Вы находитесь на странице: 1из 37

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Skenario 5
Blok 10 ini.
Makalah Skenario 5 ini kami susun karena merupakan sebagian tugas yang
telah diberikan dan pada kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih
kepada beberapa pihak media dan drg. Retno Kusniati selaku dosen tutorial blok
sepuluh yang senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan makalah
skenario lima ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan
para pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, kami lampirkan beberapa jurnal.
Dalam pembuatan makalah ini telah disadari terdapat beberapa
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan
kepada semua pembaca agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah tutorial ini.

Semarang, 11 April 2016

Penyusun

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................1


DAFTAR ISI ........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan .....4
1.4 Manfaat .......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Skematik..6
2.2 Temporomandibula Disorder.......................................................................6
2.3 Klasifikasi Dislokasi Mandibula..................................................................8
2.4 Etiologi Dislokasi Mandibula.10
2.5 Sign and Symptom Dislokasi Mandibula....................................................10
2.6 Faktor Resiko Dislokasi Mandibula ..11
2.7 Pemeriksaan Dislokasi Mandibula.............................................................14
2.8 Penatalaksanaan Dislokasi Mandibula.......................................................19
BAB III PEMBAHASAN ..24
3.1 Skenario 5...................................................................................................24
3.2 Definisi Dislokasi Mandibula ke arah Anterior.........................................24
3.3 Etiologi Dislokasi Mandibula ke arah Anterior.........................................25
3.4 Patofiologi Dislokasi Mandibula ke arah Anterior26
3.5 Sign and Symptom Dislokasi Mandibula ke arah Anterior...28
3.6 Pemeriksaan Dislokasi Mandibula ke arah Anterior.28.
3.7 Penatalaksanaan Dislokasi Mandibula ke arah Anterior...32
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................35
4.1

Kesimpulan ............................................................................................35

4.2

Saran 35

AYAT DAN HADIST .......................................................................................36


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................37

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Temporomandibular joint (TMJ) adalah Sendi temporomandibula terdiri dari
prosesus kondilus merupakan bagian yang bergerak dan berartikulasi dengan
eminensia artikular yang membentuk aspek anterior dari fossa glenoid . Dalam
keadaan normal, saat membuka mulut, kondilus berputar terhadap diskus dan akan
bergeser ke anterior dan ke bawah sepanjang eminensia artikularis (rotasi),
selanjutnya diskus akan bergeser mengikuti gerakan kepala kondilus, gerakan ini
yang disebut dengan translasi. Temporomandibula merupakan sendi yang
bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang
mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. Selain gerakan
membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula juga bergerak meluncur
pada suatu permukaa (ginglimoathrodial). Selama proses pengunyahan sendi
temporomandibula menopang tekanan yang cukup besar. Oleh karena itu, sendi
temporomandibula mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar kranium dan
mandibula tidak bergesekan. Sendi tempromandibula mempunyai peranan penting
dalam fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Identifikasi anatomi maupun
radioanatomi dari struktur persendian ini merupakan suatu hal yang sebaiknya
dapat dipahami secara baik. Pemahaman struktur sendi temporomandibula dapat
berguna bagi dasar diagnosis dan perawatan dalam upaya penanganan keluhan
pasien, terutama masalah yang menyangkut oklusi dan fungsi fisiologis
pengunyahan.
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala,
sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami
masalah yang serius.. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan dislokasi
temporomandibular join yang merupakan bagian dari temporomandibular disorder
yang sering terjadi dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Kasus ini merupakan
pergerakan kedepan yang eksesif dari kondilus, sehingga kondilus bergeser ke
anterior eminensia artikularis dan terfiksasi karena spasme otot-otot pengunyahan
Masalah tersebut berupa mulut terbuka dengan dagu maju, nyeri saat membuka,
menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut
terkunci Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 3

menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri
sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular.
Dalam sistem stomatognati, fungsi fisiologis dari pergerakan rahang
ditunjang oleh keharmonisan oklusi gigi. Oklusi yang baik dibentuk oleh susunan
gigi dan lengkung rahang yang seimbang dalam posisi oklusi sentrik. Perubahan
oklusi dapat disebabkan berbagai hal, antara lain karena hilangnya gigi karena
proses pencabutan. Kehilangan gigi yang dibiarkan tanpa segera disertai
pembuatan protesa, dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola oklusi karena
terputusnya integritas atau kesinambungan susunan gigi. Pergeseran atau
perubahan inklinasi serta posisi gigi, disertai ekstrusi karena hilangya posisi gigi
dalam arah berlawanan akan menyebabkan pola oklusi akan berubah, dan
selanjutnya dapat menyebabkan tarjadinya hambatan atau interference pada proses
pergerakkan rahang.

Gambaran radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus, dan


badan mandibula dalam satu foto. Gambaran ini biasanya penting untuk
mengevaluasi kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau
patahan dari fraktur. Selain itu, di dalam foto panoramik terlihat regio prossessus
kondilaris dan subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan
perbandingan antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk
mendiagnosa fraktur kondilus. Sedangkan perbandingan sendi penting dalam
hubungannya dengan pertumbuhan yang abnormal, seperti yang diperlihatkan
pada agenesis kondilaris, hyperplasia, atau hipoplasia serta ankilosis
. 1.2Rumusan Masalah

1. Apa saja klasifikasi dislokasi mandibula?


2. Apa saja factor resiko dislokasi mandibula?
3. Apa definisi dari dislokasi mandibula ke arah anterior?
4. Apa etiologi dari dislokasi mandibula ke arah anterior?
5. Bagaimana patofiologi dislokasi mandibula ke arah anterior?
6. Apa sign and symptom dislokasi mandibula ke arah anterior?
7. Bagaimana cara pemeriksaan dislokasi mandibula ke arah anterior ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi mandibula ke arah anterior ?
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 4

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dislokasi mandibula
2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko dislokasi mandibula
3. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari dislokasi mandibula ke arah
anterior
4. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari dislokasi mandibula ke arah
anterior
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dislokasi mandibula ke arah
anterior
6. Mahasiswa mampu menjelaskan sign and symptom dislokasi mandibula ke
arah anterior
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan dislokasi mandibula ke arah
anterior
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dislokasi mandibula
kearah anterior

1.4 Manfaat
Dengan mempelajari sendi Temporo mandibula join, diharapkan para
mahasiswa calon dokter gigi mampu mengetahui serta memahami mengenai
setiap komponen dari temporomandibula join serta dapat mengetahui gangguan
dari TMJ atau dislokasi mandibula meliputi etiologi, klasifikasi, patofisiologi ,
sing and symptom dan cara

penanganan yang tepat dari gangguan sendi

Temporomandibula Join.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skematik

2.2 Temporomandibula Disorder


Temporomandibular disorder (TMD) adalah suatu gangguan yang terjadi
karena pergeseran sendi. penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak
nyaman. walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat.suatu
gangguan sendi rahang yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi seharihari. Penyebab gangguan TMD masih belum jelas diketahui kemungkinannya
multifaktoral, karena gangguan fungsional dan kelainan struktural. Penyebab
terbanyak seperti kehilangan gigi, kebiasaan buruk (bruxism, mengunyah satu sisi,
bertopang dagu sebelah sisi) Sepertiga orang dewasa melaporkan adanya satu atau
lebih tanda-tanda gangguan temporomandibular joint (TMJ).3 Penderita dengan
gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai
dengan rasa sakit yang hebat. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri, bunyi clicking
pada sendi mandibula.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 6

Beberapa orang yang memiliki tanda-tanda tersebut banyak yang tidak


menghiraukan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu dislokasi atau rahang terkunci.
Dislokasi dapat terjadi satu sisi atau dua sisi, dan dapat bersifat akut, kronis, dan
rekuren sehingga penderita akan mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal
dari kapsula pendukung dan ligamen. Prevalensi secara keseluruhan berkisar 1%75%. Prevalensi untuk laki-laki sekitar 3%-10% , perempuan 8%-15%. Prevalensi
lanjut usia yang kehilangan banyak gigi 68%. Etiologi gangguan sendi
temporomandibula multifaktoral. Secara umum dibagi menjadi kelainan struktural
dan gangguan fungsional. Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan
perubahan struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal,
dan infeksi. Gangguan fungsional adalah masalah TMJ yang timbul akibat fungsi
yang menyimpang karena adanya kelainan pada posisi atau fungsi gigi geligi dan
otot kunyah. Makro trauma adalah tekanan yang terjadi secara langsung, dapat
menyebabkan perubahan pada bagian discus articularis dan processus condylaris.
Hal ini mengakibatkan penurunan fungsi pada saat pergerakan, dan pada
gangguan fungsional posisi discus articularis dan processus condylaris dapat
berubah secara perlahanlahan yang dapat menimbulkan gejala clicking.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 7

2.3 Klasifikasi Dislokasi Mandibula


A. Dislokasi berdasarkan letak condylus

1. Dislokasi anterior
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior
terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi
akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah
membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat
mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan
condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa
temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan
trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis.
2. Dislokasi posterior
biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus
mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus
externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.
3. Dislokasi superior
Biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang
berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi
pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan
nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.
4. Dislokasi lateral
biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke arah
lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal
kepala.
Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan
menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 8

Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun


biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti
menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi
anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik.

Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada


pasien dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal
(kongenital),

kehilangan

kapsul

sendi

akibat

riwayat

disloasi

sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.

Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani


sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam
waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka.

B. Dislokasi Berdasarkan Lama Terjadinya


1. Dislokasi Akut

Dislokasi akut yaitu dislokasi yang terjadi hanya sekali ataupun tidak sering
dan tanpa disertai symptom. Disloaksi akut sering terjadi secara tiba-tiba dan
biasanya terjadi pada saat pasien membuka mulutnya terlalu lebar. Mulut yang
terbuka lebar biasanya disebabkan karena menguap , berkumur-kumur ataupun
pada saat prosedur operatif di rongga mulut. Dislokasi dapat di sertai dengan
rasa sakit, karena kepala kondilus bergerak kearah depan secara tidak normal,
sehingga diskus terdorong pada dinding kapsul posterior yang sensitif atau
akibat tekanan pada tepi diskus.

2. Dislokasi Kronis
Dislokasi

kronis

berkepanjangan

dapat

(prolonge)

di

bedakan
dan

menjadi

kebiasaan

dislokasi

(habitual).

rekuren,
Dislokasi

berkepanjangan dapat timbul bila dislokasi akut di diamkan saja tanpa


perawatan selama berminggu-minggu.
Pada dislokasi rekuren , penderita sering mengalami dislokasi, namun tidak
dapat mereposisi sendi rahangnya. Sedangkan pada dislokasi habitual,
penderita berulang-ulang mengalami disloaksi sendi rahang, tetapi dapat
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 9

mereposisi sendi rahangnya. Pada dislokasi rekuren dan habitual umumnya


sudah terjadi perubahan bentuk kapsul maupun ligamennya, sehingga terjadi
gerakan sendi hipermobilitas.

2.4 Etiologi Dislokasi Mandibula


- Trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga,
kekerasan
- Membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi
- Membuka mulut yang berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT,
membuka mulut secara kuat dari prosedur anastesi dan endoskopi
- Gigitan silamg dan gigitan terbuka
- Perubahan komponen structural seperti kapsul longgar, ligamen dan atropi
kondilus kecil atau pendek, hipoplasia lengkungan zigomatik
- Pasien mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak
berkembang dengan baik;
- Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan
mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren);
- Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama;
- Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis;
- Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple
trauma.
- Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gnagguan
neurologis
2.5 Sign And Symptom Dislokasi Mandibula
- Rasa sakit atau nyeri rahang pasien.
-

Sakit nyeri di dalam dan sekitar telinga pasien.

