Perhatikan teknik septic dan antiseptic
6) Tingkatkan rasa nyaman, bila nyeri lakukan :
- Kompres dingin/hangat
- Teknik bernafas
- Stimulasi dengan memijat perut ibu
3. Kalla III
Fase keluarnya plasenta pada primipara : jam dan pada multipara jam
Penatalaksanaan kalla III
1. Observasi tanda-tanda lepasnya plasenta
- Timbulnya kontraksi uterus
- Fundus membundar
- Tali pusat menjulur
- Terlihat masa di introitus
- Perdarahan sekonyong-konyong
2. Menentukan lepasnya plasenta
3. Menilai cara lahirnya plasenta
- Cara Duncan : Plasenta lepas dari pinggir, perdarahan sedikit
- Cara Sechulze : Plasenta lepas dari tangan, perdarahan sekonyong-konyong
4. Menentukan kelengkapan plasenta
- Jumlah kortiledon 16-22
- Tebalnya 2-3 cm
- Beratnya 550-600 cm
- Panjang tali pusat 55 60 cm
- Diameter 14 16
- Insersi tali pusat
- Arteri 2 dan Vena 1
- Periksa pinggir plasenta ada robekan atau tidak
5. Observasi jalan lahir
6. Monitoring kontraksi uterus
7. Observasi keadaan umum ibu
8. Penuhi kebutuhan dasar ibu, minum, makan dan rasa nyaman
4. Kalla IV
Fase keluarnya plasenta dimana uterus tidak kontraksi lagi
Penatalaksanaan
- Observasi jalan lahir, anus terjadi atau tidak
- Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum, kontraksi uterus dan respon klien
- Penurunan rasa nyaman: Bersihan ibu, ganti baju, panjang pembalut, atur posisi yang nyaman
- Beri ibu makan dan minum
- Lakukan bonding attacchman
2.5.5 Data Fokus
Identitas
- Biodata klien atau ibu
- Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan antenatal care
- Riwayat persalinan atau kelahiran terdahulu (vakum, forceps, induksi oksitosin), BBLR, BBL

besar
- Riwayat post partum : Perdarahan, hipertensi akibat kehamilan
- Riwayat penyakit yang diderita : sulit bernafas, hipertensi, kelainan jantung
- Riwayat kesehatan keluarga : Gameli, molahidatidosa
- Riwayat kehamilan sekarang : ANC, keluhan
HPHT untuk menentukan taksiran partus :
Siklus 28 hari : tanggal (+7), bulan (-3), tahun (+1)
Siklus 35 hari : tanggal (+ 7 ), bulan (-3), tahun (+1)
Sejak kapan ibu merasa mulas
Apakah sudah teratur
Kapan terakhir makan
Kapan terakhir BAB atau BAK
Pemeriksaan fisik
- Abdomen
a. Tinggi fundus uteri dengan pemeriksaan Leopold I, jika > 40 cm kemungkinan kehamilan
kembar, poli hidramnion atau makrosamia
b. Posisi, letak, presentasi dan turunnya kepala janin dengan leopold II, III, IV
c. Pemeriksaan untuk menilai turunnya kepala janin : Station
- 5/5 : seluruh kepala janin dapat diraba dengan 5 jari
- 4/4, 3/5, 2/5, 1/5, 0
d. Kontraksi uterus
- Fase laten 1 kalla setiap 10 menit
- Fase aktif < 20 detik (lemah), 20-40 detik (sedang), > 40 detik (kuat)
e. DJJ normal: 120-140x/menit
2.5.6 Diagnosa
1. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan krisis situasi, transmisi interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi
Kriteria
- Ekspresi tenang, secara verbal mengatakan cemas berkurang
Intervensi
- Berikan dukungan professional sesuai kebutuhan klien
- Orientasikan klien pada lingkungan, stak dan prosedur, berikan informasi tentang perubahan
psikologis dan fisiologis
- Kaji dan pantau kontraksi uterus
- Anjurkan klien mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
- Dokumentasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan kenyamanan
- Tingkatkan privacy dan penghargaan
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang, peningkatan pengeluaran
Kriteria
- Tanda dehidrasi tidak ada
- Tanda-tanda vital stabil
- DJJ stabil
Intervensi
- Pantau intake dan output, perhatikan BJ urine
- Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setiap 2-3 jam

- Pantau produksi mucus, jumlah air mata dan turgor kulit


- Berikan cairan pengganti
- Berikan perawatan mulut
- Pertimbangkan cairan parenteral
- Pantau hemotoksit
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi
informasi
Kriteria
- Klien berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
- Klien mengungkapkan pemahaman
Intervensi
- Informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan
- Diskusikan pilihan perawatan selama proses
- Dokumentasikan teknik pernafasan atau relaksasi dengan tepat (caldiyro garcio, semi fowler,
klasik)
- Tinjau ulang aktivitas yang tepat dan tindakan pencegahan injury

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
1.
Sebagai tenaga kesehatan :
Dalam memberikan asuhan harus jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
Wajib memakai perlindungan diri saat akan menolong persalinan
Kita harus meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada klien dan dapat melakukan rujukan apabila hal tersebut bukan wewenang bidan
2.
Bagi masyarakat

etikolegal askeb pada ibu bersalin dan nifas

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesi dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat
kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas, sertaa bayi pada masa perinatal, yang ditandai dengan masih tingginya angka
kematian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB )
Salah satu upaya yang mepunyai dampak relative cepat terhadap penurunan AKI dan AKB
adalah dengan penyediaan pelayanan kebidanan berkualitas yang dekat dengan masyarakat dan
didukung dengan peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan rujukan. Sebanyak 30% bidan
memberikan pelayanan praktek perorangan ( IBI 2002 ) dengan berbagai jenis pelayanan yang
diberikan yaitu pelayanan kontrasepsi suntik 58%, kontrasepsi pil, IUD dan implant 25%, dan
pelayanan pada ibu hamil dan bersalin masing-masing 93% dan 66%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bidan mempunyai peran besar dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak dimasyarakat, meningkatkan peran besar dalam pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi tersebut maka berbagai program telah
dilaksanankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bidan prakttik swasta agar sesuai dengan
standart pelayanan yang berlaku
B. Tujuan
a.
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam asuhan kebidanan pada ibu
bersalin.
b. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam asuhan kebidanan pada ibu
nifas.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam
kehidupan.Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social bagi ibu dan keluarga. Dalam
hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman dan baik bagi ibu
maupun bagi bayi yang dilahirkan.
TUJUAN
Tujuannya adalah untuk memberikan asuhan yang memadai suatu persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek saying ibu
dan saying bayi.
KALA ERSALINAN
persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1. kala I, yaitu dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif ( jam)
serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
tindakan yang dilakukan:
a.
menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluara atau teman dekat
sebagai pendamping.
b. Mengatur aktifitas dan posisi ibu.
c.
Membimbing ibu untuk rileks saat ada his.
d. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan .
e.
Menjaga kebersihan diri
f.
Mengatasi rasa panas.
g. Masase
h. Pemberian cukup minum
i.
Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
j.
Sentuhan
2. Kala II, yaitu dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Seorang bidan harus mendukug ibu atas
usahanya untuk melahirkan bayinya.
Berikut adalah tindakan atau penanganan yang dilakukan selama persalinan ( kala II :
a.
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu, menghadirkan seseorang untuk
menyemangati, memberi minum, mengipasi atau memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan diri
Bersihkan cairan yang ada untuk menghindari infeksi pada ibu.
c.
Mengipasi dan masase
Dengan tujuan untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
d. Memberi dukungan mental
Dukungan mental dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan ibu yang dapat
dilakukan dengan cara:
Menjaga privasi ibu
Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan
e.
Mengatur posisi ibu
f.
Menjaga kandung kemuh tetap kosong
g. Memberikan cukup minum

h. Memimpin mengedan
i.
Bernafas selama persalinan
j.
Pemantauan denyut jantung janin
k. Membantu melahirkan bayi
Menolong kelahiran kepala
Periksa tali pusat
Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya

l.
Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
m. Merangsang bayi
3. Kala III, yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
Tindakan yang dilakukan adalah
a.
Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.
b. Memberikan oksitosin.
c.
Melakukan penanganan tali pusat terkendali atau PTT (CTT/ Centroled Cord Traction)
d. Masase fundus
4. Kala IV, yaitu dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Masa post
partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu terutama kematian yang
diakibatkan karena pendarahan.
Tindakan pemeriksaan:
a.
Fundus : rasakan apakah fundus berkomtraksi kuat dan berada diatas atau dibawah umbilicus.
Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
Setiap 30 menit pada jam ke 2 setelah persalinan.
Massase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi.
b. Plasenta: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa
dalam uterus.
c.
Selaput ketuban: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian dalam
uterus.
d. Perineum: periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan.
e.
Memperkirakan pengeluaran darah.
f.
Lochia: periksa apakah ada darah keluar langsung.
g. Kandung kemih: pastikan kandung kemih tidak terisi penuh. Kandung kemih yang terisi penuh
akan membuat uterus naik keatas dan menyebabkan tidak terkontraksi kuat.
h. Kondisi ibu: apabila kondisi ibu tidak stabil, pantau terus kondisinya dan penuhi apa yang ibu
inginkan.
i.
Kondisi bayi baru lahir: pastikan kondisi bayi sehat.
ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan kebidanan yang dilakukan adalah:
1. Ikatan tali pusat.
2. Pemeriksaan fundus dan massase.
3. Nutrisi dan hidrasi.
4. Bersihkan ibu.
5. Istirahat.
6. Peningkatan hubungan ibu dan bayi
biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dengan bayi.

7.
8.
9.

1.
2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera saat dilahirkan.Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan
ASI.Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
Menolong ibu ke kamar mandi
Pastikan ibu telah buang air kecil dalam 3 jam selama postpartum.
Mengajari ibu dan anggota keluarga
Beri tahu pada ibu dan keluarga bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi dan
tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin:
Semua persalinan harus dihindari atau dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.
Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh tugas terlatih.
ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
Etika dalam pelayanan kebidanan termasuk intranatal care merupakan penerapan dan proses dan
teori pilsafat moral pada situasi nyata. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya
berkaitan dengan palsafah moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk
dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/ perkembangan/ moral/ nilai.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tmpat, dimana sering terjadi
karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.Seorang bidan tidak
semata-mata memberikan pelayanan atau menjalankan fungsi dan perannya tanpa diikat oleh
kode etik yang menaunginya.Untuk itu, etika dalam pelayanan kebidanan termasuk intranatal
care perlu diaplikasikan.
Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal
Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui prinsip-prinsip etika, antara
lain:
Menghargai otonomi.
Melakukan tindakan yang benar ( Beneficience).
Mencegah tindakan yang dapat merugikan (nonmaleficience).
Memberlakukan manusia dengan adil (justice).
Menjelaskan dengan benar.
Menepati janji yang telah disepakati.
Menjaga kerahasiaan (nonmaleficience dan beneficience).
Prisip-prinsip tersebut merupakan prinsip utama untuk tindakan professional dan untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa yunani yaitu autos (self atau diri sendiri) dan nomos yang artinya
aturan (rule).Dengan demikian otonomi mengandung arti mengatur diri sendiri yaitu bebas dari
control pihak lain dan dari perbatasan pribadi.
Bidan harus menghormati otonomi pasien oleh karna itu kita mengenal yang namanya informed
consent.Persetujuan penting dari sudut pandangan bidan, karna itu berkaitan degan aspek hukum
yang menberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan.Sedangkan pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan etik.Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.Peran
bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin
bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi.

Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa
bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita
untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa penting untuk memegang teguh segi etika, terutama hak pasien untuk
mendapatkan manfaat dan informasi sejujurnya.Pasien juga menolak tawaran tindakan.
Ada beberapa jenis pelayanan intranatal yang dapat dipilih oleh pasien yang juga merupakan
aplikasi daripada etika (menghargai otonomi pasien), antara lain:
1. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB,RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS.
2. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
3. Pendamping waktu bersalin
4. Clisma dan cukur daerah pubis.
5. Metode monitor denyut jantung janin.
6. Percepatan persalinan.
7. Diet selama proses perslinan.
8. Mobilisasi selama peroses persalinan.
9. Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
10. Pemecahan ketuban secara rutin.
11. Posisi ketika bersalin.
12. Episiotomi.
13. Penolong persalinan.
14. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.
Beneficience dan Nonmaleficience
Beneficience berarti berbuat baik, ini adalah prinsip yang mengharuskan bidan untuk bertindak
dengan menguntungkan pasien.Nonmaleficience berarti tidak merugikan pasien. Jika bidan tidak
bias berbuat baik kepada pasien atau melakukan tidakan yang menguntungkan pasien, paling
tidak bidan tidak merugikan pasien.
Beneficience dan nonmaleficience merupakan keharusan untuk meningkatkan kesehatan klien
dan tidak merugikannya.Hal ini sering bertentangan dengan otonomi.Sebagai contoh adalaah
seorang klien melahirkan bayinya namun mengalami robekan jalan lahir.Oleh karna itu perlu
dilakukan inspeksi khusus pada vulva, vagina, dan serviks dengan menggunakan spekulum.Dan
untuk tindakan selanjutnya semua sumber pendarahan harus di klem, diikat dan luka ditutup
dengan penjahitan sampai pendarahan berhenti.Penjahitan memerlukan rekan, anastesi local, dan
penerangan yang cukup.Namun klien tidak ingin jika rekan bidan tersebut membantu.
Pertimbangan bidan yaitu pendarahan akan lebih parah jika tetap dibiarkan. Teman sejawat
ataupun asisten perawat dibutuhkan karena akan sulit jika melakukan sendiri.
Dalam hal ini bidan harus pandai membaca keadaan spiritual psikologis klien, menenangkan
klien, meminta bantuan keluarga ( misalnya suami ) untuk meyakinkan klien, dan memberikan
penjelasan pada klien dan keluarga akan tindakan yang akan dilakukan serta akibat buruk yang
terjadi jika klien tetap mempertahankan egonya. Bidan harus menolak otonomi pasien demi
mewujudkan beneficience dan nonmaleficience.
Justice
Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting bagi bidan untuk
menjunjung tinggi hak asasi manusia.Bidan memberikan pelayanan dengan kualitas yang baik
pada semua klien tanpa membedakannya.
Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin
1. Semua persalinan harus dihadiri atau dipantau oleh petugas kesehatan dan pelatih.

2.

Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obsetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam.
3.
Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

BAB III
B. MEMECAHKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN ETIKOLEGAL DALAM
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.

PENGERTIAN
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (pusdiknaskes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu (Abdul bahri, 2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada saluran reproduksi kembali kekeadaan tidak hamil yang normal
(F.Gary Cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang di pergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Ibrahim
C,1998).
Masa nifas perlu dilakukan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca
persalinan, sehingga bidan dalam melaukan pelayanan pada masa nifas harus sesuai kebidanan
yang berlaku.
TUJUAN
Untuk memberika asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan
dengan memperhatikan riwayat selama melahirkan, persalinan dan keadaan segera setelah
melahirkan.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya , baik pisik maupun sikologis.
Melaksanakan skrinning secara komprehensip, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesetan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan mafaat
menyusui, pemberiaan imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Mendapatkan kesehatan emosi.
PERAN BIDAN
Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang konsisten,
ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam prroses penyembuhannya dari stress
fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam
proses penyesuaian ini, dituntut konstribusi bidan dalam melaksanakan kopetensi, keterampilan,
dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat
merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut.
Pada periode ini bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan fisik
dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat Dan dinilai
secara langsung, apabila terjadi ketidak normalan bidan langsung bias mendeteksi dan
memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan psikologi ibu
membutuhkan ketelitian dan kesabaran dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal
dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.
KEBIJAKAN PRORAM NASIONAL MASA NIFAS
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4.

Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya.
UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR KODE ETIK BIDAN DALAM ASUHAN
NIFAS
Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan antara lain pada masa nifas.
Pada ayat 2d menjelaskan bahwa bidan memberikan pelayanan ibu nifas normal.Ayat 3e
menjelaskan bahwa bidan berwenang memberikan vitamin A dosis tinggi pada masa
nifas.Dengan adanya undang-undang diatas diharapkan bidan dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai etika kebidanan dan dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
KOPETENSI BIDAN
Kopetensi bian berdasarkan etik kebidanan yaitu bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Dalam memberikan
asuhan bidan memiliki pengetahuan dasar antara lain:
1. Fisiologis nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan.
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu
masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas, dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti
pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi persalinan atau abortus.
7. Bonding & Attachement orang tua bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
8. Indicator subinvolusi misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi.
9. Indicator masalah laktasi.
10. Tanda gejala mengancam kehidupan misalnya pendarahan pervaginam menetap, sisa plasenta,
renjatan (syok), dan pre-eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis, hematoma
vulva, retensi urin.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah tindakan asuhan masa nifas pada ibu adalah:
1. Kebersihan diri :
a.
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
c.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut minimal dua kali sehari.
d. Jika ibu mempunyai lika episiotomi, sarankan ibu untuk menghindari menyentu luka.
2. Istirahat
a.
Anjukan ibu untuk istirahat cukup.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa dan tidur siang atau
beristirahat selagi bayi sedang tidur.
3. Latihan
4. Gizi
5. Perawatan payudara

6.
7.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Hubungan perkawinan atau rumah tangga


Keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu dan pasangan beberapa metode bayi seperti bagaiman kinerja dari metode
KB, kelebihan dan kekurangannya, efek samping, pengunaan dan waktu efektif untuk
penggunaan metode tersebut
STANDART PELAYANAN NIFAS:
1.Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah
hipoksia skunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
keebutuhan.
2. bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia
Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan. Bidan melakukan pemantauan pada ibu
dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan.
3. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga,
minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu
dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemua dini, penangan, atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian asi, imunisasi, dan KB.
Normalnya, ibu nifas akan mengalami beberapa tanda dan gejala berikut :
Lelah dan sulit tidur
Adanya tanda infeksi puerperalis (demam)
Nyeri atau panas saat bekemih, nyeri abdomen.
Sembelit, hemoroid.
Sakit kepala terus menerus, nyeri uluh hati dan edema
Lokia berbauk busuk yang sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1 jam) dan di barengi
nyeri abdomen
Putting susu pecah dan mammae bengkak
Sulit menyusui
Rabun senja
Edema, sakit, dan panas pada tungkai.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan.Oleh karena itu, sangat
penting bagi ibu dan keluarganya mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan
kesehatan. Beberapa gejala bahaya pada ibu nifas:
Perdarahan pervaginam yang luar biasa banyak atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih banyak
dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah
jam).
Pengeluaran pervaginam yang bauknya menusuk.
Rasa sakit bagian bawah abdomen atau ounggung.
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri uluh hati atau masalah penglihatan.
Pembengkakan di wajah atau tangan.
Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan.
Payudarah yang berubah merah, panas, dan rasa sakit.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

i.
j.
k.

Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan atau pembengkakan kaki.


Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayi nya atau diri sendiri
Merasa sangat letih atau nafas terengah- engah.
KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontra indikasi. Ambulasi ini akan
meningkatkan sirkulasi resiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltic dan kandung
kemih, sehingga mencegah ditestensi abdominal dan konstipasi pada ambulasi pertama sebaik
nya ibu dibantu karena pada saat ini ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah
melahirkan.
3. Eliminasi
Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi dan mengauskultasi
abdomen, terutama pada post sexio sesaria. Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan
minimal sebanyak 200 cc, anjurkan ibu untuk minum banyak cairan dan ambulasi.
4. Higyene
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi.
Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan anti
septik) keatas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan
langsung.Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
5. Istirahat
Ibu nifas dianjurkan untuk istirahat dan tidur yang cukup.Istirahat ini sangat penting untuk ibu
yang menyusui.Tindakan rutin dirumah sakit hendaknya tidak mengganggu istirahat dan tidur
ibu. Setelah selama 9 bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang begitu
berat banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu
membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya.
6. Seksualitas masa nifas
Seksual ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perenium dan penurunan hormone steroid setelah
persalinan.
7. KB pada ibu menyusui
Salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan member yang sehat perkawinan,
pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan.KB merupakan salah satu usaha untuk
membantu keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik, sehingga
dapat membentuk keluarga yang berkualitas

MAKALAH APLIKASI PELAKSANAAN ETIKA KEBIDANAN PADA MASA NIFAS


BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan masa pemulihan kembali pasca persalinan ke keaadaan normal
(prahamil/ sebelum hamil). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Perawatan masa nifas sangat di butuhkan untuk ibu, untuk memantau terjadinya
komplikasi atau masalah. Dalam memberikan asuhan bidan harus sesuai dengan kode etik
profesi atau etika kebidanan.
B. TUJUAN
Untuk mempelajari apa saja tugas bidan pada masa nifas
Untuk mempelajari apa saja kode etik bidan dalam masa nifas
C. Manfaat
Mengetahui apa saja tugas bidan pada masa nifas
Mengetahui apa saja kode etik bidan dalam masa nifas

BAB II
PEMBAHASAN
1.

PENGERTIAN NIFAS

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu.( Ibrahim
C, 1998).
Jadi masa nifas perlu dilakukan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca
persalinan, sehingga bidan dalam melakukan pelayanan pada masa nifas harus sesuai dengan
kode etik kebidanan yang berlaku.
2.

TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1.

Untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segara setelah melahirkan
dengan memerhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segara setelah
melahirkan.

2.

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

3.

Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi.

4.

Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

5.

Memberikan pelayanan keluarga berencana.

6.

Mendapatkan kesehatan emosi.


Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang
konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhannya dari
stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya.
Dalam proses penyesuaian ini, dituntut konstribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi,
keterampilan, dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan
harus dapat merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu
tersebut.
Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan kebidanan terhadap
perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat
dilihat dan dinilai secara langsung, apabila terjadi ketidakormalan bidan langsung bisa
mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan
psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang dari bidan. Untuk mencapai hasil
yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.

3.
A.

KODE ETIK PADA MASA NIFAS


Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap
kesehatan ibu nifas dan bayinya.

kemungkinan-kemungkinan

adanya

gangguan

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.
B.

Undang-undang yang mengatur kode etik bidan dalam asuhan nifas


Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu antara lain pada masa nifas. Pada
ayat 2 d menjelaskan bahwa bidan memberikan pelayanan ibu nifas normal. Ayat 3 e
menjelaskan bahwa bidan berwenang memberikan vitamin A dosis tinggi pada masa nifas.
Dengan adanya undang-undang diatas di harapkan bidan dapat melaksanakan tugasnya sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan sesuai etika kebidanan dan dapat memberikan pelayanan
sesuai kebutuhan ibu.
4.KOMPETESI BIDAN
Kompetesi bidan berdasarkan etik kebidanan yaitu bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Dalam memberikan
asuhan bidan memilki pengetahuan dasar antara lain:
1. Fisiologis nifas
2. Proses involasi dan penyembuhan sesudah persalinan
3.
Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
4.
Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas, dan kebutuhan fisiologis lainya seperti
pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
6. Adaptasi persalinan atau abortus
7. bonding & attachement orang tua bayi baru lahir untuk mencipatakan hubungan positif.
8. Indikator subinvolusi misalnya pendarahan yang terus meneus, infeksi.
9. Indikator maslah laktasi
10. Tanda gejala mengancam kehidupan misalnya pendarahan pervaginam menerap, sisa plasenta,
renjatan(syok), dan pre-eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentudalam periode post partum, seperti anemia kronis, hematoma
vulva, retensi urin.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.

BAB III

PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dalam masa nifas dibutuhkan pelayanan kebidanan untuk mencegah terjadinya komplikasi
pasca persalinan. Dalam pemberian asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk memberikan
pelayanan sesuai pelayanan dan kode etik kebidanan yang berlaku. Sehingga bidan mampu
memberikan pelayanan yang professional dan ibu merasa nyaman dengan pelayanan yang
diberikan oleh bidan.
B. Saran
Bidan harus memberikan pelayanan sesuai kode etik kebidanan terutama pada masa nifas dan
selalu memperbaharui informasi.

Contoh Kasus 7 Langkah Varney

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Hari/Tanggal : Kamis, 23 November 2011
Pukul
: 08.00 WIB
I.

PENGKAJIAN DATA
A. IDENTITAS
Nama ibu
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekarjaan
Alamat
Nama suami
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekarjaan
Alamat

: Ny. Yayah Rohayah


: 27 thn
: Indonesia
: Islam
: SMA
: Karyawati
: Jl. Raya PLP No. 23 RT 01/02
: Tn. Udin
: 30 thn
: Indonesia
: Islam
: SMA
: PNS
: Jl. Raya PLP No. 23 RT 01

B. ANAMNESA
Pada tanggal
: 23 Novembeer 2011
Pukul
: 08.00 WIB
1. Kunjungan ke
: VI
2. - Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilannya
- Keluhan utama
: kaki kadang terasa keram
3. Riwayat Psikososial
a. Kehamilan ini
: ( V ) Direncanakan
( ) Tidak di rencanakan
( V ) Diterima
( ) Tidak di terima
b. Perasaan ttg kehamilan ini
: Senang
c. Emosi saat pengkajian
: Stabil
d. Jenis kelamin
: Laki-laki atau perempuan sama
saja
e. Status perkawinan
: Perkawinan ke I, Usia menikah
22 thn dgn suami 24 thn, Lama
perkawinan 2 thn Status
perkawinan syah.
f. Perilaku kesehatan
: Baik, ibu tidak merokok, tidak

minum alcohol dan tidak


mengkonsumsi obat obatan
g. Pengambilan keputusan dlm keluarga : ( V ) Suami
( ) Keluarga
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Menarche
: 15 thn
Teratur/tidak: Teratur
Siklus
: 25 hari
Lamanya
: 5-6 hari
Banyaknya
: 60 cc
Sifat darah
: Khas
b. Riwayat kehamilan
HPHT
TP
Keluhan
:

: 16 - 11 2010
: 23 8 2011

Trimester I
: ANC 1 kali, di Puskesmas,
Keluhan sering BAK dan mual
Trimester II
: ANC 2 kali, di puskesmas,
Keluhan tidak ada
Trimester III
: ANC 2 kali, di Puskesmas, Kaki
kadang bengkak dan sering pusingPergerakan anak pertama kali dirasakan hamil 16 minggu
Pergerakan dalam 24 jam ( ) <10 kali
( V ) 10 s.d 20 kali
( ) > 20 kali
Bila lebih dari 20 kali dalam 24 jam, dg frekuensi
( ) < 15 detik
( ) > 15 detik
Bila ada keluhan yang dirasakan : Tidak ada
5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Sekarang
6. Riwayat KB : Jenis kontrasepsi : Tidak menggunakan alat kontrasepsi
Kapan
:Lama penggunaan
:Keluhan
:Alasan dilepas
:7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit kronik yang pernah diderita atau keturunan : tidak ada
b. Keturunan kembar : ada
8. Riwayat kebiasaan
a. Pola nutrisi
Makan 3 x/hr, dg porsi lebih banyak, menu bervariasi
minum 7-8 gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB 1 x/hr, warna kuning kecoklatan, konsitensi lembek
BAK 4-5 x/hr, warna jernih kekuningan, nyeri saat BAK tidak ada
c. Pola tidur dan istirahat

Ibu mengatakan istiraha baring/tidur siang sekitar 1 jam/hari


Tidur malam 8 jam (pukul 21.00-05.00 WIB)
d. Personal hygiene
Mandi 2 x/hr, keramas 1 x 2 hari, gosok gigi 2 x/hr
Ganti pakaian dalam 2 x/hr atau bila terasa lembab
e. Pola latihan dan aktifitas sehari-hari
Ibu mengatakan sudah 2 kali mengikuti kelas ibu hamil dan
masih melakukan aktifitas seperti biasa
f. Pola seksual
1 kali seminggu
g. Imunisasi TT : ( ) Belum ( V ) sudah 2x Tgl: I 14/3/2011 II
14/4/2011
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
2. Lingkar Lengan atas
: 24 cm
3. Tinggi badan
: 154 cm
4. BB sebelum hamil
: 43 kg
5. BB sekarang
: 59 kg
6. Kepala dan rambut
Warna rambut
: Hitam
Distribusi
: Merata
Kekuatan
: Tidak rontok
Kebersihan
: Tidak berketombe
Keadaan kulit kepala
: Sehat
7. Muka
Oedema
: Tidak ada
Pucat
: Tidak pucat
Closma gravidarum : Ada
8. Mata
Conjungtiva
: Merah muda
Skelera
: Putih
Penglihatan
: Baik
9. Mulut
Gigi
: Bersih
Gusi
: Tidak mudah berdarah
Mukosa bibir
: Lembab
10. Telinga
Pengeluaran
: Tidak ada
Pendengaran
: Baik
11. Hidung
Pengeluaran
: Tidak ada

Penciuman
: Baik
12. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid
: Tidak ada
Pembesaran kelejar limfe
: Tidak ada
Pembesaran vena jugularis
: Tidak ada
13. Dada
Simetris
: Ya
Pergerakan dada
: Teratur
14. Mammae
Simetris
: Ya
Benjolan
: Tidak ada
Hiperpigmentasi areola: Ada
Bentuk payudara
: Bulat
Putting susu
: Menonjol
Pengeluaran
: Ada colostrums
15. Abdomen
Pembesaran
: Sesuai usia kehamilan
Warna
: Sesuai warna kulit ibu
Bekas luka
: Tidak ada
Linea
: Nigra
Sriae
: Livida
Palpasi
TFU
: 3 jari bawh prosesus xipoideus
Leopod I
: Mengukur pundus uteri
Leopold II
: Punggung kiri
Leopold III
: Presentasi kepala
Leopold IV
: Sudah masuk pintu atas panggul
TBBJ
: 2790 gram
DJJ
: + 143 x/menit
16. Genetalia
a. Vagina
Oedema
: Tidak ada
Varises
: Tidak ada
Pembesaran kelenjar
: Tidak ada
Pengeluaran cairan
: Tidak ada
Bekas episiotomy
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Nyeri
: Tidak ada
Chadwick
: Tidak ada
b. Anus
Hemoroid
: Tidak ada
17. Ekstremitas
a. Tangan
Kuku
: Bersih
Oedema
: Tidak ada
b. Kaki

(MD= 29)

Varises
: Tidak ada
Oedema
: Tidak ada
Reflek patella : kanan/kiri +/+
18. Punggung
Lordosis
: Ya
Kiposis
: Tidak
Skoliosis
: Tidak
Ketuk costovertebra : Tidak
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal : 14/7/2011
Darah : HB
: 11 grm%
Golongan darah : O
Rhesus
:+
Urine : Protein
:Reduksi
:DLL
:II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa
: G1P0A0, usia kehamilan 34 minggu
Janin tunggal, hidup, intra uteri
Data Subjek : - Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama dan Tidak pernah keguguran
- Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronik dan menular beserta keluarga
- Ibu mengatakan kadang-kadang kaki terasa keram
- HPHT : 16-11-2010
Data Objektif : - Keadaan umum ibu dan janin baik
- TTV :
TD
: 120/70 mmH
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 o C
- Palpasi
TFU
: 3 jari diatas prosesus xipuedeus (MD = 29cm)
Leopold 1
: menentukan letak bokong
Leopold II
: Punggung kiri
Leopold II
: Presentasi kepala
Leopold IV
: Sudah masuk pintu atas panggul
- TBBJ : 2790 gram
- DJJ
: + 143 x/menit
- TP
: 23-8-2011
Masalah
: Kaki kadang terasa keram
Kebutuhan
: Informasi tentang kehamilan saat ini
III.

DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak dilakukan
V. INTERVENSI
1. Lakukan komunikasi interpersonal
2. Baritahu hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu untuk memperhatikan kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Ingatkan ibu tentang pola istirahat
5. Ingatkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene
6. Jelaskan cara mengatasi ketidaknyamanan ibu
7. Beritahu tanda-tanda persalinan
8. Beritahu tanda bahaya dalam kehamilan
9. Beritahu tentang Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K)
10. Beri ibu resep
11. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
VI. IMPLEMENTASI
1.Melakukan komunikasi interpersonal dengan ibu, agar tercipta suasana yang nyaman serta untuk
membina hubungan baik dan saling percaya antara ibu dan bidan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwaa keadaan ibu dan janin baik.
TTV :
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,70 C
Palpasi
TFU
: 3 jari bawah prosesus xipoideus (MD = 29 cm)
Leopold I
: Menentukan letak bokong
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Sudah masuk pintu atas panggul
TBBJ
: 2790 gram
DJJ
: + 143 x/menit
TP
: 23-8-2011
3. Mengingatkan ibu untuk memperhatikan kebutuhan nutrisi dengan makan makanan yang sehat
dan bergizi secara teratur seperti nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan, serta minum
air putih 8-9 gelas sehari, bila perlu susu 1 gelas sehari, tidak ada pantangan makanan apapun
bagi ibu.
4. Mengingatkan ibu untuk memperhatikan pola istirahat dengan beristirahat ketika merasa lelah,
tidak bekerja terlalu berat, tidur siang 1-2 jam sehari dan tidur malam 7-8 jam sehari.
5. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene, yaitu mandi 2 kali sehari, keramas 1
kali 2 hari, gosok gigi 2-3 kali sehari, dan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau
setelah BAK dan BAB.

6. Menjelaskan ketidaknyamanan ibu yaitu kaki Ibu kadang keram yang diakibatkan peredaran darah
pada kaki kurang lancar, cara mengatasinya hindari lama berdiri, bila ibu duduk hindari menekuk
kaki dan tidur miring ke kiri untuk mencegah tertekannya vena cava inferior.
7. Memberitahukan ibu tanda-tanda persalinan, yaitu

Keluarnya lendir bercampur darah

Perut terasa mules sampai ke pinggang

Adanya dorongan untuk mengedan


8. Beritahu tanda bahaya dalam kehamilan, yaitu

Pecah ketuban sebelum waktunya

Terjadi perdarahan

Demam yang tinggi

Gerakan janin berkurang

Anemia

Nyeri kepala hebat


9. Beritahu tentang Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), yaitu

Merencanakan tempat bersalin

Tenaga penolong

Pengambil keputusan

Penyediaan alat transportasi

Pendonor

Menjaga rumah

Keperluan ibu dan bayi


10. memberikan ibu resep

Kalk 2x1 X

B12 3x1 X

Fe 1x1 XXX
11. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti penjelasan bidan
3. Ibu sudah menerima resep
4. Ibu bersedia datang kunjungan ulang

ASFIKSIA
BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka kematian bayi tersebut dapat
didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun (BPS). Angka Kematian Bayi (AKB) di negara-negara berkembang
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa setiap tahunnya, kirakira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL
(usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. (JNPK-KR 2008
hal.143). Pada tahun 2011, jumlah angka kematian bayi baru lahir (neonatal) di negara-negara
ASEAN di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup. Angka itu 5,2 kali lebih tinggi
dibandingkan malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi dibangdingkan Filipina dan 2,4 kali lebih
tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Karena itu masalah ini harus menjadi perhatian serius.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, mengestimasikan AKB di
Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut, yaitu salah satunya asfiksia
sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir (Depkes.RI, 2008).
Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 / 1. 000 KH.
Usaha pemerintah indonesia untuk menanggulangi dalam mengurangi angka kematian bayi
(AKB) adalah menciptakan pelayanan kesehatan dasar, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak,
pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan koompetensi kebidanan,
deteksi resiko, rujukan kasus resti dan penanganan komplikasi, penanganan neonatus resti /
komplikasi yang meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, dan
sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal yang mendapat pelayanan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah
sakit. Dimana tenaga kesehatan mampu untuk menjalankan manajemen asuhan kebidanan sesuai
dengan pelayanan dan masalah yang terjadi (upaya kesehatan Depkes RI).
Adapun penyebab kematian bayi, yaitu : bayi berat lahir rendah, asfiksia, trauma jalan lahir,
tetanus neonatorum , infeksi lain dan kelainan kongenital. Banyak faktor yang mempengaruhi
angka kematian tersebut diantaranya asfiksia 27 % yang merupakan penyebab ke dua kematian
bayi baru lahir setelah bayi berat lahir rendah (Depkes RI 2008).
Angka kematian bayi merupakan angka jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 dan
kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. Asfiksia
neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir(Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan
berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra
uterine(Gabriel Duc,1971). Penilaian statistik dan pengalaman kilinis patologi anatomis
menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Bernedes (1966) yang mendapatkan bahwa skor
Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada saat bayi lahir akan memperlihatkan
angka kematian yang tinggi. Adapun penyebab dari asfiksia neonatorum adalah faktor ibu, faktor
plasenta, faktor fetus dan faktor neonatus.

B.

1.
2.
a.

b.

c.
1.
2.

1.

Berdasarkan data profil kesehatan provinsi bengkulu tahun 2011 dari sebanyak 33.343
kelahiran hidup di provinsi Bengkulu terdapat 205 bayi lahir mati dan jumlah kematian bayi
sebesar 319. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup di provinsi bengkulu pada empat
tahun terakhir mengalami naik turun dimana pada tahun 2007, mencapai 10,45 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2008 menurun menjadi 7,3 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2009
meningkat menjadi 10,22 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2010 turun menjadi 5,2 per 1000
kelahiran hidup, tahun 2011 kembali meningkat 9,6 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan angka kematian bayi masih cukup tinggi pada
tahun 2009 sebesar 10,22 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi tersebut mengalami
penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 5,2 per seribu kelahiran hidup, akan tetapi terjadi
lagi peningkatan kematian bayi pada tahun 2011 sebesar 10.8 per seribu kelahiran hidup.
Data bayi baru lahir dengan asfiksia di ruang perinatologi RSUD Dr.M.Yunus bengkulu...
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah
sebagai berikut: Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi baru
lahir dengan asfiksia di ruang Perinatologi RSUD dr.M.Yunus Bengkulu, dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut SOAP?dan bisa melihat penerapan asuhan kebidan bayi baru
lahir dengan asfiksia antara teori dan praktek.
C. Manfaat Studi Kasus
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat menambah
wawasan khususnya mengenai penatalaksanaan kasus bayi baru lahir dengan asfiksia.
Manfaat praktis
Bagi penulis
Di harapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menggali wawasan serta mampu
menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia
agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi permasalahan dan pemecahan masalah
terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
Bagi profesi
Menambah keterampilan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan neonatal serta motivasi
tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan dan komplikasi
neonatal.
Bagi instansi
Bagi RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu
Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi permasalahan yang ada khususnya
permasalahan bayi baru lahir dengan asfiksia.
Bagi institusi pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya Politeknik Kesehatan
Provinsi Bengkulu Jurusan Kebidanan dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penatalaksanaan
Asuhan kebidanan pada by.A dengan ASFIKSIA sesuai dengan teori manajemen kebidanan
yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

2.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
b.

Tujuan Khusus
Penulis mampu :
Penulis mampu mengkaji data subjektif pasien bayi baru lahir dengan asfiksia.
Penulis mampu mengkaji data objektif pada pasien bayi baru lahir dengan asfiksia
Penulis mampu menegakkan diagnosa bayi baru lahir dengan asfiksia
Penulis mampu melakukan tindakan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia.
Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan
Penulis mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep dasar teori dengan
aplikasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia.
c.
Penulis mampu mencari alternatif pemecahan masalah jika terdapat kesenjangan pada asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus tentang bayi baru lahir dengan Asfiksia ini pernah dilakukan oleh :
Sinta Ayu (2012) dengan judul Asuhan Kebidanan Pada By. Dengan Asfiksia Di Ruang
Perinatologi RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu Tahun 2012.
Hasil studi kasus : informconsen, melakukan isap lendir, menjaga kehangatan, merangsang
rangsang taktil, bayi tidak bernafas dilanjutkan melakukan resusitasi memberi O2 2 liter,
melanjut observasi ttv selama 2 jam, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian theraphy :
Amoxsan 3 x 0,3 cc dan PASI 20 cc/jam melakukan konseling tentang asfiksia pada keluarga.
Perbedaan studi kasus diatas adalah subjek, waktu pelaksanaan studi kasus.
F. Sistematika Penulisan
Studi kasus ini terdiri dari 5 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, manfaat studi kasus, tujuan studi kasus,
keaslian studi kasus, sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang teori medis bayi baru lahir, Asfiksia, teori asuhan kebidanan yang
meliputi pengertian, manajemen kebidanan SOAP, data perkembangan.
BAB III
METODOLOGI
Dalam bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi
kasus, instrument studi kasus, teknik pengumpulan data, dan alat-alat yang dibutuhkan.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan metode
SOAP.
BAB V
PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis
dan merupakan inti dari pembahasan penanganan bayi baru lahir dengan Asfiksia.Saran
merupakan alternative pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang berupa kesenjangan,
pemecahan masalah hendaknya bersifat realitas operasional yang artinya saran itu dapat
dilakukan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di Negara miskin dan Negara berkembang, kematian wanita usia subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta nifas masih tinggi. WHO
memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat nifas.
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja
keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 34 per 1.000
kelahiran hidup Menurut Menkes Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/Kota yang difokuskan pada kegiatan
preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak Kematian Ibu disebabkan oleh
perdarahan, tekanan darah tinggi (preeklampsi/eklampsi saat hamil persalinan dan nifas serta
persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi
adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan trauma persalinan (asfiksia). Penyebab tidak
langsung sebagai akar masalah kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi
masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta
keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal
tersebut mengakibatkan kondisi 4 terlambat (terlambat mendeteksi atau
mendiagnosa, terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan
dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat di tempat rujukan) dan 4 terlalu (terlalu
tua, terlalu muda, terlalu banyak, dan terlalu rapat jarak kelahiran).
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, Kementrian
Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya,
penguatan manajemen program dan system rujukannya, meningkatkan peran serta masyarakat,
kerjasama dan kemitraan, kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011 dalam bentuk Desa Siaga
penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.
Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu tahun 2010 dari 49 Puskesmas yang
ada di Indramayu menunjukan bahwa angka kejadian ibu yang meninggal sebanyak 56 kasus
dimana penyebabnya yaitu karena perdarahan 13 kasus, pre-eklampsi dan eklampsi sebanyak 18
kasus, infeksi 5 kasus, dan sebab lain 20 kasus. Sedangkan kematian bayi di Indramayu sebanyak
563 kasus, dari sejumlah kasus kematian bayi tersebut terdapat kematian bayi umur kurang dari 7
hari sebanyak 218 kasus, kematian bayi umur 7 29 hari sebanyak 52 kasus, kematian bayi umur
lebih dari 29 hari 91 kasus dan umur lebih dari 12 bulan sebanyak 26 kasus. Adapun penyebab
kematian bayi tersebut yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 92 kasus, asfiksia 82 kasus,
hipotermi 2 kasus, infeksi 20 kasus, tetanus 6 kasus dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
23 kasus, ikterus 5 kasus, diare 23 kasus, Intra Uterin Fetal Death (IUFD) 114 kasus, bayi lahir
mati 62 kasus dan 134 kasus lainnya yaitu karena sebab lain. (Data Angka Kematian Maternal
dan Neonatal Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2010)
Di Puskesmas Kiajaran Wetan sendiri pada tahun 2010, tercatat bahwa ada 2 kasus
kematian ibu dimana penyebabnya yaitu dekom dan post SC dengan PEB. Sedangkan kematian
bayi ada 4 kasus, penyebab kematiannya yaitu seluruhnya asfiksia. (Laporan KIA Puskesmas
Kiajaran Wetan, 2010)
Dari data diatas penyebab kematian ibu atau bayi banyak disebabkan oleh trauma
persalinan. Oleh karena itu penulis ingin meningkatkan pelayanan dalam bidang kesehatan
berperilaku dengan APN/sesuai prosedur, sehingga angka kematian baik ibu dan bayi dapat
diturunkan.

B.

C.
1.

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
D.

E.
1.
a.

Penyebab kematian maternal dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung
disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sebab-sebab yang
lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya. (Prawirohardjo, 2008 : 7)
Dari uraian di atas, banyaknya kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh beberapa
faktor selain penyakit yang meyertai kehamilan, persalinan juga ada yang disebabkan karena
faktor kelalian penolong atau bidan. Maka, penulis tertarik menyusun studi kasus dengan judul
Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada Ny. K 23 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kiajaran Wetan Kabupaten Indramayu tahun 2011.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana Asuhan Pelayanan
Kebidanan secara Komprehensif pada Ny. K 23 tahun mulai dari kehamilan 36 minggu,
persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan 6 minggu yang sesuai dengan Standar Asuhan
Pelayanan Kebidanan di wilayah kerja Puskesmas Kiajaran Wetan Kabupaten Indramayu tahun
2011?
Tujuan
Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan secara komperehensif sesuai standar
pelayanan kebidanan pada ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL)
secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan pola fakir Varney dan
dituangkan dalam bentuk soap.
Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL) melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir (BBL) secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir (BBL) secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir (BBL) secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Mampu mengimplementasikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
(BBL) di Puskesmas Kiajaran Wetan tahun 2010.
Mampu mengevaluasi hasil asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL)
secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Mampu mendokumentasikan hasil asuhan pelayanan kebidanan dengan metode SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, Penatalaksanaan).
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus ini untuk melakukan asuhan kebidanan
yang komprehensif pada Ny. K 23 tahun usia kehamilan 36 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Kiajaran Wetan Kecamatan Lohbener Kabupaten Indramayu
dari bulan September sampai dengan Desember 2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Bagi Institusi Pendidikan

2.
a.
b.

c.

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan serta referensi bagi
mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil, bersalin, dan nifas.
Dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan serta mampu
memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas.
Manfaat Praktis
Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di lapangan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Bagi Lahan Praktik (Puskesmas)
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam
memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif. Dan untuk tenaga kesehatan
dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing kepada mahasiswa tentang cara
memberikan asuhan yang berkualitas.
Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.

