Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa
beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh
yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh
terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem
kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem
kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin
dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut
usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul
penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan,
makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga,
dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat
lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda
mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan
antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif.
Sejak dasawarsa 1960
meningkat. Dewasa ini, imunisasi telah menjadi amat terkenal sebagai metoda
pilihan untuk penentuan analit secara kuantitatif. Imunisasi telah masuk ke dalam
banyak cabang dan disiplin dari penelitian ilmiah terutama yang berkaitan dengan
subyek biologis.
antibody
Mahasiswa dapat menjelaskan apa saja sel-sel sistem imunologi
Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip umum terapi imunologi
Mahasiswa dapat menjelaskan obat imunologi
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Imunologi
Pada
mulanya
imunologi
merupakan
cabang
mikrobiologi
yang
Deteksi dan mengenali benda asing, Komunikasi dengan sel lain untuk
berespons, Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons dan estruksi atau supresi
penginvasi
2.5 Jenis-Jenis Sistem Imun
1. Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh
(pembawaan )
Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
adalah pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme. Disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Terdiri dari:
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan
mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak
misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan
meninggikan resiko infeksi.
b. Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel
kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam
pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung , lisozim
dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap
berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu
juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin
dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman
pseudomonas.
c. Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara
humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
Komplemen
bakteri
Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri
memudahkan
makrofag
untuk
mengenal
dan
memfagositosis
(opsonisasi).
Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
Interveron mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel
yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu,
interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang
diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian
membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
C-Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang
kadarnya cepat meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut.
CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca ++ dapat
mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
d. Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik
seluller.
Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel
utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil.
6
Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B.
sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda
asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma
yang dapat menbentuk zat anti atau antibody. Antibody yang dilepas dapat
ditemukan didalam serum. Funsi utama antibody ini ialah untuk pertahanan
tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya.
b. Sistem imun spesifik selular
Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau
sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang
disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan
dapat memberikan pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda
dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi
berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap
bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan.
Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:
1. Alamiah
a. Pasif
Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih
yang disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain yang imun,
misalnya melalui plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.
b. Aktif
Imunitas alamiah katif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara
alamiah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau sel
yang tersensitisasi.
2. Buatan
a. Pasif
Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody,
antitoksin misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas, gigitan ular dan difesiensi
imun atau pemberian sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
b. Aktif
imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai
nonself.
Ukuran molekul
dengan determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat mempunyai satu atau
lebih determinan. Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau
gula.
terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen
dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian
(termasuk interval diantara dosis yang diberikan)
d. Pembagian Antigen
Secara fungsional
10
Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang
berbeda.
Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu.
Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam
satu spesies.
Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama
: 910).
T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel
B untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Sebagai contoh adalah
antigen protein.
T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan
sel Tuntuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar
polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.
(Baratawidjaja 1991: 15).
arang
pada
umumnya
imunogenik.
Glikoprotein
dapat
11
ditimbulkan golongan darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun
yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat
oleh protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah
sphingolipid.
Asam nukleat
Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh
Protein
Kebanyakan
protein
adalah
imunogenik
dan
pada
umunya
12
Netralisasi
Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang
tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
Presipitasi
Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
Sitotoksis
a. Pengertian
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
teraktifasi oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein
dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata
ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem
kekebalan. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu.
b.
c.
Fungsi
Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.
Sifat Antibodi
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat
antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa,
dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal
struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).
Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Sulit bagi seseorang untuk
mengingat pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel B yang sedemikian
kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam
memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.
d. Proses Pembentukan Antibodi
Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi
tersebut diwariskan dari ibu ke janinnya melalui inntraplasenta. Antibody
yang dihasilkan pada bayi yang baru lahir titier masih sangat rendah, dan
14
seperti air mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah
lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung
dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap
seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian
tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam
pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi
daerah kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam
kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi,
melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru
lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang
setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur
beberapa minggu.
15
Pada saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim
mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh
menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan
meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat
diketahui dari kadar IgM dalam darah.
bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya
untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh.
Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.
Sel Fagosit
16
Sel fagosit terbagi dua jenis, yaitu fagosit mononuclear dan fagosit
polimorfonuklear. Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel makrofag,
sedangkan fagosit polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan eusinofil.
Sel Monosit dan Sel Makrofag
Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit
bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke
dalam jaringan, dan berkembang menjadi makrofaga (macrophage) besar
(pemangsa besar). Makrofaga jaringan, yang merupakan sel-sel fagositik terbesar,
adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur panjang. Sel-sel ini menjulurkan
kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel ke polisakarida pada
permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian dirusak oleh
enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu.
