Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
7. Revisi :
Peraturan Menaker 32 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Per.03/men/1999 Tentang Syarat-syarat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Lift Untuk Pengangkutan Orang Dan Barang
Peraturan Menaker 31 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Per.02/men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat
dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga
sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena
telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah
atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan
tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian
atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda
kebijakan. Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik
diantaranya: telah mencapai titik kritis tertentu yang apabila diabaikan menjadi
ancaman yang serius, telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak
dramatis, menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, mendapat
dukungan media massa, menjangkau dampak yang amat luas, mempermasalahkan
kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang
fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)
Penyusunan agenda kebijakan seharusnya dilakukan berdasarkan tingkat
urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak
boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah. Dukungan untuk rezim cenderung
berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola
melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar
untuk mendukung pemerintah.
4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut
kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan
berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat
saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering
mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.
Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta
merta berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam
implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus
dapat diatasi sedini mungkin.
Public Goods
Private Goods
2. Sifat
3. Jenis
4.Sistem
Pembiayaan
penyelenggaraan jasa
kepolisian misalnya, akan
tetapi yang kemudian dapat
menggunakan jasa kepolisian
tersebut tidak hanya terbatas
pada yang membayar pajak
saja.
Barang Publik Lokal: barang
yang menurut penyediaannya
oleh pemerintah daerah dan
secara teknologi layak dan
perolehan keuntungannya
dinikmati oleh penduduk
setempat.
Barang Publik Nasional:
barang-barang yang
penyediaannya oleh
pemerintah pusat dengan
perolehan keuntungan yang
dinikmati dan selain penduduk
setempat juga masyarakat
dalam suatu negara.
Barang Publik Murni: tidak
ada seorang (pihak swasta)
yang mau menghasilkan,
karena masalah kepemilikan.
Sebagaimana namanya, maka
barang ini tidak bisa dimiliki
perorangan, tetapi oleh
masyarakat luas, kalaupun
yang mengelola adalah pihak
tertentu, seperti jalan yang
dikelola oleh pemerintah.
Barang Publik Tidak Murni:
letak barang publik yang jauh
dari jangkauan konsumen, jasa
yang diterimanya makin kecil
juga untuk karakteristiknya.
Sektor publik yang mampu
melakukan investasi untuk
memberikan pelayanan
kemudian sektor swasta
menjalankan dengan
menjalankan dengan
mengenakan biaya pada
pemakai, sistem ini disebut
5. Pelayanannya
6. Jumlah
7. Kepemilikan
Build-Operate-Transfer.
o Persaingan rendah: barang
publik (biaya sektor publik)
contohnya jalan toll
menggunakan biaya campuran
antara biaya publik dan biaya
swasta
o Persaingan tinggi: barang
publik (biaya sektor publik)
sedangkan barang swasta
(biaya dari pihak swasta)
Sesuai dengan Fungsi
Alokasi memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan
penyediaan dan pelayanan
barang-barang publik yang
diperuntukkan secara komunal
dan tidak dapat dimiliki secara
perorangan.
Fungsi Distribusi: memiliki
keterkaitan erat dengan
perataan kesejahteraan
masyarakat dalam arti
proporsional tetap menjadi
perhatian dalam rangka
mendorong tercapinya
pertumbuhan yang optimal
Fungsi Stabilisasi: memiliki
keterkaitan erat dengan fungsi
mengatur variabel ekonomi
makro dengan sasaran untuk
mencapai stabilitas ekonomi
secara nasional
Banyak bahkan melimpah.
termasuk dalam jenis kebijakan distributive karena memberikan manfaat atau layanan
pada kelompok tertentu dalam masyarakat dalam hal ini adalah Anak Berkebutuhan
Khusus.
2. Redistributive
Kebijakan redistributive berkenaan dengan upaya pemerintah untuk
memberikan pemindahan alokasi kesejahteraan, kekayaan, atau hak-hak dari
kelompok tertentu di masyarkat, yaitu kelompok kaya atau sejahtera, ke kelompok
lain, yaitu kelompok miskin atau berkekurangan. Kebijakan ini merupakan kebijakan
yang pelik karena berkenaan dengan uang, hak, dan kekuasaan yang harus
diperbagikan ulang.
3. Regulatory
Kebijakan regulatory adalah kebijakan yang memaksakan batasan atau
larangan perilaku tertentu bagi individu ataupun kelompok. Kebijakan regulatory
biasanya dibuat untuk mengatasi konflik yang terjadi di antara kelompok, termasuk di
dalamnya kebijakan antimonopoli, kebijakan ketenagakerjaan, dan kebijakan
4. Constituent
Menurut Theodore Lowi dalam Nugroho (2012:137), kebijakan constituent
dipahami sebagai berikut:
constituent policies are policies formally and explicitly concern with the
establishment of government structure, with the establishment of rules (or procedures)
for the conduct of government, of rules that distribute or divide power and
jurisdictions within which present and future government policies might be made.
Pernyataan diatas dapat diartikan kebijakan konstituen adalah kebijakan formal
dan eksplisit keprihatinan dengan pembentukan struktur pemerintahan, dengan
pembentukan aturan atau prosedur untuk pelaksanaan pemerintahan, aturan yang
mendistribusikan atau membagi kekuasaan dan yurisdiksi di mana kebijakan
pemerintah sekarang dan masa depan bisa dibuat. Ini adalah jenis kebijakan yang
membuktikan keberadaan negara, termasuk di dalamnya kebijakan tentang keamanan
negara.
Daftar Pustaka
https://kreativitasdircom.wordpress.com/2011/06/16/makalah-tahapankebijakan/ diakses tanggal 29/10/2016
http://dinamikakebijakanpublik.blogspot.co.id/2011/10/tahap-tahap-pembuatankebijakan-publik.html diakses tanggal 29/10/2016
http://bookerchon.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-jenis-jenis-dantingkat.html diakses tanggal 29/10/2016