Вы находитесь на странице: 1из 14

2015

Surveilans
Epidemiologi
Penyakit Menular
Materi Online Class Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular (IKE361)
Universitas Esa Unggul Jakarta

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
12/20/2015

Surveilans Epidemiologi
PENDAHULUAN
Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat
merupakan salah satu fungsi utama epidemiologi, sebagaimana menurut
Crooker(2014) terdapat enam fungsi utama epidemiologi yaitu: 1) Surveilans
kesehatan masyarakat; 2) Investigasi lapangan; 3) Studi analitik; 4) Evaluasi;
5) Membuat hubungan antar data kesehatan (record linkages); dan 6)
Pengembangan Kebijakan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Crooker (2014) bahwa surveilans
merupakan batu loncatan dalam kegiatan kesehatan masyarakat. Karena
dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat tentang kejadian
kesehatan di masyarakat
Surveilans juga merupakan langkah awal dalam intervensi kesehatan
masyarakat sebagaimana bagan berikut (CDC):

Evaluasi
intervensi: what
works?

Implementasi:
how do you do
it?

Identifikasi
faktor risiko:
what's the cause
Surveilans:
what's the
problem?

Gambar 1. Pendekatan dalam Intervensi Kesehatan Masyarakat (CDC)


Dari bagan di atas terlihat bahwa sistem pendekatan epidemiologi
diawali dengan kegiatan surveilans. Tahap ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan whats the problem? atau masalah apa yang dihadapi.
Selanjutnya bila permasalahan sudah dijawab, pertanyaan yang harus di
jawab adalah whats the cause? atau apa penyebabnya, dengan melakukan
2015 Ade Heryana

Page 2

Surveilans Epidemiologi
identifikasi faktor risiko. Setelah faktor risiko diketahui, selanjutnya adalah
melakukan evaluasi intervensi yang akan menjawab pertanyaan what

works? atau apa yang akan dilakukan. Dan tahap terakhir adalah
mengimplementasikan intervensi kesehatan yang akan menjawab how do

you do it? atau bagaimana intervensi tersebut dijalankan.

DEFINISI
CDC mendefinisikan Surveilans Kesehatan adalah prosedur sistematik
dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, yang diikuti
dengan pengaplikasian data tersebut pada program kesehatan masyarakat
dalam rangka meningkatkan aktivitas kesehatan masyarakat.
Menurut Depkes (2003:15), Surveilans epidemiologi adalah suatu
rangkaian proses pengamatan yang terus menerus sistematik dan
berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis dan interpretasi data
kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa
kesehatan agar dapat dilakukan untuk menguraikan dan memantau suatu
peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan
efesien terhadap masalah kesehatan masyarakat tersebut.
Dengan demikian kata kunci dalam surveilans kesehatan masyarakat
adalah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, menerapkan, dan
menghubungkan dengan praktik-praktik kesehatan masyarakat.
Hasil dari surveilans intinya adalah tindakan yang berbentuk respon.
Respon terhadap surveilan ada dua tipe yaitu Respon segera (epidemic type

response) dan Respon terencana (management type response).

JENIS SURVEILANS
Surveilans Kesehatan Masyarakat terdiri dari 5 jenis (McNab, NA
dalam Crooker, 2014) yaitu: 1) Participatory surveillance; 2) Predictive

2015 Ade Heryana

Page 3

Surveilans Epidemiologi
Surveillance (Climate and Ecology); 3) Syndromic surveillance; 4) Eventbased surveillance; dan 5) Indicator-based surveillance.
Disamping itu menurut intervensinya ke masyarakat, surveilans
kesehatan masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Active surveillance (surveilans aktif) yaitu pemerintah melalui petugas
kesehatan secara aktif mengumpulkan data kejadian kesehatan di
masyarakat atau komunitas; dan
2. Pasive surveillance (surveilans pasif) yaitu pemerintah melalui biro
kesehatan (dinkes) menerima laporan penyakit secara reguler dari
pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku.

RUANG LINGKUP SURVEILANS KESMAS


Surveilans kesmas atau surveilans epidemiologi merupakan kegiatan
yang ditujukan bagi intervensi suatu kejadian penyakit yang mencakup
surveilans terhadap: Penyakit menular (PM), Penyakit tidak menular (PTM),
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Perilaku sehat, Masalah kesehatan,
Kesehatan Matra (Darat, Laut, Udara), Kesehatan Kerja, dan Kecelakaan
Kerja.
Surveilans epidemiologi pada penyakit menular meliputi:
a.

PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi);

b.

AFP (Acute Flacid Paralysis);

c.

Penyakit Potensial Wabah/Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan


Keracunan;

d.

Demam Berdarah Dengue (DBD);

e.

Malaria;

f.

Zoonosis (Antraks, Rabies, Leptospirosis);

g.

Filariasis

h.

Tuberkulosis

i.

Diare, Tifus, Kecacingan dan penyakit perut lainnya

j.

Kusta

2015 Ade Heryana

Page 4

Surveilans Epidemiologi
k.

HIV/AIDS

l.

Penyakit Menular Seksual (PMS); dan

m. Pneumonia, termasuk SARS

TUJUAN SURVEILANS
Secara umum tujuan surveilans adalah mendapatkan informasi
epidemiologi penyakit tertentu dan mendistribusikannya kepada pihak
terkait, pusat-pusat kajian, pusat penelitian, serta unit lainnya.
Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan
masyarakat dari berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut:
1.

Mendeteksi wabah;

2.

Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran


penyakit;

3.

Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;

4.

Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara


geografis dan demografis;

5.

Mengevaluasi cara pengawasan;

6.

Membantu dalam pengambilan keputusan;

7.

Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;

8.

Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;

9.

Membuat

hipotesis

dalam

rangka

pengembangan

penelitian

epidemiologi;
10. Memonitor perubahan agen infeksi; dan
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

LANGKAH-LANGKAH SURVEILANS
Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah
surveilans kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan
Data, Analisis data; dan Penyebarluasan informasi.

2015 Ade Heryana

Page 5

Surveilans Epidemiologi
a.

Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat
penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab

tentang jenis surveilans).


Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain:
Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan wabah, Pemeriksaan
laboratorium, Penyelidikan peristiwa penyakit, Penyelidikan wabah,
Survey/Studi Epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir,
Penggunaan obat-serum-vaksin, Laporan kependudukan dan lingkungan,
Laporan status gizi dan kondisi pangan, dan sebagainya.
Sedangkan jenis data surveilans meliputi: Data kesakitan, Data
kematian, Data demografi, Data geografi, Data laboratorium, Data kondisi
lingkungan, Data status gizi, Data kondisi pangan, Data vektor dan
reservoir, Data dan informasi penting lainnya.
Dilihat

dari

frekuensi

pengumpulannya,

data

surveilans

dibedakan dalam empat kategori:


a.

Data rutin bulanan, yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi.


Misalnya: data yang bersumber dari SP2TP, SPRS;

b.

Data rutin harian dan mingguan, yang digunakan dalam Sistem


Deteksi Dini pada Kejadian Luar Biasa (SKD KLB). Misalnya: data
yang bersumber dari Laporan Penyakit Potensial Wabah (W2);

c.

Data insidensil. Misalnya: Laporan KLB (W1); dan

d. Data survey.
Adapun syarat yang dibutuhkan agar data surveilans yang
dikumpulkan berkualitas adalah sebagai berikut:
1. Memuat informasi epidemiologi yang lengkap. Misalnya:
-

Angka kesakitan dan angka kecacatan menurut umur, jenis


kelamin dan tempat tinggal;

Angka cakupan program;

Laporan Faktor Risiko Penyakit;

Dan sebagainya

2015 Ade Heryana

Page 6

Surveilans Epidemiologi
2. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan sistematis;
3. Data kejadian penyakit yang dikumpulkan selalu tepat waktu,
lengkap dan benar;
4. Mengetahui dengan baik sumber data yang dibutuhkan, misalnya
dari Puskesmas, pelayanan kesehatan swasta, laporan kegiatan
lapangan Puskesmas, dan sebagainya; dan
5. Menerapkan prioritas dalam pengumpulan data yang diutamakan
pada masalah yang signifikan.
b.

Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang
sudah dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan
teknik-teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data, dua
aspek perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data

(lihat sub bab tentang Atribut Surveilans).


Dalam pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu
Kompilasi Data, yang bertujuan untuk menghindari duplikasi (doble)
data dan untuk menilai kelengkapan data. Proses kompilasi data dapat
dilakukan secara manual (dengan kartu pengolah data atau master

table), atau komputerisasi (dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epiinfo). Variabel yang dikompilasi meliputi orang, tempat, dan waktu.
Pengolahan data yang baik memenuhi kriteria antara lain:
1. Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalahan sistemik;
2. Kecenderungan perbedaan antara distribusi frekeuensi dengan
distribusi kasus dapat diidentifikasi dengan baik;
3. Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan
pengertian/definisi; dan
4. Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, peta yang benar.
c.

Analisis data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk
membantu dalam penyusunan perencanaan program, monitoring,
evaluasi, dan dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.

2015 Ade Heryana

Page 7

Surveilans Epidemiologi
Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan
dianalisa. Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu
umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya
dilakukan untuk memahami data dengan baik, antara lain:
1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup
dengan mempelajari tabel saja; dan
2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi
dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk
mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan.
Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data
surveilans, seperti:
a.

Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja


dengan menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan
deskripsi penyakit secara statistik (mean, modus, standar deviasi);

b.

Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang


melibatkan dua variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa
digunakan tools seperti Tabel (menghitung proporsi dan distribusi
frekuensi),

Grafik

(menganalisis

kecenderungan),

dan

Peta

(menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan


c.

Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik


lanjutan terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui
determinan suatu kejadian penyakit.

d.

Penyebarluasan informasi
Tahap

selanjutnya

adalah

menyebarluaskan

informasi

berdasarkan kesimpulan yang didapat dari analisis data. Penyebaran


informasi disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
program kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola program, atau
Unit-unit kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral. Menurut
Noor (2008) informasi surveilans sebaiknya disebarkan kepada tiga arah
yaitu:

2015 Ade Heryana

Page 8

Surveilans Epidemiologi
1. Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut
dalam menentukan kebijakan;
2. Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor,
dalam bentuk data umpan balik; dan
3. Kepada instansi terkait dan masyarakat luas.
Kapan informasi disebarkan? Penyebaran dapat memanfaatkan
waktu-waktu atau kegiatan yang memungkinkan berkumpulnya para
pemangku kepentingan, misalnya pada rapat rutin, rapat koordinasi,
atau pertemuan rutin warga masyarakat.
Selain berbentuk laporan, media untuk penyebaran informasi
dapat berupa bulletin, news letter, jurnal akademis, website, dan media
sosial.

ATRIBUT DAN INDIKATOR KERJA SURVEILANS


Atribut surveilans adalah karakteristik-karakteristik yang melekat
pada suatu kegiatan surveilans, yang digunakan sebagai parameter
keberhasilan suatu surveilans. Menurut WHO (1999), atribut-atribut
tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Simplicity (kesederhanaan).
Surveilans yang sederhana adalah kegiatan surveilans yang
memiliki struktur dan sistem pengoperasian yang sederhana tanpa
mengurangi tujuan yang ditetapkan. Sebaiknya sistem surveilans disusun
dengan sifat demikian.

2.

Flexibility (fleksibel atau tidak kaku)


Surveilans yang fleksibel adalah kegiatan surveilans yang dapat
menyesuaikan dengan perubahan informasi dan/atau situasi tanpa
menyebabkan penambahan yang berati pada sumberdaya antara lain
biaya, tenaga, dan waktu. Perubahan tersebut misalnya perubahan
definisi kasus, variasi sumber laporan, dan sebagainya.

3.

Acceptability (akseptabilitas)

2015 Ade Heryana

Page 9

Surveilans Epidemiologi
Surveilans yang akseptabel adalah kegiatan surveilans yang para
pelaksana atau organisasinya mau secara aktif berpartisipasi untuk
mencapai tujuan surveilans yaitu menghasilkan data/informasi yang
akurat, konsisten, lengkap, dan tepat waktu.
4.

Sensitivity (sensitifitas)
Surveilans yang sensitif adalah kegiatan surveilans yang mampu
mendeteksi Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan cepat. Sensitifitas suatu
surveilans dapat dinilai pada dua tingkatan, yaitu pada tingkat
pengumpulan data, dan pada tingkat pendeteksian proporsi suatu kasus
penyakit. Beberapa faktor mempengaruhi sensitivitas suatu surveilans,
antara lain:
a. Orang-orang yang mencari upaya kesehatan dengan masalah
kesehatan atau penyakit khusus tertentu;
b. Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa; dan
c. Kasus yang akan dilaporkan dalam sistem, untuk diagnosis tertentu.

5.

Predictive value positif (memiliki nilai prediksi positif)


Surveilans yang memiliki nilai prediktif positif adalah kegiatan
surveilans yang mampu mengidentifikasi suatu populasi (sebagai kasus)
yang kenyataannya memang kasus. Kesalahan dalam mengidentifikasi
KLB disebabkan oleh kegiatan surveilans yang memiliki predictive value

positif (PVP) rendah.


6.

Representativeness (Keterwakilan)
Surveilans yang representatif adalah kegiatan surveilans yang
mampu menggambarkan secara akurat kejadian kesehatan dalam
periode waktu tertentu dan distribusinya menurut tempat dan orang.
Studi kasus merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menilai

representativeness suatu surveilans. Untuk mendapatkan surveilans


yang representatif dibutuhkan data yang berkualitas, yang diperoleh dari
formulir surveilans yang jelas dan penatalaksanaan data yang teliti.
7.

Timeliness (Ketepatan waktu)


Surveilans yang tepat waktu adalah kegaiatan surveilans yang
mampu menghasilkan informasi yang sesuai dengan waktu yang tepat

2015 Ade Heryana

Page 10

Surveilans Epidemiologi
(tidak

terlalu

lambat

dan

cepat).

Misalnya

informasi

penanggulangan/pencegahan penyakit, baik dalam jangka pendek


(segera) maupun jangka panjang.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/Menkes/SK/VII/2003
tentang surveilans epidemiologi, indikator kerja surveilans meliputi:
a.

Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sebesar 90%;

b.

Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sebesar 80%;

c.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator epidemiologi STP


sebesar 80%;

d.

Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke


Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%;

e.

Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke


Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%;

f.

Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen


PPM&PL Depkes sebesar 100%;

g.

Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen


PPM&PL Depkes sebesar 90%;

h.

Distribusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan


Nasional sebesar 100%;

i.

Umpanbalik laporan bulanan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional


sebesar 100%;

j.

Penerbitan buletin epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali


setahun;

k.

Penerbitan buletin epidemiologi di Propinsi dan Nasional adalah sebesar


12 kali setahun;

l.

Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi


Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun.

2015 Ade Heryana

Page 11

Surveilans Epidemiologi
OUTPUT/HASIL SURVEILANS
Output dari surveilans digambarkan dalam bentuk grafik, tabel, dan
peta. Berikut adalah contoh output surveilans.
700
586

600
500
400

304

300

200
100

Kasus
Mati

140
5

15

2003

2004

33

43

77

86

11

21

14

2008

2009

2010

2011

0
2005

2006

2007

Gambar 2. Grafik Trend Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 20032011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

100%

13%

Proporsi Kasus Campak

18%

17%

13%

80%

12%

21%
60%

32%

34%

31%

40%

31%

18%

20%
0%

27%

12%

11%

10%

2009

2010

2011

Tahun
< 1 th

1 - 4 th

5 - 9 th

10 - 14 th

> 15 th

Gambar 3. Distribusi Kasus Campak Menurut Usia di Provinsi Jawa Timur


tahun 2009-2011 (sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

2015 Ade Heryana

Page 12

Surveilans Epidemiologi
PERMASALAHAN SURVEILANS
Permasalahan potensial yang umumnya terjadi dalam kegiatan
survailans antara lain:
1.

Pemahaman yang keliru antara surveilans dengan survei. Perbedaan


utama antara surveilans dan survei adalah dalam hal konsistensi.
Surveilans dilakukan secara terus menerus, sedangkan survei dilakukan
temporer dan terjadwal;

2.

Keterbatasan sumber daya, baik manusia, sarana, prasarana dan


finansial. Sumberdaya manusia merupakan keterbatasan yang paling
sering dialami dalam kegiatan surveilans;

3.

Kualitas sumber daya yang belum merata. Rendahnya pemahaman


petugas kesehatan dan non kesehatan akan kegiatan surveilans
merupakan faktor utama;

4.

Rendahnya

kualitas

data,

disebabkan

ketidaktepatan

dan

ketidaklengkapan laporan;
5.

Diseminasi informasi kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan


koordinasi yang kurang baik antara tim surveilans dengan pemangku
kepentingan informasi;

6.

Monitoring dan evaluasi surveilans melalui atribut surveilans yang tidak


berjalan dengan baik;

7.

Adanya perbedaan metode dan definisi kasus; dan

8.

Politisasi masalah kesehatan.


Kegiatan

surveilans

penyakit

menular

di

Indonesia

belum

memberikan dampak yang menggembirakan dalam upaya penurunan


penyakit. Beberapa permasalahan yang selalu muncul antara lain:
a.

Tidak tersedianya data kejadian penyakit yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu menjadi masalah dasar dalam pelaksanaan surveilans di
Indonesia. Masalah ini ditambah dengan jarak antara Puskesmas dengan
kantor dinas kesehatan yang jauh terutama di wilayah terpencil
(Sulistyowaty, 2005).

2015 Ade Heryana

Page 13

Surveilans Epidemiologi
b.

Sistem surveilans yang terlalu sederhana juga menjadi penyebab tidak


bermaknanya pelaksanaan surveilans penyakit. Beberapa parameter
kejadian penyakit yang seharusnya dapat dianalisis dari informasi atau
data kejadian kesehatan, tidak didapat karena begitu sederhananya jenis
dan metode pengumpulan data.

c.

Kekurangpahaman sumber daya manusia survelilans akan pentingnya


data kejadian penyakit menyebabkan data kejadian penyakit tidak
dilakukan secara berkesinambungan.

d.

Masalah birokrasi antara lain implementasi kebijakan surveilans yang


tidak berjalan serta tarik menarik antara sektor kesehatan dengan
Pemda dalam penanggulangan suatu kejadian penyakit.

2015 Ade Heryana

Page 14

Вам также может понравиться