Вы находитесь на странице: 1из 33

MAKALAH

OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh:
Timotius Kevin N

110100296

Boris

110100076

Brata Tama Unsandy

110100322

Pembimbing:
dr. Iman Dwi Winanto, Sp.OT

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Osteomielitis. Makalah ini disusun
sebagai rangkaian tugas kepaniteraan klinik di Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi RSUP H. Adam Malik/Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Iman
Dwi Winanto, Sp.OT selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam memperdalam ilmu pengetahuan di bidang
orthopaedi dan traumatologi.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.

Medan, Oktober 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................

ii

DAFAR GAMBAR............................................................................................

iv

DAFTAR TABEL..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


2.1 Definisi..........................................................................................................
2.2 Etiologi..........................................................................................................
2.3 Epidemiologi.................................................................................................
2.4 Faktor Risiko.................................................................................................
2.5 Patogenesis....................................................................................................
2.6 Klasifikasi.....................................................................................................

3
3
3
5
6
7

10
2.6.1. Osteomielitis Hematogen Akut...........................................................
2.6.1.1. Gambaran Klinis........................................................................
2.6.1.2. Diagnosis....................................................................................
2.6.1.3. Pengobatan.................................................................................
2.6.1.4. Prognosis....................................................................................
2.6.1.5. Komplikasi.................................................................................
2.6.2. Osteomielitis Hematogen Subakut......................................................
2.6.2.1. Gambaran Klinis........................................................................
2.6.2.2. Diagnosis....................................................................................
2.6.2.3. Diagnosis Banding.....................................................................
2.6.2.4. Tatalaksana.................................................................................
2.6.2.5. Pemantauan Setelah Pengobatan................................................
2.6.2.6. Komplikasi.................................................................................
2.6.3. Osteomielitis Kronis............................................................................
2.6.3.1. Gambaran Klinis........................................................................
2.6.3.2. Diagnosis....................................................................................
2.6.3.3. Staging........................................................................................
2.6.3.4. Tatalaksana.......................................................................................
2.6.3.5. Pengobatan Setelah Pengobatan.......................................................
2.6.3.6. Komplikasi.......................................................................................

11
11
12
14
15
16
16
16
16
18
18
19
19
19
20
20
23
23
24
24

BAB III KESIMPULAN................................................................................... 25


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 26

iii

DAFTAR GAMBAR
Nama Tabel
Gambar 2.1. Etiologi dan Prevalensi Osteomielitis

Halaman
4

Hematogen.
Gambar 2.2. Mekanisme Terjadinya Osteomielitis.
2.3. Proyeksi AP pada tibia dan fibula proksimal.
Gambar 2.4. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran

9
12
13

sklerotik di diametafisis tibia.


Gambar 2.5. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran

13

sklerotik di lateral diametafisis tibia.

iv

Gambar 2.6. Radiografi tulang tibia dengan osteomielitis.


Gambar 2.7. Radiologi abses Brodie pada epifisis distal

14
17

tibia pada anak usia 3 tahun.


Gambar 2.8. Radiologik dari abses Brodie yang dapat

18

ditemukan pada osteomielitis sub akut/kronik.


Gambar 2.9. Gambaran sekuestrum pada tibia dengan

20

osteomielitis kronis.
Gambar 2.10. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi

21

osteolitik dan sclerosis extensive dibagian distal metafisis


pada radius.
Gambar 2.11. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan

21

fibula kanan.
Gambar 2.12. Radiografi osteomielitis kronis.

22

DAFTAR TABEL

Nama Tabel
Tabel 2.1. Organisme Penyebab Osteomielitis

Halaman
5

Berdasarkan Umur.
Tabel 2.2. Faktor Sistemik dan Lokal

Mempengaruhi Kemampuan Host untuk


Mendapatkan Respon yang Efektif terhadap
Infeksi dan Pengobatan.
Tabel 2.3. Staging untuk Osteomielitis Kronis.

23

BAB I
PENDAHULUAN

Osteomielitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi ini dapat
terjadi akibat infeksi yang menyebar melalui pembuluh darah atau penyebaran
melalui jaringan sekitar. Infeksi ini juga dapat terjadi akibat infeksi langsung
terhadap tulang tersebut1.Kejadian kejadian seperti trauma dapat mengubah
integrasi dari tulang dan menimbulkan onset infeksi pada tulang.1
Prevalensi terjadinya osteomielitis telah mengalami penurunan selama
beberapa tahun disebabkan oleh semakin meningkatnya kontrol penyebaran
osteomielitis pada banyak rumah sakit. Hal ini juga terjadi akibat semakin
meningkatnya

pemahaman

mengenai

pengobatan

osteomielitis.

