Вы находитесь на странице: 1из 2

Selama ini persepsi yang mungkin berkembang dimasyarakat mengenai Bhuta kala adalah

sesosok mahluk yang mempunyai wajah yang menyeramkan dengan perilaku layaknya raksasa.
Selain itu ada anggapan bahwa yadnya yang dibuat adalah sebagai suguhan kepada Bhuta kala
untuk disantapnya. Gambaran masyarakat terhadap Bhuta Kala tidaklah berlebihan tetapi
pandangan tersebut masih keliru.
Dengan adanya kekeliruan persepsi masyarakat terhadap pengertian Bhuta Kala, maka disini
kami akan mencoba untuk menguraikan Pengertian Bhuta Kala dan Makna Bhuta Yadnya.
Karena sebagai umat yang memiliki pola pikir yang modern, tentunya kita tidak boleh begitu
saja menerima mitos yang ada.
A) PENGERTIAN BHUTA KALA
Kata
Bhuta
berasal
dari
suku
BHU
yang
berarti
menjadi, ada, gelap, berbentuk, mahluk. Kemudian kata BHU berkembang menjadi BHUTA
yang artinya adalah telah dijadikan ataupun diwujudkan. Sedangkan untuk kata KALA, berarti
energi, waktu. Sehingga kata BHUTA KALA artinya adalah energy yang timbul dan
mengakibatkan kegelapan.
Selanjutnya pengertian menurut filsafat agama bahwasanya Bhuta Kala merupakan suatu
kekuatan yang timbul sebagai akibat terjadinya suatu kekuatan di alam semesta beserta dengan
isinya sehingga menimbulkan ethos kerja. Kekuatan yang dimaksud dapat mengakibatkan
terjadinya keharmonisan antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit dan juga sebaliknya dapat
mengakibatkan terjadinya ketidak harmonisan antara bhuana agung dengan bhuana alit.
Lebih lanjut mengenai Bhuta dijelaskan dalam Tutur Andhabhuwana yang mengungkapkan
bahwa Panca Maha Bhuta telah bersemayam (Nirwikara) kesetiap mahluk terutamanya pada
manusia, sehingga isi alam dengan alamnya selalu berhubungan, saling ketergantungan dan
merupakan satu ekosistem sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana.
Sementara itu di dalam lontar Tutur Kandapat yang telah dikenal oleh masyarakat bali pada
khususnya, isinya sangat sesuai dengan Lontar Tutur Andhabhuwana. Dimana dalam lontar
Tutur Kandapat menjelaskan tentang hubungan Panca maha Bhuta di alam semesta (Bhuana
Agung) dengan Panca Maha bhuta yang bersemayam di dalam badan manusia (Bhuana alit).
Adanya hubungan yang erat antara kedua alam ini perlu dijaga keharmonisannya.
Berikut ini petikan terjemahan isi dari Tutur Kandapat:
ini tutur kanda empat namanya, berinfiltrasinya Panca maha bhuta kea lam semesta dan
berada pada kelima belahan bumi, pada belahan timur berada dalam kekuatan akasa yang
disebut bhuta putih. Berinfiltrasinya Panca maha bhuta ke dalam tubuh manusia terjadi pada
saat si Ibu sedang ngidam pada saat itu kekuatan Panca maha bhuta masuk ke dalam
kandungan. Kekuatan akasa pada manusia membentuk semua macam urat urat dan bersemayam
ke dalam jantung bernama sang bhuta anggapati.
Unsure tejanya dialam semesta, berada pada belahan selatan dari bumi letak titik
hypocentrumnya yang disebut Bhuta Abang, kalau didalam diri manusia membentuk otot
(daging) dan bersemayam didalam hati, bernama sang bhuta merajapati. Unsure apahnya di
alam semesta, berada pada belahan Barat dari bumi letak titik hypocentrumnya yang disebut
Bhuta kuning, kalau didalam diri manusia membentuk sumsum dan bersemayam ke dalam
ginjal, bernama sang Bhuta banaspati.

Unsure bayunya dialam semesta, berada pada belahan utara dari bumi letak titik
hypocentrumnya yang disebut Bhuta Ireng, kalau didalam diri manusia membentuk tulang
belulang dan bersemayam kedalam empedu (nyali) bernama sang bhuta Banaspati raja.
Kemudian unsure pertiwinya dialam semesta, berada pada titik hypocentrumnya bumi (di
tengah-tengah) disebut Bhuta Brumbun, kalau didalam diri manusia membentuk semua kulit dan
bersemayam didalam pangkal ati bernama sang bhuta anggasakti. Itulah yang harus diketahui,
karena alam semesta dengan manusia adalah dalam pengerian tunggal, hanya nama dan
penyebutannya saja berbeda. Lakukanlah yadnya, karena kekuatan itu bisa menggoda dan
menolong kehidupan manusia, sehingga bisa mengakibatkan kesedihan dan kebahagiaan
(kutipan terjemahan kandapat dalam Makna Upacara Bhuta Yadnya,2001:25-26)
Melihat dari petikan terjemahan isi Tutur Kandapat diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap
pelaksanaan yadnya memiliki fungsi Rwa bhineda yaitu memiliki sasaran terhadap Bhuana
agung dan Bhuana alit, sehingga diharapkan akan tercipta suatu kondisi yang harmonis antara
bhuana agung dan bhuana alit dan dapat tercapainya Moksrtham jagadhita ya ca iti darmah.
B) MAKNA UPACARA BHUTA YADNYA
Kalau ditinjau dari fungsinya, Fungsi upacara Bhuta Yadnya adalah sebagai sarana untuk
menetralisir (nyomya) semua kekuatan-kekuatan yang bersifat Asuri Sampad (sifat keburukan)
yang telah bersemayam ke dalam bhuwana agung (makrokosmos) dan Bhuwana alit
(mikrokosmos), sehingga dapat mencapai bhuta hita agar keseimbangan, keselarasan dan
keserasian antara bhuwana agung dan bhuwana alit dapat dipertahankan secara
berkesinambungan.

1.
2.
3.
4.

Kalau dilihat dari segi makna pelaksanaan upacara Bhuta yadnya, maka Makna Upacara Bhuta
Yadnya adalah sebagai berikut:
Bermakna sebagai pengeruat (penyupatan)
Bemakna sebagai kesejahteraan
Bermakna sebagai peleburan dosa
Bermakna sebagai korban suci (yadnya)

Вам также может понравиться