Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.
MEDIS
A.
Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu.
B.
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit
bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering
diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90%
diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri
(cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering
menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner
kanan.
C.
Patogenesis
Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup
(stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan
tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja
disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang
masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan
adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan
kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan
miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan
minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk
akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal
jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran
ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non
infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi
jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah
yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan
menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula
mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia
berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum
ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit
atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf
otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya
mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi
kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
E.
Gejala Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya
kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih
lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang,
terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri
dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau
sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi
pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering
sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau
epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat
ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal
menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan
hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan
pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.
F.
Diagnosis Banding
Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut
dan punggung).
G.
Komplikasi
Aritmia
Bradikardia sinus
Irama nodal
Gangguan hantaran atrioventrikular
Gangguan hantaran intraventrikel
Asistolik
Takikardia sinus
H.
Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan
3 faktor penting yaitu:
II.
A.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Aktivitas/istirahat
Gejala
: Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, Riwayat pola hidup
menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda
2.
Sirkulasi
Gejala
Tanda
:
- TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari
tidur
sampai duduk/berdiri.
BJ
ekstra
(S3/S4)
mungkin
menunjukkan
gagal
Integritas ego
Gejala
Tanda
4.
Eliminasi
Tanda
5.
Makanan/cairan
Gejala
hati/terbakar.
Tanda
Hygiene
Gejala/tanda : Kesulitan melakukan perawatan diri.
7.
Neurosensori
Gejala
Tanda
8.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
aktifitas),
tidak
hilang
dengan
istirahat
atau
nitrogliserin.
seperti
epigastrium,
siku,
rahang,
abdomen,
punggung, leher.
Tanda
9.
Pernapasan
Gejala
Dispnea
dengan/tanpa
kerja,
dispnea
nokturnal,
Batuk
10.
Interaksi sosial
Gejala
Tanda
Kesulitan
istirahat
dengan
Penyuluhan/pembelajaran
tenang,
respon
emosi
Gejala
Interpretasi Hasil
Masa setelah serangan:
Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas
sampai adanya Q patologis dan elevasi segmen ST
Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan
elvasi ST berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap
Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.
Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau
aspartat
amino
transferase/SGOT,
laktat
dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPKMB)merupakan indikator spesifik IMA. Tidak banyak
membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk
mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung),
kadang dapat ditemukan kardiomegali.
Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak
dan penebalan sistolik dinding jantung yang menurun.
Dapat mendeteksi daerah dan luasnya kerusakan
miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel,
trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda
tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur
jantung, pseudoaneurisma jantung.
Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan
adanya IMA.
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas,
durasi), catat setiap respon verbal/non verbal,
perubahan hemo-dinamik
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan
perhatian yang tulus kepada klien.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi)
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin),
pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
- Penyekat saluran kalsium seperti verapamil
(Calan), diltiazem (Prokardia).
RASIONAL
Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil
dalam variasi respon verbal non verbal yang juga
bersifat individual sehingga perlu digambarkan
secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat.
Menurunkan rangsang eksternal yang
memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
dapat
2.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan tubuh.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
menurunkan risiko komplikasi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan Manuver Valsava seperti menahan napas,
tekanan abdominal.
menunduk, batuk keras dan mengedan dapat
mengakibatkan bradikardia, penurunan curah
4. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis jantung yang kemudian disusul dengan takikardia
klien.
dan peningkatan tekanan darah.
5. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat
jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.
melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting
RASIONAL
Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara
langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari
perilaku verbal dan non verbal yang dapat
menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan,
penolakan dan sebagainya.
Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi,
dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman
kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan
pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi
klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing
terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Meningkatkan
kecemasan.
relaksasi
dan
menurunkan
4.
(Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan
baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Auskultasi bunyi napas.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah
dikunyah.
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
klien
6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai
indikasi.
7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu
jantung bila digunakan.
RASIONAL
Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin
dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi
ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral,
peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai
infark yang berat. S4 mungkin berhubungan
dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel
dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan
aliran darah normal dalam jantung seperti pada
kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi
otot papilar.
RASIONAL
Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah
jantung di samping kadar elektrolit dan variasi
asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
Penurunan
curah
jantung
menyebabkan
vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan
denyut nadi.
Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan
distres pernapasan. Di samping itu dispnea tibatiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi
tromboemboli paru.
Penurunan sirkulasi ke mesentrium
menimbulkan disfungsi gastrointestinal
dapat
RASIONAL
Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume
cairan (overhidrasi)
Penurunan
curah
jantung
mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air dan
penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan
positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan
BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan
volume cairan/gagal jantung.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa
tetapi tetap disesuaikan dengan adanya
dekompensasi jantung.
Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga
harus dibatasi.
Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi
kelebihan volume cairan.
Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik
yang juga meningkatkan pengeluaran kalium.
7.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajang
atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
1.
2.
3.
4.
5.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat
dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
Berikan informasi dalam berbagai variasi proses
pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi
ringkas, aktivitas kelompok)
Berikan penekanan penjelasan tentang faktor
risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala
yang memerlukan perhatian cepat/darurat.
