Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu cara memenuhi fungsi
pendidikan nasional yang mana untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, beriman dan percaya
kepada Tuhan yang Maha Esa.
Usaha yang nantinya dapat dilakukan oleh seorang pendidik yang berkualitas adalah
memahami bagaimana peserta didiknya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan objek dari kegiatan pengajaran.
Kegiatan pengajaran akan tercapai bila peserta didik berusaha aktif untuk mencapainya.
Belajar-mengajar adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dan guru. Peranan
guru sebagai pembimbing mengacu pada banyaknya peserta didik yang bermasalah (Hamiyah
dan Jauhar, 2014:14).
Masing-masing peserta didik memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Peserta didik dapat dilihat dari perbedaan kemampuan masing-masing anak.
Perbedaan perilaku ini bisa dikarenakan perbedaan kemampuan.Perbedaan kemampuan
ini ada yang menganggap disebabkan oleh kemampuan manusia yang ditakdirkan tidak sama,
ada pula yang beranggapan karena perbedaan cara menyerap informasi dari suatu gejala
(Bangsawan, 2006:4). Atau dengan kata lain kecerdasan menjadi salah satu penyebab masingmasing peserta didik memiliki perbedaan. Entah pembawaan sejak lahir atau pendidikan serta
pengalaman.
Betapa tingginya nilai keberhasilan seorang pendidik, program pengajara yang dilakukan
secara baik dan sistematik tidak dapat berjalan dengan baik jika pendidik tidak mengetahui
bagaimana perkembangan peserta didik yang dihadapinya.
Oleh sebab itu, secara spesifik pendidik harus mengetahui bagaimana anak didiknya
secara mendalam. Perlu dilakukannya evaluasi terpusat dari bagaimana memahami dimensi,
tugas-tugas, tahapan perkembangan bahkan sampai pada problema peserta didik yang sering
terjadi.
Sebagai pedoman dalam pencapaian setiap kegiatan belajar-mengajar, pengajar
diwajibkan mampu merumuskan tujuan pembelajarannya serta memahami karakteristik perilaku
dan kemampuan peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ialah sebagai berikut:
1.
2.
3.
didik.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun nonfisik.
Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkelanjutan. Dan
untuk hal-hal yang bersifat nonfisik, bisa saja sifat perkembangannya berlangsung secara acak.
Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi :
1.
Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek anatomis dan
fisiologis. Perkembangan anatomis berupa perubahan kuantiatif pada struktur tulang, tinggi dan
berat badan, dan lain-lain. Misalnya konstraksi otot-otot, peredaran darah dan pernafasan,
persyarafan sekresi kelenjar, dan pencernaan. Perkembangan keduanya biasanya berjalan relatif
seirama.
2. Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut koordinasi
fungsional
antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi-fungsi psikis.
3. Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar berbahasa, tergantung pada dimana
dia bermukim dan berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya.
4. Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sama dengan perkembangan kapasitas nalar
otak atau inteligensi. Dan perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa
remaja.
Banyak versi teoritis mengenai tahap perkembangan kemampuan berpikir atau kognitif
anak. Teori tahap perkembangan kognitif dikemukakan oleh psikolog Swiss, Jean Piaget (18961980). Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif manusia :
a. Tahap sensorimotorik (sensorymotor stage), yang berlangsung sejak manusia
dilahirkan
sampai kira-kira berusia 2 tahun.
b. Tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung sejak kira-kira anak berusia
2-7 tahun.
c. Tahap operasional kongkrit (cuncrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada
usia 7-11 tahun.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terjadi antara usia 11-15 tahun
atau seusia sekolah menengah pertama hingga kelas bawah sekolah menengah atas.
5.
Perkembangan perilaku sosial. Manusia merupakan makhluk sosial, begitupula dalam
perilaku sosial tampak dalam peran yang ditampilkan, respon interpersoanal yang berkaitan
dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain ataun respon ekspresif yaitu ciri-ciri respon
interpersonal yang berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas dan
sebagainya.
6.
Perkembangan moralitas. Dalam tahap perkembangan moral ini adalah ukuran dari tinggi
atau rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya.
3
7.
Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada kekuatan yang Serba
Maha di luar dirinya. Sehingga inilah penghayatan dibidang keagamaan, dalam apapun agama
yang dianutnya.
8. Perkembangan konatif. Konatif merupakan perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau
faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau faktor penggerak perilaku
seseorang yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya. Dan motivasi ini bisa bersumber dari
dorongan internal dan eksternal.
9. Perkembangan emosional. Dalam perkembangan emosional melibatkan banyak variabel,
seperti rangsangan yang menimbulkan emosi, perubahan fisiologis, suasana lingkungan, kondisi
kesehatan, ketersediaan kebutuhan, iklim interaksi dengan lingkungan dan orang lain.
N
o
1
Periode
Perkembangan
Tugas-tugas Perkembangan
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dewasa lainnya.
Mencapai perilaku yang bertanggungjawab secara sosial.
Memperoleh seperangkat nilai sitem etika sebagai Petunjuk
atau pembimbing dalam berperilaku.
Memilih pasangan.
Belajar hidup dengan pasangan.
Memulai hidup dengan pasangan.
Memelihara anak.
Mengelolah rumah tangga.
Mulai bekerja.
Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Dari berbagai sumber, berikut ini juga dikembangkan tugas-tugas perkembangan anak
sejak usia prasekolah sampai dengan sekolah menengah atas. Pemahaman ini penting bagi guru
dalam rangka memberikan layanan pembelajaran dan bimbingan konseling/karier:
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3.
Tingkat SMP(Depdiknas,2003)
a.
g.
Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan
Yang Maha Esa.
Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik
dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
Mencapai pada hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria
atau wanita.
Menatap nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang
lebih luas.
Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi
seni.
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk
mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam
kehidupan masyarakat.
Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai, anggota masyarakat dan minat manusia.
4.
Tingkat SMA/Sederajat(Depdiknas,2003)
a.
b.
Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya
sebagai pria atau wanita.
Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang besar.
Mengembangkan pengetahuan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program
kurikulum persiapan karier dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
Mencapai kematangan dalam pilihan karie
Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial, intelectual dan ekonomi.
b.
c.
d.
e.
f.
c.
d.
e.
f.
a.
Problema fisik dan motorik. Pada usia sekolah khususnya setelah anak menyelesaikan
sekolah dasar, ditandai dengan pertumbuhan fisik yang cepat. Kitaka perkembangan fisik dan
motorik ini tidak sesuai harapan, dan menimulkan rasa tidak puas dan kurang perca diri. Rasa
tidak puas bisa melahirkan tindakan anti-sosial, mencari-cari perhatia dan sebagainya.
Kematangan organ reproduksi pada masa usia sekolah, secara alami pasti membutuhkan
upaya pemuasan. Jika orang tua dan guru tidak memberi bimbigan serta norma-norma tidak
dimiliki, hal ini dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
b.
Problema perkembangan kognitif dan bahasa. Ketika memasuki bangku sekolah, anak tidak
mampu atau tidak berkesempatan mengoptimasi perkembangan intelektual, sangat mungkin
potensi intelektuanya tidak akan berkembang optimal. Dengan serba keterbatasan yang ada,
bukan tidak mungkin potensi anak tidak berkembang, yang kemudian memuramkan masa
depannya atau menimbulkan frustasi.
c.
Problema perkembangan prilaku sosial, moralitas dan keagamaan. Pada usia sekolah
disebut pula sebagai masa kehausan sosial. Hal ini ditandai dengan timbulnya keinginan
bergaul dan diterima oleh anggota kelompoknya. Penolakan dari kelompok mereka dapat
menimbulkan frustasi dan terisolasi, bahkan merusak diri. Problem itu juga sering muncul
pada dimensi moralitas dan keagamaan. Karena pada usia ini mereka sangat rentah
kehilangan identitas.
d.
Problema perkembangan kepribadian dan emosional. Masa usia sekolah merupakan waktu
yang tepat untuk menemukan identitas dirinya. Usah menemukan identias ini dapat berupa
tindakan coba-coba, mengidentifikasikan diri, atau melakukan imitas. Anak yang gagal
menemukan identitasnya, kelak akan mengalami krisis identias, akan gagal menjasdi diri
sendiri. Usia ini pun kondisi emosionalnya msih sangat labil dan belum terkendali. Hal ini
dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Implikasi Pralayanan
Guru harus memahami teori perkembangan peserta didik menurut rentang usia.
Guru harus memahami latar belakang siswa.
Guru harus mengenali nama-nama peserta didik.
Guru harus memahami esensi pelayanan individu peserta didik.
Guru harus bertindak impersonal, tanpa mendiskriminasi.
Guru tidak boleh berputus asa ketika berhadapan dengan peserta didik yang perilakunya
menyimpang.
Guru dan orang tua harus berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
psikis yang sebaik-baiknya bagi proses perkembangan peserta didik.
Layanan pendidikan kepada peserta didik oleh orang tua dan guru harus sesuai dengan
tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmaiah.
Tuntutan gerakan fisik kepada peserta didik harus disesuaikan dengan karakteristik khusus
dan kematangan jasmani peserta didik.
Guru hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan
rohani peserta didik dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
Orientasi dan tujuan pembelajaran harus mengarah ke multiranah, seperti kognitif, afektif
dan psikomotorik peserta didik.
Guru harus mengemas kegiatan yang memungkinkan peserta didiknya untuk mengalami
dunia realita
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun nonfisik.
Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi:
perkembangan fisik, perkembangan perilaku psikomotorik, perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif, perkembangan perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan
bidang keagamaan, perkembangan konatif dan perkembangan emosional.
Problema yang dihadapi peserta didik atau anak usia sekolah esensinya sama dengan
anak-anak pada umumnya. Oleh karena mereka memiliki multiperhatian, sangat mungkin
masalah mereka lebih sedikit atau ssedikitnya dalam hal-hal tertentu berbeda dengan yang tidak
bersekolah. Masa usia sekolah, yang ketika mereka berada pada satuan pendidikan disebut
peserta didik, khususnya antara umur 12 tahun sampai dengan 18/20 tahun, atau disebut juga
masa remaja ditandai dengan adanya aneka perubahan.
B.
Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik
dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutamanya :
1.
2.
Bagi orang tua dan , hendaknya mengontrol tugas-tugas perkembangan anak yang belum
diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah yang lebih
positif.
3.
Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial bagi para remaja yang mengalami
degradasi moral
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara
Rosmawati. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Pekanbaru : Universitas Riau
http://amriawan.blogspot.com/2010/07/pentingnya-pendidikan-karakter-di-usia.html
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-fisik-anak-usia-dini/
http://cahayamuslimah.com/blog/prinsip-prinsip-perkembangan-anak/
http://ruangpsikologi.com/perkembangan-moral-anak/
www.batikyogya.wordpress.com/2008/09/09/perkembangan-peserta-didik/
www.id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan/
www.infoanak.com/category/perkembangan-anak/
www.psikologianakindonesia.wordpress.com/category/perkembangan-anak/
10
11