Kesulitan mengunyah atau ketidaknyamanan saat mengunyah.

Nnyeri pada sekitr wajah

Sakit terasa semeprti mengunci sendi, sehingga sulit untuk membuka atau
menutup mulut pasien

gangguan TMJ juga dapat menyebabkan suara klik atau sensasi kisi ketika
Anda membuka mulut Anda atau mengunyah. Tapi jika tidak ada rasa

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 10

sakit atau keterbatasan gerakan yang terkait dengan mengklik rahang


Anda, Anda mungkin tidak perlu pengobatan untuk gangguan sendi rahang
(Jubhari,2002).

2.6 Faktor Resiko Dislokasi Mandibula

Fossa mandibularis yang dangkal

Condylus yang kurang berkembang sempurna

Ligamen TMJ yang longgar

Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom EhlersDanlos

SINDROM MARFAN
Sindroma marfan merupakan kelainan berupa jaringan ikat yang tumbuh terus.
Kelainan ini bersifat autosomal dominan (herediter), dan dapat timbul pada
orang yang bahkan tidak punya riwayat yang sama pada keluarganya. Faktor
Resiko: tidak ada predileksi nyata dengan ras, etnik dan jenis kelamin.
Patofisiologi: Gen FBN 1 berperan dalam pembuatan protein yang disebut
fibrilin. Protein ini diangkut ke luar sel menujun matriks ekstraseluler yang
akan berikatan dengan molekul fibrilin lain dan protein untuk membentuk
jalinan filamen yang disebut mikrofibril. Mikrofibril merupakan bagian dari
serat elastis yang ada pada kulit, ligamen, dan pembuluh darah. Mikrofibril
juga ada dalam jaringan penyokong yang menyokong jaringan pada lensa mata,
saraf, otot. Selanjutnya mikrofibril memegang peran penting dalam mengatur
faktor pertumbuhan (Protein Transforming Growth Factor 'TGF-beta').
Peran mikrofibril: pertahankan kondisi TGF-beta dalam keadaan tidak aktif.
Bila TGF-beta dilepaskan dari mikrofibril, maka akan mengakibatkan
pertumbuhan terus-menerus dari jaringan yang bersangkutan.
Mutasi pada FBN1 mengakibatkan ketidaknormalan produksi protein fibrilin
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, jumlah fibrilin yang
akan diubah membentuk mikrofibril juga sedikit. Berkurangnya mikrofibril ini
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 11

menurunkan elastisitas serat dan memacu aktivitas berlebihan dari TGF-beta


sehingga terjadi pertumbuhan yang terus-menerus.

Manifestasi Klinis:
- Skeletal:
o Perawakan tinggi
o Lengan dan kaki panjang dan kurus (dolikostenomilia). Rentangan
tangan lebih panjang jadi pada tinggi badan.
o Araknodaktil: jari tangan dan kaki panjang (spider-like finger)
o Wajah sempit
o Palatum sangat melengkung
o Deformitas pada dada
o Gigi yang overcrowded
o Skoliosis
o Hiperfleksibel sendi
- Mata : Ektopik lensa. Meningkatnya resiko glaukoma, early katarak.
- Cardiovaskular : Defek katup jantung, aorta dilatasi dan diseksi
- Paru : bula => pneumonia spontan

SINDROM EHLERS-DANLOS
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 12

Definisi
Ehlers-Danlos Syndrome adalah suatu penyakit herediter yang jarang terjadi
pada jaringan ikat (connective tissue) dan memiliki manifestasi pada rongga
mulut. Mula-mula ditandai dengan penyakit kulit dan kelainan pada sendi,
dimana kondisi kulit mengalami hyperelastic dan mudah memar. Tidak hanya
itu, kelainan juga terjadi pada aliran darah. Menurut literatur sindrom ini
pertama kali ditemukan pada seorang pemuda Spanyol, yang mana dia mampu
meregangkan otot-otot kulit dadanya dari sebelah kanan ke sudut kiri
mandibula.
Pada tahun 1901, Edvard Ehlers seorang ahli kulit melaporkan seorang pasien
dengan kondisi sendi longgar, hyperplastic dan kecenderungan mudah memar
pada kulit dan pada tahun 1908 Henri-Alexandre Danlos menggambarkan
seorang pasien dengan kulit yang tipis dan hiperplastik serta menggambarkan
molluscoid pseudotumors pada pasien luka memar yang kronik pada
jaringan yang mudah rusak.

Etiologi
Penyebab dari Ehlers-Danlos Syndrome adalah kelainan pada gen yang
mengendalikan pembentukan jaringan ikat (kolagen), yaitu mutasi dari gen
ADAMTS2, COL1A1, COL1A2,COL3A1, COL5A1, COL5A2, PLOD1 dan
TNXB. Mutasi dari gen ini selalu merubah struktur, produksi, atau proses dari
kolagen atau protein yang berinteraksi dengan kolagen. Kolagen menyediakan
struktur dan kekuatan ke connective tissue di seluruh tubuh. Kerusakan dari
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 13

kolagen dapat melemahkan connective tissue pada kulit, tulang, pembuluh


darah dan organ yang merupakan karakteristik dari penyakit ini.

Klasifikasi
Klasifikasi dari Ehlers-Danlos ada dua,berdasarkan Villefranche types dan
Corresponden Berlin types, yaitu:
Berdasarkan Villefranche types, yaitu:
1. Classical (tipe I dan tipe II)
2. Hypermobility (tipe III)
3. Vascular (tipe IV)
4. Kyphoscoliosis (tipe VI)
5. Arthrochalasia (tipe VIIa dan tipe VIIb)
6. Dermatosparaxis (tipe VIIc)
Berdasarkan Corresponden Berlin types, yaitu:
1. Tipe I (gravis)
2. Tipe II (mitis)
3. Tipe III (hypermobile)
4. Tipe IV (arterial-ecchymotic)
5. Tipe VI (ocular-scoliotic)
6. Tipe VIIa (arthrochalasis multiplex congenital)
7. Tipe VIIb (arthrochalasis multiplex congenital)
8. Tipe VIIc (human dermatosparaxis)

Tipe-tipe lainnya pada Ehlers-Danlos Syndrome, yaitu : tipe V, tipe VIII, tipe
IX, tipe X, dan tipe XI. Semua ini sangat jarang dan keberadaanya masih
dipertanyakan dan tidak termasuk kedalam tipe Villefranche.

2.7 Pemeriksaan Dislokasi Mandibula


A. Anamnesis
Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, meliputi
anamnesis dan pemeriksaan gigi, penting untuk mendiagnosis kondisi kondisi
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 14

spesifik untuk menentukan pemeriksaan lebih lanjut, jika ada, dan untuk
memberikan terapi spesifik.
a. Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer berlebihan
(dihubungkan dengan terjadinya gangguan TMJ)
b. Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri
c. Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi yang
buruk, dan atau stress emosional.
d. Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan prevalensi tinggi
gangguan TMJ.
e. Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri leher dan
bahu.
f. Dokter sebaiknya menanyakan tentang clenching di siang hari atau
malam hari. Clenching di siang hari memiliki asosiasi yang kuat dengan
dislokasi TMJ dibandingkan dengan bruksisme malam hari.
g. Pasien akan mengeluhkan gejala berikut: 5

Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan mengunyah,


dan menyebar ke kepala tetapi tidak seperti sakit kepala. Mungkin
unilateral pada sisi dislokasi TMJ, kecuali pada rheumatoid arthritis.
Nyeri: biasanya sering dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam
disertai dengan nyeri tajam yang intermiten seiring dengan gerakan
rahang

Klik, pop dan snap: Suara ini biasanya dihubungkan dengan nyeri
pada dislokasi TMJ. Klik dengan nyeri pada dislokasi disk anterior
disebabkan oleh reduksi mendadak dari pita posterior ke posisi normal.
Klik terisolasi sangat umum pada populasi umum dan bukan faktor
risiko terjadinya kelainan TMJ.

Episode terkunci dan pembukaan rahang yang terbatas; Keadaan


terkunci

dapat

terbuka

atau

tertutup,

open

lock

adalah

ketidakmampuan untuk menutup mulut dan terlihat saat dislokasi


anterior kondilus mandibular di depan tonjolan artikuler. Jika tidak
dikurangi segera maka sangat menyakitkan. Closed lock adalah

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 15

ketidakmampuan untuk membuka mulut karena nyeri atau perubahan


lokasi sendi.

Nyeri kepala: Nyeri dislokasi tidak seperti nyeri kepala biasa.


Dislokasi TMJ mungkin menjadi pencetus pada pasien untuk
mengalami sakit kepala, dan saat berkaitan dengan dislokasi TMJ akan
cenderung untuk menjadi berat secara alamiah. Beberapa pasien
mungkin memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak berrespon terhadap
pengobatan. Pencetus dari kelainan TMJ tidak boleh disingkirkan pada
pasien tersebut karena diagnosis penting dalam pengobatan nyeri
kepala ini.
B. Pemeriksaan klinis
1. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi,
sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.
2.

Palpasi :
a. Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi
kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah
kepala.
b. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan
posterior.
c. Zygomatic arch (arkus zigomatikus).
d. Masseter muscle
e. Digastric muscle
f. Sternocleidomastoid muscle
g.

Cervical spine

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 16

h. Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta menjalarkan


nyeri ke dasar tengkorang dan bagian temporal
i. Lateral pterygoid muscle
j. Medial pterygoid muscle
k. Coronoid process
l. Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari
lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :
1. Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang
inferior m.pterigoideus lateral)
2. Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)
3. Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
4. Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
pterigoideus lateral)
5. Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian
posterior m. temporalis)
3.Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan
bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada
cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :
a. Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai
apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher
b. Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher
yang terlalu ke depan

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 17

c. Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana


pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke
setiap sisi.
d. Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah
(fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat
e. Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya
pergerakan ini 45 derajat
4.

Auskultasi : Joint sounds


Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah

bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan
keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang
dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya.
Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis.
Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup
mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan
adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit didengar karena
bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
5.

Range of motion:
Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan

mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau
nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan :
a. Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)
b. Lateral movement
c. Protrusio movement
C. pemeriksaan penunjang
1. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai
kelainan, yang harus diperhatikan antara lain:
a. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 18

b. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.


c. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.
d. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.
e. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya
flattening, lipping.
2. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk
melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari
pemeriksaan ini antara lain :
a. Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray.
b. Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya
yang terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar.
c.

Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain
fraktur, dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada
TMJ.

3. CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat


untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

2.8 Penatalaksanaan Dislokasi Mandibula


Dislokasi harus direduksi secepat mungkin sebelum terjadi spasme yang
berat dari otot masseter dan pterygoid . Reduksi dapat dilakukan secara
manual dengan jari pada gigi molar bawah yang menekan mandibula ke
bawah untuk menarik otot levator dan selanjutnya ke belakang untuk
meletakkan kembali kondilus di dalam fosa (Gambar 3). Pada umumnya
prosedur ini dapat dilakukan tanpa membutuhkan anestesi jika dilakukan
secepatnya. Pada kasus dimana telah terdapat spasme otot yang berat karena
keterlambatan mereduksi, prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan bantuan
anestesi lokal yang disuntik kedalam sendi dan otot pterigoid lateral, atau
dengan pemberian diazepam intravena untuk menghilangkan spasme otot dan

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 19

mengurangi nyeri,(Gambar 4). Apabila cara tersebut tidak efektif, dapat


menggunakan anestesi umum untuk mendapatkan relaksasi yang memadai.