Peringatkan untuk menghindari aktivitas
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang
memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap
(Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja
sedang)
RASIONAL
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih
bermanfaat daripada penjelasan ringkas dengan
penekanan pada hal-hal penting yang signifikan
bagi kesehatan klien.
Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja
miokard dan meningkatkan kebutuhan oksigen
serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat
memicu serangan ulang.
Meningkatkan
aktivitas
secara
bertahap
meningkatkan kekuatan dan mencegah aktivitas
yang berlebihan. Di samping itu juga dapat
meningkatkan
sirkulasi
kolateral
dan
memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien Dengan Penyakit Infark Miokard
A.
PENGKAJIAN DATA
I.
Identitas Klien
II.
Nama
: Tn. M
Umur
: 49 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaaan
:-
Alamat
: Karpan
Agama
: kristen protestan
Tgl Masuk
Tgl Pengkajian
Ruangan
: UGD
Diagnosa Medis
: Infark miokard
Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Pada tanggal 18-09-2010 jam 13.00 WIT, pada saat pasien istirahat
siang bersama isteri, pasien merasa nyeri dada seperti di tusuk-tusuk,
namun isteri pasien menganggap itu hal yang biasa, dan hal itu
berlangsung lama, pada pukul 13.45 pasien di bawa isterinya untuk
berobat ke RSUD Haulussy Ambon, Sesampainya di UGD pasien di
terima oleh dr. jaga dan perawat dengan keluhan nyeri dada disetai
dengan mual, muntah, sesak nafas, pusing, keringat dingin, dan oleh
dr jaga di beri tindakan :
IVFD Nacl 20 tts/mnt
Oksigen 2 ltr/mnt
Ranitidine 3x1 tab
??
xx
66
55
xx
4
0
5
5
5
5
3
3
8
8
Keterangan :
: Laki Laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Ikatan Perkawinan
X
: Meninggal
: Tidak diketahui
H&S
3.
4.
5.
PENGKAJIAN OKSIGENASI
I.
Riwayat keperawatan
a. Keluhan
Kelemahan
: ya
Dispnea
: ya
1. Di pengaruhi aktivitas
: ya
2. Berkurang bila kepala ditinggikan
3. Mengganggu istirahat dan ketenangan
Batuk
: ya
Nyeri dada
: ya
: tidak
: ya
1.
2.
3.
4.
b.
c.
d.
e.
II.
Tipe
: menetap
Kualitas
: berat
Frekuensi
: 24 x/mnt
Lokasi
:Nyeri
tipikal pada dada
substernal, prekordial
5. Durasi
: cepat
6. Radiasi
: tidak ada
Lingkungan
Rumah
1. Ventilasi
: baik
2. Berdebu
: tidak berdebu
3. Berasab
: tidak berasab
Tempat kerja
1. Ventilasi
: baik
2. Berdebu
: tidak berdebu
3. Berasab
: tidak berasab
Riwayat penyakit
Penyakit pernafasan yang pernah dialami
: tidak pernah
Berapa lama
: tidak ada
Pernah kontak dengan penderita TBC
: tidak pernah
Factor resiko
Riwayat keluarga
1. CA paru
: tidak ada
2. Penyakit kardiovaskuler
: tidak ada
Keluarga yang menderita infeksi pernafasan : tidak ada
Factor lain
1. Obesitas
: ya obesitas
2. Stress
: tidak
3. Latihan berat
: tidak ada
4. Rokok
: ya merokok
Pengobatan
Obat yang sedang/sering digunakan : asam mefenamat
Pengetahuan dan kemampuan klien menggunakan obat : kurang
Pengetahuan klien tentang efek samping obat : kurang
Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
1. Mata
Pupil
Konjungtiva
a. Pucat
b. Cianosis
2. Mulut
Membrane mukosa
Pernafasan bibir
3. Vena leher
4. Hidung (pernafasan cuping hidung)
5. Dada
Retraksi
Simetris
6. Kulit
anterior,
: simetris
: ya pucat
: ya cianosis
: pucat
: tidak ada
: tidak ada distensi vena jugularis
: ya
: tidak ada
: ya
Cianosis perifer
Cianosis sentral
Pucat
7. Jari-jari dan kuku
Cianosis
Pucat
Clibbing
: ya
: tidak ada
: tidak ada
: ya
: ya
: tidak bengkak
b. Palpasi
1.
2.
3.
4.
5.
: 24 x/mnt
: simetris kiri dan kanan
: tidak ada
: 84x/mnt
: 37 C
c. Auskultasi
1. Bunyi nafas
2. Bunyi nafas tambahan
III.
Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
b. Laboratorium
c. Enzim/Isoenzim Jantung
d. Radiologi
e. Ekokardiografi
f. Radioisotop
IV.
Klasifikasi data
DS
: Pasien mengatakan :
Mual
Muntah
Sesak nafas
Pusing
Keringat dingin
Berdebar-debar/sinkope
: bersih/krekels
: wheezing
DO
V.
KU pasien lemah
Respirasi 24 x/mnt
Nadi 84 x/mnt
Terpasang oksigen 2 ltr/mnt
Kulit pucat
Cianosis
Analisa data
No
1.