STUDI KASUS IKTERUS NEONATUS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya kehadiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat diberi
tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Maka seorang
bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan
bila perlu memberikan pertolongan pertama seperti, memberikan oksigen dan melakukan
pernapasan buatan sampai ibu atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke
rumah sakit yang mempunyai perlengkapan serta perawatan yang baik, sehingga pengawasan
dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, sebagian besar bayi baru lahir
mengalami ikterus neonatorum sampai tingkat yang bisa dilihat mata. Ikterus yang tampak mata
memperlihatkan kadar bilirubin paling tidak 5 7 mg/dl. Terdapat banyak sebab fisiologis
timbulnya ikterus selama minggu pertama setelah lahir.
Tatalaksana ikterus bergantung pada apakah ikterus bersifat fisiologis atau patologis.
Bidan harus belajar membedakan dua proses ini dan harus didorong dalam penerapan perawatan
bayi yang meningkatkan hilangnya ikterus.
Ikterus fisiologi lebih lazim dijumpai pada beberapa keadaan. Bayi-bayi Asia
mempunyai insidensikterus yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menyusu badan mempunyai
insidens ikterus fisiologis yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang mendapat makanan lewat
botol.
Seluruh orang tua harus mendapatkan informasi mengenai tingginya frekuensi ikterus
pada bayi baru lahir. Mereka dapat dinasehati untuk memberi makan bayi sesering mungkin
selama hari-hari pertama kehidupan agar merangsang pengeluaran mekoneum. Mekoneum
mempunyai kandungan tinggi bilirubin dan pengeluarannya yang lambat meningkatkan
penyerapanulang bilirubin sebagai bagian dari proses pintas enterohepatik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan
asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah
khusunya pada Asuhan Kebidanan Dengan Ikterus Neonatorum.
1.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1. Pengkajian dan menganalisa data pada bayi dengan ikterus neonatorum.
2.
Merumuskan diagnosa kebidanan dan menetukan prioritas masalah pada bayi dengan ikterus
neonatorum.
3. Menyusun rencana kebidanan.
4. Melaksanakan tindakan kebidanan.
5. Evaluasi asuhan kebidanan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Dasar Teori Ikterus Neonatorum


2.2.1.Definisi
Ikterus adalah warna kuning yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal
pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Prof. dr. Ida Bagus
Gde Manuaba, SpOG, 1998: 325).
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa
angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan.
Ikterus pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologi dan sebagian lagi mungkin bersifat
patologis yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian.
Karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama apabila ikterus
ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat lebih dari 5
mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukan
kemungkinan adanya ikterus patologis. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus
dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
2.2.2 Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh.
Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari
hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai
dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliferdin serta beberapa zat lain. Biliferdin inilah
yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut
dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekresi dan
mudah melalui membran biologi seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut
kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme
ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati
segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persenyawaandengan ligandin (protein-Y), protein-Z
dan glutation hsil lainyang membawanya ke retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses
konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukuroniltransferase yang kemudian
menghasilkan bentuk bilirubin derek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air danpada kadar
tersebut dapat diekresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekresi
melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan
keliar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorpsi kembali oleh mukosa
usus dan terbentuklah proses absorpsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologi tertentu pada neonatus.
Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit
yanglebih pendek (80 90 hari), dan belum matangnya fungsi hepar peninggian kadar bilirubin
ini terjadi pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun
kembali pada hari ke 10-14. Kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi
cukup bulan dan kurang 12 mg/dl pada bayi kurang bulan. Pada keadaan ini peninggian bilirubin
masih dianggap normal dan karenanya disebut ikterus fisiologis. Masalah akan timbul apabila
produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun segingga terjadi kumulasi di
dalam darah. Peningkatan bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh
tertentu, misalnya kerusakan sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa di hari kemudian.
Karena itu bayi penderita ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologik apabila telah dibuktikan

bukan suatu keadaan patologik. Sehubungan dengan hal tersebut maka konsentrasi tertentu
(hiperbilirubinemia), pemeriksaan lengkap harus dilakukan untuk mengetahui penyebabnya,
ehingga pengobatanpun dapat dilaksanakan lebih dini. Kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek patologik dini disebut hiperbilirubinemia. Tingginya kadar bilirubin yang dapat
menimbulkan efek patologik tersebut tidak selalu sama pada tiap bayi.
2.2.3.Klasifikasi
Jenis-jenis ikterus neonatorum:
1. Ikterus fisiologik
Terutama dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus ini biasanya
timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.
2. Ikterus patologik
Ikterus yang patologik timbul segera dalam 24 jam pertama, dengan bilirubin serum
meningkat lebih dari 5 mg% perhari, kadarnya diatas 10 mg% pada bayi matur atau 15 mg%
pada bayi premature, dan menetap setelah minggu pertama kelahiran. Selain itu juga ikterus
dengan bilirubin langsung diatas 1 mg% setiap waktu. Ikterus seperti ini ada hubungannya
dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis. Ikterus patologik memerlukan penanganan dan
perawatan khusus.
3. Kern ikterus
Adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan bilirubin pada ganglia basalis.
Kernikterus biasanya disertai naiknya kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada neonatus cukup
bulan kadar bilirubin diatas 20 mg% sering berkembang menjadi kern ikterus, sedangkan pada
bayi premature bila melebihi 18 mg%. Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati dan
ini sangat berbahaya bagi bayi. Untuk terjadinya kern ikterus tergantung pula pada keadaan
umum bayi. Bila bayi menderita hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern ikterus dapat timbul
walaupun kadar bilirubin di bawah 16 mg%. Pengobatannya adalah dengan transfuse tukar
darah.
4. Ikterus hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO, golongan
darah lain, kelainan eritrosit congenital, atau defisiensi enzim G-6-PD.
5. Ikterus obstruktif
Terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun diluar hati. Akibatnya
kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Bila kadar bilirubin direk diatas 1 mg% kita harus
curiga akan adanya obstruksi penyaluran empedu. Penanganannya adalah dengan tindakan
operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.
2.2.4 Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang
tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah
ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karena adanya perdarahan
tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh.
Infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaan ini
terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa factor lain yang juga
merupakan penyebab hiperbilirubinemia adalah hipoksia atau anoksia, dehidrasi dan asidosis,
hipoglikemia, dan polisitemia.
2.2.5 Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban pada sel hepar yang terlalu

berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber
lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan protein-Y dan
protein-Z terikat pada anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia atau
hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi yang
menderita gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran
empedu intra/ekstrahepatic.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirect yang bersifat sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembs sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini
disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirect lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari
tingginya kada bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirect
akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir
rendah, hipoksia, hiperkardia, hipoglikemia, dan kelainan susunan darah pusat yang terjadi
karena kelainan atau infeksi.
2.2.5 Diagnosis
Anamnesin ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam membantu
menegakkan diagnosis pada hiperbilirubinemia pada bayi. Termasuk dalam hal ini anamnesis
mengenai riwayat inkomtabilitas darah, riwayat transfuse tukar atau terapi sinar pada bayi
sebelumnya. Di samping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam
diagnosis dini ikterus/ hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko antara lain adalah kehamilan
dengan komplikasi, persalinan dengan tindakan atau kkomplikasi, obat yang diberikan pada ibu
selama hamil atau persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal, dan lain- lain.
Secara klinis inkterus pada neonates dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian. Ikterus yang tampak pun sangat tergantung kepada penyebab ikterus itu sendiri. Pada
bayi dengan peninggian bilirubin indirect, kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga,
sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit terlihat agak
kehijauan. Perbedaan ini dapat terlihat pada penderita ikterus berat, tetapi hal ini kadangkadang dipastikan secara klinis karena sangat dipengaruhi warna kulit. Penilaian akan lebih sulit
lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Selain kuning, penderita sering hanya
memperlihatkan gejala minimal, seperti tampak lemah dan nafsu makan berkurang. Keadaan lain
yang mungkin menyertai ikterus adalah anemia petekie, pembersaran lien dan hepar, perdarahan
tertutup, gangguan nafas, gangguan sirkulasi, atau gangguan saraf. Keadaan tadi biasanya
ditemukan pada ikterus berat atau hiperbilirubinemia berat.
Waktu timbulnya timbulnya iketrus mempunyai arti yang penting pula dalam diagnosis
dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan yang erat dengan
kemungkinan penyebab ikterus tersebut. Ikterus yang timbul hari pertama setelah lahir,
kemungkinan besar disebabkan oleh inkompabilitas golongan darah (ABO, Rh, atau golongan
darah lain). Infeksi intrauterine seperti rubella, penyakit sitomegali, toksoplasmosis, atau sepsis

bakerial, dapat pula memperlihatkan ikterus pada hari pertama. Pada hari kedua dan ketiga
ikterus yang terjadi biasanya merupakan ikterus fisiologik tetapi harus pula dipikirkan penyebab
lain, seperti inkomtabilitas golongan darah, oinfeksi kuman, polisitemia, hemolisis karena
perdarahan tertutup, kelainan morfologi eritrosit (misalnya sferositosis), sindrom gawat nafas,
toksisitas obat, defisiensi G6PD, dan lain- lain. Ikterus yang timbul pada hari keempat dan
kelima mungkin merupakan kuning karena ASI atau terjadi pada bayi yang menderita sindrom
gawat nafas, sindrom Crigler- Najjar, sindrom Gilbert, bayi dari ibu penderita diabetes mellitus,
dan lain- lain. Selanjutnya ikterus setelah minggu pertama biasanya terjadi pada atresia duktus
koledokus, hepatitis neonatal, stenosus pylorus, hipotiroidisme, galaktosemia, infeksi pasca
natal.
2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar
kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus/ ensefalopati
biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat
dilakukan dengan mengusahakan agar konjuasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini
dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukuronil transerase dengan pemberian obat
seperti luminal atau agar.
Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolism bilirubun (plasma atau
albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau
transfuse tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.
Terapi Sinar. Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak
1958. Banyak nteori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru
mengemukakan bahwa tterapi sinar menyebabkan terjadinya isomerasi bilirubin. Enersi sinar
menguibah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa menjadi senyawa
berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut
dalam plasma dan lebih mudah dieksresi oleh hati kedalam saluran empedu. Peningkatan
bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu
kedalam usus, sehingga perislaltik usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan
usus halus. Itulah sebabnya terapi sinar secara klinis terlihat tidak bekerja efektif apabila terdapat
gangguan peristaltic seperti obstruksi usus atau bayi dengan enteritistik. Pada keadaan ini
biasanya terjadi peningkatan reabsorpsi siklus enterohepatik. Demikian pula pada pendertia
asidosis, hipoksia, atau hipoalbuminemia, penggunaan terapi sinar perlu disertai perbaikan
kelainan yang menyertainya. Dibagian ilmu kesehatan anak FK UI / RSCM terapi sinar
dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubinj indirect lebih dari 10 mg/dl dan pada
bayi dengan proses hemolisis yang ditandai oleh adanya ikterus pada hari pertama kelahiran.
Pada penderita yang direncanakan transfuse darah tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan
sesudah transfuse ndikerjakan.
Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon yang
diletakan secara pararel dan dipasang dalam kontak yang berventilasi. Agar bayi mendapatkan
energy cahay yang optimal ( 350-470 nm ), lampu diletakan pada jarak tertentu dan bagian
bawah kontak lampu dipasang pleksiglas biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultrafiolet
yang tidak bermanfaat untuk penyinaran.
Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas luasnya,
yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah- ubah setiap 6-8 jam agar
bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata dan gonad bayi ditutup
dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya. Selama penyinaran kadar bilirubin dan

hemoglobin bayi dipantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin menurun
kurang dari 10 mg/dl. Tercapainya kadar ini tergantung dari tingginya kadar bilirubin saat
mulainya penyinaran. Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam.
Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek
samping terapi sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain adalah enteritis,
hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit (ruam gigitan kutu), ganguan minum, letargi, dan
iritabilitas. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan kadang- kadang penyinaran dapat
diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.
2.2.7 Tranfusi Tukar
Bahaya hiperbilirubinemia adalah terjadinya ensefalopati biliaris yang dapat menimbulkan
kelainan yang menetap pada bayi. Kelainan ini terjadi apabila bilirubin indirek telah melalui
sawar darah otak. Keadaan ini perlu dihindari dan transfuse tukar merupakan tindakan utama
yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh. Tujuan transfuse tukar,
selain menurunkan kadar bilirubin indirek, juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah
terhemolisis dan membuang pula antibody yang menimbulkan hemolisis. Walaupun transfuse
tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul perlu
diperhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada indikasi. Tindakan transfuse tukar
hanya dilakukan apabila pada suatu saat dijumpai kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Beberapa keadaan lain yang memerlukan transfusi tukar dini adalah kadar bilirubin tali pusat
lebih dari 4 mg/dl dan kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl atau apabila terdapat peninggian
bilirubin yang terlalu cepat (1 mg/dl tiap jam). Pada bayi yang menderita asfiksia, sindrom gawat
nafas, asidosis metabolic, tanda kelainan susunan saraf pusat dan bayi dengan berat kurang dari
1500 gr dapat pula dipertimbangkan untuk melakukan transfuse tukar, walaupun kadar bilirubin
belum mencapai 20 mg/dl. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam keadaan
tersebut bilirubin mudah melalui sawar darah otak.
Dalam melakukan transfuse tukar perlu diperhatikan macam darah yang diberikan dan
teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang terjadi disebabkan oleh
inkompatibilitas golongan darah Rhesus makan transfusi tukar dilakukan dengan menggunakan
darah golongan O Rhesus negative. Pada inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang
dipakai adalah darah golongan O Rhesus positif. Pada kelainan lain yang tidak berkaitan dengan
proses aloimunisasi, sebaiknya dipergunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila
keadaan ini tidak memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel dengan
serum ibu. Apabila hal ini pun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan titer anti A atau
anti B yang rendah (kurang dari 1/256). Jumlah darah yang dipakai untuk transfuse tukar
berkisar antara 140-180 ml/kg BB. Dalam melaksanakan transfuse tukar tempat dan peralatan
yang diperlukan harus dipersiapkan dengan teliti. Sebaiknya transfuse dilakukan dalam ruangan
yang aseptic yang dilengkapi peralatan yang dapat memantau tanda vital bayi disertai dengan
alat yang dapat mengatur suhu lingkungan. Transfuse sebaiknya melalui pembuluh darah
umbilicus dan tindakan dilakukan dengan memperhatikan factor aseptic dan antiseptic. Alat
seperti kateter tali pusat, kran 3 cabang dan jarum semprit yang akan dipergunakan harus bebas
hama dan dibilas terlebih dahulu dengan larutan NaCl heparin (4000 U heparin dalam 500 ml
cairan NaCl) untuk mencegah terjadinya infeksi dan kemungkinan timbulnya bekuan darah.
Tindakan transfuse tukar dilakukan terlebih dahulu dengan menghisap 10-20 ml darah
bayi. Darah tersebut dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan serologic, biakan, G6PD, dan
bilirubin sebelum transfuse. Selanjutnya barulah transfuse dilakukan dengan menyuntikkan darah
secara perlahan sebanyak darah yang dikeluarkan. Pengeluaran dan penyuntikan darah dilakukan