Setelah reduksi berhasil dilakukan, mandibula dapat diimobilisasi selama


beberapa hari dengan head-chin strap atau fiksasi intermaksila. Tujuan imobilisasi
agar kapsul mempunyai kesempatan untuk mengadakan perbaikan dan
penyesuaian kembali keseimbangan otot serta mencegah dislokasi terjadi kembali
disebabkan kapsul yang masih lemah. Dislokasi yang disebabkan oleh kapsul
yang longgar, terdapat kecenderungan terjadi dislokasi berulang. Pada kondisi
tersebut, perawatan bedah menjadi indikasi. Penatalaksanaan dengan cara bedah
dapat diindikasi untuk dislokasi yang long-standing dan kronik, tetapi jarang
untuk dislokasi akut, yang baru terjadi pertama kali.
Metode dasar bedah untuk perawatan dislokasi mandibula berulang menurut
Sarnat & Laskin, meliputi:
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 20

1) mengencangkan mekanis kapsul.


2) mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi.
3) membuat hambatan mekanis pada jalur kondilus.
4) menghilangkan hambatan jalur kondilus
5) mengurangi tarikan otot.
Berbagai prosedur bedah telah digunakan untuk perawatan dislokasi mandibula
yang berulang. Pada umumnya teknik bedah ini didesain untuk membatasi
pergerakan kaput kondilus ke anterior, seperti dengan meletakkan posisi diskus di
anterior kondilus, menambah ketinggian (augmentasi) eminensia artikularis
dengan graft tulang autogenous, osteotomi arkus zigomatikus dan selanjutnya
difiksasi di medial tuberkulum artikular (down-fracturing), memasang bahan
implant didalam eminensia artikular, capsular placation, memotong tendon
temporalis, menyusun kembali tendon temporalis, miotomi pterigoideus lateralis
dan pendalaman fosa gelenoidalis dengan pemotongan diskus. Alternatif lain
meliputi eminektomi dan kondilotomi.
Miotomi Pterigoideus Lateral
Prosedur ini dilakukan dengan alasan untuk mengurangi atau menghilangkan daya
otot yang dianggap berperan dalam menarik mandibula kedalam posisi dislokasi.
Miotomi menghilangkan aksi superior belly otot pterigoideus lateralis. Namun
demikian prosedur ini jarang digunakan.

Meletakkan Posisi Diskus di Anterior Kondilus


Metode Konjetzny didesain untuk membuat closed lock dengan diskus. Prosedur
ini menghasilkan fiksasi diskus di posisi anterior kondilus. Ligamen posterior
diskus dilepas dan perlekatan anterior dipertahankan. Diskus ditarik ke anterior
dan inferior dan diletakkan vertikal di depan kondilus dengan menjahit diskus ke
otot pterigoideus lateralis dan kapsul.
Eminektomi
Pada tahun 1951, Hilmar Myrhaug memperkenalkan eminektomi untuk
perawatan dislokasi mandibula berulang. Metode perawatan yang digambarkan
sebelumnya didesain untuk membatasi pergerakan kaput kondilus ke anterior, jadi
mencegah kondilus dari keadaan terkunci di anterior eminensia artikularis dan
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 21

terfiksasi karena spasme otot-otot pengunyahan. Menurut Myrhaug bahwa


dislokasi madibula berulang terutama terjadi pada penderita dengan deep overbite
disertai dengan kondisi tuberkulum artikularis yang tinggi/curam. Myrhaug
mengusulkan untuk mengurangi eminensia artikularis sehingga menyebabkan
kondilus dapat bergerak bebas.
Insisi aurikular digunakan untuk pendekatan aminensia artikularis. Insisi vertikal
dibuat kedalam fascia temporal di atas arkus zigomatikus di regio fosa glenoidalis
dan tuberkulum artikularis dibuka dengan diseksi subfasial dan subperiosteal.
Ruang sendi superior dibuka dan dengan memanipulasi mandibula, mekanik sendi
meliputi posisi diskus dicari. Tuberkulum artikularis dan eminensia dibuang
dengan bantuan pahat meliputi bagian paling medial dari eminensia. Tempat
reseksi dicari dengan elevator kecil dan semua tepi yang kasar dibuang dengan
bor. Ligamen temporomandibula dan kapsul sendi dijahit ke arkus zigomatikus
dengan 3-4 lubang pengeboran dan jaringan lunak di atasnya ditutup lapis demi
lapis. Drain dipasang dan diletakkan di atas kapsul sendi dan fascia temporalis
yang dilepas pada hari pertama atau kedua pasca bedah. Pasien diinstruksi diet
makanan lunak selama 2 minggu. Mobilisasi sendi dapat dimulai pada minggu
kedua setelah pembedahan.
Prosedur Blocking
Prosedur blocking untuk menghalangi translasi didesain untuk membuat suatu
penghambat terhadap kondilus dalam jalur pembukaannya. Pembedahan dalam
prosedur ini dapat dengan menambah ketinggian eminensia artikularis dengan
osteotomi (down-fracturing), graft tulang dan pemasangan implant metal 4,19 .
Dari banyak prosedur yang saat ini digunakan oleh ahli bedah, down- fracturing
arkus zigomatikus dan graft tulang untuk menambah ketinggian eminensia
merupakan metode yang paling populer dan sangat sering digunakan. Pada tahun
1943, Leclerc dan Girard melakukan osteotomi vertikal pada arkus zigomatikus di
anterior tuberkulum artikularis dan menurunkan bagian dorsalnya untuk
menghambat atau menahan gerakan kondilus ke anterior yang berlebih. Prosedur
blocking Leclerc dan Girard telah dimodifikasi oleh Gosserez dan Dautrey dengan
membuat osteotomi oblik pada arkus zigomatikus mulai dari arah kranial posterior
ke kaudal anterior di regio tuberkulum artikularis. Arkus zigomatikus selanjutnya
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 22

digerakkan di sutura zigomatikotemporalis dengan gerakan berulang perlahanlahan sambil menambah tekanan sehingga dapat dicegah terjadinya fraktur arkus
zigomatikus di bagian posterior sutura. Arkus ditekan dan diletakkan di sebelah
medial tuberkulum. Elastisitas arkus pada eminensia menahan daya arkus ke atas.
Karena menggunakan potongan oblik, oleh sebab itu tidak diperlukan lagi
memasang bony wedge untuk menstabilisasi fragmen seperti yang digambarkan
oleh Boudreau dan Tidemann atau Sailer dan Antonini. Kegagalan prosedur
Dautrey sangat mungkin disebabkan oleh dua faktor. Pertama, tidak adanya
pertemuan arkus zigomatikus yang dipatahkan ke bawah dengan kaput kondilus
yang terletak medial. Kedua, terjadi resorpsi pada eminensia yang dipatahkan ke
bawah.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 23