DATA
DS: Pasien mengatakan
- nyeri dada
- mual
- muntah
- sesak nafas
- pusing
- keringat dingin
- berdebar-debar
DO:
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- kulit kering
- konsistensi feses cair
- mata cekung
2.
ETIOLOGI
Intake dan out put
cairan yang tidak
adekuat
MASALAH
Ganguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
DO:
- porsi makan tidak dihabiskan
(hanya 2 sendok)
- BB turun 2 kg (50 kg ke 48 kg)
- perkusi abdomen meteorismus
- Konjungtiva pucat
3.
4.
DS : Pasien mengatakan
- Badan terasa lemas
Diare
Kelemahan fisik
Intoleran aktivitas
DO :
- KU lemah
- Kekuatan otot lemah
- Tonus otot kurang
- Aktivitas dibantu
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d intake dan out put yang adekuat
yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
- BAB 9x
- Muntah apabila makan
- Minum2-3 gelas/hari
DO :
-
2.
Resiko terjadi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
- Tidak naafsu makan
- Badan terasa lemas
- Mersa mual ketika meluhat makanan
- Muntah apabiala makan
DO :
-
3.
4.
DO :
-
KU lemah
Kekuatan otot lemah
Tonus otot kurang
Aktivitas di bantu
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TGL 22-07-2010
Tgl 22-07-2010
PUKUL : 09.00 WIT
Pukul 15.00 WIT
1. Menganjurkan pesien untuk istirahat sebelum S : Pasien mengatakan :
makan
- tidak nafsu makan
Hasil : paien beristirahat dengan posisi fowler
- badan masih lemas
Pukul : 12.00 WIT
2. Memberi makan pasien
O : KU lemas
Makan 4 sendok
IMPLEMENTASI
Tgl 22-07-2010
Pukul 10.00 WIT
1. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi
Hasil : -Turgor kulit jelek
- KU lemah
- Mata cekung
- Kulit kering
EVALUASI
TGL 22-07-2010
PUKUL 15.00 WIT
S : Pasien mengatakan :
- Masih rasa mual
- BAB 6x
O : - KU masih lemah
- Mata masih cekung
Pukul 10.33
2. Mengobservasi intake dan output cairan
Hasil :
- Jumlah cairan yang masuk (IVFD) RL
20 tts/mnt adalah 2 kolf atau 1000cc
- Pasien minum 2-3 gelas
- Air yang terkandung dalam makanan
(bubur) hanya 4 sendok
Output
- BAB 6x (konsistensinya cair)
- BAK 6x
3. Pukul 13.00 WIT
Mengukur TTV
- TD : 100/80 mmhg
- Nadi : 80 x/mnt
- Suhu : 36.30 C
- Pernafasan : 20 x/mnt
IMPLEMENTASI
TGL 22-07-2010
Pukul : 11.15 WIT
1. Mengkaji kuantitas tidur pasien
Hasil : - Tidur siang 1 jam
- Tidur malam 3-4 jam
- Masih sering terbangun
Pukul : 11.25 WIT
EVALUASI
Tgl 22-07-2010
Pukul 15.00 WIT
S : Pasien mengatakan
- Tidur malam 3-4 jam
- Tidur siang 2 jam
- Sering terbangun Karena BAB
- Tidak lagi merasa pusing
- Pasien masih muntah
IMPLEMENTASI
TGL 22-07-2010
PUKUL : 13.00 WIT
1. Menganjurkan pesien untuk istirahat yang
cukup
dan
meminta
keluarga
pasien/pengunjung
untuk
meninggalkan
ruangan
Hasil : paien dapat beristirahat dengan tenang
EVALUASI
Tgl 22-07-2010
Pukul 15.00 WIT
S : Pasien mengatakan
- Badan masih terasa lemas
O : - KU lemas
- Aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga
dan perawat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,
Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Nama
: Tn. P
Dx medis
: MCI
Umur
: 40 tahun
No register
: 98796
NCP
Diagnosa Keperawatan
No
1
Tujuan
Mempertahankan
keseimbangan cairan dan
elektrolit teratasi dengan
kriteria :
-
BAB normal
Tidak muntah
saat makan
krekels.
2. Hitung keseimbangan cairan dan timbang
berat badan setiap hari bila tidak
kontraindikasi.
3. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24
jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
baik
Mukosa bibir
lembab
-
Rasional
1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya 1. Indikasi terjadinya edema paru sekunder
Minum 7-8
gelas/hari
Intervensi
Konsistensi
feses normal
Mata tidak
cekung
untuk
Kulit tidak
kering
Nama
: Tn. P
Dx medis
: MCI
Umur
: 40 tahun
No register
: 98796
NCP
Diagnosa Keperawatan
No
2
Tujuan
Intervensi
Rasional
kriteria :
-
Nafsu makan
bertambah
Badan tidak
lemas
DO :
.
Tidak mual
ketika melihat makanan
Tidak muntah
Porsi makan
bertambah
-
BB naik
Tidak
Perkusi
abdomen meteorismus
Konjungticva
Diuretik
mungkin
diperlukan
untuk
baik
-