Вы находитесь на странице: 1из 3

Nama

NIM

: Arif Rahman Hakim


: D74213051
Pesona Di Balik Tembok

Menjadi mahasiswa yang tergabung dalam program penggeraak


literasi merupakan sebuah pengalaman yang berkesan. Pengalaman demi
pengalaman bertumpuk, menyimpan berbagai kenangan yang sungguh
tidakingin

untuk

dilupakan.

Perjalan

saya

menjadi

mahasiswa

penggerakliterasi adalah dengan melakukan pendaftaran setelah mendapat


pengumuman pembukaan program literasi bagi para mahasiswa yang
berminat. Tak disangka, terdapat seleksi untuk dapat masuk kedalam
program literasi tersebut. Setalah menjalani tes seleksi, menunggu beberapa
minggu, akhirnya nama-nama yang masuk dan diterima sebagai mahasiswa
literasi diumumkan di SIAKAD Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Setelah pengumuman, terjadi masa yang membingungkan, yaitu tidak
adanya pemberitahuan lanjutan mengenai program literasi tersebut. Dan
pada akhirnya, setelah beberapa minggu berlalu, diumumkanlah jadwaljadwal yang akan dilakukan oleh para penggerak literasi. Namun, sangat
disayangkan, pada saat yang sama, saya harus berada di luar provinsi.
Dikarenakan pemberitahuan yang sangat mendadak, acara yang dilakukan
hanya berjarak 3 hari dari pemberitahuannya. Dengan sangat terpaksa, saya
harus izin secara pribadi kepada salah satu dosen yang menjadi panitia dari
program tersebut karena tidak dapat menghadiri pelatihan.
Penempatan yang dilakukan oleh panitia terhadap mahasiswa yang
tergabung dilakukan setelah pembekalan terakhir yang saya lewatkan.
Karena itu, saya harus mencari tahu sendiri dimana saya ditempatkan
dengan membuka pengumuman yang terdapat di website Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Disitu, saya mendapati telah
ditempatkan Pondok Pesantren Al-Huda Surabaya.
Perjalanan pertama saya ke Pondok Pesantren Al-Huda, tepatnya hari
senin tanggal 1 Februari 2016 bersama dengan seluruh anggota kelompok.
Disana, kami diterima oleh pengurus Pondok Pesantren Al-Huda Surabaya.
Dengan ramah, beliau menerima kami, setelah kami menyampaikan maksud
kedatangan kami, ternyata pihak pondok pesantren telah mengetahui
program ini akan berlangsunng. Sehingga, kami tidak perlu memulai dari nol
dalam menjelaskan program litersi ini. Pertama, pihak pondok pensantren AlHuda Surabaya meminta Kartu Tanda Mahasiswa yang kami miliki sebagai
data. Lalu, setelah berbicara mengenai tujuan, kami diajak untuk melihatlihat kondisi awal dari perpustakaan pondok pesantren yang terletak di lantai
2 masjid yang terdapat di dalam pondok pesantren.
Pondok pesantren ini memiliki bangunan berbentuk O, dengan 2 lantai.
Ruangan-ruangan dilantai bawah difungsikan sebagai kelas-kelas untuk
proses belajar mengajar. Dilantai atas, difungsikan sebagai kamar para santri
dan kantor pengasuh dan ruang penerimaan tamu, dan perpustakaan.
Perpustakaan pondok pesantren Al-Huda memiliki 3 lemari besar, 2 lemari
penuh dengan kitab-kitab kuning khas pondok pesantren salaf. Satu lemari
lagi terbagi menjadi dua, lemari yang atas juga berisi kitab-kitab kuning yang
umurnya sudah satu abad lebih. Dan dibawahnya inilah terdapat beberapa
buku umum yang bisa dikatakan koleksinya masih sangat kurang untuk
sebuah perpustakaan pondok pesantren ataupun sekolah. Dan ironisnya,
lemari yang boleh dibuka hanya setengah dari lemari terakhir yang hanya
terdiri dari 2 ruas rak.
Setelah selesei melihat-lihat, kami diberi tahu bahwa program dapat
dimulai pada hari rabu, dikarenakan kebiasaan dari pondok pesantren AlHuda Surabaya adalah memulai segala sesuatu pada hari rabu, sesuai
dengan kitab talimul mutaalim, sekaligus diminta untuk menyetorkan

program-programapa saja yang akan kami terapkan selama program literasi


di pondok pesantren Al-Huda berlangsung.
Pengalaman-pengalaman unik mengiringi program yang kami jalani,
seiring dengan celoteh para siswa yang sungguh menyenangkan untuk
ditertawakan. Pengalaman yang unik sangat terasa saat pertama kali
dimulainya program pelatihan, saat ditanyai mengenai cita-cita, dengan
wajah malu-malu mereka menjawab. Namun, sangat disayangkan, karena
dari sekitar 15 anak dalam kelas, variasi dari cita-cita yang mereka inginkan
untuk diraih hany sekitar 4 jenis. Hampir semua dari mereka hanya
menjawab untuk menjadi penceramah dan ustadz. Namun, ada 1 siswa yang
dengan lantangnya berkata saya ingin membuat mobil mas, terangnya.
Saya sebagai pemateri saat itu tersenyum lebar mendengar jawaban yang
berani berbeda dari teman-teman mereka yang terkesan menjawab secara
ikut-ikutan.
Bakat-bakat seni yang terpendam, seperti bakat menggambar, bakat
menulis, bahkan bakat untuk membuat prakarya sangat terlihat jelas dari
beberapa santri yang terlibat dalam program literasi kami. Terutama pada
saat

proses

pembuatan

majalah

dinding,mereka

dengan

antusias

menggambar ini itu, mengecat sana-sini, sehingga tercipta majalah dinding


yang sangat menarik, dan baru pertama kali mereka buat selama berada di
pondok pesantren Al-Huda Surabayya. Setalah proses pembuatan majalah
dinding, majalah dinding tersebut ditempelkan di dinding perpustakaan.
Harapan kami sebagai mahasiswa penggerak literasi, program-program yang
kami jalankan dapat berjalan dengan semestinya dan terus berlanjut meski
kami sudah tidak dapat menemani.

Вам также может понравиться