Вы находитесь на странице: 1из 19

A.

Pengertian Kurang Energi Kronis ( KEK )


Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang
Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan
lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh
World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)
adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
B. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
Cara penilaian status gizi dibagi dua yaitu :
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi ini dibagi empat macam penilaian, yaitu :
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi (Supariasa I, 2001 : 19). Kelebihan pengukuran antropometri, :
- Relatif murah.
- Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar.
- Objektif.
- Gradebel, dapat dirangking apakah ringan, sedang atau berat.
- Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden.
Keterbatasan pengukuran antropometri. :
-

Membutuhkan data referensi yang relevan.

Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum


dikalibrasi),

kesalahan

pada

observer

(kesalahan

pengukuran,

pembacaan, pencatatan).
Hanya mendapatkan data pertumbuhan obesitas, malnutrisi karena
kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena
defisiensi zat gizi mikro. (FKM UI, 2007 : 265).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil
adalah dengan cara metode pengukuran langsung (antropometri) yaitu
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), metode ini digunakan untuk
mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia
Subur (WUS) (Supariasa I, 2001 : 48).
Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK apabila LILA kurang dari
23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan
akan melahirkan BBLR (Supariasa I, 2001 : 82).
Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran
ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh
DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila
LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007 : 4).
Ambang batas LILA WUS adalah 23,5 cm. Bila hasil pengukuran kurang
dari 23,5 cm berarti risiko KEK. Bila lebih dari sama dengan 23,5 cm berarti
tidak berisiko KEK.
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Dapat
dilihat dari jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral.

Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
uji secara laboratorium dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh
Biofisik
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung :
Survei konsumsi makanan
Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis gizi yang dikonsumsi.

Statistik vital
Pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat


penyebab tertentu yang berhubungan dengan gizi.

Faktor ekologik
Mengatakan bahwa jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim dan lain-lain (Supariasa I, 2001 : 20-21).


C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK pada Ibu Hamil
1.) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari :
Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah,
sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya
Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting


yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
o Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu
(Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20
tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang
masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi
selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik
adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan
status gizi ibu hamil akan lebih baik.
o Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas
hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi
yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan
janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
o Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali
dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat
janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau
lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas
viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang
dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang
karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum
kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan
Kesmas FKMUI, 2007).
D. Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan
protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari
dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacangkacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa
atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan
kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan.
Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi
resiko mereka terkena muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan
cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak bias atau tidak mau memberikan ASI,
sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu formula untuk bayi yang
dibuat dengan air bersih yang aman susu sapi normal tidaklah cukup. Sejak
6 bulan, sebaiknya tetap diberikan ASI tapi juga berikan 3-6 sendok makan
variasi, makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak-anak
yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang
cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah
cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan
kesehatan, terutama mencegah cacingan.

Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita
KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hemoglob in
walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi
baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada kelompok kontrol jauh
lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan. Konsumsi makanan yang
tinggi pada ibu hamil pada kelompok perlakuan termasuk zat besi disertai
juga dengan peningkatan konsumsi fiber yang diduga merupakan salah satu
faktor pengganggu dalam penyerapan zat besi.. Pada ibu hamil yang
menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi
tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang
paling rendah.

D.

Definisi Pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA )

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan


Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
6

digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. LILA
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit dperoleh dengan harga yang
lebih murah.Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan, ibu hamil diharapkan
mendapatkan asupan pangan yang adekuat sesuai kebutuhan sehingga dapat
mencapai pertambahan berat badan yang optimal bagi tumbuh kembang janin.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pengukuran LILA adalah untuk
menapis wanita yang berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
karena risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada masa kehamilan. (Arisman.
2007).
Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur adalah salah satu cara
untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu
hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999).
Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini
berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes
untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5
cm (Wirjatmadi, 2007)
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang
menderita Kurang Energi Kronis. Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK
di Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah ( Arisman, 2007).
I.

Cara mengukur LILA

1.

Persiapan alat

Pita pengukur LILA

Buku catatan dan alat tulis

2.