Insidensi

osteomielitis pada anak di Amerika pada tahun 1970 telah mengalami


pengurangan dari 87 per 10000 kejadian menjadi 47 per 10000 kejadian.1
Penyebab tersering pada infeksi tulang adalah Staphylococcus aureus.
Infeksi yang disertai dengan trauma terbuka (open trauma) atau penggantian sendi
(joint prostheses) diobati dengan menggunakan kombinasi antimikroba dan
operasi. Kombinasi rifampicin dengan antibiotic lainnya mungkin diperlukan
untuk pengobatan.1
Pada umumnya, osteomielitis dikategorikan berdasarkan histopatologinya,
bukan lama infeksinya. Berdasarkan histopatologinya, osteomielitis menjadi dua
bagian, yaitu osteomielitis akut dan kronis. Osteomielitis akut dilihat berdasarkan
perubahan tulang akibat bakteri patogen dan gejala biasanya timbul dalam dua
minggu setelah terjadinya infeksi. Klasifikasi osteomielitis lainnya berdasarkan
pada mekanisme infeksi (melalui hematogen atau infeksi langsung dari jaringan
lunak yang sudah terinfeksi atau luka yang terbuka lama). Sistem klasifikasi
Cierny Mader dibuat untuk manajemen operasi dan tidak digunakan untuk
pengobatan primer.2

Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan infeksi ini terjadi lagi dan
menjadi infeksi kronis. Akibat dari avaskularisasi yang terjadi, osteomielitis
kronis hanya dapat diobati dengan reseksi radikal atau amputasi. Infeksi kronis ini
terjadi lagi sebagai eksaserbasi akut yang hanya dapat ditekan dengan
debridement disertai terapi antimikroba parenteral dan oral. Fraktur patologis,
amyloidosis sekunder, dan karsinoma sel skuamosa merupakan komplikasi yang
jarang terjadi pada sinus tract cutaneous orifice.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi
Osteomielitis (berasal dari kata osteo dan mielitis) adalah infeksi tulang

dan sumsum tulang. Osteomielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak.


Umumnya infeksi pada tulang panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering
terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius, dan
ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. 4
Osteomielitis dapat bersifat akut atau kronis, Infeksi yang berlangsung
kurang dari 3 bulan dinamakan infeksi akut, sedangkan lebih dari 3 bulan
dinamakan infeksi kronik. Beberapa penulis, kadang memasukkan kategori ketiga
yaitu sub akut untuk pasien yang mengalami gejala lebih dari 3 bulan tetapi tidak
terjadi nekrosis tulang yang ekstensif.
Osteomielitis ialah proses inflamasi akut atau kronis pada tulang dan
struktur sekundernya yang biasanya diakibatkan infeksi oleh bakteri piogenik. 5
Osteomielitis merupakan penyakit infeksi pada tulang dan medula tulang baik
karena infeksi piogenik atau non-piogenik misalnya oleh M. tuberculosis.6
2.2.

Etiologi
Staphylococcus

aureus

merupakan

organisme

tersering

penyebab

osteomielitis terutama osteomiletis akut yaitu lebih kurang 90% kasus. Tempat
masuk dari bakteri ialah melalui kulit yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan
jerawat atau bisul. Terkadang juga dapat melalui mukosa membran selaput lendir
dari saluran napas atas sebagai komplikasi dari infeksi tenggorokan atau hidung.
Bahkan bila menyikat gigi yang telalu kuat dan menyebabkan inflamasi gusi dapat
mengakibatkan bakteremia transien. Adanya bakteremia, memainkan peranan
penting dalam menentukan bagian tulang yang berkembang menjadi osteomielitis

(kemungkinan karena ada trombosis lokal dan penurunan resistensi terhadap


infeksi) selain itu juga menjelaskan mengapa insiden osteomielitis lebih tinggi
pada laki-laki dan lebih sering menyerang ekstremitas bawah.7
Selain itu bakteri lain yang dapat menyebabkan osteomielitis ialah
Streptococcus dan Pneumococcus terutama pada bayi. Dengan berkembangnya
vaksin yang efektif maka Haemophilus influenzae sudah jarang menyebabkan
osteomielitis.7 Bakteri lain yang dapat menyebabkan osteomielitis yaitu E. colli,
Aerogenus kapsulata, Salmonella tifosa, Psedumonas aerogenus, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis.6

Gambar 2.1. Etiologi dan Prevalensi Osteomielitis Hematogen8


Untuk osteomielitis kronis terutama disebabkan bakteri Staphylococcus
auerus (75%) atau E.coli, Proteus, atau Pseudomonas. Staphylococcus

epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronik pada pasien operasi


ortopedi yang menggunakan implan.6

Organisme penyebab osteomielitis tersering berdasarkan umur pasien :


Tabel 2.1. Organisme Penyebab Osteomielitis Berdasarkan Umur.9
Bayi ( < 1 tahun)
Anak (1 16 tahun)
Dewasa ( >16 tahun)

2.3.

Grup B Streptococci
Staphylococcus auereus
Escherichia coli
Staphylococcus auereus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus auereus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia mercescens
Escherichia coli

Epidemiologi
Osteomielitis memiliki beberapa kecenderungan yang luas. Insiden

osteomielitis hematogen tampaknya semakin menurun. Dalam satu studi, di


Glasgow, Skotlandia, dari 275 kasus osteomielitis hematogen akut pada anak di
bawah tiga belas tahun, penulis melaporkan penurunan kejadian sekitar 87-42 per
10.000 kasus per tahun selama periode dua puluh tahun penyelidikan. Jumlah
kasus osteomielitis yang melibatkan tulang panjang menurun sementara tingkat
osteomielitis di tempat lainnya tetap sama. Prevalensi infeksi Staphylococcus
aureus juga menurun, dari 55% menjadi 31%, selama dua puluh tahun waktu
penelitian.10
Berbeda dengan osteomielitis hematogen, kejadian osteomielitis karena
inokulasi langsung atau contiguous focus infection meningkat. Ini mungkin akibat
meningkatnya angka kejadian kecelakaan kendaraan bermotor dan meningkatnya
penggunaan perangkat fiksasi ortopedi dan jumlah implan sendi. Insidensi
osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan sekitar lebih dari 27%, tergantung
pada derajat trauma dan terapi yang didapat. Pengobatan yang cepat dan tepat

dapat mengurangi resiko infeksi, menurunkan kemungkinan berkembangnya


osteomielitis, terutama pada pasien-pasien dengan faktor resiko seperti diabetes,
gangguan imunitas dan yang baru mengalami trauma. Laki-laki memiliki angka
kejadian yang lebih tinggi terhadap osteomielitis daripada wanita. Osteomielitis
terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada pasien immunocompromised.10
Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat
higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum
baik, diagnosis yang terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis
kronis, angka kejadian tuberkulosis masih tinggi, pengobatan osteomielitis
memerlukan waktu lama dan biaya tinggi, serta banyak pasien dengan fraktur
terbuka yang datang terlambat dan sudah terjadi osteomielitis.
2.4.

Faktor Risiko

1. Sumber Infeksi
Osteomielitis dapat disebabkan oleh penyebaran hematogen, inokulasi
langsung dari mikroorganisme ke dalam tulang, atau fokus bersebelahan infeksi.
Osteomielitis hematogen biasanya melibatkan metafisis tulang panjang pada anakanak atau badan vertebra pada orang dewasa. Penyebab paling umum dari directinokulasi osteomielitis yaitu luka tembus dan kontaminasi bedah. Osteomielitis
fokus infeksi bersebelahan umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit
pembuluh darah yang parah.10
2. Faktor Host
Faktor

host

dapat

mempengaruhi

individu

untuk

pengembangan

osteomielitis. kekurangan host yang menyebabkan bakteremia mendukung


pengembangan osteomielitis hematogen. kekurangan host yang terlibat dalam
inokulasi langsung dari organisme atau penyebaran infeksi bersebelahan dari
daerah yang berdekatan dengan infeksi jaringan lunak terutama terlibat dalam
kurangnya pertahanan terhadap infeksi. Tiga kelompok pasien dengan kerentanan
yang tidak biasa untuk infeksi tulang akut adalah mereka dengan anemia sel sabit,
penyakit granulomatosa kronis, dan diabetes mellitus. Banyak faktor sistemik dan

lokal mempengaruhi kemampuan host untuk mendapatkan respon yang efektif


terhadap infeksi dan pengobatan. 10
Tabel 2.2. Faktor Sistemik dan Lokal Mempengaruhi Kemampuan Host
untuk Mendapatkan Respon yang Efektif terhadap Infeksi dan Pengobatan.10
Systemic (Bs)

Local (BI)

Malnutrition

Chronic lymphedema

Renal, hepatic failure

Venous stasis

Diabetes mellitus

Major vessel compromise

Chronic hypoxia

Arteritis

Immune disease

Extensive scarring

Malignancy

Radiation fibrosis

Extremes of age

Small vessel disease

Immunosuppression or immune deficiency

Neuropathy

Asplenia
HIV/AIDS
Ethanol and/or tobacco abuse
2.5. Patogenesis
Penyebaan osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu: 6
1. Penyebaran umum
- Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia
- Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal
pada daerah-daerah lain
2. Penyebaran lokal
- Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
- Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah
-

kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septik
Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi
ke dalam tulang terganggu,

Perkembangan awal dan cepat dari osteomielitis hematogen yang tidak


diobati ditandai adanya fokus awal kecil dari inflamasi bakteri disertai hiperemia

awal dan edema pada tulang cancellous dan sumsum daerah metafisis tulang
panjang. Tidak seperti jaringan lunak yang mampu berkembang untuk
mengakomodasi pembengkakan, tulang merupakan suatu ruang yang tertutup dan
kaku.

Oleh karena itu, edema awal dari proses inflamasi menyebabkan

peningkatan tajam tekanan intraosseous. Sehingga menimbulkan gejala berupa


nyeri lokal yang berat dan konstan. Terbentuknya pus juga semakin meningkatkan
tekanan lokal dan menyebabkan trombosis pembuluh darah dan nekrosis tulang.7
Infeksi yang tidak diobati akan menyebar cepat dengan berbagai cara,
menghancurkan tulang melalui osteolisis (gambar 2). Melalui pembuluh darah
yang rusak di lesi lokal, sejumlah besar bakteri kembali menyerang aliran darah
dan bakteremia yang tidak terdeteksi tersebut menjadi septikemia yang
bermanifestasi menjadi malaise, anoreksia, dan demam. Penyebaran lokal infeksi
melalui ekstensi langsung dibantu oleh peningkatan tekanan lokal, menembus
korteks yang tipis di daerah metafisis dan melibatkan periosteum yang sangat
sensitif sehingga terjadi tenderness lokal. Periosteum yang melekat pada tulang
selama masa kanak-kanak menjadi longgar lalu terpisah dari meninggi dari
tulangnya. Hasilnya berupa abses subperiosteal yang tetap terlokalisasi atau
menyebar ke seluruh shaft tulang. Periosteum yang meninggi akan mengganggu
aliran darah yang mendasari korteks sehingga memperluas nekrosis tulang.7

Gambar 2.2. Mekanisme Terjadinya Osteomielitis7


Setelah beberapa hari pertama, infeksi menembus periosteum dan
menyebabkan selulitis dan akhirnya berupa abses jaringan lunak. Pada daerah
metafisis di dalam sendi sinovial, seperti ujung atas femur dan radius, penetrasi
periosteum membawa infeksi secara langsung ke dalam sendi dan menyebabkan
arthritis septik. Di sisi lain ketika daerah metafisis luar tetapi dekat dengan sendi
maka sering terbentuk efusi sinovial steril.
Sementara itu, penyebaran infeksi lokal melalui rongga meduler dapat
mengganggu sirkulasi internal. Daerah yang dihasilkan dari nekrosis tulang yang
mungkin berbeda dalam batas dari spicule kecil ke seluruh shaft dan akhirnya
terpisah sehingga terbentuk kepingan jaringan tulang yang sudah mati dan disebut
sebagai sekuestrum. Pembentukan tulang baru yang luas dari lapisan dalam
periosteum menyebabkan shaft tulang terbungkus atau disebut sebagai
involokrum, yang mempertahankan eterlibatan tulang bahkan ketika segemen
besar dari shaft mati dan mengalami sekuestrum. Lempeng epifisis berperan
sebagai penghalang penyebaran langsung infeksi tetapi bila lempeng tersebut

10

sudah rusak maka gangguan pertumbuhan yang serius akan muncul di kemudian
hari.7
Jika tidak dikontrol, setiap saat septikemia dapat menyebabkan fokus
metafisis infeksi pada tulang lainnya. Lebih pentingnya hal tersebut akan
menyebabkan fokus infeksi pada organ lain terutama di paru-paru dan otak juga
menyebabkan kematian. Selain itu dapat berkembang menjadi osteomielitis kronis
berupa menginfeksi tulang yang mati.12,13
2.6. Klasifikasi
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, subakut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.5
2.6.1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan
sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen di mana
mikroorganisme berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah, yang dialami kurang dari 2 minggu.. Kelainan ini sering
ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari
pengobatan yang tepat dan segera.6
2.6.1.1. Gambaran Klinis
Onset akut dan ditandai dengan infeksi yang cepat. Pada anakanak, 50%

ditemukan riwayat infeksi lokal dari kulit dan saluran

pernafasan atas.
Tanda yang pertama kali dan signifikan ditemukan adalah nyeri
hebat dan konstan di ujung dari tulang panjang dan disertai nyeri tekan dan
gerakan yang terbatas. Dalam 24 jam, gejala septikemia muncul seperti
malaise, anoreksia dan demam. Nyeri yang semakin bertambah dan nyeri
tekan pada daerah sekitar ujung tulang panjang, disertai dengan
manifestasi sistemik dari infeksi pada anak sangat mengindikasikan

11

tampilan klinis osteomielitis setidaknya hingga ada bukti yang


menyingkirkannya. Pembengkakan jaringan lunak muncul beberapa hari
setelah infeksi dan mengindikasikan infeksi sudah menyebar melampaui
tulang. 14,15
Pada bayi, manifestasi sistemik dari infeksi sering kali tidak jelas
dibandingkan pada anak-anak. Lebih lanjut lagi, lokalisasi dari osteomielitis
jelas lebih sulit dikarenakan sulitnya komunikasi dengan bayi dan
membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti pada semua tulang panjang dan
sendi yang penting.
2.6.1.2. Diagnosis
Sangat

penting

untuk

menegakkan

diagnosis

ostemielitis

hematogen akut berdasarkan diagnosis klinis saja. Selama setidaknya satu


minggu, tidak dijumpai temuan radiografik infeksi tulang, meskipun
keterlibatan lokal tulang yang parah. Namun, dapat dijumpai temuan
radiografi berupa pembengkakan jaringan lunak setelah beberapa hari.
Pembengkakan tersebut dapat juga dideteksi melalui ultrasonografi.
Namun, hanya setelah minggu pertama gambaran radiografi menunjukkan
adanya destruksi dari tulang di daerah metafisis dan tanda pembentukan
tulang reaktif dari periosteum. Bone scan berguna dalam satu minggu ini
sebelum perubahan radiologi muncul. Dengan MRI, adanya dark focus
pada T1-weighted images dan adanya bright signal pada T2-weighted
images konsisten dengan osteomielitis. 7,8

12

Pada tahap awal, osteomielitis hematogen akut harus dibedakan


dari demam reumatik, selulitis jaringan lunak, dan trauma lokal pada

jaringan lunak atau tulang. Setelah minggu pertama atau lebih, khususnya
jika manifestasi sistemik telah dipengaruhi oleh obat antibakteri,
perubahan radiologis berupa penipisan ireguler metafisis dan pembentukan
tulang baru subperiosteal dapat menyerupai lesi tulang seperti pada
penyakit histiositosis sel Langerhans (eosinofilik granulomatous), sarcoma
Ewing dan osteosarcoma.

13

Gambar 2.3. Proyeksi AP pada tibia dan fibula proksimal;


terlihat gambaran destruksi awal kortikal diafisis fibula11

Gambar 2.4. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di


diametafisis tibia.12

14

Gambar 2.5. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di


lateral diametafisis tibia.15
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2
minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis
dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat.
Sedangkan pemeriksaan ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi
pada sendi.5

15

Gambar 2.6. Radiografi tulang tibia dengan osteomielitis; tampak destruksi


tulang pada tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal.11
2.6.1.3. Pengobatan
1.

Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama


yaitu Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman.
Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan
umum dan laju endap darah penderita. Antibiotik tetap diberikan

2.

3.

hingga 2 minggu setelah laju endap darah normal.


Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan

untuk

menghilangkan nyeri.
Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik
gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum), maka dapat
dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase bedah, pus
subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus
kemudian dilakukan pemerikasaan biakan kuman. Drainase

16

dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl


0,9% dan dengan antibiotik.1,3,5
2.6.1.4. Prognosis
Ada empat faktor yang menentukan efektivitas pengobatan
antibiotik pada osteomielitis hematogen akut dan juga prognosis :
1. Interval waktu antara onset infeksi dengan mulai diberikan terapi.
Pengobatan yang diberikan dalam 3 hari pertama adalah ideal
karena pada tahap ini area lokal dari osteomielitis belum menjadi iskemik.
Dengan pengobatan dini, dengan kondisi organisme penyebab sensitif
terhadap pengobatan yang dipilih, biasanya dapat mengontrol infeksi
secara utuh sehingga osteolisis, nekrosis tulang, dan pembentukan tulang
baru reaktif dapat dicegah; dalam kondisi ini, perubahan radiologis bisa
tidak nampak kemudian.7
Pengobatan yang diberikan pada hari ke 3 hingga hari ke 7
biasanya melemahkan infeksi secara sistemik dan lokal, namun sudah
terlambat untuk mencegah kehancuran tulang.
Pengobatan yang diberikan 1 minggu masa penyakit dapat mengendalikan
septikemia dan menyelamatkan hidup, namun hanya berdampak kecil pada
perkembangan penyakit.
2. Efektivitas obat antibakteri terhadap bakteri penyebab yang spesifik.
Hal ini tergantung apakah bakteri tersebut sensitif terhadap obat
atau resisten dan menekankan pentingnya kultur dan studi sensitivitas.
3. Dosis obat antibiotik yang diberikan
Dengan sirkulasi yang terganggu, dosis antibakteria yang
dibutuhkan lebih besar dibandingakan dengan dosis pengobatan ntuk
jaringan lunak.7,8,10,11
2.6.1.5. Komplikasi
Awal
1. Kematian terkait dengan adanya septicemia.
2. Pembentukan abses.
3. Artritis septik, khususnya pada sendi panggul.
Lambat
Osteomielitis kronis, baik itu persisten maupun rekuren.
2.
Fraktur patologis melaui daerah tulang yang lemah.
1.

17

3.
4.

Kontraktur sendi.
Ganggan pertumbuhan lokal pada tulang yang terlibat.7

2.6.2. Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena
organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
2.6.2.1. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anakanak dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot,
nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi
pincang. Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa
minggu atau mungkin berbulan-bulan. Jumlah leukosit dan kultur darah
biasanya normal. Suhu tubuh biasanya normal.2,5,9
2.6.2.2. Diagnosis
Keluhan yang dikeluhankan biasanya berupa nyeri lokal yang ringan
pada daerah yang teribat. Daerah yang terlibat dapat menjadi hangat,
bengkak, dan kemerahan.
Dengan foto Rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2
cm terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang
pada daerah diafisis tulang panjang. Kadang-kadang kavitas juga dapat
dikelilingi oleh tulang yang sklerosis (tampilan klasik Brodies abscess)
yang berbatas tegas dan dapat muncl pada bagian diafisis.8,9

18

Gambar 2.7. Radiologi abses Brodie pada epifisis distal tibia pada anak usia
3 tahun. 5

19

Gambar 2.8. Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan


pada osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang
dikelilingi oleh daerah sklerosis.7
2.6.2.3. Diagnosis Banding
Diferensial Diagnosis osteomielitis subakut adalah sebagai berikut:

Jika pada pemeriksaan radiologis dijumpai lesi pada diafisis dan tampilak
kulit bawang, maka dapat juga dicurigai sebagai Ewings Sarcoma,

Lanerhans cell histiocytosis, atau osteosarkoma.


Jika dijumpai lesi pada epifisis, dapat dicurigai sebagai kondrolastoma,
osteomielitis fungal, osteomielitis tuberkulosis, giant cell tumor, atau gout
artritis

Jika dijumpai lesi pada metafisis, maka dapat dicurigai sebagai

nonosyfying fibroma.
2.6.2.4. Tatalaksana
Tatalaksana dapat berupa imobilisasi dan pemberian antibiotik
intravena selama 4-5 hari dan dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 6
minggu - 12 bulan sesuai dengan hasil kultur dan tes sensitivitas.
Jika lesi agresif dengan LED > 40 mm/jam dan ukuran abses >
3cm atau jika lesi sulit dibedakan dengan tumor, maka open biopsy
diindikasikan. Lesi lain didrainase kemudian jaringan granulasi dilakukan
kultur dan tes sensitivitas kemudian pemberian antibiotik dimulai setelah
itu.
Setelah dilakukan pembedahan, terutama pada bagian epifisis,
maka harus dilakukan proteksi sendi dengan traksi maupun pembidaian.9,10
2.6.2.5. Pemantauan Setelah Pengobatan
Pemeriksaan seminggu setelah dimulai pengobatan penting untuk
dilakukan. Pemantauan respon terhadap antibiotik setelah 6 minggu
dilakukan dan biasanya gejala klinis membaik beberapa hari setelah
dimulai pengobatan. Untuk 6 bulan pertama, waspadai adanya gejala
ulangan karena kekambuhan paing sering terjadi dalam 6 bulan pertama.

20

Perbaikan radiologis akan cenderung lebih lambat dibandingkan


perbaikan gejala klinis dan biasa mulai tampak perbaikan dalam 3-12
bulan pertama. Kavitas pada metafisis maupun epifisis akan membaik dan
mungkin akan meninggalkan daerah sklerotik yang kecil. Pemantauan
hingga 12 bulan dilakukan untuk melihat pertumbuhan tulang.7,8
2.6.2.6. Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis subakut berupa:

Kolaps sendi setelah pembedahan pada bagian epifisis/meta-epifisis.


Keluarnya pus ke dalam sendi.

2.6.3. Osteomielitis Kronis


Osteomielitis

kronis

umumnya

merupakan

lanjutan

dari

osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik.
Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah
tindakan operasi pada tulang. 11,12
2.6.3.1. Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari
luka/sinus setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang
disertai demam dan nyeri yang hilang timbul di daerah anggota gerak
tertentu. Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau
sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan
sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat
fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita.3,5
2.6.3.2. Diagnosis
1. X-Ray
Pada foto Rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.

21

Gambar 2.9. Gambaran sekuestrum pada tibia dengan


osteomielitis kronis5

Gambar 2.10. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik


dan sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius.16

22

Gambar 2.11. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula


kanan. Ditandai dengan adanya gambaran sekuestrum (panah). 10
2. CT Scan
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan
serta untuk melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi.

23

Gambar 2.12. Radiografi osteomielitis kronis; tampak reaksi


sklerorik (a) dan abses yang meluas dari tulang hingga jaringan
lunak (b & c)11

2.6.3.3. Staging
Staging pada osteomielitis kronis dapat membantu penanganan dan
memperkirakan prognosis. Sistem staging ini didasarkan pada lokasi
anatomis lokal infeksi dan keadaan umum pasien.
Tabel 2.3. Staging untuk Osteomielitis Kronis 7
Lesi
Stage 1
Stage 2
Stage 3
Stage 4

Tipe
Medullary
Superficial
Localized
Diffuse

24

Keadaan pasien
Tipe A
Normal
Tipe B
Terganggu karena keadaan lokal ataupun sistemik
Tipe C
Sangat terganggu karena keadaan lokal ataupun sistemik
Penderita Stage 1 atau 2, atau Tipe A memiliki prognosis yang
cenderung baik. Sedangkan pada penderita Tipe C memiliki prognosis
yang buruk. Pada Stage 4 dengan infeksi yang menyeluruh, tindakan
operasi dikontraindikasikan dan biasanya dapat diberikan pengobatan
paliatif.7,9,10
2.6.3.4. Tatalaksana
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas pemberian antibiotik dan
tindakan operatif.
1.
Pemberian antibiotik
Infeksi kronis jarang dapat disembuhkan hanya dengan antibiotik.
Namun pemberian antibiotik penting diberikan untuk menekan infeksi,
mencegah

penyebaran

ke tulang yang

sehat dan juga untuk

mengendalikan serangan akut. Pemberian jenis antbiotik didasarkan pada


hasil pemeriksaan mikrobiologis dan juga dapat menembus jaringan
tulang yang sudah mengalami sklerosis (klindamisin, sefalosporin).
2.
Tindakan operatif
Indikasi tindakan operasi untuk osteomielitis hematogen adalah
jika keadaan pasien memburuk, antibiotik tidak memberikan efek yang
diharapkan, atau jika dijumpai sekuertrum atau tulang yang mati. Untuk
osteomielitis post trauma, indikasi operasi adalaj luka yang tidak sembuh,
dan atau infeksi dari fraktur nonunion.7,8
2.6.3.5. Pemantauan Setelah Pengobatan
Kesuksesan pengobatan sulit dinilai. Fokus infeksi yang kecil
mungkin masih ada di dalam dan tidak terdeteksi dan dapat menyebabkan
osteomielitis kembali beberapa tahun ke depan. Trauma lokal harus
dihindari dan adanya gejala yang berulang, meskipun ringan harus segera
dilakukan pemeriksaan.7,8
2.6.3.6. Komplikasi

25

Komplikasi dari osteomielitis kronis berupa:


1.
2.
3.
4.

Kontraktur sendi.
Fraktur patologis.
Amiloidosis.
Epidermoid carcinoma pada luka yang tidak sembuh.8

26

BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis ialah proses inflamasi akut atau kronis pada tulang dan
struktur sekundermya yang biasanya diakibatkan infeksi oleh bakteri piogenik.
Staphylococcus aureus merupakan organisme tersering penyebab osteomielitis
terutama osteomiletis akut yaitu lebih kurang 90% kasus. Tempat masuk dari
bakteri ialah melalui kulit yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan jerawat atau
bisul. Osteomielitis harus dicurigai bila pasien datang dengan rasa sakit, bengkak,
eritema atau kehangatan kulit dan jaringan lunak diatas tulang. Konfirmasi dari
osteomielitis membutuhkan penggunaan berbagai tes laboratorium, mikrobiologi,
radiografi dan tes patologis.
Pengobatan antibiotik harus didasarkan pada identifikasi kultur tulang
pada saat biopsi tulang atau debridement. Osteomielitis biasanya tidak
memerlukan pengobatan bedah, indikasi pembedahan adalah kegagalan terapi
antimikroba, kompresi saraf, ketidakstabilan tulang belakang, atau drainase abses
epidural atau paravertebral. Osteomielitis biasanya tidak memerlukan pengobatan
bedah, indikasi pembedahan adalah kegagalan terapi antimikroba, kompresi saraf,
ketidakstabilan tulang belakang, atau drainase abses epidural atau paravertebral.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang paling sering dihubungkan
dengan osteomielitis. Dengan diagnosa awal dan pengobatan yang tepat,
prognosis osteomielitis adalah baik.

27

DAFTAR PUSTAKA
1.

Kishner

S.

2015.

Osteomyelitis.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/article/1348767-overview#a6
2.
3.

[Accessed October 2016]


Hatzenbuehle J. 2011. Diagnosis and Management of Osteomyelitis.
Mayo
Clinic.
2015.
Osteomyelitis.
Available
from

http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/osteomyelitis/basics/definition/con-20025518

[Accessed

4.

October 2016]
Rasad S, 2013. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai

5.

Penerbit FK UI
Priantono D, Widiharso, WE. 2014. Osteomielitis. Dalam Tanto, C.,
Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E. Kapita Selekta Kedokteran.

6.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Rasjad C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif

7.

Watampone.
Shalter RB. 1999. Textbook of Disorders and Injuries of the
Muskuloskeletal System Third Edition. Baltimore: Lippincott Williams

8.

& Wilkins; 208-218.


Solomon L, Warwick D. Nayagam S. 2010. Apleys Systems of
Orthopedics and Fractures Ninth Edition. London: Hodder Arnold; 29-

9.

58.
Netter

F.

2015.

Etiology

and

Prevalance

of

Hematogenous

Osteomyelitis. Available from : http://www.netterimages.com [Accessed


10.

October 2016]
Dirschl DR., Almekinders LC. 1993. Osteomyelitis, Common Causes

11.

and Treatment Recommendations Drugs. 45:29-43.


Lazzarini L, Mader JT, Calhoun JH. 2004, Osteomyelitis in Long

12.

Bones. J Bone Joint Surg Am, ; 86 (10): 2305 -2318


Hatzenbuehler J. 2011. Diagnosis and Management Osteomyelitis.

13.

American Academy of Family Physicians.


Eid AJ, Berbari EF. 2012. Osteomyelitis: Review of Pathophysiology,
Diagnostic Modalities and Therapeutic Options. J Med Liban ; 60 (1) :
51-60.

28

14.

Kishner S. 2015. Osteomyelitis. Osteomyelitis

Treatment and

Management http://emedicine.medscape.com/article/1348767-treatment
15.

[Accessed October 2016]


Achdiono DNW, Richardo M. 2014. Osteomielitis dalam Buku Ajar

16.

Ilmu Penyakit Dalam. Indonesia: Interna Publishing.


C.
Jason.,
2015.
Osteomyelitis.
Available

from

http://www.medicinenet.com/osteomyelitis/page4.htm

[Accessed

October 2016]

Вам также может понравиться