Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
ANGGI IRAWAN
G. SATRIA PRAMANTARA
MUTIA ANWAR
NOVEN ILHAM YOWANDA
RATNA ANGGITA
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Osteomyelitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah,
respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner dan suddarth, 2001)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang
dapat
disebabkan
oleh
bakteri,
virus,
atau
proses
spesifik
B. KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer dkk (2002) pembagian osteomyelitis yang lazim
dipakai adalah :
1. Osteomyelitis
C. ETIOLOGI
-
aureus
menyebabkan
70%-80%
infeksi
tulang,
D. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis
meliputi proteus, pseudomonas, dan escerechia coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic
(Smletzher, 2002)
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama( akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi supervisial. Infeksi
awitan lambat
dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada
tulang.
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum)
tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap
ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
G. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Arif muttaqin (2008)
1. Usia ( terutama mengenai bayi dan anak-anak)
2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan
perbandingan 1:4)
3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomilitis)
4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)
5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arif mansjoer dkk (2002):
1. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi,
laju endap darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.
2. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak
menunjukkan kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan
sekuester.
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Arif Mansjoer (2002):
1. Perawatan di rumah sakit
2. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
3. Pemeriksaan biakan darah
4. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram
negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara
parenteral selama 3-6 minggu
5. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
6. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan.
J. KOMPLIKASI
Menurut Arif muttaqin (2008) :
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS:
Seorang lelaki, Didit (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri patogenik
dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2 tahun yang
lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu
dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone
resorption, sklerosis sekitar tulang, involucrum.
Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus
dengan discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh
nyeri pada tungkai bawah yang mengalami fraktur, nyeri dirasakan apabila
dipegang atau diraba, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering dan
terus menerus, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir kering.
Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 39 0C, N : 100 x/mnt, RR :
22 x/mnt
Auskultasi
: tidak didapat suara napas tambahan
2. B2 (Blood) :
Inspeksi
: tidak tampak iktus jantung
Palpasi
: menunjukan nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi
: didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak ada mundur
3. B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.
- Kepala
: Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan).
- Leher
: Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex
menelan ada).
- Wajah
: Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
- Mata
: Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan).
- Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya
-
Inspeksi abdomen
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
-
Inguinal-genitalia-anus :
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan
defekasi.
Pola eliminasi :
Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih,
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
6. B6 (Bone) :
Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
A. ANALISA DATA
1. Pre Operatif
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DO:
Inflamasi
Wajah
pasien pembengkakan
dan Gangguan
nyaman: nyeri
Suhu
tubuh
Terdapat
bekas
pasien 390C.
-
tissue,
sinus
dengan
bawah
yang
mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan
terus menerus
DO:
Proses
infeksi, Hipertermia
0
Suhu tubuh pasien 39 C.
peningkatan kecepatan
Akral hangat
Terdapat rubor
metabolik.
Frekuensi napas meningkat:
22x/mnt
DS:
Pasien
panas.
mengeluh
badannya
rasa
2. Intra operatif
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DO:
Proses pembedahan
Resiko
tinggi
perdarahan
10 cm di
DS: -
3. Post Operatif
DATA
ETIOLOGI
DO:
Inflamasi
Wajah
pasien insisi
dan
MASALAH
luka Gangguan
rasa
nyaman: nyeri
Terdapat
luka
insisi pada
DS:
Pasien sering mengeluh nyeri
pada luka operasi
DO:
-
Terdapat
Luka insisi
luka
insisi pada
-
Pasien
tampak
meringis
DS:
Pasien mengeluh nyeri pada
luka operasi
B. DIAGNOSA
Pre Operatif
Resiko infeksi
Rasional
Mandiri :
a. Nyeri merupakan respon subyaktif yang
posisi
imobilisasi
pada
ketegangan
otot
dan
tindakan
menunjukkan
nonfarmakologi
keefektifan
lain
dalam
mengurangi nyeri.
nyeri
dan
nyeri akut.
g. Beri kesempatan waktu istirahat
bila terasa nyeri dan beri posisi
jaringan
h. Pengetahuan
tersebut
membantu
Intervensi
Mandiri :
Rasional
Mandiri :
(misalnya
takipnea,
aritmia,
demam,
perubahan
farmakologis
kekakuan,
pembedahan.
dan
berkeringat
terhadap
yang
obat-obatan
digunakan
selama
banyak).
b. Pantau suhu minimal setiap dua
jam, sesuai dengan kebutuhan. b. Regulasi suhu dapat mencapai atau
mempertahankan suhu tubuh yang diinginkan
Pantau warna kulit dan suhu
selama intraoperasi.
secara kontinu.
c. Pantau tanda vital
tubuh
untuk
menentukan
serta
mencegah komplikasi.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
matras
dingin
Intra Operatif
1.
Intervensi
Rasional
a. Monitor perdarahan pada daerah a. Mengetahui jumlah perdarahan
pembedahan setelah dilakukan
insisi.
d. Monitor cairan.
Post Operatif
1.
Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri
yang
Rasional
b. Bantu
klien
dalam
oleh
kecemasan
pergerakan sendi
dan
menunjukkan
d. Ajarkan
mengurangi
relaksasi:
ketegangan
teknik
nyeri
nonfarmakologi
keefektifan
lain
dalam
mengurangi nyeri.
otot
tindakan
dan
tersebut
membantu
Kolaborasi
rencana terapeutik.
g. Pemberian analgesik
g. Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
akan berkurang.
2.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
b. Observasi TTV
Rasional
c.
d.
Kolaborasi
terjadi peradangan
c. Pemberian antibiotik
e.
Antibiotik
dapat
mencegah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri. Namun jamur dan virus yang
bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang
panjang, vertebra, tulang tengkorak dan mandibula.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 3, EGC : Jakarta.
Donges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta
Price Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid
2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta