Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. Pada tahun 2001 WHO
menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia
Tenggara hampir 1/3 dari penduduk di wilayah ini penah mengalami gangguan
neuropsikiatri. Hal ini dapat dilihat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 saja di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga
menderita gangguan kesehatan jiwa. Arul Anwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen kesehatan) mengatakan bahwa jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di
masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa
rasa cemas depresi, stress,, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Di
era globalisasi, gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari
kalangan bawah sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga
terkena gangguan jiwa (Yosep, 2009).
Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar
25% pasien dapat pulih dai episode awal dan fungsinya dapat kembali
pada tingkat
premorbid sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% pasien tidak akan pernah
pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,
ditandai ada kekambuhan priodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat. Mortalitas pasien skizofrenia lebih tinggi secara signifikan
daripada populasi umum. Sering terjadi bunuh diri, gangguan fisik yang menyertai masalah
penglihatan dan gigi, tekanan darah tinggi diabetes, penyakit yang ditularkan secara seksual
(Arif, 2006). Undang Undang Kesehatan Jiwa No. 03 tahun 1966 ditetapkan oleh
pemerintah Republik Indonesia (RI), maka jalan lebih terbuka untuk mnghimpun semua
potensi guna secara bertahap melaksanakan modernisasi semua sistem rumah sakit serta
fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia. Direktorat Kesehatan Jiwa mngadakan kerjasama
dengan berbagai instansi pemerintahan dan dengan bagian Ilmu Kedokteran Jiwa dari
Fakultas Kedokteran pemerintah maupun dengan badan Internasional (Maramis, 2004).
Pemberian obat yang tidak tepat dengan standar dan tujuan terapi, maka akan merugikan
pasien. Penggunaan obat yang tidak rasional seperti tidak tepat indikasi, dosis, obat dan
pasien sering kali dijumpai dalam praktik sehari hari, baik di PUSKESMAS, rumah sakit
maupun swasta. Hal tersebut dapat menjadi penyebab kegagalan terapi pengobatan
skizofrenia (Anonim, 2000).
Oleh karena itu, penulis menulis makalah ini yang akan dibahas pada mata kuliah
Psikologi Keperawatan. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak,
melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku.
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi. Masalah skizofrenia an gangguan psikotik ini bukan hanya
terjadi di negara Indonesia saja, melainkan di berbagai belahan dunia lain seperti belahan
bumi Barat, Selatan dan Utara. Baiklah untuk mengetahui lebih lanjut, marilah kita sama
sama membaca, memahami dan mengupas masalah tersebut pada makalah ini.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu menjelaskan perilaku abnormal yang menyangkut
skizofrenia dan ganggaun psikotik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Skizofrenia dan Gangguan Psikotik
1.
Pengertian Skizofrenia
Kata skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skhizein = spilit = pecah dan phrenia =
mind = pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak,
melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan
perilaku.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000 : 46).
Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217), skizofrenia adalah suatu gambaran
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir,
perasaan dan perbuatan.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik kronik, sering mereda, namun
hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya (Kaplan, 2000 : 407).
Skizofrenia
adalah
kondisi
psikologis
dengan
gangguan
disintegrasi,
depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi akut
yang parah (Kartono, 2002 : 243).
2.
Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan, anak
keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang indentik ataupun frental dan
abnormalitas cara kerja otak.
b.
c.
Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung skizofrenia, adopsi keluarga
skizofrenia dan tuntunan hidup yang tinggi.
d.
Faktor organis yaitu ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral juga
terdapat gangguan gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar
dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan adrenal mengalami atrofi berat.
Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua
ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya.
2.
Genetik (heredity)
Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa
(khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak
kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan
terjadinya skizofrenia persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar
dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%.
2)
karena
kecelakaan),
infeksi,
gangguan
vaskuler,
gangguan
5)
Pengaruh Neurotrasmiter
Yaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai
pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait dengan penelitian
berbagai macam obat obatan yang bekerja pada susunan saraf.
Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang disebabkan
akibat pemakaian zat psikoaktif.
b.
Faktor Psikologik
1)
Hubungan Intrapersonal
a) Inteligensi.
b)
Keterampilan
c)
d)
Kepribadian.
