Вы находитесь на странице: 1из 2

Nama : Evi Yulia Fitri

Kelas : VIII. D

NORMA DAN KEBIASAAN DI DAERAH JAWA TIMUR


Di negara kita yaitu di negara Indonesia begitu banyak suku bangsa, bahasa daerah,
agama dan seni budaya yang beraneka ragam. Adapun adat istiadat pernikahan yang berbedabeda pada masing-masing daerah. Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang
dirayakan atau dilakukan oleh dua orang (seorang laki-laki dan seorang perempuan) dengan
maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum dan norma
sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa,
agama, budaya maupun kelas sosial. Salah satunya yaitu adat istiadat pernikahan Jawa Timur
Pada tahun delapan puluhan sebelum terjadinya akad nikah atau perkawinan, jika di
desa atau di kampung, umumnya seorang laki-laki dan perempuan belum saling mengenal.
Sehingga itu ada pihak orang ketiga yang akan memperkenalkan atau mempertemukan
mereka apakah orang tersebut saudara, teman ataupun kerabat terdekat. Istilah pertemuan
untuk orang Jawa Timur yaitu nontoni atau lamaran. Setelah itu ada pendekatan yaitu kapan
pertemuan tersebut akan berlangsung pada hari yang telah ditentukan oleh pihak laki-laki
ataupun dari pihak perempuan dan biasanya nontoni atau lamaran dilaksanakan di rumah
perempuan. Dari pihak laki-laki ditemani dengan beberapa orang yaitu sekitar empat sampai
enam orang untuk pergi ke rumah pihak perempuan. Di rumah perempuan, mereka saling
bertemu (yang mungkin sebelumnya mereka tidak pernah saling bertemu), saling memandang
dan saling berkomunikasi.
Adat Istiadat dan Kebudayaan Jawa Timur
1.

Karapan Sapi
Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk
kereta, dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut
saronen. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu
(tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi itu) dipacu dalam lomba adu cepat
melawan pasangan-pasangan sapi lain.
Jalur pacuan itu biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar
sepuluh sampai lima belas detik. Beberapakota di Madura menyelenggarakan karapan
sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada

akhir September atau Oktober dikota Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir
Presiden.
2. Festival Bandeng
Festival Bandeng selalu digelar setiap tahun. Namun, ada yang berbeda dalam perayaan
tahun ini. Kegiatan tersebut tidak dibarengi dengan acara lelang (menjual dengan harga
tawar yang paling tinggi) bandeng kawak yang sudah menjadi tradisi masyarakat
Sidoarjo.
Kurang biaya dan bencana lumpur Sidorjo menjadi penyebab lelang itu dihilangkan.
Walaupun tidak ada lelang, kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong petani untuk
tetap membudidayakan ikan bandeng dengan bobot tak wajar alias raksasa.
Pemkab Sidoarjo sangat memperhatikan pelestarian bandeng karena ikan itu adalah ikon
utama Kabupaten Sidoarjo.
Festival yang juga bertujuan melestarikan budaya tradisional tahunan masyarakat
Sidoarjo itu diikuti empat peserta petambak di Kabupaten Sidoarjo. Peserta berlomba
menunjukkan hasil tambak berupa bandeng yang paling sehat dan terbaik.
3. Upacara Kasodo
Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo ini merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali
untuk menghormati Gunung Brahma (Bromo) yang dianggap suci oleh penduduk suku
Tengger. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung
Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara ini diadakan pada
tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan
Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
4. Kerapan sapi
Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk
kereta, dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut
saronen.
Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki
berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat
melawan pasangan-pasangan sapi lain.
Jalur pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung
sekitar sepuluh sampai lima belas detik. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan
karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final
pada akhir September atau Oktober di kota Pamekasan untuk memperebutkan Piala
Bergilir Presiden.

Вам также может понравиться