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Skenario 5

Seorang laki-laki 30 tahun datang ke dokter gigi untuk


membersihkan kerak/karang gigi. Pada saat di lakukan pembersihan
karang gigi (skalling), tiba-tiba pasien tersebut mengeluh tidak dapat
menutup mulutnya. Setelah di periksa ternyata ada kelainan pada
sendi rahangnya, dimana terlihat tonjolan tulang abnormal pada TMJ
yang kemungkinan adalah condylus mandibula pasien keluar dari
fossa mandibula.
3.2 Definisi Dislokasi Kearah Anterior
Dislokasi Kearah Anterior adalah terjadi bila kapsul dan ligament temporo
mandibula mengalami gangguan, sehingga prosessus kondilaris bergerak lebih
kedepan dari eminensia artikularis pada saat membuka mulut. Kontraksi otot dan
spasmus yang terjadi selanjutnya akan mengunci prosessus kondilaris, sehingga
menyebabkan terhalangnya gerakan menutup mulut. Dislokasi ini dapat terjadi
unilateral maupun bilateral bersifat akut dan kronis.
Perawatan gigi dan mulut seringkali menyebabkan dislokasi mandibula
karen pasien dipaksa membuka mulut dalam jangka waktu yang lama. Untuk
mendapatkan diagnosa dari gangguan fungsi sendi temporomandibula, dibutuhkan
pemeriksaan klinis dan juga evalusi dengan gambaran radiografis (kesry, 2001).

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 24

3.3 Etiologi Dislokasi Kearah Anterior


Trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga,
kekerasan
Membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi
Membuka mulut yang berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT,
membuka mulut secara kuat dari prosedur anastesi dan endoskopi
Gigitan silamg dan gigitan terbuka
Perubahan komponen structural seperti kapsul longgar, ligamen dan atropi
kondilus kecil atau pendek, hipoplasia lengkungan zigomatik
Pasien mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak
berkembang dengan baik;
Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan
mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren);
Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama;
Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis;
Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple
trauma.
Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gnagguan
neurologis.
Dislokasi kronis rekuren berhubungan dengan kelemahan kapsula dan ligament
yang diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit
degenerative, hipermobiliti serta adanya trama dan oklusal disharmoni, yang akan
menyebabkan spasme dari oto-otot masetter dan pterygoid lateralis. Problem
emosional dan gangguan neurofisiologi adalah factor lain yang berhubungan.
(Thangarajah et al, 2010)
Penyebab dari beberapa kasus dislokasi mandibula Joint adalah lewat trauma
yang dialami rahang, degenerasi jaringan disekitar sendi rahang, osteoetritis,
reumatoid artritis atau inflamasi, dan Tonsilektomi (Wanri, 2007 ). Tanda dan
gejala gangguan dislokasi mandibula Joint adalah sakit atau perih sekitar sendi
rahang, rasa sakit disekitar telinga, kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 25

ketika menelan, rasa sakit diwajah, suara clicking atau perasaan tidak mulus
ketika mengunyah atau membuka mulut, rahang terkunci, kaku, sehingga mulut
sulit dibuka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang rasanya tidak pas,dan gigi-gigi
yang mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami
kontak prematur (Harjono & Rohana, 2008).
Dale A. Baur mengutip dalam jurnalnya "Treatment of Long Term Anterior
Dislocation of the TMJ" bahwa Ehlers-Danlos Syndrome juga merupakan salah
satu etiologi dari dislokasi TMJ
3.4 Patofiologi Dislokasi Mandibula ke arah Anterior

Dislokasi sendi temporomandibular adalah terlepasnya kondilus dari posisi


normal. Fossa glenoid terletak di bagian skuamosa-temporal dasar tengkorak. Hal
ini dapat terjadi secara parsial (subluksasi) atau komplit (luksasi), bilateral atau
unilateral, akut, atau kronis berkepanjangan.8 Selain itu, dislokasi dapat terjadi
pada daerah anterior-medial, superior, medial, lateral atau dislokasi posterior dan
penyebabnya dapat spontan atau diinduksi oleh trauma, membuka mulut dengan
kuat dari intubasi endotrakeal dengan larungeal mask atau tabung trakea,
THT/prosedur Gigi, endoskopi, pembukaan mulut yang berlebihan saat menguap,
tertawa dan muntah. Perubahan pada komponen structural seperti kapsul longgar,
ligamen , dan atropi kondilus kecil atau pendek, atropi artikular, artikular
memanjang, hipoplasia lengkungan zygomatik, fossa glenoid kurang berlekuk
dapat menjadi penyebab terjadinya dislokasi. Faktor predisposisi meliputi
epilepsi, muntah parah, sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan dan gerakan
distonik dari neuroleptic pada penyakit neuropsikiatri.

Dislokasi anterior adalah yang paling umum dan terjadi karena


perpindahan dari kondilus anterior ke artikular eminensia tulang temporal.
Dislokasi anterior biasanya tambahan dalam urutan aksi normal otot saat mulut
menutup dari pembukaan ekstrim . Otot masseter dan otot temporalis mengelevasi
mandibula sebelum otot pterygoideus lateralis rileks sehingga kondilus mandibula
ditarik keluar dari fosa glenoid dan anterior ke puncak tulang. Kekejangan otot
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 26

masseter, temporalis dan otot pterygoideus menyebabkan trismus dan menahan


kondilus kembali ke fossa glenoid.

Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan


membuat tekanan kebawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu,
disertai dengan displacement/pemindahan pada posterior mandibula. Pengurangan
ini biasanya juga tidak sulit.

Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk
bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan
kegagalan tekanan, baik pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula
fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut lebih
mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat.

Penyebab terjadinya dislokasi temporomandibular joint adalah karena:

1. Trauma
Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

2. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan ketidak sempuranan komponrn anatomi tmj
seperti fossa mandibula yang dangkal serta kondilus mandibula yang tidak
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 27

sempurna keadaan ini dapat menyebabkan dislokasi jika tidak di perbaiki.


Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling
kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan klinik yang
cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan dini memberikan
hasil yang sangat baik. jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya
akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.
3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang
3.5 Sign and Symptom Dislokasi Mandibula ke arah Anterior

Mulut terbuka dengan dagu maju

Nyeri Mandibula ,

Ketidak mampuan untuk oklusi ,

depresipr-auricular ,

kepala mandibular menonjolkearah anterior ( padadislokasi anterior ),

rasa sakitdisekitartelinga,

kesulitanmenelanatauperasaantidaknyamanketikamenelan,

rasa sakitdiwajah,

suara clickinatauperasaantidakmulusketikamengunyahataumembukamulut,

rahangterkunci, kaku, sehinggamulutsulitdibukaatauditutup,

sakit kepala,

gigitan yang rasanya tidak pas,

gigi-gigi yang mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi
yang mengalami kontak premature.

Pada tipe unilateral dagu biasanya miring ke sisi yang terkena

3.6 Pemeriksaan Dislokasi Mandibula ke arah Anterior

A. Pemeriksaan klinis
1. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi,
sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 28

menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan


kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.
2.

Palpasi :
m. Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi
kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah
kepala.
n. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan
posterior.
o. Zygomatic arch (arkus zigomatikus).
p. Masseter muscle
q. Digastric muscle
r. Sternocleidomastoid muscle
s.

Cervical spine

t. Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta menjalarkan


nyeri ke dasar tengkorang dan bagian temporal
u. Lateral pterygoid muscle
v. Medial pterygoid muscle
w. Coronoid process
x. Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari
lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :
1. Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang
inferior m.pterigoideus lateral)
2. Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)
3. Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 29

4. Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.


pterigoideus lateral)
5. Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian
posterior m. temporalis)
3.Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan
bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada
cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :
f. Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai
apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher
g. Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher
yang terlalu ke depan
h. Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana
pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke
setiap sisi.
i. Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah
(fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat
j. Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya
pergerakan ini 45 derajat
4.

Auskultasi : Joint sounds


Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah

bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan
keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang
dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya.
Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis.
Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup
mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan
adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit didengar karena
bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 30

5.

Range of motion:
Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan

mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau
nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan :
d. Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)
e. Lateral movement
f. Protrusio movement
B. pemeriksaan penunjang
4. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai
kelainan, yang harus diperhatikan antara lain:
f. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan
g. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.
h. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.
i. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.
j. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya
flattening, lipping.
5. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk
melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari
pemeriksaan ini antara lain :
d. Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray.
e. Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya
yang terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar.
f.

Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain
fraktur, dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada
TMJ.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 31

6. CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat


untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

3.7 Penatalaksanaan Dislokasi Mandibula kearah Anterior


Penatalaksanaan dislokasi TMJ tergantung pada kejadian disloaksi, apakah
bersifat akut atau kronis. Pada keadaan akut yang masi memungkinkan untuk
dilakukan reposisi secara manual sebaiknya sesegera mungkin sebelum spasme
otot bertambah dalam. Sedang pada dislokasi yang kronis rekuren diperlukan
prosedur pembedahan dan non bedah lainnya untuk menghindari redislokasi.
Prosedur terapi manual merupakan metode reduksi yang telah diperkenalkan
oleh Hippocrates pada abat ke-5 SM dan telah bertahan selama berabat-abat dan
masih di gunakan hinnga saat ini.

Tahapan dalam prosedur ini :


1. Operator berada didepan pasien
2. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (dibelakang gigi molar
terakkhir) pada kedua sisi mandibula dan jari-jari yang lain memegang
permukaan bawah dari mandibula.
3. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan
kondilus dari posisi terkunci didepan eminensia artikulare.
4. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi
anatominya.
5. Reposisi yang berhasil ditandai dengan gigi-gigi kembali beroklusi dengan
cepat karena spasme dari otot masseter.
6. Pemasangan Barton head bandage, untuk mencegah redislokasi dan
membatasi pasien untuk tidak membuka mulut terlalu lebar dalam 24 48
jam.
7. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu).

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 32

Perlu diperhatikan bahwa operator harus melindungi jari-jarinya dari gigitan


pasien yang terjadi secara tiba-tiba pada saat mandibula direposisi dengan cara
membungkus kedua ibu jari dengan kassa. Prosedur manual yang lain yaitu
operator berdiri dibelakang pasien kemudian ibu jari diletakkan pada
retromolar pad dan jari-jari yang lain memegang mandibula bagian depan ,
lalu mandibula ditekan kearah kaudal (bawah) dan biasanya akan tertarik
dengan sendirinya ke posterior. Teknik ini lebih efektif jika disertai dengan
sedasi.
Pada keadaan tertentu dimana reposisi terlambat dilakukan dan spasme otot
semakin kuat beberapa penulis menganjurkan untuk terlebih dahulu
memberikan anastetikum local yang disuntikan pada daerah sendi, untuk
mengurangi spasme otot pterygoideus latelaris serta masetter dan mengurangi
rasa sakit pada daerah disekitar kapsul sendi. Dapat pula diberikan injeksi
diazepam intra vena untuk merelaksasikan otot-otot yang spasme dan jika di

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 33

perlukan relaksasi yang lebih luas dapat dilakukan reposisi dengan narkose
umum.
Terapi dislokasi kronis dalam pengertian telah berlangsung lama (longstanding) atau terlambat dalam penatalaksaan (menurut Bradley dkk.(1994)
yaitu :
1. Reduksi secara manual .
2. Reduksi secara tidak langsung dengan penarikan melalui sudut,
sigmoid noth, atau processus coronoideus serta penekanan pada
kondilus.
3. Reduksi secara langsung , melalui pembedahan pada sendi
4. Condilotomy, condylectomi, osteotomy.

Pada dislokasi rekuren penatalaksanaan dapat secara konservatif, dengan


immobilisasi menggunakan interdental wiring selama 4-6 minggu atau dengan
menggunakan cairan skelerosing yang disuntikan intra artikular.
Penatalaksanaan dislokasi rekuren dengan pembedahan berdasarkan lima
metode dasar bedah yaitu :
1. pengencangan mekanis dari kapsul.
2. Mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi
3. Membuat hambatan mekanis pada jalur kondilus
4. Mengurangi gangguan pada jalur kondilus
5. Mengurangi tarikan dari otot.
Prosedur pembedahan yang dapat di lakukan diantaranya augmentasi
eminensia, blocking hipertranslasi kondilus, myotomy otot pterygoideus
lateralis dan emino plasty. Jika dislokasi diakibatkan oleh trauma , maka
reposisi harus di ikuti dengan tindakan untuk penatalaksanaan fraktur yang
mengakibatkan dislokasi tersebut.
Untuk semua penatalaksaan yang membutuhkan tindakan pembedahan dan
dengan adanya riwayat trauma , sebaiknya di rujuk kepada ahli bedah mulut.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 34

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sendi temporomandibular atau temporomandibular joint (TMJ) adalah sendi
yang menghubungkan anatara kranium dan mandibula yang permukannya ditutupi
oleh jaringan fibrous dan berfungsi seperti engsel dalam membuka dan menutup
mulut. Dislokasi adalah suatu keadaan dimana prosessus kondiloideus mandibula
bergerak lebih ke anterior dan superior dari eminensia articularis pada saat
membuka mulut dan terkunci dalam posisi tersebut sehingga menyebabkan
gerakan menutup mulut terhalang.
Dislokasi dapat terjadi baik secara akut atau kronis maupun rekuren dengan
arah ke depan, ke belakang, ke atas, dan ke luar dari daerah persendian, serta
dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Dislokasi dapat terjadi secara spontan
pada saat menguap dan saat tertawa belebihan. Perawatan gigi dan mulut
seringkali menyebabkan dislokasi mandibula karen pasien dipaksa membuka
mulut dalam jangka waktu yang lama. Untuk mendapatkan diagnosa dari
gangguan fungsi sendi temporomandibula, dibutuhkan pemeriksaan klinis dan
juga evalusi dengan gambaran radiografis
Penatalaksanaan dislokasi

mandibula akut umumnya dapat di lakukan

dengan reposisi secara manual atau tanpa bantuan anastetikum lokaldan obat-obat
pelemas otot. Pada yang kronis serta rekuren umumnya di lakukan intervensi
bedah dan perlu dikonsulkan kepada ahli bedah mulut untuk penatalaksanaannya .
penatalaksanaan secara manual dapat di lakukan sendiri di ruang praktek dokter
gigi jika dislokasi terjadi saat dilakukan perawatan gigi.

4.2 Saran
Pengetahuan mengenai kelainan pada sendi temporomandibula Join atau
dislokasi mandibula sebaiknya ditekankankan kepada para calon dokter gigi baik
di tingkat akademis maupun profesi, sehingga kelak akan terampil dalam
mempertimbangkan kompatibilitas sistem ini selama perawatan dental pada
pasien.
MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 35

AYAT DAN HADIST

Surat Al Araf Ayat 31

Hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
bersabda:

Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan


hati.
(HR. At-Tirmizi no. 2227, Ibnu Majah no. 4183, dan dinyatakan shahih oleh AlAlbani dalam Shahih Al-Jami no. 7435)
Hadits :
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa dia berkata:






Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tertawa
terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya
tersenyum.
(HR. Al-Bukhari no. 6092 dan Muslim no. 1497)
Hadits :
Dari pada Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi
wa Sallam bersabda ,


Apabila seseorang daripada kamu menguap, maka tutuplah mulut dengan
tangannya kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).
(Hadis

Riwayat

Muslim,

Kitab

az-Zuhud,

14/269,

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

no.

5311)

Page 36

DAFTAR PUSTAKA
Aryanti S. 2009; 15-19 .Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula
Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif. Skripsi. Medan: FKG
USU.
Andreas chandra . 2012 . kegawatdaruratan orthopedi. USU
Ault J, Berman SA. 2009. Temporomandibular Joint Disorder
Chen, Harold. 2012. Genetic of Marfan Syndrome
Gazali, Moh & Alwin Kasim. 2004. Dislokasi Mandibula ke Arah
Anterior.Jurnal Kedokteran Gigi Edisi Khusus KOMIT KG-2004.
Page 119-124
Kartika, Utami. 2011. Gambaran Radiografi Ehlers-Danlos Syndrome Pada
Rongga Mulut. Medan: FKG USU
Merrill, R.G. 1988. Mandibular Dislocation. In: Keith, D.A (Ed). Surgery of
The Temporomandibular Joint. 4thed. Boston: Blackwell
ScientificPublications
Seta, Indri. 2015. Prinsip penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibular.
Jurnal fakultas kefokteran universitas sriwijaya
Ugboko, VI et al. 2005. A Survey of Temporomandibular Joint Dislocation:
Aetiology, Demographics, Risk Factors, and Management in 96
Nigerian Cases. International Journal of Oral and Maxillofacial
Surgery.

.
.

MAKALAH SKENARIO 5 BLOK 10 DISLOKASI KEARAH ANTERIOR

Page 37

Вам также может понравиться