2) Hubungan Interpersonal
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Pengaruh Rasial
Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa.
2)
Golongan Minoritas
Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang menderita
penyakit HIV.
3)
4)
Masalah Ekonomi
Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiyaya
anaknya.
5) Masalah Pekerjaan.
6) Bencana Alam.
7) Perang.
Contohnya, karena perang yang berkepanjangan seorang anak menjadi stress.
8) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama.
Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena
perbedaan keyakinan dari orang tuanya.
C. Ciri Ciri Skizofrenia dan Gangguan Psikotik
1.
b.
c.
d.
Disfungsi sosial, okupasional, tidak peduli pada perawatan diri dan persistensinya
berlangsung selama enam bulan.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
Gangguan Delusi
Gangguan delusi disebut juga sebagai disorder of thought content atau the basic
characteristic of madness adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang
ditandai gangguan pikiran, keyakinan kuat yang sebenarnya misrespresentation dari
keyakinannya.
Ciri ciri klinis dari gangguan delusi yaitu :
1)
Keyakinan yang persisten dan berlawanan dengan kenyataan tetapi tidak disertai
dengan keberadaan sebenarnya.
2)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Halusinasi
2)
Halusinasi pada bagian otak (brain imaging) yaitu gangguan daerah otak terutama
bagian brocas area adalah daerah pada bagian otak yang selalu memberikan
halusinasi pada penderita skizofrenia.
c. Disorganisai
Adalah gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakmampuan dalam mengatur arah bicara, reaksi emosional dan perilaku motoriknya.
Bentuk bentuk dari gangguan pikiran disorganisasi yaitu :
1)
2)
3) Derailment adalah pola pembicaraan penderita skizofrenia sama sekali keluar dari
alur pembicaraan.
d.
Pendataran Afek
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakmampuannya dalam mengatur antara reaksi emosional dan pola perilaku
(inappropriate affect) atau afektif yang tidak sesuai dengan perilaku. Misalnya, reaksi
emosi yang tidak sesuai dengan cara menimbun barang yang tidak lazim.
Adapun ciri ciri klinis pendataran afek yaitu :
1)
2)
3)
e. Alogia
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
adanya disefisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan.
Adapun ciri ciri klinis dari penderita alogia yaitu :
1) Jawaban yang diberikan penderia singakat atau pendek.
2) Cendrung kurang tertarik untuk berbicara.
3) Lebih banyak berdiam diri dan komonikasi yang tidak adekuat.
4) Adanya gangguan pikiran negatif dan berkomunikasi.
5) Kesulitan dalam memformulasikan kata.
6) Kalimat (kata kata) selalu tidak sesuai dengan formulasi pikiran.
f.
Avolisi
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai
ketidakmampuan memulai ataupun mempertahankan kegiatan kegiatan penting.
Ciri ciri klinis gangguan avolisi yaitu :
1)
Tidak menunjukkan minat pada aktivitas atau fungsi kehidupannya sehari hari dan
tidak berminat merawat kesehatan tubuhnya.
2)
g.
Anhedonia
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakadaan perasaan senang, sikap tidak peduli terhadap kegiatan sehari hari,
cendrung tidak suka makan dan ketidakpedulian terhadap hubungan interaksi sosial atau
seks.
2.
b.
g.
h.
Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi
melakukan apa apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa apa.
j.
Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri,
tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba tiba menangis, berjalan
mondar mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
D. Tipe Skizofrenia dan Gangguan Psikotik
1.
Tipe Skizofrenia
Tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian yaitu :
a. Tipe paranoid.
b.
Tipe katatonik.
Tipe disorganisasi.
e. Tipe residual.
stupor,
negativisme,
Katatonik
2.
mutisme (bisu).
Cenderung mengalami waham
3.
4.
5.
kebesaran.
Ansietas, marah dan agumentatif.
Hubungan interpesonal menguat.
Berpotensi berperilaku agresif
6.
1.
tetap utuh.
Gangguan psikomotor, seperti
adanya
stupor,
negativisme
mutisme (bisu).
Respon motorik tidak lazim dalam
bentuk diam dan pada posisi di
tempat
3.
flexibelity)
atau
4.
