Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Combustio grade II
Step 1
Istilah
1. Hemoglobin
2.
Eritrosit
3.
Lekosit
4.
Hematokrit
5.
Trombosit
6.
Waktu perdarahan
7.
Waktu pembekuan
8.
MCV
9.
MCH
10.
MCHC
11.
RDW
12.
Basofil
13.
Eosinofil
14.
Limfosit
15.
Monosit
16.
Pulmo Hili kasar
17.
LED ( laju endap darah)
18.
Cor
STEP 2
1. Hemoglobin adalah molukel yang terdiri dari 4 kandungan haem (berisi zat
besi) dan 4 rantai globin (alfa, beta, gama dan delta), berada didalam erittrosit
dan bertugas utama untuk mengankut oksigen.
2. Eritrosit adalah merupakan komponen darah yang paling banyak dan berfungsi
sebagai pengangkut atau pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh tubuh dan membawa karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paruparu.
3. Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
untuk jenis bergranuala ( polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis
tak bergranuala ( mononuclear) berfungsi dalam system pertahanan tubuh
terhadap infeksi.
4. Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah sehingga dengan
melakukan
pemeriksaan
hematokrit
maka
akan
kita
dapatkan
hasil
perbandingan jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap volume darah dalam
satuan persen.
5. Trombosit adalah fragmen sel kecil yang beredar melalui aliran darah anda.
Fungsi penting mereka adalah untuk membantu menghentikan perdarahan bila
ada cedera pada tubuh kita.
6. Waktu perdarahan adalah bledding time uji laboratorium untuk menentukan
lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma laboratoris.
7. Waktu pembekuan adalah clothing time massa pembekuan untuk menentukan
lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku.
8. MCV adalah menurun jika eritrosit lebih kecil dari biasanya seperti pada
anemia karena kekurangan zat besi.
9. MCH adalah mean corpus hemoglobin merupakan salah satu jenis pemeriksaan
yang ada pada darah, dimana akan dinilai massa dari hemoglobin dari satuan
sel darah merah yang ada pada tubuh.
10 MCHC adalah perhitungan rata-rata konsentrasi hempglobin didalam eritrosit.
11 RDW adalah merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit.
12 Basofil adalah jenis lekosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang,
seperti asma, alergi kulit dan lain-lain.
13 Eosinofil adalah merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibat dalam alergi
dan infeksi ( terutama parasit) dalam tubuh.
14 Limfosit adalah salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan
pembentukan antibody.
15 Monosit adalah merupaka salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran
2 kali lebih besar dari eritrosit sel darah merah (terbesar dalam sirkulasi darah
dan diproduksi di jaringan limfatik.
2
16 Pulmo Hili kasar adalah keluar masuknya pembuluh darah bronkus dan
pembuluh limfatik
17 LED ( laju endap darah) adalah kecepatan sel-sel darah merah mengendap
didalam tabung uji dengan satuan mm/jam.
18 Cor adalah bahasa latin dari rongga organ-organ berotot yang memompa darah
lewat pembuluh darah oleh kontraksi terima yang berulang (jantung).
STEP 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kenapa
dilakukan
pemeriksaan thorax ?
12.
13.
14.
Apa
fungsi
pemantauan
16.
17.
STEP 4
1. Karena berdasarkan kedalaman luka dan berdasarkan ukuran luas luka bakar
pasien menunjukkan luka bakar tersebut tergolong ke dalam grade II
2. Perawatan luka bakar grade yang lebih efektif adalah perawatan luka bakar
terbuka yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa
balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya jugadilakukan untuk daerah
yang sulit dibalut seperti wajah, perineum dan lipat paha. Keuntungan nya :
waktu yang dibutuhkan lebih singkat, lebih praktis dan efisien, bila terjadi
infeksi mudah terdeteksi.
3. Proses penyembuhan luka bakar grade II tergantung derajat II dangkal atau
derajat II dalam. Karena pasien nya termasuk luka bakar derajat II dangkal
maka proses penyembuhan terjadi spontan waktu 10-14 hari.
4. Kerusakan meliputi lapisan kulit epidermis dan sebagian dermis.
5. Peningkatan leukosit tinggi pada tubuh merupakan hasil dari satu masalah
dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan, tingginya leukosit pada tubuh
ini berarti telah terjadi peningkatan produksi sel-sel untuk melawan infeksi
pada tubuh, terbukti pasien memiliki luka sebagai tanda inflamasi sehingga
system imun akan meningkat sebagai proses pertahanan tubuh (body imun)
6. Rumus menurut Parkland :
4ml/kgBB/%Luka bakar
4mlx(50kg)x28% = 5.600 ml/24 jam
jumlah cairan = 2800ml diberikan dalam 8 jam, jumlah cairan sisanya
2800 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
7. 1. Bebaskan pasien pada penyebab kebakaran
2. Tanggalkan pakaian yang melekat
3. Perhatikan pernafasan dan keadaan umum
4. Dinginkan luka bakar dengan air yang mengalir, air yang digunakan cukup
dengan temperature 20O dialirkan selama 15 menit.
5. Letakkan luka pada kain atau tempat bersih dan jika memerlukan
perawatan lanjutan bawa ke rumah sakit.
6. Bila pasien tersebut harus mendapatkan infuse maka, untuk sementara
pasien dipuasakan, karena pada saat itu pasien mengalami peristaltic usus
yang rendah.
8. 1. Secara umum
a. Hindarkan infeksi
b. memantau cairan yang masuk dan keluar
c. menjaga fungsi lain.
2. Secara khusus
Secara tertutup
- luka dicuci
-Bila ada bulla dipecahkan
- luka diberi topical antibiotic dibalut yang tebal untuk mencegah
merembesan keluar cairan
9. 1. Madu mampu mengurangi terjadinya peradangan ditandai dengan berkurang
nyeri bengkak, dan luka mongering, hal ini disebabkan osmolaritas yang
tinggi (kadar air kurang dari 17%) sehingga mampu menyerap cairan luka dan
memperbaiki sirkulasi dan pertukaran udara disekitar luka.
2. Madu memilki efek membersihkan terbukti dengan terangkatnya jaringan
mati pada balutan yang dioleskan madu.
3. Madu memiliki efek anti bakteri dan anti oksidan sehingga mampu
menghambat efek radikal bebas, akan mengurangi kerusakan jaringan.
4. Merangsang sel darah putih sehingga mempercepat proses penyembuhan
luka.
5. Madu menciptakan lingkungan luka menjadi lembab, lingkungan lembab
akan mendukung proses penyembuhan luka dan tumbuhnya jaringan baru.
6. Sifat asam madu. Madu memiliki pH 3,2-4,5 cukup rendah untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang rata-rata berkembang pada pH 7,27,4.
7. madu dapat lebih cepat menstimulasi pembuluh darah baru.
10. Karena pada penusukan cuping telinga tidak terdapat pembuluh darah vena,
arteri dan kapiler sehingga dapat mewakili kondisi perdarahan yang terbentuk
secara valid dan nilai lebih aman karena pasien tidak merasakan sakit, dan tidak
terdapat luka yang membekas, beda hal nya paada area penusukan bagian polar
lengan bawah yang akan terbentuk luka yang membesar dan pasien akan
merasakan sakit karena terdapat pembuluh darah vena, arteri, dan kapiler sehingga
didapatkan hasil yang kurang valid.
11. Foto thorax dilakukan untuk memastikan apakah ada cedera inhalasi.
12. Keterolac diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
13. Ceftriaxone diberikan sebagai golongan antibotik cephalosporin yang dapat
digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat infeksi bakteri.
14. Karena untuk mengetahui dehidrasi ringan, sedang atau berat sehingga
memudahkan dalam penatalaksanaan pemberian cairan baik oral maupun
parenteral.
15. Untuk mempermudah perhitungan cairan output pada pasien luka bakar.
16. Ganti verban/ganti balutan dilakukan sehari sekali karena untuk mencegah
terjadinya infeksi.
17. Diagnosa yang lebih utama muncul adalah Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal luka
LAPORAN PENDAHULUAN
COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
1.1.
tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat,
2004)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan
banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang
mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Kusumaningrum, 2008)
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
1.2.
1.
c.
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4)
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara
garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan
pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan
pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
11
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka
bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
1.4.
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit
juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan
nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas:
a.
Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir
patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan
dan telapak kaki.
12
c.
Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d.
e.
1.5.
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning
agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
14
15
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak
memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul
nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme
Pathway
16
17
tekanan,
sedikit
atau
tidak
ada
edema,
kesemutan,
18
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa
nyeri atau gatal.
1.8 LUAS LUKA BAKAR
Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak luka.
Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan
cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka
bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
1. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar
hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a.
: 9%
19
b.
c.
d.
e.
Lengan masing-masing 9%
: 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai maisng-masing 18%
: 36%
Genetalia/perineum
: 1%
Total
: 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
20
akibat
luka
bakar.
Distensi
lambung
dan
nausea
dapat
21
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah
okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
5.
22
9.
berikutnya
adalah
mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan
radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu
mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.
Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan
transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan,
melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
a.
Intubasi
23
f.
g. Bilasan bronkoalveolar
h. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
i.
24
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar
dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan
hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai
macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu
yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan
menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
a.
Cara Evans
25
untuk
menghilangkan
rasa
nyeri
dari
luka
26
28
29
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
3.
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan
gambaran
keadaan
kesehatan
keluarga
dan
penyakit
yang
30
31
15. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
16. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
32
keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c.
33
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena
air panas, bahan kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang
rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi
suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e.
Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f.
Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
34
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
i.
Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9
(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
BAG TUBUH
Kepala leher
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri)
Badan depan
Badan belakang
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri)
Genetalia
1 TH
18%
18%
18%
18%
27%
1%
2 TH
14%
18%
18%
18%
31%
1%
DEWASA
9%
18 %
18%
18%
30%
1%
Rasional :
Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan sendi dan kekuatan otot tetapi tipe
latihan tergantung indikasi dan luas cedera.
3)
4) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10)
Rasional :
Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya, keterlibatan jaringan atau
kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan
debridement.
5) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
Rasional :
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan
mekanisme koping.
6)
36
Intervensi :
1) Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan jaringan metabolik dan
kondisi sekitar luka
Rasional :
Memberikan
informasi
dasar
tentang
kebutuhan
penanaman
kulit
dan
37
38
2)
Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak ke pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang
3) Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari batas yang terbakar
Rasional : Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri
4) Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher, membran mukosa )
Rasional :
Infeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali terjadi sehubungan dengan depresi
sistem imun atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi antibiotik
sistematik.
5)
1)
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau khususnya untuk luka
bakar diatas sendi.
Rasional :
Meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah kontraktor yang
lebih mungkin diatas sendi.
2) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali pasif kemudian aktif
Rasional :
39
Pertahankan jumlah kalori berat, timbang BB / hari, kaji ulang persen area
permukaan tubuh terbuka atau luka tiap minggu.
Rasional :
Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat, sesuai penyembuhan luka,
persentase area luka bakar dievaluasi untuk menghitung bentuk diet yang
diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
40
41
Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan
berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional :
Pertanyaan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien
atau orang terdekat menerima realita dan mulai menerima apa yang terjadi.
Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi perubahan yang
terjadi.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
EGC
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Crowin,E.J.2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR,
Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartzs principal surgery.
8th ed. USA: The McGraw-Hill Companies
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
44
45