Beberapa makrofaga bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara yang lain
tetap tinggal secara permanen dalam jaringan tertentu: dalam paru-paru
(makrofaga alveoli), hati (sel-sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel-sel
mikroglia), jaringan ikat (histiosit), dan pada limpa, nodus limfa, serta jaringan
limfatik. Mikroorganisme, fragmen mikroba, dan molekul asing yang memasuki
darah menghadapi makrofaga ketika mereka terjerat dalam bangun limpa yang
mirip dengan jarring, sementara yang berada dalam cairan jaringan mengalir ke
dalam limfa dan disaring melalui nodus limfa.
Namun, beberapa mikroba telah mengevolusikan mekanisme untuk
menghindari perusakan oleh sel fagositik. Beberapa bakteri mempunyai kapsul
bagian luar yang tidak dapat ditempeli makrofaga. Contoh bakteri tersebut adalah
Mycobacterium tuberculosis, yang bersifat resisten terhadap perusakan oleh
lisosom dan bahkan dapat bereproduksi di dalam makrofaga.
Sel Neutrofil
Neutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid dalam
sumsum tulang. Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih (leukosit).
17
Neutrofil adalah fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit darah, yang
berkembang menjadi makrofaga besar dan aktif. Sel-sel yang dirusak oleh
mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil
dari darah untuk datang. Neutrofil itu akan memasuki jaringan yang terinfeksi,
lalu menelan dan merusak mikroba yang ada disana. (Migrasi menuju sumber zat
kimia yang mengundang ini disebut kemotaksis). Di dalam neutrofil terdapat
enzim lisozim dan laktoferin untuk menghancurkan bakteri atau benda asing
lainnya yang telah difagositosis. Setelah memfagositosis 5-20 bakteri, neutrofil
mati dengan melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi makrofag. Biasanya,
neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam karena neutrofil
cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang asing.
Sel Eusinofil
Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal
myeloid. Ukuran sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga
sebagai fagosit. Eosinofil berjumlah 2-5% dari sel darah putih. Peningkatan
eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi
parasit internal (contoh, cacing darah atau Schistosoma mansoni). Walaupun
kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis oleh eosinofil atau oleh
sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit melalui
molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh
banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki kecenderungan khusus untuk
berkumpul dalam jaringan yang memiliki reaksi alergi. Kecendrungan ini
disebabkan oleh faktor kemotaktik yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil yang
menyebabkan eosinofil bermigrasi kearah jaringan yang meradang. Sel fagosit
terutama makrofag dan neutrofil; memiliki peran besar dalam proses peradangan.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut sel fagosit juga berinteraksi dengan
komplemen dan sistem imun spesifik lainnya.
b)
Sel Nol
Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak
mengandung petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu
18
disebut sel nol. Sel ini beredar dalam pembuluh darah sebagai limfosit besar yang
khusus, memiliki granular spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan
membunuh sel abnormal, seperi sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel
NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada patogen intraseluler. Sel
jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang ini juga
tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10 % 20 % bagian dari
limfosit perifer. Bentuknya lebih besar dari limfosit B dan limfosit T.
c)
Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit.
19
Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel sel ini harus berkontak langsung
dengan sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang diperantarai
oleh sel (cell-mediated immunity, imunitas seluler).
permukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang
bersangkutan, yaitu, baik antigen asing maupun antigen diri harus terdapat di
permukaan sel sebelum sel T dapat mengikuti keduanya.
Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor. Sebagian
kecil tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap
merespon secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul
kembali di sel tubuh.
kombinasi dengan antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran yang
diwariskan ke semua turunan sel T berikutnya
20
Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing,
misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.
Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan
mengaktifkan makrofag.
Sel Ts (supperssor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik
dan penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam
subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam
destruksi patogen secara imunologik. Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T
regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta
aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.
Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel
21
1. Metotreksat (MTX)
Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin dalam
mencegah penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga berguna untuk penyakit
autoimun dan peradangan tertentu. Saat ini disetujui untuk digunakan dalam
pengobatan artritis reumatoid yang aktif dan berat pada orang dewasa dan pada
psoriasis yang sudah refrakter terhadap obat lain.
INDIKASI
Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia, psoriasis, reumatoid artritis,
termasuk terapi poliartikular juvenile reumatoid artritis (JDR); karsinoma
payudara, karsinoma leher dan karsinoma kepala,karsinoma paru, osteosarkoma,
sarcoma jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal, karsinoma esofagus,
karsinoma testes, karsinoma limfoma.
FARMAKOKINETIK
Onset kerja : Antirematik: 3-6 minggu; tambahan perbaikan bisa dilanjutkan lebih
lama dari 12 minggu.
Absorpsi : Oral: cepat : diserap baik pada dosis rendah (<30 mg/m2); tidak
lengkap setelah dosis tinggi ; I.M.: Lengkap
Distribusi : Penetrasi lambat sampai cairan fase 3 (misal pleural efusi, ascites),
eksis lambat dari kompartemen ini (lebih lambat dari plasma), melewati plasenta,
23
atau
reumatoid
artritits,penyakit
alkoholik
hati,AIDS,darah
diskariasis,kehamilan,menyusui.
EFEK SAMPING
Efek samping beragam sesuai rute pemberian dan dosis.
Hematologi dan/atau toksisitas gastrointestinal : sering terjadi pada
penggunaan umum dari dosis umum metotreksat; reaksi ini lebih sedikit
terjadi ketika digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid artritis.
SSP : (dengan pemberian intratekal atau terapi dosis tinggi): Arachnoides:
Manifestasi reaksi akut sebagai sakit kepala hebat, rigidity nuchal, muntah dan
demam, dapat alleviated dengan pengurangan dosis.
24
Leukopenia,
trombositopenia.Ginjal:
Gagal
ginjal,
DOSIS
Dosis 100 500 mg/m membutuhkan leucovorin rescue, > 500 mg/m harus
menggunakan leucovorin rescue baik secara iv, im, maupun oral. Leucovorin 10
mg/m setiap 6 jam untuk 6-8 dosis dimulai 24 jam setelah pemberian
metotreksat. Pemberian leucovorin dilanjutkan sampai kadar metotreksat dalam
darah sebesar < 0.1 micromolar. Jika kadar metotreksat setelah 48 jam > 1
mikromolar atau setelah 72 jam > 0.2 micromolar,berikan leucovorin 100 mg/m
setiap 6 jam sampai kadar metotreksat sebesar < 0.1 micromolar.
NAMA DAGANG
Emthexate-Combiphar/Pharmachemie,Methotrexat-Ebewe,Methotrexate Kalbe.
2. KORTIKOSTEROID
FARMAKOKINETIK
25
PENGGUNAAN KLINIK
Kortikosteroid biasanya digunakan bersama imunosupresanLain dalam mencegah
penolakan transplantasi.Untuk ini diperlukan dosis besar untuk beberapa
hari.Kortikosteroid juga digunakan untuk mengurangi reaksi Alergi yang bisa
timbul pada pemberian antibodi monoklonal Atau antibodi antilimfosit.juga
digunakan untuk berbagai Penyakit autoimun
TOKSISITAS
26
3. AZATIOPRIN
Digunakan untuk menekan penolakan cangkok ginjal, pengobatan
artritis rematoid berat
Dalam tubuh Azatioprin dipecah oleh Glutation Merkaptopurin
mempengaruhi sintesa dan penggunaan prekursor RNA dan
DNA
Pemberian Allopurinol bersama Azotiprin menurunkan kadar
Azatioprin diplasma
ESO : leukopenia dan trombositopenia, mual,
muntah
Sediaan dan Dosis
Sediaan :
Oral : 50 mg/table
Injeksi IV 100 mg/vial
Dosis :
Profilaksis : 3-10 mg/kg BB/hari diberikan 1-2 hari sebelum
cangkok ginjal atau pada hari operasi
Dodis penunajang : 1-3 mg/kg BB/hari
Pengobatan Artritis rematoid : dimulai dengan dosis 1 mg/kg
BB/hari. Diberikan selama 6-9 minggu dosis diturunakan
pelahan-lahan samapai maksimum 0.25 mg/kk BB/hari.
4. SIKLOFOSFAMID
27
DOSIS :
Dosis 1,5-3 mg/kg BB/hari.
Mekanisme kerja :
Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh mengalami konversi oleh
enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang
merupakan obat aktif. Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan non
enzimatik menjadi fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh
penghambat atau perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid
sendiri merupakan perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi
aktivitas obat lain.
Efek samping
Seiring dengan efek yang diperlukan, obat dapat menyebabkan beberapa efek
yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping yang akan memiliki beberapa tanda
dan gejala. Efek samping mungkin dapat muncul setelah berbulan-bulan atau
bertahun-tahun setelah mengonsumsi obat ini. Efek samping yang baru terjadi
setelah beberapa bulan atau tahun mungkin termasuk jenis kanker tertentu, seperti
leukemia, limfoma, atau kanker kulit.
Segera hubungi dokter jika terjadi salah satu efek samping berikut ini:
1. Batuk atau suara serak
2. Demam atau kedinginan
3. Punggung bawah atau samping nyeri
4. Nyeri atau sulit buang air kecil
5. Kelelahan atau kelemahan
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan
flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. ACTH dan Kortikosteroida dalam
Obat- obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya :
halaman723-731 ; Edisi keenam. Jakarta, 2007
31