(waxy
wajah
yang
menyeringai
(grimering).
Sering mengulang atau meniru
(echopraxia).
Catatonic
immobility,
yaitu
itu
tetap
diam
tanpa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Residual
sehari hari.
Kurang memiliki hubungan.
Kehilangan asosiasi.
Bicara tidak teratur.
Afek datar dan tidak sesuai.
Gangguan kognitif.
Minimal pernah mengalami satu
episode skizofrenik dengan gejala
psikotik yang menonjol diikuti
oleh episode lain tanpa gejala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
psiotik.
Emosi tumpul.
Menarik diri dari dunia realita.
Pengalaman persepsi tidak biasa.
Perilaku eksentrik.
Pemikiran tidak ogis.
Kehilangan asosiasi.
Adanya delusi dan halusinasi yang
aneh aneh dan salah, ide ide
yang tidak wajar, pemalas dan
memiliki afek yang datar.
2.
Psikotik Akut
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1) Mendengar suara suara yang tidak ada sumbernya.
2) Keyakinan dan ketakutan yang aneh atau tidak masuk akal.
3) Kebingungan atau disorientasi.
4)
Epilepsi.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b.
Psikotik Kronik
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan
perilaku utama yang secara umum ada.
1)
2)
3)
2)
3)
Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar kejar, merasa menjadi orang hebat atau
terkenal.
4)
Keluhan fisik yang tidak biasa atau aneh seperti merasa ada hewan atau
objek yang tak lazim di dalam tubuhnya.
Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol, zat dan bahan lain
(stimulansia, halusinogenik).
4)
Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan
dengan rasa berani.
e.
Memberi obat neuroleptik yaitu obat yang dapat mengendalian saraf delusi,
halusinasi dan agitasi, clozapine serta olanzapine.
2)
Psikotik Akut
Penatalaksanaan
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut
hak dan kewajibannya.
Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
1)
2)
3)
b)
c)
2)
3)
Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
1)
b)
c)
b.
Psikotik Kronik
Penatalaksanaan
Memberikan
informasi
kepada
pasien
dan
keluarga
2.
Antisipasi kekambuhan.
3.
4.
5.
6.
2.
Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan
dan kegiatan sehari-hari.
3.
Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
1.
b.
Chlorpromazine
100-200
mg
kali
sehari
3.
4.
Kekakuan otot (distonis dan spasme akut) yang dapat diatasi dengan
obat anti parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan.
b.
c.
Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain
trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10 20
mg 3 X sehari, diphenhydramine 50 mg 3 X sehari).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan gangguan
berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku. Gangguan psikotik adalah
gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi. Faktor faktor penyebab skozofrenia meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan
dan organis. Sedangkan gangguan psikotik disebabkan oleh faktor organo biologik,
psikologik, sosio agama. Secara umum ciri ciri skizofrenia yaitu gangguan delusi,
halusinasi, disorganisai, pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia. Ciri ciri gangguan
psikotik diantaranya memiliki labilitas emosional, menarik diri dari interaksi sosial,
mengabaikan penampilan dan kebersihan diri, mengalami penurunan daya ingat dan kognitif
parah, mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang, tempat, memiliki keengganan
melakukan segala hal serta memiliki perilaku yang aneh. Tipe skizofrenia dikelompokkan
menjai tipe paranoid, katatonik, tak terperinci atau tak terbedakan, residual. Untuk gangguan
psikotik sendiri dikelompokkan menjadi tipe psikotik akut dan kronik. Cara Mengatasi
skizofrenia antara lain menciptakan kontak sosial yang baik, terapi ECT (electrocompulsive
therapy) dan (insulin comma therapy), menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan psikis
lainnya, membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan
dengan rasa berani, memberi obat neuroleptik. Baik gangguan psikotik akut maupun kronik
diatasi dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Pieter, Herri Zan. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Medan : Kencana.
http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/skizofrenia.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-skizofrenia-dan.html
http://yulia-putri.blogspot.com/2010/02/pengertian-skizofrenia.html
http://www.ilmukeperawatanku.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-gangguanpsikotik.html
http://imron46.blogspot.com/2009/12/7-ciri-gangguan-jiwa.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor-umum-penyebab-gangguan.html