Prosedur pelaksanaan

Memberitahu pasien tindakan yang dilakukan

Menetapkan posisi bahu dan siku

Menetukan titik tengah lengan

Melingkari pita LILA pada tengah lengan

Pita jangan terlalu ketat dan jangan gterlalu longgar

Mencatat hasil

A.
Pengertian Pemeriksaan Laboratorium (Hb)
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan/sampel dari penderita, dapat berupa urine (air
kencing), darah, feses. Sedangkan Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut

oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan
lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus
heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Eko, Nurul, dkk. 2010).
B.
Tujuan Pemeriksaan Laboratorium
1.
Mendeteksi penyakit.
2.
Menentukan resiko.
3.
Memantau perkembangan penyakit.
4.
Memantau pengobatan dan lain-lain.
5.
Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan
potensial membahayakan.
(Eko, Nurul, dkk. 2010)
C.
Prosedur Pra Instrumen
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien, dan
dokter.
Hal
ini
karena
tanpa
kerjasama
yang
baik
akan
mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang harus dilakukan dalam tahap pra instrumentasi meliputi :
1.
Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2.
Persiapan pasien.
3.
Persiapan alat yang akan dipakai.
4.
Cara pengambilan sample.
5.
Penanganan awal sample ( termasuk pengawetan ) dan transportasi
(Eko, Nurul, dkk. 2010)
D.
Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh petugas
kesehatan dan dipindahkan kedalam formulir. Hal ini penting untuk mengulangi
pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien
sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir
dilakukan secara lengkap dengan meliputi identitas pasien : nama,
alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter, pengirim,
tanggal dan kalau diperlukan pengaobatan yang sedang dilakukan. Hal ini penting
untuk menghidari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu interpretasi terutama
pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang. (Kusmiyati,
Yuni. 2008)
E.
Persiapan Pasien
1)
Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urine akan menjadi lebih
pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah.
Kecuali ada intruksi dan indikasi khusus ataas perintah dokter.
Selain itu ada juga pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti : jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh
waktu pengambilan. Kadar besi serum menjadi lebih tinggi pada pagi hari dan

lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 Hg/dl. Jumlah eosinofil akan
lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah
malam sampai pagi.
2)
Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian
pula sebaliknya. Hal lain yang penting dalam persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun
atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau
menjadi obyek.
3)
Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi
petugas kesehatan sehingga tidak salah persiapan dan terkesan profesional dalam
bekerja.
4)
Pengambilan darah
Yang harus disiapkan antara lain : kapas alkohol 70%, karet pembendung atau
torniket, spuit sekali pakai umumnya2,5 ml atau 5 ml, Penampung kering bertutup
dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diinginkan oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
5)
Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatiakan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa
yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga
tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena
kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan
konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Sayarat mutlak
lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit pada daerah tersebut,
tidak pucat, dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : pada umumnya
didaerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau daerah didekat pergelangan tangan.
Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak
didaerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan didaerah lipat paha (arteri femolaris) atau daerah
pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil di ujung jari
tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus
pada bayi dapat diambil di ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
a)
Cara pengambilan darah kapiler
Dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% biarkan kering, lakukan tusukan
dengan arah memotong garis sidik jari, tetesan pertama dibuang dengan
menggukanan kapas kering, selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan
tabung kapiler.
b)
Cara pengambilan darah vena
Lakukan pembendungan dengan torniqet, lakukan tindakan aseptik dengan
menggunakan lkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah,
biarkan kering sambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas
arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30 terhadap permukaan kulit.

10

Bila sudah terkena venanya, hisap pelan-pelan darah sehingga tidak terajadi
hemolisis, cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dn menekan daerah tusukan.
Jarum dilepas dan alirkan darah kedalam penampung melalui dinding pelampung
perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis. Bila penampung menggunakan
antikoagulen segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoalagulan Na2EDTA/
K2EDTA, sedang hemostosis digunakan Na sitrat 0.109 M. Jangan melakukan
pembendungan terlalu lama karena akan merubah komposisi plasma karena terjadi
hhemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari
karena akan terbawa cairan jaringan.
c)
Cara pengambilan darah arteri
Siapkan semprit yang sudah dibasahi antikoagulan heparin steril, tanda-tanda
pembuluh darah arteri/ nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada
venabula telah ditemukan arteri, lakukan tindakan aseptis dengan alkohol 70 %
dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut kemudian
lakukan tusukan/ pungsi tegak lurus (karena letaknya dalam) sampai terkena arteri
tersebut. Bila arteri telah tercapai maka akan tampak darah yang akan mengalir
sendiri oleh tekanan darah kedalam semprit yang telah mengandung
heparin.Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena
udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampu rata dan tidak membeku.
Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darak mengalir. Hal ini
tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada
arteri.Segera kirim kelaboratorium (sito).
Perbedaan darah arteri dan vena :
1)
Lokasi tusukan lebih dalam.
2)
Teraba denyutan yang tidak teraba pada vena.
3)
Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena.
4)
Darah akan mengalir sendiri kedalam semprit.
d)
Penanganan awal sample dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sumber kesalahan ada disini.
Yang harus dilakukan :
1)
Catat dalam buku ekspedisi dan cocokkan sample dengan label dan
formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung
biayanya (lunas).
2)
Jangan lupa melakukan hemogenisasi pada bahan yang mengandunng
antikoagulan.
3)
Segera tutup yang ada sehingga tidak tumpah.
4)
Segera dikirim kelaboratorium karen tidak baik melakukan penundaan.
5)
Perhatiakn persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri
untuk analisis gas darah, harus menggunakan suhu 4-8 C dalam air es bukan es
batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai kelaboratorium dalam
waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertuntanya pengiriman sample
sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh Penundaan pengiriman
darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium.
Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. (Uliyah, Musrifatul, dkk.
2008).

