Вы находитесь на странице: 1из 5

Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau sering disebut minyak terbang, banyak digunakan dalam bidang
industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavoring) (Guenther, 1987). Adapun sifatsifat minyak atsiri yang diketahui yaitu tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.
Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu
dengan yang lain berbedabeda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masingmasing komponen penyusunnya. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam,
menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,
tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh
senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh
lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet)
dan panas, karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun. Bersifat tidak bisa
disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid). Bersifat optis aktif
dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik. Mempunyai indeks bias yang
tinggi. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, dapat larut walaupun kelarutannya
sangat kecil, tetapi sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma
yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat
besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai obat. Atas dasar perbedaan
komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai
berikut :
1. Minyak atsiri hidrokarbon
Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari
senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya: Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman
bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam
resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut
resena. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat
optis aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh
darah kapier, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat
dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2. Minyak atsiri alkohol
Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri
alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama

daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga
mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2%
minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan
sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri
digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
3. Minyak atsiri fenol
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman
Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang
dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena
mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol,
yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung
aseton-eugenol, beberapa senyawa dari kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang tidak
mudah menguap seperti tanin, lilin, dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh
antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).
4. Minyak atsiri eter fenol
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil
penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau
Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-komponen
terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena. Miyak adas digunakan dalam
pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup bau tidak enak pada
sediaan farmasi dan bahan farfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).
5. Minyak atsiri oksida
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun
Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih
paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan dan Mulyani, 2004).
6. Minyak atsiri ester
Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun
dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini
adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen
odoris, bahan farfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol
(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak Atsiri umumnya diisolasi dengan empat
metode.
1. Metode Destilasi
Beberapa metode destilasi antara lain sebagai berikut:
a. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air). Metode ini
paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyakminyak yang tahan
pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin
dan copaiba.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini
dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk
minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan
kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini
ada beberapa versi perlakuan yaitu bahan tanaman langsung direbus dalam air, bahan
tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus lalu dari bawah dialirkan uap air panas, bahan
tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan oleh air mendidih dari
bawah dandang, dan bahan tanaman ditaruh didalam bejana tanpa air dan disemburkan uap
air dari luar bejana.
2. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan seperti
cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya didalam tanaman sangat
rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama proses
pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena
sifat minyak atsiri yang larut sempurna didalam bahan pelarut organik nonpolar.
3. Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri yang tidak
stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap minyak-minyak
atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini juga hanya
cocok untuk minyak atsiri yang randemennya relative besar.
4. Metode Enfleurage
Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan pada media
lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik,
enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa
hari/minggu, misalnya bunga melati, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas
enzim tersebut secara langsung.

Daftar Pustaka
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I, Penerjemah Ketaren S., Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Gunawan, D, Mulyani, S., (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Jakarta : Penerbit
Penebar Swadaya.

ARTIKEL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI PERKEBUNAN HULU
PEMBUATAN MINYAK ATSIRI

Oleh :
NUGRAHA YUWANA
NIM. 141710101057

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Вам также может понравиться