secara bergantian sebanyak 10-20 ml setiap kali, dan berulang-ulang sampai darah yang
disediakan habis. Untuk menghindari terjadinya bekuan darah dan hipokalsemia, setiap 100 ml
transfuse dilakukan pula pembilasan dengan larutan NaCl-heparin dan pemberian 1 ml kalsium
glukonat. Disamping itu perlu diperhatikan pula kemungkinan terjadinya komplikasi transfuse
tukar seperti asidosis, bradikardia, aritmia ataupun henti jantung. Pasca transfuse mungkin
ditemukan adanya hiperkalemia, hipernatremia, atau hipoglikemia. Keadaan ini terutama sering
dijumpai pada bayi berat lahir rendah atau pada bayi sakit berat. Tindakan transfuse dapat
dilakukan berulang apabila bilirubin indirek pasca transfuse masih diatas 20 mg/dl.
Beberapa tahun terakhir ini telah dicoba manfaat senyawa Sn-protoforpirin dapat
mencegah pembentukan bilirubin dari senyawa hem. Pemberian senyawa Sn-protoforpirin
terhadap neonates dengan inkompatabilitas ABO ternyata dapat menurunkan kejadian
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan kelompok kelola. Sn-protoforpirin merupakan inhibitor
kompetitif poten terhadap enzim hem oksigenase. Hem oksigenase merupakan enzim katabolic
yang memecah hem menjadi bilirubin. Aplikasi Sn-protoforpirin terhadap kasus
hiperbilirubinemia pada neonates karena sebab lain, masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.
Mekanisme Sn-protoforpirin dalam mencegah kejadian hiperbilirubinemia berbada dengan pada
cara konvensional sebelumnya; Sn-protoforpirin mencegah pembentukan bilirubin dari bahan
asalnya (hem), sedangan cara konvensional mengusahakan pengeluaran bilirubin yang sudah
terbentuk dalam tubuh bayi.
2.2.8 Prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui
sawar darah otak. Pada eadaan ini penderita mungin menderita kemikterus atau ensefalopati
biliaris. Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera terlihat pada masa neonates atau baru tampak
setelah beberapa lam kemudian. Pada masa neonates gejala mungkin sangat ringan dan hanya
memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia. Selanjutnya bayi mungkin kejang,
spastic dan ditemukan opistotonus. Pada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya atetosi
disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental dihari kemudian. Dengn memperlihatkan hal
diatas, maka sebaiknya pada semua penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemerikaan berkala,
baik dalam hal pertumbuhan fisis dan motorik, ataupun perkembangan mental serta ketajaman
pendengarannya.

BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kasus
Bayi umur 4 hari, cukup bulan, dan lahir normal tetapi tampak kuning sampai perut. Bayi
menyusu ASI, tetapi ketika menyusu tidak pernah lama dan bayinya lebih banyak tidur.

Apakah bayi tersebut perlu dirujuk atau tidak ? Apa pertolongan pertama yang dilakukan
sebelum melakukan rujukan? Sebagai seorang bidan, apa yang harus dikatakan kepada
orangtuanya ?
3.2 Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
3.2.1.Pengertian
Manajemen kebidanan adalah: Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien. Menurut Hellen Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan
membentuk kerangka yang lengkap dan bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Setiap langkah
berisi tugas-tugas tertentu dan bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Secara berurutan langkahlangkah tersebut adalah:
3.2.2 Langkah pertama (Pengumpulan Data)
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
subjektif dan data objektif.
3.2.2.1.Data subjektif terdiri dari:
1. Biodata
Berisikan identitas bayi dan orang tua meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, jenis
persalinan, nama orang tua (ayah dan ibu), umur ibu, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat, tujuannya untuk mengetahui secara lengkap dan luas sasaran
asuhan kebidanan.
2. Riwayat Ante Natal
Kemungkinan gravida empat atau lebih.
HPHT tidak sesuai dengan umur kehamilan saat persalinan. Tidak pernah periksa kehamilan
atau periksa tidak teratur serta periksa pada petugas yang tidak berwenang, tidak pernah
mendapat imunisasi. Sewaktu hamil menderita penyakit pembuluh darah misalnya hipertensi,
hipotensi, menderita penyakit jantung, paru-paru, diabetes serta pengobatan yang didapat.
3. Riwayat Neonatus
Meliputi beberapa APGAR score pada 1 menit dan 5 menit pertama. Bagaimana ketubannya
keruh atau jernih, dengan cara apa bayi dilahirkan: SC, VE, FE, spontan dan lain-lain. Berapa
usia kehamilan, adanya bayi kembar.
4. Riwayat Maternal dan Perinatal
Berapa usia ibu saat hamil ini, taksiran persalinan kapan. Bagaimana kondisi dan kebiasaan
selama hamil. Berapa kali memeriksakan kehamilannya, adakah penyakit yang diderita selama
hamil.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi, asma, DM,
penyakit menular dan penyakit lainnya selain itu juga perlu ditanyakan apa ada keturunan
kembar.
6. Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologi dan emosional ibu pada kehamilan, persalinan,
bagaimana hubungan suami istri serta keluarga, harapan kehamilan serta kepercayaan yang
dianut juga perlu ditanyakan bagaimana status ekonominya. Kebiasaan merokok, alkoholik,
pemberian ASI.

7. Nutrisi
Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir,
pemberiannya ondeman. Bayi aspiksia sedang yang mengalami gangguan pernapasan ASI dapat
diberikan personde dengan memperhatikan jumlah kebutuhan dan retensinya. Kebutuhan cairan
neonatus yaitu:
Hari I
: 60cc/kgBB/hari
Hari II : 90cc/kgBB/hari
Hari III : 120cc/kgBB/hari
Hari IV : 150cc/kgBB/hari
Selanjutnya ditambah sedikit-sedikit sampai hari ke 14 mencapai 200 cc/kgBB/hari. Jumlah
cairan ini dikonsumsi dari ASI atau PASI, juga cairan perinfus sesuai kondisi bayi. Frekuensi
pemberiannya tergantung dari berat badannya, yaitu:
BB < 1250 gr : 24 x/hari tiap jam
BB 1250-<2000 gr : 12 x/hari tiap jam
BB >2000 gr : 8 x/hari tiap jam
8. Pola Eliminasi
Neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar pertama
kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan mekoneum Plug
Syndrome, megakolon, obstruksi saluran pencernaan.
9. Hubungan Psikologi
Bayi baru lahir bila kondisi memungkinkan di rawat gabung dengan ibunya dengan tujuan
bayi mendapat kasih sayang, perhatian, mempererat hubungan psikologis ibu dan bayi. Bayi
aspiksia memerlukan perawatan intensif sehingga harus berpisah dengan ibunya.
3.2.2.2.Data objektif
Yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan menggunakan standar
yang diakui atau berlaku (Effendy Nasrul, 1995:20).
Pada bayi premature aspiksia sedang didapatkan data objektif sebagai berikut:
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
1. Posisi:
2. Kulit:
3. Kepala:
4. Mata:
5. Hidung:
6. Mulut:
7. Telinga:
8. Leher:
9.Thoraq:
10.Paru-paru:
11.Jantung:
12. Abdomen:
13. Umbilikus:
14. Genetalia:
15. Anus:
16. Kstremiras :

1.
2.
3.
4.
5.

17. Refleks
18. Pemeriksaan penunjang
19.Gas darah Arteri
20. Darah Lengkap
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dngan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan, klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila criteria hasil
telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila criteria hasil belum dicapai
(Allen Carol Vestal, 1998: 123).
Dalam melakukan evaluasi, sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam
pernyataan tujuan. Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan pasien menunjukkan perilaku
sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan rencana keperawatan.
Ada tiga alternative yang dapat dipakai oleh bidan dalam memutuskan atau menilai, sejauh
mana tujuan yang tekah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan sebagian tercapai,
tujuan tidak tercapai. Tujuan tercapai jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau
tanggal yang telah ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan. Tujuan sebagian tercapai jika
pasien mampu menunjukkan perilaku tapi tidak seluruhnya sesuai pernyataan tujuan yang telah
ditentukan. Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Secara umum evaluasi dikatakan berhasil, bila:
Asfiksia tidak terjadi lagi
Tidak terjadi hipotermi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Tidak terjadi infeksi
Tidak terjadi hypoglikemia.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa kasus
Pertanyaan :
1. Apakah bayi tersebut perlu dirujuk atau tidak ?

2. Apa pertolongan pertama yang dilakukan sebelum melakukan rujukan?


3. Sebagai seorang bidan, apa yang harus dikatakan kepada orangtuanya ?
Jawaban :
Penyebab dari ikterus pada bayi tersebut adalah bayi kekurangan asupan ASI dikarenakan
bayi ketika menyusu pada ibu jumlah ASI yang dikonsumsi hanya sedikit- sedikit.
Menurut teori, Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya kuning pada bayi
baru lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah (SDM). Hemoglobin (Hb) yang
berada di dalam SDM akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan menghasilkan 34 mg
bilirubin.
Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut dalam lemak dan akan diangkut ke
hati terikat dengan albumin. Di dalam hati bilirubin dikonyugasi oleh enzim glukoronid
transferase menjadi bilirubin direk yang larut dalam air untuk kemudian disalurkan melalui
saluran empedu di dalam dan di luar hati ke usus.
Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan sebagai
sterkobilin bersama bersama dengan tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin
direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI),
yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari dalam usus ke
dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan diikat oleh albumin dan kembali ke dalam hati.
Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik (rantai usus-hati).
Karena bayi tidak mendapatkan ASI maksimal, enzim beta- glukoronidase yang berfungsi
mengubah bilirubin direk menjasi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari dalam usus ke
aliran darah dan akan diikat oleh albumin kembali ke dalam hati tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya yang menyebabkan bayi kuning.
Pada kasus ini, terlebih dahulu dilakukan anamnesa pada ibu dan pemeriksaan fisik pada
bayi untuk mengetahui penyebab mengapa bayi selalu sedikit ketika menyusu.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik pada ibu, yang meliputi pemeriksaan payudara, kita
menentukan diagnosa berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan. Langkah
selanjutnya adalah memberikan asuhan pada ibu dan bayi sesuai kewenangan bidan dan
kebutuhan klien.
Apabila kondisi yang dialami bayi dalam kasus ini bukan merupakan wewenang kita
sebagai bidan, kita wajib merujuk dan memberikan pertolongan pertama, yaitu anjurkan ibu
untuk lebih bekerja keras lagi dalam meberikan ASI kepada bayi atau dapat juga dibantu dengan
cara memompa ASI. Walaupun ASI yang dikonsumsi sedikit tetapi pemberiannya diusahakan
sesering mungkin.

ASUHAN BBL DENGAN CAPUT SUKSEDANEUM


BAB I
PENDAHULUAN

II.

LATAR BELAKANG
1.1.1 ASUHAN BBL FISIOLOGIS
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus , kualitas
pengawasan antenatal, penyakit penyakit ibu waktu hamil, penanganan persalinan dan
perawatan sesudah lahir. Penangulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal
atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan mediksegera
( sindroma gangguan pernafasan , asfiksia berat, perdarahan , hiperbilirubinemia oleh karena
ketidakcocokan golongan darh ibu dan anak dan lain lain ) dan tindakan operatif seperti atresia
ani, fistula trakheoesofagus, hernia diafragmatika, atresia duodeni dan sebagainya. Bayi bayi
tersebut termasuk golongan bayi resiko tinggi.adapula yang tidak memrlukan pertolongan segera
seperti labioskisis, sindaktil dan lain lain.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihindari oleh bidan dapat diberi tanggung
jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena kelainan
pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap
normal , maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan perubahan
pada ibu dan bayi dan bila perlu memberikan pertolongan pertama seperti menghentikan
perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberi oksigen, dan melakukan pernafasan buatan
sampi ibu atau bayi dilihat oleh seorang dokter atau dibawah ke rumah sakit yang mempunyai
perlengkapan serat perawatan yang baik , sehingga pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan
sebaik baiknya.
1.1.2 BBL dengan CAPUT SUKSEDANEUM
Perlukaan pada bayi baru lahir terjadi Karen apparatus lama , tindakan persalinan baik
normal maupun pada tindakan bedah kebidanan yang diebabkan oleh alat alat yang
dipergunakan. Tingkat perlukaan mulai dari yang ringan sampai pada keadaan yang berat
manyebabkan cacat atau kehamilan.
TUJUAN
Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada BBL dengan Caput suksedaneum
Mampu mengembangkan pola piker ilmiah dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada BBL
dengan Caput suksedaneum
Tujuan khusus
Mampu mengembangkan rencana asuhan secarah menyeluruh pada BBL caput Suksedaneum
Mampu melaksanakan asuhan secara efisien dan aman pada BBL dengan Caput suksedaneum
Mampu melaksanakan pengkajian dengan mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada
BBL dengan Caput suksedaneum
Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada BBL dengan Caput suksedaneum
Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang di lakukan pada BBL dengan Caput
suksedaneum
RUANG LINGKUP
Berdasarkan kasus yang dipelajari , maka saat ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
cara penanganan dan pemecahan dalam memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan Caput
suksedaneum. Karena keterbatasan waktu , pengetahuan dan buku yang ada maka penulisan ini
pada Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Caput suksedaneum
METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam penulisan asuhan kebidanan ini yaitu dengan menggunakan
pendekatan denagn memberikan asuhan kebidanan pada klien secara langsung mengenai proses

BAB I

asuhan pada klien secara langsung mengenai proses asuhan kebidanan pada BBL dengan Caput
suksedaneum
Adapun data ynag diperoleh :
Data primer :
Wawancara
Observasi
Pemeriksaan fisik
Data sekunder :
Study kepustakaan dan praktek lapangan
Sumber data :
Obyektif : data observasi dan pemeriksaan fisik
Sekunder : diperoleh dari status pasien
PELAKSANAN
Praktek lapangan di BPS Isnah Mujayati WaruKulon Pucuk Lamongan
SISTEMATIK PENULISAN
: berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang , tujuan , ruang lingkup , metode penuliasan ,
pelaksanan dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
BAB III
: Tinjauan Kasus
BAB IV
: Penutup
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN BBL FISIOLOGI
2.1.1 PENGERTIAN ASUHAN BBL

Asuhan BBL adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam
pertama setelah kelahiran.
Aspek penting dari asuhan BBL :
Jaga bayi agar tetap kering dan hangat
Usahakan adanya kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin
2.1.2 PERSIAPAN
Peralatan untuk perawatan BBL :
Penghisap lender ( muskus ekstraktor aspirator )
Tabung oksigen dan slang oksigen bayi
Alat resusitasi untuk pernafasan, ex : laringoskop kecil, masker bayi, kanula trachea, ventilator
kecil.
Obat obatan contohnya : glukosa 40 %, larutan bikarbonas natrikus 7,5 % , nalorfin sebagai
antidotum morfin dan pethidin, perak nitrat / neosparin ( nitras argental ) , vit K peroral 1 mg, vit
K parenteral 0,5 1 mg IM.
Alat pemotong, pengikat dan antiseptic tali pusat
Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu
Tempat tidur bayi dan incubator bayi yang steril dan dialasi kain
Stopwatch dan thermometer
Handuk kering, baju bayi dan kasa
2.1.3 PENATALAKSANAAN
2.1.3.1 Perawatan BBL
Segera setelah bayi lahir nilai pernafasan, warna kulit dan geraknya. Letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu
Dengan kasa steril bersihkan darah dan lender dari wajah, mulut dan hidung bayi ( lihat
pergerakan dada 30 x / menit , bila < 30 x / menit lakukan resusitasi )
Klem tali pusat danpotong kurang lebih 1 cm diantara klem tersebut
Pastikan bayi hangat dengan kontak kulit antara ibu dan bayi
Ganti handuk yang basah dengan kain kering lalu bungkus dengan kepala terlindungi
Nilai AFGAR SCORE pada menit ke - 1 dan ke 5
Berikan bayi pada ibu untuk di susui
2.1.3.2 Pernafasan
Periksa pernafasn dan warna kulit tiap 5 menit
Jika bayi belum menangis dalam 30 detik pertama setelah lahir maka periksa kebersihan jalan
nafas :
o Kedua kaki bayi dipeganag dengan satu tangan,sedangkan tangan yang lain memegang kepala
bayi lebih rendah dari sudut 30 dari pada kaki dengan posisi ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan dan lender keluar dari trachea dan faring
o Bersihkan cairan dari mulut dan hidung
o Hisap lender dari mulut lalu hidung dengan penghisap lender
o Keringkan bayi dengan selimut / handuk yang hangat
o Gosokkan punggung bayi dengan lembut
o Jaga bayi agar tetap hangat
Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik, mulai resusitasi.
Apabila bayi cyanosis / suakr bernafas ( frekwensi pernafasan < 30 / > 60 x / menit ), berilah
oksigen pada bayi dengan kateter nasal
2.1.3.3 Perawatan mata

Obat mata Eritromisin 0,5 % Tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena
clamydia ( PMS ) diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Umum dipakai larutan perak
nitrat / Neosporin dan langsung diteteskan segera setelah lahir
2.1.3.4 Pertahankan suhu tubuh bayi
Hindari memandikan bayi sedikit nya 6 jam setelah lahir
Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
2.1.3.5 Pemberian vit K
BBL normal dan aterm perlu diberikan vit K peroral 1 mg perhari selama 3 hari untuk mencegah
terjadinya perdarahan karena defisiensi vit K
BBL resti diberi vit K 0,5 1 mg IM
2.1.4
ASUHAN BBL SETELAH 24 JAM
2.1.4.1 Pemeriksaan Fisik
Jenis kelamin :
Laki laki
: testis udah turun kedalam skrotum, terdapat lubang uretra pada ujung penis
Perempuan
: terdapat labia mayora dan labia minora, vagian berlubang, uretra berlubang
2.1.4.2 Perawatan Tali Pusat
Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka dan tetutupi dengan kasa steril ecara longgar
Lipat popok disisi tali pusat
Jaga agar tali pusat tetap kering
2.1.4.3 Asuhan sebelum pulang
Berikan imunisasi BCG, polio oral dan hepatitis B
Ajarkan ibu cara merawat bayi
Anjurkan ibu menyususi sesering mungkin / tiap 2 3 jam sekali.
Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering
Ajarkan tanda tanda bahaya bayi :
o Pernafasan sulit atau > 60 x / menit
o Terlalu panas > 38 C atau terlalu dingin < 36 C
o Warna kuning terutama pada 24 jam pertama, biru , pucat dan memar
o Hisapan lemah mengantuk berlebihan, banyak muntah
o Tali pust merah, bengkak, keluar cairan ( nanah ) , berbau busuk
o Tidak berkemih dalam 24 jam , tinja lembek , sering , hijau tua , ada lendir atau tinja dari darah
pada tinja
o Menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung , lemas , terlalu mengantuk ,
lunglai , kejang , haus , tidak bisa tenang, menangis terus - terusan
Segera cari pertolongan medis jika terjadi tanda tanda bahaya bayi
2.2 KONSEP DASAR BBL dengan CAPUT SUKSEDANEUM
2.2.1 PENGERTIAN CAPUT SUKSEDANEUM
Edema dibawah kulit kepada bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh
darah.
2.2.2 ETIOLOGI CAPUT SUKSEDANEUM
Kepala janin tertekan terlalu lama didasar panggul, biasanya disebabkan oleh :
Partus lama
Partus obstruksi
Pada pertolongan dengan ekstraksi vakum ( kaput buatan )
2.2.3
PENANGANAN CAPUT SUKSEDANEUM
Tidak memerlukan pengobatan apapun

Biasanya menghilang 2-3 hari postpartum


Caput melampaui batas tulang akan menghilang beberapa hari dan segera berkurang setelah hari
pertama.

BAB III
TINJAUAN KASUS
I.

PENGKAJIAN
Tanggal
: 02 Juni 2008

Jam : 02.00 WIB

No. Reg
:
A. Data Subyektif
1. Biodata
Bayi
Nama
: By. Ny. I
Umur
: 2 jam
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Tgl. Lahir
: 02 06 - 2008
Jam : 01.00 WIB
Anak ke
: pertama
Orang Tua
o Ibu
Nama
: Ny. I
Umur
: 26 Th
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
: Kesambi Pucuk Lamongan
o Ayah
Nama
: Tn. M
Umur
: 26 Th
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
: Kesambi Pucuk Lamongan
2. Anamnesa Khusus
Keluhan Utama
:
Riwayat Antenatal :
Penyakit ibu dan pengobatannya
Ibu mengatakan hamil yang peratama
Ibu mengatakan selam hamil periksa ke bidan 9 kali
Ibu mengatakn selama hamil mendapatkan suntikan TT 2 x pada usia kehamilan 5 bulan dan 6
bulan
Keluhan selama hamil:
o TM I
: Ibu periksa kebidan 3 x pada usia hamil 1 bulan , 2 bualn dan 3
bulan , ibu mengeluh mual muntah, ibu mendapatkan tablet besi dan vitamin, ibujuga
mendapatkan penyuluhan control tiap bulan
o TM II
: Ibu mengatkan periksa kebidan 3 x pada usia kehamilan 4 bulan , 5
bulan, 6 bulan, ibu mengeluh pusing, ibu mendapatkan tablet besi dan vitamin, ibu juga
mendapatkan nasehat control tiap bulan
o TM III
: Ibu mengatakan periksa kebida 3 x pada usia hamil 7 bulan, 8 bulan
dan 9 bulan, ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu mendapatkan tablet besi dan vitamin, ibu
juga mendapatkan nasehat control tiap minggu, pada tgl. 01 06 2008 jam : 06.00 WIB ibu
mengeluh kenceng kenceng , keluar darah dan lender dari jalan lahir
Riwayat Natal
:
Umur Kehamilan
: 9 bulan
Kehamilan Tunggal / kembar
: tunggal

Lama Persalinan Kala I


: tidak terkaji
Lama Persalinan Kala II
: 2 jam 30 menit
Air Ketuban
: jernih
Letak Bayi
: membujur
Cara Persalinan
: spontan belkep
Indikasi Persalinan
:
Obat obatan yang diberikan selam persalinan : Tanda tanda Gawat Janin sebelum lahir
:Riwayat Neonatal :
Afgar sore
Keterangan
Menit
Menit
ke 1
ke 5
Warna kulit
2
2
Tangisan
2
2
Tonus otot
1
1
Uasaha nafas
1
2
Reflek
2
2
jumlah
8
9
BB Lahir
: 3000 gram
PB
: 49 cm
Ukuran Kepala
: 35 cm
Lingkar dada
: 33 cm
Lila
: 11 cm
Menetek pertama kali
: segera setelah bayi lahir
Obat obatan yang diberikan
:
Tetes mata 2 tetes mata kiri / mata kanan
Imunisasi
: HB unijeck dan polio 1
Keadaan Gizi : Bayi minum ASI kurang lebih 5 menit lamanya, PASI tidak diberikan
B. Data Obyektif
1. Tanda Tanda Vital
KU
: Baik
Kesadaran
: menagis kuat
BB / PB
: 3000 gram / 49 cm
Suhu
: 36,5 C
RR
: 32 x / menit
Nadi
: 100 x / menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: tidak ada moulase, terdapat caput succedaneum, tidak ada
chepal haematum, UUB datar, dan menutup
Wajah
: simetris, berwarna kemerahan
Mata
: simetris, pupil isokor, sclera tipis terdapat
gambaran tipis pembuluh darah, konjungtiva berwarna merah muda
Hidung
: simetris, terdapat mukosa, rambut dan tidak ada secret,
tidak ada cyanosis, tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga
: simetris, aurikula terbentuk, liang telinag terbentuk,
membrane timpani mengkilat
Mulut
: bibir lembab, tidak ada labiopalatoskisis, tidak ada
cyanosis, terdapat reflek sucking
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, terdapat
reflek tonick neek
Dada
: simetris, putting usus simetris, tidak adad fraktur
klavikula, ada grok grok, tidak ada wheezing, tidak ada tarikan intercoste, jantung tidak teratur
Abdomen
: bentuk bulat datar , supel, pernafasan abdominal, tali
pusat masih berdenyut, segar, tidak ada perdarahan , tidak berbau serta tertutup kasa kering,
bising usus belum terdengar
Genetalia
: Laki laki , testis belum turun kedalam skrotum , BAK 1
x warna kuning jernih
Anus
: ada, berlubang, BAB 1 X warna kehitaman
Ekstremitas atas
: fleksi, warna kuku merah muda, tidak ada sindaktil, tidak ada
polidaktil jumlah jari 10 , terdapat reflek plantar
Ekstremitas Bawah
: ekstensi, warna kuku merah muda, tidak ada sindaktil, tidak ada
polidaktil, jumlah jari 10
3. Reflek
Reflek morrow
: bayi langsung kaget saat ada rangsangan
Reflek rotting
: bayi langsung dapat mencari puting susu
Reflek plantar
: bayi dapat mengenggam
Reflek sucking
: bayi dapat menghisap kuat
Reflek tonick neek
: bayi dapat menoleh ke kanan dan kiri
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Terapi Yang di berikan
Tetes mata 2 tetes mata kiri / mata kanan
II.
INTREPRETASI DATA
DX : BBL Spontan Bel kep Umur 1 jam dengan kaput suksedaneum
DS :
DO:
KU
: Baik
Kesadaran
: menagis kuat
BB / PB
: 3000 gram / 49 cm
Likep
: 35 cm
Lida
: 33 cm
Lila
: 11 cm
Suhu
: 36 C
RR
: 32 x / menit
Nadi
: 100 x / menit
Tali pusat
: segar, tidak berbau, tertutup kasa dan masih basah
Speen
: ASI kuat
BAB
: 1x warna kehitaman

BAK

: 1x warna kuning jernih


III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
IV.
PENETAPAN KEBUTUHAN SEGERA
V.
PERENCANAAN
DX
: BBL spontan bel kep umur 1 jam dengan caput suksedaneum
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama kurang lebih 2 hari keadaan
bayi kembali dalam keadaan normal dengan criteria hasil :
Suhu
:36 , 5 C 37 , 5 C
RR
: 30 x / menit 50 x / menit
Nadi
: 120 x / menit 160 x /menit
ASI terpenuhi esuai kebutuhan
Reflek baik
BB tidak turun kurang dari 10 %
Gerak aktif, tangis kuat, warna kulit kemerahan normal
Caput suksedaneum tidak ada.
Jaga bayi tetap hangat
R/ mencegah bayi kehilangan panas
lakukan pemeriksaan TTV tiap 8 jam
R/ deteksi dini adanya masalah jika TTV tidak batas normal
lakukan perawatan tali pusat
R/ luka tali pusat merupakn media masuknya mikroorganisme penyebab infeksi
mandikan bayi setelah 6 jam
R/ kebersihan bayi tetap terjaga untuk mencegah terjadinya infeksi
susukan bayi sesering mungkin sesuai kebutuhan
R/ ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi
Ajarkan ibu untuk tidak memanipulasi daerah caput
R/ memanipulais daerah caput dapat menimbulkan perlukaaan
Beritahu ibu bahwa caput akan hilang dengan sendirinya
R/ menambah pengetahuan ibu
VI.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 02 Juni 2008
jam Implementasi
par
af
02.0 M,enjaga bayi tetap hangat
0 Meletakkan bayi dalam inkubator
Melakukan pemeriksaan TTV
03.0 Suhu : 37 C
0 RR
: 33 x / menit
Nadi : 110 x / menit
Menyusukan bayi pada ibunya
Bayi menyusui kurang lebih 5 menit
04.9 Menggantikan popok yang basah dengan popok
0
kering
Memberikan kenyamanan pada bayi

04.0
0
05.0
0
06.0
0
07.0
0
07.1
0
07.3
0
08.0
0
08.3
0

Memandikan bayi
Melakukan perawatan tali pusat
Menganjurkan ibu untuk tidak memanipulasi daerah
caput
Memberi tahu pada ibu bahwa caput kan hilang
pada hari ke 2 3
Memberikan imunisasi : HB unijeck dan polio 1
Mempersiapkan pasien pulang

VII.

EVALUASI
Tanggal : 03 Juni 2008
Jam : 08.00
S :O :
KU
: Baik
Kesadaran
: menagis kuat
Suhu
: 36,7 C
RR
: 35 x / menit
Nadi
: 100 x / menit
Tali pusat
: segar, tidak berbau, tertutup kasa dan sudah sedikit kering
Speen
: ASI kuat
BAB
: 1x warna kehitaman
BAK
: 1x warna kuning jernih
A : BBL spontan bel kep umur 2 hari dengan caput uksedaneum
P
:
Hentikan intervensi
Anjurkan ibu untuk datang control 1 bulan lagi untuk imunisai BCG

BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Nama pasien
: By. Ny. I
Umur
: 2 hari
Alamat
: Kesambi Pucuk Lamongan
Tempat
: BPS Isnah Mujayati WaruKulon Pucuk Lamongan
Dignosa
: BBL spontan bel kep umur 2 hari dengan caput
suksedaneum ,tujuan teratasi sebagian
Rencana
:
Hentikan intervensi
Anjurkan ibu untuk datang control 1 bulan lagi untuk imunisai BCG
3.2 SARAN
3.2.1 Bagi Mahasisiwa
Dapat mengaplikasikanantara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan
menerapkanmasuhan kebidanan denagn baik dan lancar
3.2.2 Bagi lahan praktek
Dapat mrnyesuaikan antara ilmu teori dan praktek terutama dalam melakukan asuhan kebidanan
pada BBL dengan caput suksedaneum
3.2.3 Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak dan
menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan
STUDI KASUS PADA By. Ny. T UMUR 2 HARI YANG MENGALAMI
MASALAH KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA DI RUANG
TERATAI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
LATAR BELAKANG
Asfiksia
adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak d
apat bernafas
secara spontan dan teratur dalam 1
menit setelah lahir. Biasanya terjadi
pada bayi yang di lahirkan dari ibu
dengan komplikasi, misalnya diabetes
melitus. Preeklamsi berat atau eklamsi
eritroblastosis
fetalis.
Kelahiran
kurang bulan (< 34 min
ggu
), kelahiran
lewat waktu, plasenta previa, solusio
plasentae, korioamnionitis, hidramnion
dan oligohidramnion, gawat janin,
serta pemberian obat anastesi a
tau
narkotik sebelum kelahiran.(Mansjoer,

2013
)
Asfiksia neonatorum merupakan
kegawatdaruratan bay
i baru lahir
berupa
depresi
pernafasan
yang
berlanjut
sehingga
menimbulkan
berbagai komplikasi.
Asfiksia paling
sering terjadi pada periode segera
setelah lahir dan menimbulkan sebuah
kebutuhan resusitasi dan intervensi
segera untuk meminimalkan mortalitas
dan mordibitas. (Anik, 2012)
Menurut data Survei Demografi
dan Keseh
atan Indonesia (SDKI) tahun
2012
angka kematian bayi sebesar 34
kematian/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi
ini sebanyak 47%
meninggal pada masa
neonatal
, setiap
lima menit terdap
at satu neonatus yang
meninggal. Adapun penyebab kematian
bayi baru lahir di Indonesia, salah
satunya
asfiksia
yaitu sebesar 27% yang
merupakan penyebab ke
2 kematian
bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
.
(Depkes RI, 2012
).
Penyebab asfiks

ia pada bayi antara


lain karena faktor gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan
selama
kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh
dan
bila
tidak
teratasi
akan
menyebabkan kemat
ian. pada bayi
asfiksia secara keseluruhan mengalami
kematian sekitar 10
20%, sedangkan
20
45% dari yang hidup mengalami
kelainan
neurologi.
Sekitar
60%
dengan gejala sisa berat, dan sisanya
adalah normal. (Proverawati, 2012
)
Asfiksia akan bertambah buruk
apabila
penanganan
bayi
tidak
dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dilakukan pada bayi
bertujuan
mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala
gejala lanjut yang mungkin
timbul. (Hanifa,2013)
Komplikasi yang dapat ditimbulkan
oleh asfi
ksia neonatus adalah hipoksia,
hipotermi, prematuritas, dan gangguan

perdarahan otak. Meskipun terjadi


penurunan jumlah angka kematian
kasus asfiksia neonatus namun kita
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yolanda Kolo
12.2.05.01.00
45
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D
III Kesehatan
simki.unpkediri.a
c.id
||
6
||
harus
memperhatikannya,
karena
bagaimanapun juga kasus asfiksia
neonatus
merupakan
sal
ah
satu
penyebab kematian pada bayi. Hal ini
sering disebabkan karena banyak
faktor,
misalnya
kurangnya
pengetahuan ibu tentang kesehatan
janin, efek teratogen dari gaya hidup
selama masa kehamilan, gangguan
menahun dalam kehamilan dapat
berupa
gizi
yang
b
uruk.
(Wiknjosastro,2012)
Dari latar belakang di atas
perawat tidak hanya terfokus dalam
masalah
pemberian

asuhan
keperawatan akan tetapi juga berperan
sebagai
konsultan,
diantaranya
memberi informasi tentang penyakit
asfiksia pada ibu yang hamil atau
s
etelah melahirkan. Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk membahas dan
mempelajari lebih dalam tentang
asuhan keperawatan asfiksia di RSUD
Gambiran Kota Kediri .
II. METODE PENELITIAN
Tanggal MRS
:
0
1
07
2015
Jam masuk
:
01
.
1
0 WIB
Ruang/ kelas
:
R.T
eratai / 1
N
o. register
: 327977
Tanggal pengkajian
:
02
07
2015
Jam pengkajian
:
09
.00 WIB

Diagnosa medis
: Asfiksia Sedang
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama bayi
: By.Ny
T
Umur
: 2 hari
Jenis kelamin
:
Perempuan
Anak ke
:I
I
Nama ibu
: Ny. T
Umu
r
: 29 tahun
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Sambirejo, banyakan
Status perkawinan
: Menikah
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 33 tahun
Suku/ Bangsa
: Jawa/
Indonesia
Agama
: Islam
Pendidika
n
: SMA
Pekerjaan

:wiraswasta
Alamat :sambirejo, banyakan
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yolanda Kolo
|
12.2.05.01.00
45
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D
III Kesehatan
simki.unpkediri.a
c.id
||
7
||
2.
Riwayat kesehatan
I.
Keluhan utama
1.
Saat MRS :
Bayi lahir dengan spontan di
rumah sakit Gambiran jam
00.30 WIB dengan AS=4
5,
jenis kelamin perempuan, BB:
2700 gram, saat di ruang bayi,
bayi tamp
ak lemah, CRT 4
detik, suhu: 36,2C, nadi :
137
, RR : 6
4
2.
Saat pengkajian :
Bayi
. Ny.
T
tampak lemah,
akral
dingin
, cyanosis

(+)
, sesak
(+)
,
RR
=
64
,
BAB/BAK (+)
II.
Riwayat penyakit sekarang
BBL dengan spt B, UK:
39
40 minggu, ketuban pecah 5
jam, warna hijau keruh kental,
bau(+), AS: 4
5. Kemudian bayi
langsung di antar oleh bidan ke
ruang bayi, tiba di ruang bayi
keadaan umum lemah, menangis
lemah(+),
cyanosis(+),
hipersalivasi(+), anus(+), BB:
2700 gram, pada saa
t pengkajian
bayi tampak lemah, CRT 4 detik,
terpasang
nasal 1 liter, bayi di
dalam inkubator.
III.
Riwayat penyakit dahulu
By. Ny.
T
tidak mempunyai
riwayat penyakit dahulu
IV.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang
menderita
peny
akit
menurun,
menahun, atau menular
.

V.
Riwayat antenatal
Ibu mengatakan hamil anak ke
:I
I
Usia kehamilan
:3
9
minggu
ANC sejak umur kehamilan
:1
bulan di bidan
ANC : TM I : Frekuensi
: 1 kali
Keluhan
:
mual,
pusing
Terapi
:
vitamin
TM II :
Frekuensi
: 1 kali
Keluhan
: muntah
Terapi
:
TM III: Frekuensi
: 2 kali
Keluhan
: sulit tidur
Terapi
:
Kenaikan BB selama hamil
:
3
kg
Komplikasi selama hamil
:
tidak ada
Kebiasaan waktu hamil ( makan,
obat
-

obatan/ jamu, merokok )


Ibu mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi jamu
atau rokok
VI.
Riwayat intranatal
Lahir tanggal / jam
:
01
07
2015
jam 0
0
.
3
0 WIB
Jenis persalinan
:
spontan
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yolanda Kolo
|
12.2.05.01.00
45
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D
III Kesehatan
simki.unpkediri.a
c.id
||
8
||
Penolong
:
bidan
Lama persalinan : Kala I
:
Kala II
:
-

Komplikasi persalinan
:
tidak ada
VII.
Keadaan bayi baru lahir
Berat badan bayi
:
270
0 gram
Panjang badan
:
48
cm
Nilai APGAR
:
4
5
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Dalam
bab
ini akan dibahas
kesenjangan
antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus yang nyatapada
asuhan keperawatan
Anak By.Ny.T

dengan Asfiksia di Ruang


Teratai RSUD
Gambiran Kota Kediri.
A.
Pengkajian
P
ada tinjauan kasus pengkajian
didapatkan data pasien atas nama By.Ny.
T
,
umur 2 hari
, dengan jenis kelamin
perempuan
,
de
ngandiagnosa
medis
Asfiksia, den

gan berat
badan 270
0
gram,
AS 4
5, suhu 36,2
c, RR 64x/mn
t,
sesak(+),terpasang
O2 1 liter
, terpasang
infus
.
P
ada
tinj
a
uan
teori
,
a
sfiksia
disebabkan
karena
faktor
gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan
selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat,preeklamsi berat
atau
eklams
i
eritroblastosis
fetalis,k
elahiran kurang bulan
(< 34
minggu ), kelahiran lewat waktu, plasenta
previa, solusio plasentae, korioamnionitis,
hidramnion dan oligohidramnion, gawat
janin, serta pemberian obat anastesi atau
narkotik se
belum kelahiran. (Mansjo
er,
2012
).

Kesenjangan yang terjadi antara hasil


pengkajian secara langsung dengan teori
asfiksia adalah penulis
tidak menemukan
suara wheezing, reflek tendon hiperaktif,
tremor karena tidak semua kasus pada
teori ditemukan di lahan praktek.
B.
Diagnosa Keper
awatan
Pada tinjauan kasus penulis
menemukan 2 diagnosa keperawatan
antara lain :
a. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
b. Ketidak seimbangan suhu tubuh
(hipotermi) berhubungan dengan
paparan lingkungan din
gin
Padatinjauanpustakaditemukan
diagn
os
a
keperawatanantaralain
:
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret yang
menumpuk dijalan nafas
b.
Pola
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
diafragma
tidak dapat mengembang dengan
sempurna
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yolanda Kolo
|
12.2.05.01.00
45

Fakultas Ilmu Kesehatan


Prodi D
III Kesehatan
simki.unpkediri.a
c.id
||
9
||
c.
Kerusakan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
kontriksi
arteri pulmonar.
d.
Resiko ketidakseimbangan suhu
tubuh atau hipotermi berhubungan
dengan paparan lingkungan dingin
Berdasarkan
diagnosa
diatas
penulis menemukan kesenjangan bahwa
tidak selamanya diagnosa yang ada
dalam
teori terdapat pula dalam praktek , adapun
kesenjangan antara lain :
bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan
sekr
et yang menumpuk dijalan nafas, dan
kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan kontriksi arteri pulmonal, 2
diagnosa ini t
idak diangkat kar
e
na tidak
ditemukan data yang mendukung
untuk
menegakan 2 diagnosa tersebut.
KE
SIMPULAN
setelah membahas tentang uraian

asuhan keperawatan pada neonatus dengan


Asfiksia,
maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Pa
da By. Ny. T
di te
mukan keadaan
umum bayi lemah, sesak,
, berat badan
2700 gram, panjang bayi 48
cm
2.
Pada By. Ny. T
diagnosa keperawatan
utama ya
itu pola nafas tidak efektif
b/d kelemahan otot pernafasan
.
3.
Intervensi keperawatan pada diagnosa
pola nafas tidak efektif b/d
k
elemahan
otot pernafasan
yaitu pemeriksaan
tanda
tanda vital anak sesuai prosedur
,
atur posisi bayi sedikit ekstensi
dengan menaruh bantal pada bahu
bayi
,
memantau status pernafasn,
auskultasi
jalan
napas
,k
olaborasi
pemberian oksigen sesuai kebutuhan
.
4.
Imp
lementasi keperawatan pada

By.
Ny. T
sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
5.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa
pola
nafas
tidak
efektif
b/d
kelemahanotot
pernafasan
sudah
teratasi pada hari ke
2 perawatan
sehingga intervensi dihentikan dan
pasien pulang

APLIKASI ETIKA KEBIDANAN DALAM PELAYANAN KB


ETIKA DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Paradigma baru program Keluarga berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan
NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015 Keluaraga yang

berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan YME.
Dalam paradigma baru program KB ini, misinya sangat menekankan upaya menghormati hak
hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga Berdasarkan salah
satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan.
Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut , Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya
pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Saifuddin,2003)
Untuk mencapai hal tersebut di atas Bidan sangat memegang peranan dalam kesinambungan
keberhasilan program KB. Dalam memberikan pelayanan KB, bidan berkewajiban
melaksanakannya secara professional. Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang
luas, sehingga pilihan jabatan dan perannya didasari nilai tertentu, bersikap positif terhadap
jabatan dan perannya dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya
(Depkes,2003)
Dengan demikian sebagai jabatan professional bidan dalam pelaksanaan pelayanankebidanan,
selalu berpegang pada etika kebidanan. Etika dapat dapat berarti nilai dan norma moral yang
menjadi pegangan bagi sesorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika
mencakup prinsip, konsep dasar dan nilai nilai yang membimbing makhluk hidup dalam
berpikir dan bertindak (Supardan S,2008)
B. Tujuan
1. Meningkatkan profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan
2. Menerapakan etika kebidanan dalam pelayanan kebidanan
3. Meningkatkan kulitas pelayanan kebidanan
4. Meningkatkan peran bidan bagi tercapainya Keluarga berkualitas tahun 2015
II. Factor- factor yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan KB:
1. Status kesehatan
2. Efek samping potensial
3. Konsekuensi kegagalan
4. Besar keluarga yang direncanakan
5. Persetujuan pasangan
6. Norma budaya lingkungan dan orang tua.
III. Persyaratan umum dalam metode kontrasepsi ideal:
1. Aman, arinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan
2. Berdaya guna, atinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan
3. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat
4. Terjangkau
5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,
kecuali kontap.
IV. Wewenang Bidan Dalam Pelayanan KB
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui proses pengambilan keputusan dan tindakan
dilakukan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
Area kewenangan Bidan dalam pelayanan keluarga berencana tercantum dalam Kepmenkes
900/Menkes/SK/VII/2002 yaitu bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus
memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi :
1. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD, AKBK, pemberian

suntikan, tablet, kondom, diagfragma, jelly dan melaksanakan konseling.


2. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.
3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompentensi
dan pelaksanaanya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan
melalui pelayanan KB keliling.
4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa Bidan berwewenang melakukan pelayanan
kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari
tenaga ahli.
5. Kewajiban Bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan :
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
b. Memberikan informasi.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
V. PENERAPAN ETIKA DALAM PELAYANAN KB
A. KONSELING
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana. Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya.
Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang
kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang
kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan informasi tentang
kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternative
sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimilikinya.
1. TUJUAN KONSELING:
a. Calon peserta KB memahami manfaat KB bagi dirinya maupun keluarganya.
b. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan berKB , cara
menggunakan dan segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi.
c. Calon peserta KB mengambil keputusan pilihan alat kontrasepsi
2. SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKAN KONSELING YANG BAIK TERUTAMA BAGI
CALON KLIEN BARU
a. Memperlakukan klien dengan baik
b. Interaksi antara petugas dan klien
Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien serta mendorong agar
klien berani berbicara dan bertanya
c. Member informasi yang baik kepada klien
d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien untuk
mengingat hal yang penting.
e. Tersedianya metode yang diinginkan klien
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan
memperlihtkan bagaimana cara penggunaannya. Dapat dilakukan dengan dengan
memperlihatkan dan menjelaskan dengan flipchart, poster, pamflet atau halaman bergambar.
3. LANGKAH LANGKAH KONSELING:
a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya
b. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon
c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat alat kontrasepsi

d. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya sendiri.
4. KETRAMPILAN DALAM KONSELING
a. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:
1) Posisi kepala sama tinggi
2) Beri perhatian dengan kontak mata
3) Sediakan waktu
4) Saling bersentuhan
5) Sentuhlah dengan wajar
6) Beri pertanyaan terbuka
7) Berikan respon
8) Berikan empati
9) Refleks back
10) Tidak menghakimi
b. Membangun kepercayaan dan dukungan:
1) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien
2) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar
3) Memberikan bantuan praktis
4) Beri informasi yang benar
5) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana
6) Memberikan satu atau dua saran.
B. INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang alternative
asuhan yang dialami. Pilihan atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita yang memberi
gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam otonomi pribadi.
Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab dari
pilihannya.
Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan berperan dalam proses
pembuatan informed concent. Yang dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan sepenuhnya
yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai
kebutuhan. Infomed concent adalah suatu proses bukan suatu formolir atau selembar kertas dan
juga merupakan suatu dialog antara bidan dengan pasien/walinya yang didasari keterbukaan akal
dan pikiran yang sehat dengan suatu birokratisasi yakni penandatanganan suatu formolir yang
merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari pihak pasien/walinya telah terjadi.
Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi masalah yang berhubungan dengan agama
sehingga bidan harus bersifat netral, jujur, tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi tertentu.
Mengingat bahwa belum ada satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, maka dengan
melakukan informed choice dan infomed concent selain merupakan perlindungan bagi bidan
juga membantu dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien.
Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang berhubungan dengan sterilisasi,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sterilisasi bersifat permanen, adanya kemungkinan
perubahan keadaan atau lingkungan klien, kemungkinan penyelesaian klien dan kemungkinan
kegagalan dalam sterilisasi.
C. PENCEGAHAN INFEKSI
a. Tujuan

1. Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang bermutu


2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan kontrasepsi AKDR,
suntik, susuk dan kontrasepsi mantap
3. Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis B dan HIV/AIDS
b. Kewaspadaan standar
Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan melaksanakan tindakan sesuai dengan kewaspadaan
standar (standar precaution)
Berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar
1. Anggap setiap orang dapat menularkan infeksi
2. Cuci tangan
3. Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah seperti kulit
terkelupas, membrane mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan
bahan bahan lain yang terkontaminasi atau sebelum melakukan tindakan invasive
4. Gunakan pelindung fisik, untuk mengantisipasi percikan duh tubuh.
5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun membrane mukosa sebelum
melakukan operasi, membersihkan luka, menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan
antiseptic berbahan dasar alcohol
6. Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik, memberikan alat
tajam dengan cara yang aman.
7. Buang bahan bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas
pembuangan dan untuk mencegah cidera maupun penularan infeksi kepada masyarakat
8. Pemrosesan terhadap instrument , sarung tangan, bahan lain setelah dipakai dengan cara
mendekomentasikan dalam larutan klorin 0,5%, dicuci bersih, DTT dengan cara-cara yang
dianjurkan.
D. PENJELASAN / PENERANGAN YANG DIBERIKAN SAAT PEMASANGAN/ ALAT
KONTRASEPSI
1. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan
2. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu
pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang telah diberikan dan
tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
4. Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang prosedur apa yang akan
dikerjakan
5. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat penyuntikan anastesi local,
sedangkan insersinya tidak akan menimbulkan nyeri (bila pemasangan AKBK)
6. Tentramkan hati klien setelah tindakan.
E. PELAKSANAAN TINDAKAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Berdasarkan KEPMENKES RI No. 369/MENKEN/SK/III/2007 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN pada standar V TINDAKAN pada definisi operasional disebutkan bahwa
tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau hasil
kolaborasi
F. MENJAGA KERAHASIAAN DAN PRIVASI KLIEN
Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu kewajiban bidan terhadap tugasnya adalah
setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien

G. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB


Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB Nasional dilaksanakan sesuai dengan
sistim , pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Menteri Pemberdayaan
Perempuan /KepalaBKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29 September 2000.
Sistim pencatatan dan pelaporan program KB nasional saat ini telah disesuaikan dengan tuntutan
informasi , desentralisasi dan perbaikan kualitas.
Sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi meliputi:
1. Kegiatan pelayanan kontrasepsi
2. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik maupun di BPS
3. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
H. CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA DALAM PELAYANAN KB
Tujuh tahun lalu istri saya melahirkan dengan opersai Caesar. Mengingat ingin mengatur jarak
kelahiran, kami memutuskan untuk menggunakan KB suntik,namun ternyata tidak cocok
sehingga beralih ke pil. Enam tahun berselang kami memutuskan untuk memiliki anak lagi.
Setahun pil sudah tidak digunakan lagi, namun tanda-tanda kehamilan belum muncul. Sampai
pada akhirnya pada 4 maret 2006, dokter melakukan USG. Hasilnya amat mengejutkan . Di
dalam rahim istri saya terpasang IUD. Kami tidak pernah berkeinginan menggunakan alat
kontrasepsi IUD. Kalaupun secara sadar menggunakannya , untuk apa masih menggunakan alat
kontrasepsi suntik dan lalu pil selama 6 tahun?.
Kami menduga tindakan pemasangan ( tanpa sepengetahuan dan izin dari kami berdua)
dilakukan saat istri saya dioperasi Caesar. Pihak RS saat itu sama sekali tidak menginformasikan
kepada kami perihal pemasangan IUD. Istri saya diopersi di RS Sunan Gunung Jati Cirebon.
Dengan kasus ini kami menuntut penjelasan dan ganti rugi kepada pihak rumah sakit, seraya
mengingatka kepada keluarga berputra satu lainya yang sulit mendapatkan anak kedua :Anda
mungkin korban programKB yang dicananangkan rumah sakit.
Tertanda: Korban;
Keluaraga armanto joedono, S.Sos.
Sumber : http://armanjd.Wordpress.Com/2006/03/17/sulit-mendapatkan-anak-kedua- andamungkin- korban-malpraktek diakses tanggal 13 April 2009.

ETIKA KELUARGA BERENCANA DAN ETIKA PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program keluarga berencana nasional telah di ubah visinya dari mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas

tahun 2015 keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan
bertakwa kepada Tuhan YME. Dalam paradigma baru program KB ini, misinya sangat
menekankan upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga berdasarkan salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik
Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia adalah bahwa setiap kehamilan harus
merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga
Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.
(Saifuddin, 2003)
Penelitian adalah kegiatan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (baik kegiatan
untuk penemuan, pengujian atau pengembangan) dari suatu pengetahuan dengan cara
mengumpulkan, mencatat & menganalisa data yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan
ilmu pengetahuan (metode ilmiah).
Selain didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah (metode ilmiah), pelaksanaan penelitian harus
mengikuti etika penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika, KB, penelitian, etika KB dan etika penelitian?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan etika, KB, penelitian, etika KB dan etika
penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika (Yunani kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif, maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia.
B. Pengertian Kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah serupa norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi
yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-nortma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka
harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa
yang boleh dan tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
C. Etika Keluarga Berencana (KB)
a) Pengertian
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh

pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan
yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama
yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran
yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD,
dan sebagainya.
b) Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus
Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
Penerapan etika dalam pelayanan KB Implan:
1) Konseling
Merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana dengan melakukan
konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan di gunakan sesuai dengan pilihanya. Jika klien belum mempunyai keputusan karena
disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi kewajiban
bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien,
dengan memberikan beberapa alternatif sehingga pasien dapat memilih sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan yang di milikinya.
2) Informed choice dan informed concent dalam pelayanan keluarga berencana
Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang alternative
asuhan yang dialami. Pilihan atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita yang memberi
gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam otonomi pribadi.
Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab dari
pilihannya.

3) Pencegahan Infeksi
a. Tujuan
Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang bermutu.
Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan kontrasepsi AKDR, suntik,
susuk dan kontrasepsi mantap.
Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis B dan HIV/AIDS.
b. Kewaspadaan standar pelayanan KB membutuhkan kepatuhan melaksanakan tindakan sesuai
dengan kewaspadaan standar (standar precaution).
4) Penjelasan/penerangan yang di berikan saat pemasangan / alat kontrasepsi
Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan.
Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu
pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.

Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang telah diberikan dan
tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
Perlihatkan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang prosedur apa yang akan
dikerjakan.
Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat penyuntikan anastesi local,
sedangkan insersinya tidak akan menimbulkan nyeri (bila pemasangan AKBK).
Tentramkan hati klien setelah tindakan.
5) Menjaga kerahasiaan dan privasi klien berdasarkan kode etik kebidanan
Berdasarkan Kode Etik Kebidanan salah satu kewajiban bidan terhadap tugasnya adalah setiap
bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya,
kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
Contoh : saat petugas akan melakukan pemasangan KB Implan ruangan harus di tutup, sehingga
hanya pasien dan petugas yang ada di dalam ruangan.
c) Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mewakili semua tindakan atau usaha
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Di negara-negara dengan tingkat kelahiran yang tinggi
kontrasepsi diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mengendalikan kelahiran.
d) Etik Keperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan
pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang
bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi
sosial dalam lingkungan.
e) Kode Etik Keperawatan
kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip umum yang telah diterima oleh suatu
profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang
berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan
lain, yang berfungsi untuk ;
a. Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain,
masyarakat dan profesi keperawatan.
b. Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan.
c. Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek
keperawatan.
d. Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989 )
Sebagai negara berketuhanan, segala kebijakan/aturan yang dibuat diupayakan tidak
bertentangan dengan aspek agama yang ada di Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
dan Konghucu). Misalnya sebelum keluarga berencana (KB) dijadikan program nasional, pihak
pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode kontrasepsi yang tidak bertentangan dengan
agama dengan para pemuka agama. Dengan adanya kejelasan tentang program kesehatan
nasional (misalnya KB) dengan ketentuan agama maka perawat tidak ragu-ragu lagi dalam
mempromosikan program tersebut dan dapat memberi informasi yang tidak bertentangan dengan
agama yang dianut. (Etika Keperawatan 82-83)

Mengingat dalam pelaksanaan penggunaan obat, alat cara pengaturan kehamilan berkaitan erat
dengan masalah kesehatan, agar penggunaan alat, obat dan cara pengtauran kehamilan tersebut
tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan, maka cara penggunaan atau metode pelaksanaan
tersebut dilakukan atas petunjuk dan atau oleh tenaga kesehatan.
Dengan demikian hak asasi peserta keluarga berencana tetap terjamin denagn pelaksanaan
tindakan yang baik dan professional oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan keluarga berencana memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya
sesuai denagn standar profesi yang telah ditentukan.
Setiap orang memperoleh ganti kerugian akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana. (Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan : 102)

D. Etika Penelitian
a) Pengertian
Penelitian adalah kegiatan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (baik kegiatan
untuk penemuan, pengujian atau pengembangan) dari suatu pengetahuan dengan cara
mengumpulkan, mencatat & menganalisa data yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan
ilmu pengetahuan (metode ilmiah). Selain didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah (metode
ilmiah), pelaksanaan penelitian harus mengikuti etika penelitian. Etika Penelitian berkaitan
dengan norma-norma :
Norma Sopan-santun, peneliti memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di
masyarakat.
Norma Hukum, bila terjadi pelanggaran maka Peneliti akan dikenakan sanksi.
Norma Moral, peneliti mempunyai itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Minimal ada 4 sebab yang melatar belakangi orang melakukan penelitian menurut Sukmadinata
(2008 : 2) yaitu :
Pertama, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia sangat terbatas
dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Banyak hal yang tidak diketahui,
dipahami, tidak jelas dan menimbulkan keraguan dan pertanyaan bagi dirinya.
Kedua, manusia memiliki dorongan untuk mengetahui atau cariousity. Bagi kebanyakan
orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi
bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan, peneliti dan para pemimpin dibutuhkan jawaban yang
lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komperehensif.
Ketiga, manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan,
ancaman, kesulitan baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta dilingkungan
kerjanya
Keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan
dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan,
selalu ingin menambah dan meningkatkan kekayaan dan fasilitas hidupnya.
Dalam rangka melahirkan sebuah kebenaran empirik dan logis sebagai hasil penelitian yang
sitematis dan logis pula maka dibutuhkan etika sebagai piranti sekaligus rambu bagi peneliti
dalam melakukan kegiatan penelitian. Berikut etika penelitian yang dimaksud :
1. Penelitian sebagai Pencarian Ilmiah yang berpola

Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mengembangkan dan menguji teori. Oleh karena itu,
penelitian harus dilandaskan pada teori-teori yang relevan dengan masalah penelitan yang
diangkat. McMilan dan Schumacher mengutip pendapat Walberg (1986), mengatakan bahwa ada
lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu:
(1) Mengidentifikasi masalah penelitian,
(2) Melakukan studi empiris,
(3) melakukan replikasi atau pengulangan,
(4) Menyatukan (sistesis) dan mereviu,
(5) Menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana.
2. Objektivitas
Penelitian harus memiliki objektiviatas (objektivity) baik dalam karakteristik maupun
prosedurnya. Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas.
Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan tekhnik pengumpulan dan analisis data yang
memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Objektivitas juga
menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari
bias dan subjektivitas.
3. Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara tekhnis instrumen
pengumpulan datanya harus memimiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain
penelitian, pengambilan sampel dan tekhnik analisis datanya tepat. Dalam penelitian kuantitatif,
hasilnya dapat diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan tingkat
komparasi yang konstan.
4. Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dapat dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara
yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif.
Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan,
pengembangan tetapi bukan pengulangan.
5. Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan dan pendekatan empiris yang kuat. Secara umum empiris
berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik,
bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut penghilangan
pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti membuat interpretasi berdasarkan
kenyataan dan nalar yang didasarkan atas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data
yang diperoleh dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat.
6. Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan
menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari sebuah penelitian
adalah mereduksi realita yang kompleks kedalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian
kuantitatif penjelasan singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif
berbentuk deskriptif tentang hal-hal yang esensial atau pokok.
7. Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan proses berpikir,
menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau induktif. Penalaran deduktif, penarikan
kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar maka
kesimpulannya otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidenfikasi hubungan-hubungan baru

dalam pengetahuan yang ada. Dalam penalaran induktif. Peneliti menarik kesimpulan
berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian
peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum.

a.
1.
2.

3.

b.
1.
2.
3.
c.
1.
2.

8. Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolut. Penelitian perilaku dan juga ilmu kealaman,
tidak menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relatif. Semua yang dihasilkan adalah
pengetahuan probabilistik. Penelitian boleh dikatakan hanya mereduksi ketidaktentuan. Oleh
karena demikian, baik kesimpulan kualitatif maupun kuantitatif, bersifat kondisional. Para
peneliti seringkali menekankan/menuliskan bahwa hasil penelitiannya cenderung menunjukkan
atau memberikan kecenderungan.
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu sentral yang
berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang
dipergunakan adalah manusia, maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka penelitian akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia
yang kebetulan sebagai klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperlakukan
subjek penelitian seperti memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut semua
anjuran yang diberikan. Padahal pada kenyataannya, hal ini sangat bertentangan dengan prinsipprinsip etika penelitian.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prisip keadilan.
Prinsip manfaat
Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika
menggunakan tindakan khusus.
Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan.
Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk
apapun.
Risiko (benefits ratio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada
subjek pada setiap tindakan.

Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)


Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to determination)
Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right tu full disclosure)
Informed cosent
Prinsip keadilan
Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
(Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : 114-115)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dapat berarti nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sesuatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Etika mencakup prinsip, konsep dasar dan nilai-nilai yang
membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak. Kode etik suatu profesi adalah serupa
norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa etika dalam penelitian merupakan sebuah keniscayaan untuk dijadikan
sebagai piranti sekaligus pedoman untuk menghindari kegagalan dalam penelitian. Etika yang
dimaksud baik yang berkenaan dengan etika ilmiah maupun etika sosial. Mengedepankan etika
sebagai sumber kepatutan dalam penelitian tidak lepas dari esensi kegiatan penelitian itu sendiri
yaitu untuk menemukan kebenaran dan kemudian mengkontruks kebenaran itu menjadi sebuah
teori. Jadi, kebenaran tercapai setelah persetujuan melalui diskusi kritis (Skiner, 1985 : 128-131).
B. Saran
1. Diharapkan kita dapat memahami dan menerapkan etika dalam menjalankan profesi.
2. Diharapkan kita dapat mengetahui kewajiban dalam menjalankan kewenangannya.
3. Diharapkan kita mengetahui wewenang dalam pelayanan KB.
4. Diharapkan kita dapat mengetahui norma budaya lingkungan yang berlaku pada wilayah
tempat kita berada.

Вам также может понравиться