11

I.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.
Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Saifudin, abdul bari,dkk. 2008)

12

Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea


dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga
menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Sofyan,
Mustika.2006).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Varney, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan
gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung
lama (umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang janin. (Manuaba, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang
umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama trimester pertama kehamilan. (Varney, 2007)
Dari devenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang
berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan
minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.

B.
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi.
Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut:
1.
Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
3.
Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
4.
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

13

Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti.


Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu
mengurangi frekuensi muntah. (Wiknjosastro, 2005)
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum yatitu :
1.
Psikologis, bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya. Atau
kehamilannya di terima atau tidak.
2.
Fisik
Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan
human chorionic gonadothropin
a.
Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
b.
Primigravida lebih sering dari multigravida.
c.
Semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
d.
Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
C.
Gejala Umum Hiperemesis Gravidarum antara lain:
1.
Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
2.
Muntah setelah makan atau minum
3.
Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-rata
kehilangan BB 10% )
4.
Dehidrasi
5.
Penurunan jumlah urine
6.
Sakit kepala
7.
Bingung
8.
Pingsan
9.
Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )
D.
Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan
perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik
yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat
menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital
berikut ini
1.
Liver
a.
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b.
Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c.
Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan
gangguan fungsi umum.
2.
Ginjal
a.
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti
asam laktat dan benda keton
b.
Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal

14

c.
Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
d.
Mungkin terjadi albuminuria
3.
Sistem saraf pusat
a.
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
b.
Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak
fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan
gejala: nistagmus, gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
c.
Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)
E.
Tanda dan Gejala
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3
tingkatan, yaitu :
1.
Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrum. Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2.
Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3.
Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro,
2005)
F.
Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat
pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus
dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat memepngaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Wiknjosastro,
2005)

15

G.
Komplikasi
1.
Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat,
koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit kuning,
kekurangan gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis,
deconditioning, avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi
merupakan komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang
wanita dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah korban
diduga penyakit ini.
2.
Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari 7 kg
(15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia
kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari
wanita dengan hiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari
7 kg muncul mirip sebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada
jangka panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu
hiperemesis.
H.
Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit denagn
teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
1.
Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang
teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara
yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita
mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

16

3.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin
C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak
cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik.
5.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit
diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi
dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital. (Wiknjosastro, 2005).

. Pengertia anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang dapat melemahkan tubuh yang di
sebabkan kekurangan sel darah merah. Anemia merupakan kondisi tubuh ibu

17

dengan kadar Haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr %. Sedangkan


anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemglobin dibawah gr
% pada trimester I dab III atau kadar darah < 10,5 gr % pada trimester II.
B. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
o Pucat
o Lemah
o Letih
o Lesu
o Nafas terengah-engah
o Nyeri dada
o Ikterus/kekuningan
o Petechiae/bintik-bintik merah
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciriciri di atas, dan unutuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah.
C. Macam-macam anemia pada ibu hamil dan penyebabnya

Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi

Anemia karena perdarahan

Anemia karena radang/ keganasan

Anemia aplastik karena kerusakan sumsum tulang

Anemia hemolitik karena usia sel darah merah yang pendek

Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan

Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit


D.

Faktor resiko anemia pada ibu hamil


Umur < 20 tahun atau > 35 tahun
Pendidikan rendah
Perdarahan akut
Pekerja berat
Konsumsi tablet penambah darah < 90 butir
Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi

E.

Etiologi

Kebanyakan enemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan


perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Penyebab
anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Kurang gizi ( malnutrisi )
2.
Kurang zat besi dalam diit
3.
Malabsorpsi
4.
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria, dan lainlain
F.

Pengaruh anemia pada ibu hamil


Abortus
Persalinan preterm/sebelum waktunya

18

Proses persalinan lama


Perdarahan setelah persalinan
Syok
Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
Payah jantung
Bayi lahir prematur
Kematian ibu
Bayi cacat bawaan
Kekurangan cadangan besi
Kematian janin

G. Peatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil


Pencegahan bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak
konsumsi makan yang mengandung zat besi seperti sayur mayur dan buahbuahan.
Memakan makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
Memakan makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar
penyerapan zat besi.
Minum pil penambah darah secara teratur
Mengindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi.

19

Вам также может понравиться